• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INDONESIA DENGAN INTERNASIONAL. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN INDONESIA DENGAN INTERNASIONAL. docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INDONESIA DENGAN MALAYSIA

Hubungan antardua negara Indonesia-Malaysia belum berlandaskan solidaritas yang saling mengerti dan menghargai perasaan nasional masing-masing. Hal ini dibuktikan dengan adanya serangkaian konflik antara Indonesia-Malaysia selama ini. Semakin hari, seiring dengan terpuruknya perekonomian Indonesia, Malaysia merasa superior dibandingkan Indonesia dan rendah dalam memandang Indonesia.

Hubungan tak baik antara Indonesia dan Malaysia sudah dimulai sejak pembentukan negara Malaysia yang didukung oleh kolonialisme Inggris. Kala itu bergema slogan yang sangat kuat: Ganyang Malaysia, yang digelorakan Presiden Sukarno, dalam rangka

memobilisasi dukungan masyarakat Indonesia dalam perang melawan Malaysia. Semboyan ganyang Malaysia, walaupun sudah sangat lama, tetapi tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan, ia selalu diingat ketika muncul persoalan dengan Malaysia. Ganyang Malaysia telah berada dibawah sadar sebagian masyarakat Indonesia, dan seketika bisa muncul jika ada masalah dalam hubungan Indonesia-Malaysia. Ungkapan “ganyang

Malaysia” telah menjadi bagian dari pembentuk heroik bangsa Indonesia dalam menghadapi Malaysia. Presiden Soekarno kemudian mengumandangkan Dwikora (Dwi Komando Rakyat) yang isinya

• Pertinggi ketahanan Revolusi Indonesia

• Bantu Perjuangan Revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak, dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia

Indonesia pun siap mengerahkan segala sumber daya nasional mulai dari militer sampai kesenian untuk menghancurkan negara boneka imperialis Inggris: Malaysia.

Akan tetapi periode ini sudah berakhir: terjadi perubahan orientasi politik dan

ekonomi di Indonesia sejak Orde Baru berkuasa. Permusuhan dihentikan dan hubungan baik dijalankan. Keduanya bahkan aktif sebagai penjaga kawasan ekonomi dan politik di Asia Tenggara dan bergabung dalam ASEAN. Terlebih lagi dari segi kultur dan bahasa memang tak jauh beda antara Indonesia-Malasia. Walau begitu, selalu saja ada materi konflik yang dimunculkan dan juga terasa tak tuntas dalam penyelesaiannya. Meski berjiran, hubungan Indonesia dan Malaysia tak selalu mesra. Sebut saja persoalan tentang perebutan pulau Sipadan dan Ligitan sejak 1967, masalah TKI dan perebutan wilayah teritorial.

Setelah Soeharto lengser pada Mei 1998, ledakan-ledakan dalam skala lebih besar kembali mengusik hubungan Indonesia-Malaysia. Persoalan-persoalan yang belum tuntas pada masa Orba, menjadi pemicu ketegangan. Diawali dengan lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002 oleh keputusan Mahkamah Internasional. Hubungan kedua negara yang diibaratkan dengan abang-adik ini pun kembali memanas. Seperti kita tahu, persoalan perebutan pulau Sipadan dan Ligitan diserahkan oleh Soeharto kepada Mahkamah

(2)

mereka pada tahun 2005. Negeri Jiran ini mempersilahkan perusahaan minyak Amerika, Shell untuk melakukan eksplorasi di laut Sulawesi. Padahal, berdasarkan deklarasi Juanda 1957, pulau tersebut milik Indonesia. Deklarasi Juanda sendiri pada tahun 1959 telah diadopsi oleh PBB ke dalam Konvensi Hukum Laut. Dengan demikian, PBB pun mengakui kepemilikan Indonesia atas pulau itu. Slogan politik "Ganyang Malaysia" pun kembali populer.

Isu-isu berkaitan dengan nasionalisme selalu berhasil menaikkan tensi hubungan dua negara. Hal ini dapat dilihat pada kanyataan bahwa akhir-akhir ini hubungan Indonesia-Malaysia mulai terpicu oleh berbagai kasus lainnya yang lebih pada isu kemanusiaan, seperti Manohara, TKW (PRT) yang dianiaya majikannya di Malaysia, dan sampai masalah klaim Malaysia atas hasil seni budaya kita. Tak urung emosi publik pun semakin berkobar

menanggapi rentetatan kasus tersebut, seolah menantang semangat “nasionalisme” rakyat yang cinta akan bangsanya. Upaya meredakan ketegangan antara Indonesia dan Malaysia yang sering terjadi pun merupakan hubungan formal yang belum mampu memperkuat dan memperluas hubungan interpersonal antarmasyarakat kedua negara.

