• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Pemerintah Kota Bontang dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Komunikasi Pemerintah Kota Bontang dalam"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

Penelitian ini membahas tentang proses dan strategi komunikasi Pemerintah Kota Bontang dalam memperkenalkan wisata budaya yang ada di Kota Bontang, sebagai

destination branding wisata budaya Kota Bontang kepada masyarakat Kota Bontang, serta memberikan gambaran mengenai sejauh mana tahapan yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Kota Bontang untuk membangun sebuah destination branding bagi wisata

budaya Kota Bontang yang merupakan sebuah inovasi dari pembangunan perkotaan berbasis identitas. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil yang diperoleh adalah Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bontang sebenarnya sudah melakukan proses komunikasi

dan penerapan strategi yang baik dalam melakukan destination branding wisata budaya

Kota Bontang. Hal ini terbukti dengan sudah dilakukannya lima tahapan dalam

membangun destination branding termasuk diterapkannya tagline “Wonderful Bontang”

sebagai brand bagi destinasi wisata di Kota Bontang. Namun, masih diperlukan upaya

pengembangan dan perbaikan agar brand tersebut dapat benar-benar diterapkan oleh

Pemerintah Kota Bontang.

Kata Kunci: Komunikasi Pemerintah, Strategi komunikasi, Destination Branding

ABSTRAK

Valda Aulia Rosyida Wibowo (2015), Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, Malang. Komunikasi Pemerintah Kota Bontang dalam Destination Branding Wisata Budaya Kota Bontang

Dibimbing oleh Akhmad Muwafik Saleh dan Wayan Weda Asmara Dewi

This research talk about the process and the communications strategy of the government of Bontang City in introducing cultural tourism in Bontang as a destination branding of cultural tourism in Bontang to the people of Bontang City. It is also about the extent to which the phase that has been done by a government of Bontang to build a destination branding for cultural tourism in Bontang which is an innovation of urban development identity based. The research was done by using the qualitative study descriptive method. The result obtained was that the government Bontang City going through the Dinas Kebudayaan dan Pariwisata of Bontang actually been conducting the process of communication and the application of a good strategy in the conduct of destination branding of cultural tourism in Bontang. It was proven by the government that did the five steps in developing a destination branding including the implementation of the

tagline; “Wonderful Bontang” as a brand for cultural tourism in Bontang city. However, it

is necessary for the development and improvement of the brand in order to the brand can really applied by the government of Bontang.

Keywords: Government communication, Communication strategy, Destination branding ABSTRACT

Valda Aulia Rosyida Wibowo (2015), Department of Communication Science, Faculty of Social and Political Science of Brawijaya University, Malang. Government Communication In Bontang City Of Destination Branding Of Cultural Tourism In Bontang City

(2)

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh

ketertarikan peneliti pada Kota Bontang

yang memiliki image sebagai Kota terkaya

di Indonesia yang pendapatannya sebagian

besar diperoleh dari hasil industri ekstraktif

4 perusahaan besar di Kota Bontang yaitu,

PT. Pupuk Kaltim yaitu, perusahaan

produsen pupuk dan amoniak, Badak LNG

yaitu, perusahaan tambang gas alam cair,

Kaltim Nitrate Indonesia yaitu, perusahaan

penghasil amonium nitrate terbesar di

Indonesia dan yang terakhir adalah PT.

Indominco Mandiri yaitu, perusahaan

tambang batu bara.

Namun, berdasarkan wawancara

yang telah dilakukan peneliti sebelumnya

kepada Bapak Sunarto, SH., staf seksie

Pembinaan, Pengawasan Seni dan Budaya

di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang, beliau mengatakan bahwa, Kota

Bontang yang terkenal dengan image kota

terkaya di Indonesia, saat ini belum

memiliki branding yang cukup kuat di

mata wisatawan, baik lokal maupun

nasional. Padahal, selain terkenal dengan

image Kota terkaya di Indonesia, Kota

Bontang juga memiliki event-event wisata

budaya yang diadakan setiap tahun dan

dijadikan sebagai ciri khas maupun

identitas dari kesenian dan kebudayaan

daerah Kota Bontang.

Kota Bontang memiliki berbagai

macam kebudayaan yang telah lama

mengakar dan turun temurun dalam tradisi

masyarakat Bontang yang kemudian

dijadikan sebagai objek wisata Kota

Bontang yang rutin dirayakan setiap

tahunnya, diantaranya adalah Erau Pelas

Benua Guntung, Bontang City Carnival,

serta Pesta Laut Bontang Kuala.

Pemerintah Kota Bontang kemudian

menyikapi kondisi demikian dengan

menerapkan strategi komunikasi untuk

memperkenalkan pariwisata Kota Bontang,

khususnya wisata budaya yang ada di Kota

Bontang sebagai destinasi wisata kepada

masyarakat Kota Bontang khususnya dan

masyarakat luas pada umumnya.

Komunikasi dan pembangunan merupakan

dua hal yang saling berhubungan sangat

erat (Sitompul, 2002, h.1). Salah satu hal

yang tidak bisa dihindari dari komunikasi

adalah adanya keterbukaan informasi dan

kemajuan teknologi yang mendukung

masuknya sebuah inovasi dalam kehidupan

(3)

3

Komunikasi juga merupakan suatu

kemampuan pemerintah dalam mencapai

tujuan negara dan pemerintahan, oleh

karena itu, pemerintah diharapkan mampu

untuk mengajak masyarakat bekerjasama

di dalamnya mencakup aktivitas;

merencanakan, mengendalikan dan

kemampuan mengontrol atau evaluasi

(Hasan, 2010, h.47). Pada penelitian ini

penerapan komunikasi pembangunan lebih

difokuskan pada bahasan mengenai

komunikasi pemerintah, dimana

Pemerintah bertindak sebagai inovator

dalam melakukan komunikasi

pembangunan. Pembangunan yang

dimaksud dalam penelitian ini bukan

berbentuk fisik seperti pembangunan

infrastruktur Kota, pembangunan jalan,

sarana transportasi dan lain sebagainya.

Namun, pembangunan dilakukan dengan

cara membangun sebuah Kota berdasarkan

identitas dan karakteristik yang dimiliki

oleh Kota tersebut melalui strategi

branding tempat.

Sebagaimana yang dikatakan Hasan

(2010, h.95), bahwa Komunikasi

Pemerintahan merupakan suatu bentuk

penyampaian ide, program dan gagasan

Pemerintah kepada masyarakat dalam

rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal

ini tujuan negara tersebut diwujudkan

dengan menerapkan pelaksanaan otonomi

daerah dalam pembangunan daerah dengan

membentuk sebuah brand destinasi wisata

budaya bagi Kota Bontang.

Perkembangan zaman dan era

globalisasi menyebabkan timbulnya

persaingan antar-kota di dunia, semua kota

berlomba untuk mengembangkan potensi

dan karakteristiknya agar memiliki daya

saing dan daya tarik yang tinggi, oleh

karena itu untuk dapat meningkatkan daya

saingnya, setiap kota dituntut memiliki

identitas dan citra yang kuat (Astuti, 2014).

Destination branding yang menurut Kavaratzis (2011) merupakan salah satu

trend dari place branding dengan menjadikan suatu kota sebagai destinasi

atau kota tujuan wisata dari masyarakat

lokal maupun nasional, memungkinkan

sebuah kota untuk mengelola potensi

pariwisata yang dimiliki daerahnya sebagai

identitas dan karakteristik yang unik bagi

kota tersebut. Destination branding juga

sekaligus dapat dijadikan sebagai

penunjang pendapatan bagi suatu

daerah/kota apabila potensi tersebut

dikelola dengan baik oleh Pemerintah

(4)

4

Adapun beberapa penelitian yang

membahas mengenai penerapan proses dan

strategi komunikasi dalam membangun

sebuah brand, diantaranya adalah Strategi

Komunikasi City Brand: Studi Deskriptif

Kualitatif tentang Strategi Komunikasi

Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam

Mengkomunikasikan Brand ‘Purworejo Go

Agriculture Vision’ (Lestari &Amal,

2014), Persepsi Masyarakat Bontang

terhadap Pesta Laut Bontang Kuala

(Riyanto, 2014), Branding as a

communications strategy: A framework for desired brand identity (Robichaud, 2011)

dan yang terakhir adalah Destination

Branding and First Impressions: An

Analysis of Grenada’s Tourism Promotion

(Bierzynski, 2011).

Selanjutnya, penelitian ini bersifat

sebagai pengembangan dalam penerapan

proses maupun strategi komunikasi yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota Bontang

dalam memperkenalkan identitas Kota

Bontang sebagai Kota wisata budaya

hingga membentuk brand destinasi wisata

budaya Kota Bontang dan melakukan

penguatan pada brand tersebut hingga

tahap evaluasi.

Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimana proses dan strategi

komunikasi Pemerintah Kota Bontang

dalam memperkenalkan wisata budaya

yang ada di Kota Bontang sebagai

destination branding wisata budaya Kota Bontang, serta sejauh mana tahapan yang

telah dilakukan oleh Pemerintah Kota

Bontang dalam membangun destination

branding wisata budaya bagi Kota Bontang.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan mendapatkan gambaran

tentang proses dan strategi komunikasi

Pemerintah Kota Bontang dalam

memperkenalkan wisata budaya yang ada

di Kota Bontang, sebagai destination

branding wisata budaya Kota Bontang kepada masyarakat, serta memberikan

gambaran mengenai sejauh mana tahapan

yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota

Bontang untuk membangun sebuah

(5)

5

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

dengan pendekatan penelitian kualitatif

dengan jenis penelitian deskripif. Teknik

pemilihan informan pada penelitian ini

dilakukan dengan menerapkan sampel

nonprobabilitas yaitu, sampel yang dipilih

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tertentu dari peneliti (Kriyantono, 2010,

h.154). Selanjutnya, informan pada

penelitian ini didapat dengan cara

menerapkan teknik purposive sampling,

yaitu orang-orang yang diseleksi atas dasar

kriteria-kriteria tertentu yang dibuat

peneliti berdasarkan tujuan penelitian.