Dalam suatu realitas suatu hubungan, baik hubungan personal maupun interpersonal, nasional maupun internasional, memiliki beberapa keterkaitan dan ketergantungan satu sama lainnya. Keterkaitan tersebut memberikan kontribusi yang sangat kuat bagi hubungan pihak-pihak yang bersangkutan. Namun, ketika kita memahami suatu hubungan antar negara satu dengan lainnya yang diartikan sebagi hubungan internasional ini, hal-hal yang

mempengaruhi baik dari segi positif maupun negatifnya masih cukup banyak. Entitas Globalisasi membuat negara-negara menjadi satu dan bergabung membentuk wadah organisasi yang mana tujuan kedepannya ialah agar dapat tercapainya suatu bentuk kerjasama regional maupun keamanan bersama.

Masa Orde baru di Indonesia yang dipimpin oleh Presiden RI ke-2 Soeharto,

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap hubungan luar negeri Indonesia saat itu. Ketika kita memahami Hubungan Indonesia dengan wilayah negara-negara di Asia Tenggara pada masa orde baru, suatu bentukan organisasi yang dianggap mampu mendapat respon yang cukup baik bagi politik luar negeri RI dan sebagai rekonstruksi pembangunan di sektor ekonomi Indonesia, yang kemudian dikenal dengan ASEAN atau Association of South-East Asian Nations. Dimana wadah organisasi ini dipelopori oleh 5 negara pendiri yakni: Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.

(3)

memberikan suatu ide “Konfrontasi” yang bersifat radikal terhadap kebijakan luar negeri Indonesia yang dikeluarkan presiden Soekarno pada masa Orde Lama.

Hubungan Indonesia Malaysia yang pertama kali dikenal dalam konstelasi politik regional, diawali dengan konfrontasi Indonesia vs Malaysia. Persamaan rumpun (melayu), sejarah,letak geografis serta persamaan bahasa yang sama tidak menjadikan Indonesia dan Malaysia menjalin hubungan yang sangat baik dan berlangsung secara harmonis, bahkan hubungan Indonesia sangatlah buruk ketika itu. Perbedaan sejarah kolonialisasi

membuat Rezim Soekarno atas ketidakpuasan terbentuknya negara Malaysia pada dekade tahun 1960an. Penyebarluasan imperialisme barat yang dinilai Soekarno memberikan pengaruh negatif terhadap kelangsungan negara-negara Asia Tenggara akhirnya membentuk suatu persepsi dan hubungan yang kurang baik dengan Malaysia.

Pemulihan Hubungan Indonesia-Malaysia atas konfrontasi yang dibuat oleh Soekarno, diakhiri pada tahun 1967 dan sekaligus menggantikan posisi pemerintahan Soekarno yang jatuh karena pemberontakan G-30S PKI, kemudian berganti menjadi pemerintahan Soeharto yang sekaligus merupakan awal mula dari pemerintahan Orde baru ini. mnya dicerminkan melalui kembalinya Indonesia dalam kea

Akan tetapi, perjalanan hubungan diplomatik antarnegara bertetangga memang tidak selalu berjalan mulus dan lancar. Utamanya Indonesia belakangan ini gencar disinggung oleh klaim budaya melalui propaganda pariwisata Malaysia. Kemudian, isu Terorisme yang gencar dibicarakan. Isu-isu perbatasan wilayah (Sipadan dan Ligitan, Ambalat, Sabah dan Serawak), penampungan kayu-kayu dan , penyelundupan BBM dan sebagainya sehingga hubungan kedua negara tersebut sangat kurang harmonis. Malaysia dinilai sebagai bangsa yang sangat melecehkan Indonesia bahkan menginjak-injak harga diri Indonesia. Dari hal inilah terlihat bahwa hubungan yang terjalin antara Indonesia-Malaysia tidak berjalan secara harmonis dan tidak mencerminkan suatu hubungan timbal-balik dalam lingkup geografis yang dapat menghasilkan kerjasama dari sektor perekenomian maupun militer.