Teknik Pengumpulan data dilakukan

dengan cara wawancara mendalam (depth

interview) dan dokumentasi untuk memperkuat informasi serta data yang

diperlukan peneliti dalam melaksanakan

penelitian.

Teknik analisis data dilakukan

dengan cara menerapkan model interaktif

Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga

alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian

data, menarik kesimpulan dan verifikasi

data (Pawito, 2007, h.104). Lalu,

pemeriksaan keabsahan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan teknik

triangulasi sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kota Bontang dikenal dengan kota

industri dan jasa, dua sektor tersebut telah

memberikan nilai pendapatan yang utama

bagi daerah ini. Namun, keberadaan sektor

pariwisata juga tidak dapat diabaikan

begitu saja, hal ini dikarenakan Kota

Bontang memiliki berbagai macam

keunikan adat, tradisi dan kesenian yang

merupakan warisan budaya penduduk asli

maupun pendatang di Kota Bontang yang

dapat dinikmati dalam bentuk sajian

pementasan. Kesenian dan budaya Kota

Bontang ini juga memiliki

keanekaragaman dan kebersamaan dari

semua etnis yang ada untuk bersama-sama

mewujudkan pembangunan Kota menuju

Bontang lebih maju, berbudi luhur menuju

masyarakat adil dan sejahtera.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota

Bontang melalui Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Bontang kemudian

berusaha untuk menghimpun potensi

wisata hingga event seni budaya yang

(6)

6

dijadikan sebuah destinasi wisata bagi

Kota Bontang. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Bontang memiliki peran

yang sangat besar dalam hal

memperkenalkan sekaligus

mempromosikan potensi-potensi

pariwisata, khususnya wisata budaya yang

dimiliki oleh Kota Bontang. Menurut

penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti, selain memiliki wewenang dan

juga kekuasaan dalam penyampaian ide

maupun program, Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata juga memiliki sumber dana atau

anggaran yang dapat digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan kepariwisataan.

Khususnya, dalam hal ini adalah

event-event wisata budaya Kota Bontang yang menjadi andalan dan sudah terdaftar dalam

kalender kerja tahunan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Bontang yaitu, Erau

Pelas Benua Guntung, Bontang City

Carnival dan Pesta Laut Bontang Kuala. Kota Bontang juga menyediakan

sarana dan prasarana penunjang destinasi

wisata di Kota Bontang yaitu diantaranya

terdapat hotel yang berjumlah 21 buah dan

tersebar di beberapa kelurahan di Kota

Bontang. Selanjutnya, Pemerintah juga

menyediakan akses jalan raya yang

memadai di Kota Bontang, namun masih

terdapat kekurangan pada akses jalan raya

dari luar Kota menuju Kota Bontang

dikarenakan masih banyaknya jalan yang

rusak. Lalu, Kota Bontang juga

menyediakan sarana terminal angkutan

Kota dan juga angkutan darat serta

pelabuhan.

Pemerintah Kota Bontang juga

memiliki kerjasama dengan PT Badak

NGL untuk memfasilitasi transportasi

udara yaitu melalui bandara PT.Badak

NGL. Namun, dikarenakan fasilitas

transportasi udara tersebut bukan

sepenuhnya milik Pemerintah sehingga

terdapat keterbatasan penjualan tiket dan

juga harga tiket pesawat yang lumayan

mahal, sehingga transportasi lewat jalur

udara dianggap kurang terjangkau. Selain

itu, Kota Bontang juga mengadakan

kerjasama dengan sembilan perusahan

travel yang beroperasi di Kota Bontang

sebagai penunjang kegiatan pariwisata di

Kota Bontang

Selanjutnya, pelaksanaan event

wisata budaya di Kota Bontang

dikoordinatori oleh Bapak Heriansyah,

SE., yang merupakan kepala bidang

kebudayaan dan merupakan pimpinan

(7)

7

budaya Kota Bontang yaitu, Erau Pelas

Benua Guntung, Bontang City Carnival

dan Pesta Laut Bontang Kuala selama 3

tahun berturut-turut, yaitu dimulai pada

tahun 2012, 2013 dan 2014. Sedangkan,

pada tahun sebelumnya penanggungjawab

event tersebut dilakukan oleh kepala

bidang yang menjabat sebelumnya.

Berdasarkan wawancara yang telah

dilakukan peneliti, sebelum pelaksanaan

event wisata budaya dimulai, Pak Heri

terlebih dahulu mengadakan rapat

koordinasi dengan rekan kerjanya di Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bontang

untuk menentukan pedoman pelaksanaan

event beserta perkiraan dana yang

dibutuhkan. Setelah itu Pak Heri

melakukan koordinasi dengan pihak terkait

penyelenggaraan event wisata budaya,

diantaranya adalah lembaga adat di Kota

Bontang, sanggar tari dan juga Ikatan Putra

Putri Pariwisata Kota Bontang, yang

merupakan partner Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Bontang dalam

memperkenalkan destinasi wisata budaya

di Kota Bontang.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Bontang selanjutnya juga

menggunakan berbagai macam media yang

digunakan dalam mempromosikan event

yang akan diselenggarakan kepada

masyarakat Kota Bontang.

Media yang digunakan ada 3 bentuk,

yaitu yang secara langsung (lisan) dan ada

juga menggunakan media cetak, elektronik

dan juga penyelenggaraan event budaya,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Langsung (lisan)

Penyampaian pesan oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang secara langsung (lisan) kepada

masyarakat dilakukan pada saat

melakukan rapat koordinasi.

Penyampaian pesan oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang secara langsung (lisan) kepada

masyarakat dilakukan pada saat

melakukan rapat koordinasi penentuan

anggaran dan persiapan event wisata

budaya (Erau Pelas Benua, Bontang

City Carnival dan Pesta Laut Bontang Kuala) dengan satuan kerja perangkat

daerah (SKPD). Kegiatan komunikasi

tatap muka selanjutnya adalah

mengadakan rapat koordinasi terkait

pembentukan panitia penyelenggara,

rapat koordinasi terkait

penyelenggaraan event wisata budaya

(Erau Pelas Benua, Bontang City

(8)

8

Kuala) dengan masyarakat dan lembaga

adat. Hingga melakukan pengawasan

dan pemantauan pada saat event wisata

budaya (Erau Pelas Benua, Bontang

City Carnival dan Pesta Laut Bontang Kuala) berlangsung

2) Media cetak

Pesan yang disampaikan melalui media

cetak terdiri dari berbagai macam jenis

yaitu; Kalender kerja tahunan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang, untuk melaksanakan 3 event

wisata budaya yang ada di Kota

Bontang (Erau Pelas Benua, Bontang

City Carnival dan Pesta Laut Bontang Kuala) sebagai program kerja Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang. Menggunakan surat edaran

resmi sebagai undangan kepada instansi

terkait dan lembaga adat Kota Bontang

untuk menghadiri pelaksanaan event

wisata budaya Kota Bontang, juklak

pelaksanaan lomba yang

disosialisasikan pada saat rapat

koordinasi dengan panitia

penyelenggara event wisata budaya,

bekerjasama dengan koran lokal untuk

mempromosikan wisata budaya Kota

Bontang, menerbitkan Buku Panduan

Pariwisata Kota Bontang, dan juga

membuat baliho, pamphlet, poster dan

leaflet.

3) Media elektronik

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang juga menyampaikan pesan

melalui beberapa media elektronik,

dengan menjalin kerjasama dengan

televisi lokal (PKTv dan LNGTv) di

Kota Bontang untuk meliput

pelaksanaan rangkaian event wisata

budaya Kota Bontang. Selain itu Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang juga melakukan kerjasama

dengan radio lokal di Kota Bontang

untuk memberikan woro-woro kepada

masyarakat mengenai event yang akan

diselenggarakan. Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Bontang juga

membuat buku panduan Pariwisata Kota

Bontang dan juga CD yang berisikan

kesenian adat budaya dan tradisi Kota

Bontang yang biasanya mereka bagikan

pada saat event berlangsung kepada

masyarakat atau wisatawan yang

datang.

4) Melalui event budaya

Event budaya yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Bontang ini sebenarnya

(9)

9

yang paling penting dan utama untuk

mempromosikan destinasi wisata

budaya yang ada di Kota Bontang.

Karena melalui penyelenggaraan event

budaya, diharapkan bahwa hal tersebut

dapat menjadi daya tarik wisata bagi

masyarakat, Melalui event ini juga

masyarakat dapat melihat, menikmati

secara langsung bahkan ikut

berpartisipasi dalam pelestarian adat,

kesenian maupun budaya warisan Kota

Bontang.

Pembahasan

Setelah mengetahui data yang ada

dilapangan, kemudian peneliti melakukan

analisis dan memperoleh kesimpulan

bahwa, Komunikasi Pemerintah

merupakan salah satu fokus dari penerapan

Komunikasi Pembangunan yang bertujuan

untuk melakukan komunikasi untuk

memajukan pembangunan melalui

perubahan atau inovasi dalam rangka

mencapai tujuan negara. Kemudian,

peneliti mengaitkan dengan salah satu

fokus dari penerapan Komunikasi

Pemasaran yaitu, destination branding

yang bertujuan untuk memasarkan

destinasi wisata budaya di Kota Bontang.

Sehingga, didapatkan target yang ingin

dicapai yaitu Pemerintah Kota Bontang

melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Bontang sebaai komunikator

sekaligus innovator dalam pembangunan

melakukan komunikasi dengan cara

menerapkan inovasi dalam pembangunan

melalui destination branding pada

destinasi wisata budaya di Kota Bontang.

Hasil akhir, dampak yang

ditimbulkan adalah munculnya

pemberdayaan masyarakat (empowerment)

melalui partisipasi aktif masyarakat dalam

pelaksanaan event wisata budaya Kota

Bontang, lalu meningkatnya perekonomian

masyarakat melalui penjualan

produk-produk wisata pada saat event

dilaksanakan. Lalu, destinasi wisata

budaya di Kota Bontang lebih dikenal oleh

masyarakat melalui penerapan beberapa

strategi komunikasi melalui promosi

dengan berbagai media yang dilakukan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata beserta

agent of change. Media promosi tersebut keseluruhan sudah cukup menarik namun,

masih terdapat kekurangan dalam beberapa

aspek seperti kurangnya isi pesan

berlambang Bahasa pada beberapa media

sehingga pembaca hanya mengetahui

(10)

10

makna yang disampaikan oleh pesan

tersebut. Lalu, juga terdapat kekurangan

karena keterbatasan jumlah dan jangkauan

media yang digunakan, sehingga tidak

seluruh lapisan masyarakat di Kota

Bontang khususnya dan juga masyarakat di

luar Kota Bontang pada umumnya bisa

menerima pesan yang disampaikan oleh

Pemerintah.