Membaranya Ketidak-sukaan

Hubungan Indonesia-Malaysia memburuk akibat Indonesia menganggap upaya pencaplokan daerah Kalimantan (Borneo) oleh Malaysia. Hal ini dianggap Indonesia sebagai pelanggaran terhadap Manilla Accord. Sedangkan menurut Malaysia ini merupakan upaya ikut campur Indonesia terhadap urusan dalam negeri Malaysia. Hal ini mengakibatkan bangsa Malaysia geram dan melakukan tindakan tidak hormat terhadap Indonesia. Demonstarn Malaysia membakar foto Bung Karno di depan PM Tun Abdul Razak. Selain itu, para demonstran juga meneriakkan propaganda lewat media tentang anti Indonesia.

Kerusuhan meningkat ketike Federasi Malaysia dibentuk pada 16 Sepetember 1963. Kantor keduataan Inggris di Indonesia dibakar, diwaktu yang sama di Kuala Lumpur, massa

(4)

Lumpur. Sedangkan di perbatasan, massa Indonesia berusaha merebut Serawak dan Sabah berkali-kali namun belum membuahkan hasil.

Tahun 1964, pasukan Indonesia menyerang wilayah semenanjung Malaya (Melaka dan selatnya). Komando penyerangan ini dinamakan Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksamana Udara Omar Dani. Armada ini bersiaga di Bengkayang (Kalimantan Barat), Riau, dan Kalimantan Timur.

Malaysia kemudian terkena dampak security dilemma. Malaysia dibnatu Inggris

menyerahkan pasukan SAS (Special Air Service). Pasukan dengan tingkat ketahanan perang ini tentu bukan lawan yang proporsional untuk Indonesia. Pasukan gabungan Inggris dan Australia ini berhasil emmukul mundur kekuatan komandan siaga Indonesia sehingga kontak senjata antara Indonesia-Malaysia berkurang (mereda).

Pada awal tahun 1965, ketika PBB memasukkan Malaysia sebagai satu daintara sepuluh anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia menyatakan keberatan secara diplomatis dan secara frontal memutuskan keluar dari PBB.

Meskipun berani melakukan langkah frontal, Indonesia ternyata juga terjepit dengan keaddan dimana tidak ada Negara yang beraliansi. Australia dan Inggris malah membantu Malaysia mendapatkan kedaulatan yang lebih baik.akhir dari konfrtontasi ini ialah peristiwa pengepungan 68 hari oleh angakatn bersenajata Malaysia terhadap 5000 warga Negara Indonesia. Sejak saat itu, tidak ada lagi kontak senjata antara Indonesia-Malaysia.

Hasil survei Lembaga Survei Nasional di 33 Provinsi dari 20-29 Agustus 2009 dengan metode multi stage random sampling terhadap 2.178 responden dan margin error 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen, menyebutkan sebanyak 32 persen masyarakat Indonesia menginginkan putus hubungan dengan Malaysia. 40 persen mendesak pemerintah bersikap lebih tegas kepada Malaysia. Hanya 16 persen yang mendesak supaya hubungan dengan Malaysia ditingkatkan.

Selain itu, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dengan metode multi stage random sampling dengan 1,000 responden, sebanyak 67,5 persen publik Indonesia mempersepsikan hubungan Indonesia selama ini sangat buruk. Sangat baik 21,9 persen, tidak jawab 10,5 persen.

Hasil survei Sydney’s Lowy Institute tahun 2012, yang dilakukan seluruh Indonesia kecuali Maluku, Papua dan Papua Barat. Usia responden 17 ke atas, negara yang dianggap ancaman adalah Malaysia (63 persen), Amerika Serikat (19 persen), China, Australia, dan Singapura 12 persen.

(5)

Dari hasil berbagai survei tersebut dapat dikemukakan bahwa tingkat ketidak-sukaan sebagian besar masyarakat Indonesia terhadap Malaysia sangat tinggi. Besarnya tingkat ketidak-sukaan terhadap Malaysia merupakan bom waktu karena pada umumnya yang tidak suka kepada Malaysia adalah dari kalangan muda Indonesia.

Pemecahan Masalah

Besarnya perasaan tidak suka terhadap Malaysia dan adanya perasaan terancam dari Malaysia, tidak boleh dianggap sebagai angin lalu dan dibiarkan seperti selama ini.