Adapun dampak positif terakhir yang

ditimbulkan dari penerapan proses dan

juga strategi komunikasi Pemerintah Kota

Bontang yaitu, adalah terwujudnya

destination branding wisata budaya Kota Bontang yang dimulai dari terciptanya dan

telah diterapkannya tagline “Wonderful

Bontang” sebagai bakal dari brand

destinasi wisata budaya Kota Bontang.

Berdasarkan hasil analisis tersebut juga

diketahui 5 komponen penting dalam

proses komunikasi menurut Harold

Lasswell yaitu, “Who, Says what, To whom, In which channel, With what

effect”. Berikut hasil penelitian yang peneliti rangkum ke dalam bagan yaitu:

Target: branding pada destinasi wisata budaya di Kota

Dampak:

Tercapainya tujuan negara yaitu, sebagai berikut: 1. Munculnya pemberdayaan masyarakat (empowerment) 2. Meningkatnya perekonomian

masyarakat

3. Destinasi wisata budaya di Kota Bontang lebih dikenal oleh masyarakat 4. Terwujudnya destination

branding wisata budaya Kota Bontang atau inovasi dalam rangka mencapai berupa barang, jasa maupun sebuah tempat atau Kota

Masyarakat

(Komunikan)

Penerapan strategi Komunikasi Pemerintah Kota Bontang dengan menggunakan media lisan, cetak, elektronik, hingga penyelenggaraan

event wisata budaya (Media)

Bagan 1. Kesimpulan Hasil Analisis Komunikasi Pemerintah Kota Bontang dalam Destination Branding Wisata

(11)

11

Selanjutnya, berdasarkan hasil

analisis yang telah dilakukan peneliti

dengan menggunakan 5 tahapan

pembentuk destination branding yaitu:

1. Market investigation, analysis and strategic recommendations

2. Brand identity

3. Brand launch and introduction: communicating the vision

4. Brand implementation

5. Monitoring, evaluation and review

Maka, dapat disimpulkan bahwa, Kota

Bontang sebenarnya telah memiliki potensi

untuk melakukan destination branding

bagi kotanya, karena telah melakukan

keseluruhan tahapan dalam membentuk

sebuah brand bagi destinasi wisata budaya

di Kota Bontang. Hal ini terlihat dari

identifikasi peluang yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Bontang yaitu,

Pemerintah melihat bahwa Kota Bontang

memiliki beragam warisan budaya, adat

dan kesenian nusantara yang berasal dari

penduduknya.

Kemudian, Pemerintah melakukan

pemetaan potensi pasar dengan

menentukan target yaitu, masyarakat yang

juga menjadi tujuan dari adanya inovasi

dalam pembangunan Kota Bontang

berbasis identitas. Setelah itu, Pemerintah

Kota Bontang menganalisis potensi

tersebut untuk menciptakan produk sesuai

permintaan pasar yaitu dengan membuat 3

rangkaian event besar setiap tahunnya yaitu

Erau Pelas Benua Guntung, Bontang City

Carnival dan Pesta Laut Bontang Kuala. Serta menerapkan strategi komunikasi

sebagai bentuk dari tahapan market

investigation, analysis and strategic recommendations.

Tahapan kedua dilaksanakan dengan

cara menentukan karakteristik atau

identitas yang dimiliki oleh Kota Bontang

kemudian menerapkan tagline “Wonderful

Bontang” yang dipelopori oleh Ikatan

Putra Putri Pariwisata Kota Bontang

sebagai brand identity bagi destinasi wisata

budaya di Kota Bontang. Selanjutnya tahap

ke-tiga yaitu, brand launch and

introduction: communicating the vision

dilakukan dengan cara melakukan

launching tagline “Wonderful Bontang”

yang dilakukan bersamaan dengan

perayaan malam puncak pemilihan Putra

Putri Pariwisata Kota Bontang tahun 2015

dan menggunakan media promosi untuk

mempromosikan tagline “Wonderful

Bontang”.

Tahapan ke-empat yaitu brand

(12)

12

penggunaan tagline pada sosial media

melalui agent of change, yaitu Ikatan Putra

Putri Pariwisata Kota Bontang dan

melakukan kerjasama dengan berbagai

instansi terkait diantaranya mulai dari

Pemerintah Kota Bontang, lembaga adat

Kota Bontang, Ikatan Putra Putri

Pariwisata Kota Bontang,

lembaga-lembaga dari luar daerah, hotel, travel,

sarana transportasi, infomediaries, hingga

atraksi wisata yang dimiliki oleh Kota

Bontang untuk menarik minat wisatawan.

Tahapan terakhir yaitu, monitoring,

evaluation and review dilakukan dengan cara melakukan pemantauan penggunaan

tagline “Wonderful Bontang pada sosial media, melakukan rapat evaluasi tertutup

di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Bontang hingga melakukan perbaikan

setiap tahunnya terkait dengan

pembentukan destination branding wisata

budaya Kota Bontang untuk menjadi lebih

baik kedepannya. Berikut adalah bagan

yang menjelaskan proses tersebut:

Pemerintah Kota Bontang (Komunikator)

Destination Branding Wisata budaya Kota Bontang

(Pesan disampaikan melalui media promosi)

Masyarakat

(Komunikan)

Dampak:

Tercapainya tujuan negara yaitu, sebagai berikut: 5. Munculnya pemberdayaan

masyarakat (empowerment) 6. Meningkatnya

perekonomian masyarakat 7. Destinasi wisata budaya di Kota Bontang lebih dikenal oleh masyarakat 8. Terwujudnya destination

branding wisata budaya Kota Bontang

Bagan 2. Kesimpulan Hasil Analisis Lima Tahapan dalam membangun Destination Branding Wisata Budaya Kota Bontang

(13)

13

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

menarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat kaitan antara Komunikasi

Pembangunan dan Komunikasi Pemasaran

yaitu, Komunikasi Pembangunan memiliki

fokus berupa Komunikasi Pemerintah yang

memiliki target untuk memajukan

pembangunan melalui perubahan atau

inovasi dalam rangka mencapai tujuan

negara, sementara Komunikasi Pemasaran

memiliki fokus berupa Destination

Branding, yang memiliki target yaitu,

untuk melakukan pemasaran produk

berupa sebuah tempat, daerah atau kota.

Sehingga, Komunikasi Pemerintah Kota

Bontang dalam destination branding dapat

diwujudkan dengan cara menerapkan

inovasi pembangunan melalui

pembangunan Kota Bontang berbasis

identitas sebagai Kota wisata budaya dan

kemudian membentuk sebuah brand untuk

memasarkan destinasi tersebut.

2. Komunikasi yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Bontang secara

keseluruhan telah berlangsung cukup

baik, hal tersebut terbukti dengan

adanya pengembangan masyarakat

dalam rangka pembangunan perkotaan

berbasis identitas yaitu, destination

branding. Namun, masih terdapat hambatan dan kekurangan di beberapa

hal yaitu, sebagai berikut:

a. Sistem database atau penyimpanan data

untuk segala sesuatu yang terkait

dengan pelaksanaan event wisata

budaya seperti dokumentasi, surat

edaran resmi, alat promosi, dll, masih

belum terorganisir dengan baik. Hal ini

dibuktikan dengan minimnya data

pendukung yang didapatkan oleh

peneliti dari Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Bontang.

b. Minimnya promosi yang dilakukan

untuk memperkenalkan wisata budaya

Kota Bontang. Hal ini dibuktikan

dengan ruang lingkup promosi yang

masih sebatas di Kota Bontang saja dan

adanya keterbatasan jumlah dalam

penggunaan alat promosi dikarenakan

keterbatasan dana yang dimiliki oleh

Pemerintah Kota Bontang. Hal tersebut

dikarenakan Pemerintah Kota Bontang

belum mendaftarkan event wisata

budaya yang dimiliki Kota Bontang ke

(14)

14

c. Konsep atau pengemasan acara dalam

salah satu rangkaian event wisata

budaya yang kurang menarik, yaitu

pada event Pesta Laut Bontang Kuala

yang terkesan monoton setiap tahunnya

sehingga, masyarakat atau wisatawan

cenderung kurang antusias untuk

berkunjung ke event tersebut.

d. Lokasi Kota Bontang yang kurang

terjangkau oleh wisatawan nasional dan

internasional karena kurang

maksimalnya fasilitas, sarana maupun

prasarana transportasi yang dimiliki

oleh Kota Bontang. Seperti kondisi

jalan darat yang terdapat banyak

kerusakan untuk menuju Kota Bontang

dan juga fasilitas transportasi udara

yang masih bergantung pada PT. Badak

NGL sehingga tiket yang dijual dibatasi

dan harganya cukup mahal.

Namun, di luar dari kekurangan

tersebut, secara keseluruhan pesan yang

disampaikan oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Bontang telah

diterima dan dipahami oleh masyarakat

dan efek yang diharapkan oleh

Pemerintah juga sesuai dengan dampak

yang ditimbulkan dari komunikasi dan

juga tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

3. Pemerintah Kota Bontang juga telah

melakukan beberapa strategi yang

digunakan untuk mendukung

terciptanya destinasi wisata budaya di

Kota Bontang, yang dilakukan dengan

menerapkan strategi komunikasi secara

tatap muka (face to face

communication) dan juga strategi komunikasi melalui media tertentu

(mediated communication).

Pemberdayaan masyarakat

(empowerment) sebagai unsur penting

dalam pembangunan juga sudah

dilakukan dengan baik melalui

penerapan strategi tersebut.