Menurut saya, diperlukan upaya yang serius dan terus-menerus untuk memecahkan masalah yang mengancam hubungan kedua negara. Pertama, mencari akar masalah yang membuat sebagian bangsa Indonesia tidak suka terhadap Malaysia. Akar masalahnya memang kompleks tetapi harus ada upaya untuk memecahkannya melalui dialog seperti sengketa budaya harus ada dialog untuk menemukan titik persamaan pandangan antara P-to-P, dan G-to-G supaya masalah ini tidak menjadi bola liar yang merusak hubungan kedua bangsa. Begitu juga masalah TKI, harus ada upaya untuk mencegah dan mengurangi perlakuan kurang manusiawi terhadap TKI, misalnya dengan membentuk Lembaga Monitoring TKI dan Majikan di Malaysia.

Kedua, lakukan pendekatan dengan masyarakat kampus, NGO, budayawan, dan kelompok-kelompok kritis terhadap Malaysia melalui berbagai program kegiatan. Maka, sebaiknya pemerintah Malaysia menyediakan dana yang cukup untuk membiayai kegiatan tersebut. Untuk menghilangkan kecurigaan, maka para alumni dari Malaysia dapat memainkan peran yang konstruktif untuk meluruskan persepsi negatif terhadap Malaysia. Selain itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Malaysia, dapat dilatih untuk menjadi duta untuk mengharmoniskan hubungan P-to-P dan P-to-G Malaysia.

Ketiga, pemerintah Malaysia, harus lebih aktif lagi membangun hubungan dengan media di Indonesia. Lakukan kegiatan yang bisa mendekatkan hubungan harmonis dengan wartawan seperti coffee morning sebulan sekali untuk membangun komunikasi dan keakraban.

Keempat, pemerintah Malaysia sebaiknya semakin meningkatkan lobby dengan para pimpinan partai politik dan para anggota parlemen Indonesia khususnya Komisi l DPR RI. Hubungan yang dibangun tidak hanya formal, tetapi akan lebih baik jika bersifat

kekeluargaan.

Kelima, manfaatkan para alumni dari Malaysia menjadi duta Indonesia-Malaysia untuk mengurangi dan menghilangkan ketidak-sukaan terhadap Malaysia. Selain itu, partisipasikan para alumni dari Malaysia dalam investasi Malaysia di Indonesia. Begitu juga dalam

membangun kerjasama dibidang ekonomi, budaya, sosial dan lain sebagainya.

(6)

Kesepakatan yang sudah ada antara Indonesia dengan Malaysia di wilayah perbatasan adalah garis batas Landas Kontinen di Selat Malaka dan Laut Natuna berdasarkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Malaysia tentang pene-tapan garis batas landas kontinen antara kedua negara (Agreement Between Government of the Republic Indonesia and Government Malaysia relating to the

delimitation of the continental shelves between the two countries), tanggal 27 Oktober 1969 dan diratifikasi dengan Keppres Nomor 89 Tahun 1969.

Berikutnya adalah Penetapan Garis Batas Laut Wilayah RI – Malaysia di Selat Malaka pada tanggal 17 Maret 1970 di Jakarta dan diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1971 tanggal 10 Maret 1971. Namun untuk garis batas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) di Selat Malaka dan Laut China Selatan antara kedua negara belum ada kesepakatan.

Batas laut teritorial Malaysia di Selat Singapura terdapat masalah, yaitu di sebelah Timur Selat Singapura, hal ini mengenai kepemilikan Karang Horsburgh (Batu Puteh) antara Malaysia dan Singapura. Karang ini terletak di tengah antara Pulau Bintan dengan Johor Timur, dengan jarak kurang lebih 11 mil. Jika Karang Horsburg ini menjadi milik Malaysia maka jarak antara karang tersebut dengan Pulau Bintan kurang lebih 3,3 mil dari Pulau Bintan.

(7)

HUBUNGAN INDONSIA DENGAN SINGAPURA

Hubungan Bilateral Indonesia Singapura telah menunjukkan peningkatan di berbagai bidang kerjasama terutama hubungan kerjasama politik, hubungan kerjasama ekonomi dan

hubungan kerjasama sosial budaya. Selain itu kunjungan antara sesama pejabat Pemerintah maupun swasta di kedua negara telah memberikan kontribusi yang besar bagi

pengembangan hubungan kerjasama dan peningkatan investasi di kedua negara.