4. Kota Bontang telah menerapkan ke-lima

tahapan dalam menciptakan sebuah

inovasi yaitu, membangun destination

branding untuk membentuk sebuah

brand bagi destinasi wisata budaya di

Kota Bontang, diantaranya yaitu,

Market investigation, analysis and strategic recommendations, Brand identity, Brand launch and introduction: communicating the vision, Brand implementation hingga

Monitoring, evaluation and review.

Namun, masih diperlukan

(15)

15

tersebut dapat benar-benar diterapkan

oleh Pemerintah Kota Bontang.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, peneliti diharapkan dapat

memberikan masukan berupa saran-saran

yang dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu,

sebagai berikut:

1. Peneliti berharap Pemerintah Kota

Bontang dapat menyegerakan untuk

mendaftarkan event wisata budaya Kota

Bontang (Erau Pelas Benua Guntung,

Bontang City Carnival dan Pesta Laut

Bontang Kuala) dalam calender of event

di pusat, agar kegiatan promosi dapat

dilakukan dengan lebih luas dan

menggunakan media yang beragam

serta dana/anggaran untk mendukung

penyelenggaraan event wisata budaya

bisa lebih lancar.

2. Peneliti berharap melalui penelitian ini

Pemerintah dapat lebih memahami

potensi pariwisata yang dimiliki oleh

Kota Bontang, khususnya wisata

budaya dan juga melakukan

pengembangan dengan cara

menciptakan brand bagi destinasi

wisata budaya Kota Bontang, salah

satunya dengan cara menggunakan

tagline yang sudah dibuat oleh Putra Putri Pariwisata Kota Bontang sebagai

brand bagi destinasi wisata budaya

Kota Bontang yaitu “Wonderful Bontang”.

3. Untuk menciptakan destinasi wisata

yang baik, sebaiknya didukung oleh

sarana dan prasarana yang baik, oleh

karena itu peneliti juga berharap agar

Pemerintah dapat meningkatkan

pembangunan khususnya dalam bidang

infrastruktur jalan darat menuju Kota

Bontang dan juga akses transportasi

lainnya, agar wisatawan dapat dengan

mudah untuk mencapai Kota Bontang

dan menghadiri perhelatan event-event

wisata budaya yang diselenggarakan

oleh Pemerintah Kota Bontang yaitu,

Erau Pelas Benua Guntung, Bontang

City Carnival dan Pesta Laut Bontang Kuala yang diselenggarakan berurutan

secara rutin setiap tahunnya di Kota

Bontang.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

(16)

16

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur

penelitian: suatu pendekatan

praktek. Jakarta: Renika Cipta.

Hasan, Erliana. (2010). Komunikasi

pemerintahan. Bandung: Refika Aditama.

Iriantara, Yosal. (2003). Manajemen

strategis public relations.

Bandung: Ghalia Indonesia. Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik

praktis riset komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relations, advertising, komunikasi

organisasi, komunikasi

pemasaran. Jakarta: Kencana. Kriyantono, Rachmat. (2010). Public

relations writing, teknik produksi

media public relations dan

publikasi korporat. Jakarta:

Kencana.

Makkaraka, M. Nasir. (2001). Bontang dalam hikayat (sebuah studi pendahuluan tentang pertumbuhan

dan perkembangan bontang

ditinjau dari segi adat dan budaya). Bontang.

Maleong, Lexy J. (2005). Metodologi penelitian komunikasi edisi revisi. Bandung: Remaja Rosadakarya. Maleong, Lexy J. (2007). Metodologi

penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosadakarya.

Morgan, Pritchard & Pride. (2004). Destination branding: creating the unique destination proposition. London: Elsevier Butterworth-Heinemann.

Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu komunikasi

suatu pengantar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

______________. (2005). Ilmu

komunikasi suatu pengantar.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Pawito. (2007). Penelitian komunikasi

kualitatif. Yogyakarta: Pelangi Aksara Yogyakarta.

Pendit, Nyoman S. (1994). Ilmu pariwisata

sebuah pengantar perdana.

Jakarta: Pradnya Paramita.

Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku

manusia. Jakarta: Lembaga

Pengembangan Sarana

Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia.

Prayudi. (2012). Publik relations stratejik. Yogyakarta: Komunikasi UPN Press.

Rangkuti, Freddy. (2002). The power of brands (teknik mengelola brand equity dan strategi pengembangan merek + analisis kasus dengan

spss). Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Ridha, Rasyid. (2013). Panduan pariwisata Kota Bontang. Bontang: Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata

Pemerintah Kota Bontang.

Rogers, Everett M. & Shoemaker, F. Floyd. (1981). Memasyarakatkan ide-ide baru. Usaha Nasional: Surabaya.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian

kuantitatif, kualitatif dan r&d.

Bandung: Alfabeta.

________. (2011). Metode penelitian

kuantitatif, kualitatif dan r&d.

Bandung: Alfabeta.

UNESCO. (2009). Panduan dasar

pelaksanaan ekowisata. Jakarta: UNESCO Office.

Yananda, M. Rahmat & Salamah, Ummi.

(2014). Branding tempat

(membangun kota, kabupaten, dan

provinsi berbasis identitas).

Jakarta Selatan: Makna Informasi.

Wahab, Saleh. (1992). Pemasaran

pariwisata. Jakarta: Pradnya

(17)

17

Wibowo, B.S. (2012). Membangun warga Kota Bontang berbudi luhur.

Bekasi: Granada Karya

Intelejensia.

Yoeti, Oka A. (1996). Pengantar ilmu

pariwisata. Bandung: Angkasa.

Yuliastanti, Ana. (2008). Bekerja sebagai desainer grafis. Jakarta: Erlangga.

Sumber Jurnal Nasional :

Amaliah, Rafika Putri. (2013). Destination branding wisata belanja kabupaten Sidoarjo (studi deskriptif kualitatif pada sentra industri tas dan koper atau intako tanggulangin dan kampoeng batik jetis Sidoarjo). Diakses 23 April 2015, dari:

Astuti, Nanda Ratna. (2014). Identifikasi peran pusaka perkotaan dalam

pembentukan citra kota Surakarta.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK Vol.1, No.1, 146-153.

Bokau, Irma N. (2013). Peranan

komunikasi pemerintahan dalam meningkatkan pembangunan di desa Boyong Atas (suatu studi

peranan Kepala Desa). Vol.2,

No.3.

Hidayati, Lina Nur. (2010). Komunikasi

organisasi dan manajemen

konflik. Diakses 23 April 2015,

Strategi komunikasi city brand (studi deskriptif kualitatif tentang strategi komunikasi pemerintah

kabupaten Purworejo dalam

mengkomunikasikan brand

‘Purworejo go agriculture

vision’). Diakses 24 April 2015, dari:

http://jurnalkommas.com/docs/Wi ndaFISIP.pdf.

Mustikawati, Lina. (2013). Strategi

branding kota Surakarta dalam

pengelolaan sebagai destinasi

wisata. Diakses 26 April 2015, dari:

http://download.portalgaruda.org/ article.php?article=73258&val=46 87

Prastyanti, Shinta. (2013). Difusi inovasi

dalam konteks pemberdayaan

masyarakat. Jurnal Acta Diurna. Vol.9 No.1. Diakses 15 Agustus

Sitompul, Mukti. (2002). Konsep-konsep

komunikasi Pembangunan. USU

Digital library. Diakses 15

Agustus 2015, dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/3778/1/komunikasi -mukti.pdf.

Situmorang, Syafrizal Helmi. (2008). Destination brand: membangun

keunggulan bersaing daerah.

(18)

18 Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah. Vol.4, No.2. Sumber Jurnal Internasional :

Bierzynski, Alyssa. (2011). Destination branding and first impressions: an

analysis of Grenada’s tourism

promotion. Washington, D.C. Blain, Carmen., Levy., & Ritchie, J.R.

Brent. (2005). Destination

branding: insights and practices

from destination management

organizations. Journal of Travel

Research. Vol.43, 328-338. Kavaratzis, Mihalis. (2011). Branding the

city through culture and

entertainment. Journal of Place

Branding. University of Groningen.

Kavaratzis, Mihalis & Asworth. (2005).

City branding: an effective

assertion of identity or a transitory

marketing trick?. Journal of Place

Branding and Public Diplomacy.

Vol.96, No.5.

Robichaud, Francois. (2011). Branding as a communications strategy: a framework for desired brand

identity. Journal of Brand

Management. Vol.19, No.8, 712-734.

Sumber Internet :

Dinas PU. (2000). Profil Kota Bontang. Diakses 10 Juni 2015, dari: http://ciptakarya.pu.go.id/profil/pr ofil/timur/kaltim/bontang.pdf

DISBUDPAR. (2015). Event budaya Kota

Bontang. Diakses 10 Juni 2015, dari:

http://disbudpar.kaltimprov.go.id/ beritamenu-713.html.

DISBUDPAR KALTIM. Event budaya

Bontang. Diakses 12 Juni 2015, dari:

http://disbudpar.kaltimprov.go.id/ beritamenu-713.html.

Fahmi. (2013). 7 provinsi terkaya dan 7 provinsi termiskin di Indonesia. Diakses 20 Februari 2015, dari: http://pusatfaktaunik.

blogspot.com/2013/06/7-provinsi-terkaya-dan-7-provinsi.html. Biara, I Dewa P.A. (2011). Definisi

wisatawan. Diakses 23 April

2015, dari:

http://ilmukepariwisataan.blogspo

Referensi

Dokumen terkait

o Memberikan kesimpulan bahwa penulisan nilai uang rupiah menggunakan aturan baku. o Memberikan motivasi untuk mengerjakan soal di

Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan

• Sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional, Indonesia wajib memberikan informasi terkait dengan pelestarian dan pemanfaatan sumber daya

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi

great expressiveness of her diary and on 25 June 1947, 'The Secret Annex' is published. in an edition

NO NAMA PAKET PEKERJAAN VOLUME LOKASI PEK.. TAUFIT

Bagaimana tahapan upacara ritual menanda tahun di Sisada Rube pada masyarakat Pakpak?. Apa makna dan fungsi upacara ritual menanda tahun pada masyarakat Sisada Rube

[r]