Hubungan diplomatik Indonesia- Singapura dilakukan secara resmi pada bulan September 1967, yang dilanjutkan dengan pembukaan kedutaan besar masing-masing negara. Secara politik, pada dasarnya hubungan Indonesia–Singapura mengalami fluktuasi didasarkan isu permasalahan menyangkut kepentingan nasional masing-masing negara, namun demikian kedua negara memiliki fondasi dasar yang kuat untuk memperkuat dan meningkatkan hubungan kedua negara yang lebih konstruktif, pragmatis dan strategis. Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan antara kedua negara di Bali tanggal 27 April 2007 salah satu koridor hukum bagi palaksanaan dan peningkatan

hubungan bilateral kedua negara, meskipun masih diperlukan pendekatan-pendekatan pada teknis pelaksanaannya.

Di bidang ekonomi, Singapura dengan luas negara 682.7 km2 dan populasi penduduk sekitar 4.657.542 jiwa telah tumbuh menjadi negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar, karena menjadi perlintasan transaksi jasa ekonomi di dunia. Oleh karena itu

peningkatan hubungan kerjasama antara Singapura dan Indonesia sebagai bagian dari upaya pendekatan good neighbour policy merupakan peluang kerjasama yang saling mengungtungkan.

(8)

usaha-usaha untuk meningkatkan kerjasama pendidikan, kebudayaan, pariwisata serta hubungan people to people contact.

Kerangka hubungan kerjasama Indonesia dan Singapura tersebut di atas, telah menjadi landasan dasar bagi pengembangan hubungan bilateral Indonesia-Singapura yang lebih mengikat, salah satunya melalui kunjungan antara Kepala Negara/Kepala Pemerintahan kedua negara yang menghasilkan kespakatan-kesepakatan susbtansial untuk meningkatkan dan mengambangakan hubungan kerjasama bilateral kedua negara.

Dalam kunjungan Presiden RI ke Singapura pada tanggal 12 November 2009, Presiden RI telah melakukan pertemuan bilateral dengan PM Lee Hsien Loong, kunjungan kehormatan kapada Presiden Singapura, S.R. Nathan dan Minister Mentor Singapura, Lee Kuan Yew. Dalam pertemuan Bilateral dengan Presiden RI tersebut, PM Singapura menyampaikan beberapa pandangan antara lain :

1. Perlunya penyelenggaraan retreat para menteri kedua negara, untuk mereview hubungan yang selama ini telah terjalin dengan baik, sehingga kedua negara dapat melakukan stock takingatas berbagai capaian kerjasama, dan sekaligus

memproyeksikan langkah-langkah yang perlu dilakukan;

2. Kerjasama kedua negara dalam konteks Joint Steering Committee (JSC) dan Joint Working Group (JWG) on Economic Cooperation in the Islands of Batam, Bintan dan Karimun

telah meraih kemajuan terlepas dari sejumlah masalah yang harus diselesaikan. 3. Masih ada kesalahpahaman yang sering terjadi dalam upaya pengembangan hubungan kedua negara;

4. Komitmen mendorong peningkatan investasi Singapura di Indonesia yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi, dan pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja di Indonesia.

5. Perlunya ASEAN untuk terus menjadi driving force dalam pengembangan kerjasama kawasan. Raihan kerjasama antara ASEAN dengan negara-negara mitra wicara, seperti dalam kerangka ASEAN-AS dan ASEAN+3 mencerminkan sikap ASEAN yang selalu terbuka untuk bekerjasama dengan negara-negara di luar kawasan serta menekankan ASEAN menjadi center dalam setiap kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara.

Menanggapi hal tersebut, Presiden RI menyampaikan beberapa hal antara lain : 1. Menyambut gembira hubungan bilateral Indonesia dan Singapura yang telah berkembang dengan kokoh. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya untuk terus meningkatkan hubungan persahabatan antara Indonesia dan Singapura. Permasalahan yang terjadi antara Indonesia dan Singapura merupakan bagian dari proses yang selalu terjadi di antara kedua negara. Berbagai permasalahan pending yang ada tidak akan pernah

(9)

2. Menyambut baik gagasan pelaksanaan retreat bilateral yang akan dilakukan pada waktu 6 (enam) bulan mendatang. Melalui retreat ini akan dilakukan stock taking, khususnya guna mereview kerjasama yang dilakukan selama ini.

3. Dalam kerangka ASEAN, ASEAN+3 telah mencapai kemajuan-kemajuan yang berarti dan ASEAN perlu mengembangkan kerjasama dengan negara lain termasuk dengan India dan negara penting lainnya.

4. Dalam kaitan dalam negeri, proses reformasi masih berlangsung di Indonesia. Indonesia masih membutuhkan waktu untuk merekonstruksi berbagai macam aspek terkait dengan upaya pembangunan nasional Indonesia serta perubahan perilaku dalam

melaksanakan hal tersebut.

5. Indonesia mengundang partisispasi sektor swasta Singapura untuk mendukung pembangunan nasional Indonesia. Indonesia telah berhasil meminimalisir dampak dari krisis keuangan global terhadap perekonomian negara.

Selain hal tersebut, kedua negara juga sepakat untuk bersama-sama mensukseskan

pertemuan PBB tentang perubahan iklim yang akan berlangsung di Copenhagen, Denmark. Kedua negara berharap ada suatu mekanisme kerjasama yang efektif untuk mensukseskan pertemuan PBB tentang perubahan iklim di Copenhagen, Denmark bulan Desember mendatang.

Komitmen-komitmen tersebut akan menjadi landasan kerjasama untuk dapat dilaksanakan pada tingkat yang lebih teknis dalam kerangka mencapai sasaran dan tujuan kerjasama bilateral Indonesia dan Singapura. Mekanisme retreat bilateral Indonesia-Singapura yang akan dilakukan enam bulan mendatang akan menjadi media evaluasi terhadap posisi kerjasama Indonesia-Singapura dan merumuskan target kemajuan yang hendak dicapai secara bersama-sama.

Berkenaan dengan hal tersebut, kiranya Departemen/ instansi di Indonesia yang terkait dengan kerjasama Indonesia-Singapura melakukan langkah-langkah koordinasi yang lebih intensif untuk dapat menyiapkan dan merumuskan evaluasi komprehensif kerjasama Indonesia-Singapura dan merumuskan posisi dasar kerjasama Indonesia-Singapura pada isu-isu aktual yang menjadi pokok perhatian kedua negara. Sehingga

mekanisme retreat bilateral Indonesia-Singapura enam bulan mendatang akan memenuhi target dan tujuan sesuai dengan keinginan untuk meningkatkan hubungan kerjasama bilateral kedua negara yang saling menguntungkan.

(10)

Perjanjian Batas Laut Indonesia Dengan Singapura

Batas laut antara Indonesia dengan Singapuran yang selama ini diperdebatkan kedua negara telah terselesaikan. Perdebatan kedua negara terselesaikan setelah diadakan perjanjian bilateral antara kedua belah pihak.Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan Menteri Luar Negeri Singapura George Yoe di Jakarta, Selasa (10/3/2009), menandatangani naskah perjanjian tentang penetapan garis batas laut wilayah kedua negara di bagian barat Selat Singapura. perjanjian tersebut tercapai dari delapan putaran perundingan yang telah

dilakukan oleh kedua negara sejak 2005. Batas laut wilayah yang disepakati dalam perjanjian tersebut adalah kelanjutan dari garis batas laut wilayah yang telah disepakati sebelumnya pada perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah yang ditandatangani pada tanggal 25 Mei 1973.

Penentuan garis batas laut wilayah Indonesia dan Singapura ditetapkan berdasarkan hukum internasional yang mengatur tata cara penetapan batas maritim yakni Konvensi Hukum Laut (Konvensi Hukla) 1982, dimana kedua Negara adalah Pihak pada Konvensi. Dalam

menentukan garis batas laut wilayah ini, Indonesia menggunakan referensi titik dasar (basepoint) Indonesia di Pulau Nipa serta garis pangkal kepulauan Indonesia (archipelagic baseline) yang ditarik dari Pulau Nipa ke Pulau Karimun Besar. Garis pangkal ini adalah garis negara pangkal kepulauan yang dicantumkan dalam UU 4/Prp/1960 tentang Perairan Indonesia dan diperbaharui dengan PP 38/2002 dan PP 37/2008.

Penetapan garis batas laut wilayah di segmen barat ini akan mempermudah bagi aparat keamanan dan pelaksana keselamatan pelayaran dalam bertugas di Selat Singapura karena terdapat kepastian hukum tentang batas-batas kedaulatan ke dua negara. Tim Teknis

Perunding batas maritim Indonesia terdiri atas unsur departemen dan instansi lintas sektoral yaitu Deplu, Dephan, Dephub, DKP, Dep ESDM, Mabes TNI, Bakosurtanal, Mabes TNI-AL dan Dinas Hidro-oseanographi AL. Tim juga memperoleh masukan dari Tim Pakar yang terdiri dari para pakar dan akademisi.

Dengan selesainya perjanjian batas laut wilayah pada segmen barat (Tuas - P. Nipa) ini, maka masih terdapat segmen timur 1 dan timur 2 yang perlu dirundingkan. Segmen timur 1 adalah di wilayah Batam - Changi dan segmen timur 2 adalah wilayah sekitar Bintan-South Ledge/Middle Rock/Pedra Branca yang masih menunggu hasil negosiasi lebih lanjut antara Singapura - Malaysia pasca keputusan ICJ. Selain itu, bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran untuk menyelesaikan masalah-masalah perbatasan yang belum terselesaikan. Jangan sampai Indonesia mengalami kerugian yang sangat besar dalam menyelesaikan masalah perbatasan wilayah Indonesia. Sehingga, Bangsa Indonesia berhasil

(11)

HUBUNGAN INDONEISA DENGAN THAILAND

Pemerintah Indonesia dan Thailand sepakat meningkatkan kerja sama di bidang pertanian, terutama alih teknologi informasi dan teknologi, perdagangan, pelatihan, teknik dan penelitian dalam bidang pertanian. Kesepakatan itu dituangkan dalam MoU yang

ditandatangi oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand, Khunying Sudarat Keyuprahan, Jumat siang. Penandatangan yang dilakukan di Ruang Purple di Thai Koo Fah Building (gedung pemerintahan Thailand) di Bangkok,

disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Thailand Thaksin Shinawatra.

Menurut informasi Departemen Pertanian, bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan menurut isi nota kesepahaman itu antara lain menyangkut promosi perdagangan komoditi pertanian; pengelolaan dan perlindungan keragaman hayati pertanian; pengembangan dan penyuluhan pertanian; kerja sama teknik dan peningkatan SDM; serta pengelolaan dan perlindungan lahan-lahan pertanian dan air. Untuk mendukung pencapaian kerja sama, kedua pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Pertanian Bersama (JAWG), yang diketuai oleh seorang pejabat tinggi dari masing-masing negara.

Tugas utama JAWG itu adalah menyampaikan masukan mengenai pengembangan dan perbaikan kerjasama, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan, serta membuat rekomendasi penanganan permasalahan yang timbul dari pelaksanaan MoU tersebut. MoU yang ditandantangani menteri pertanian Indonesia dan Thailand itu merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang dibuat oleh kedua negara dalam bidang kerjasama ekonomi dan teknik (Agreement on Economic and Technical Cooperation) yang ditandatangani pada 18 Januari 1992 di Bangkok.

MoU juga merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bidang pertanian (Agreement on Agricultural Cooperation) yang ditandatangani dan diamandemen di Jakarta pada 22

(12)

Thaksin melakukan pertemuan empat mata, yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral. Delegasi yang dipimpin Presiden dalam pertemuan bilateral itu antara lain terdiri dari Menko Perekonomian Boediono, Menlu Hassan Wirajuda, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menneg BUMN Soegiharto, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Ketua Umum Kadin M.S. Hidayat, anggota DPR Ade Nasution dan Tristanti Mitayani, anggota DPD Edwin Kawilarang, serta Dirjen Asia Pasifik dan Afrik-Deplu, Herijanto Soeprapto. Khusus untuk kerjasama di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, Presiden mengatakan Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah dari keberadaan kawasan khusus tersebut karena luas wilayah Singapura tak akan bertambah dengan industrinya semakin maju.

Karena itu, kawasan sekitar Singapura seperti Batam, Bintan, dan Karimun, dapat meraih keuntungan dari kondisi tersebut. Presiden mengatakan kerjasama erat dengan Singapura juga diharapkan meningkat dalam bidang pariwisata dan transportasi udara, khususnya menjelang kebijakan ASEAN Open Sky pada 2015. Sementara dalam bidang tenaga kerja, Indonesia berharap agar tenaga kerja terampil atau kaum profesional semakin mendapatkan tempat dalam pasar tenaga kerja Singapura. Untuk bidang agribisnis, Presiden menjelaskan, Indonesia sampai saat ini masih sedikit berkontribusi dalam konsumsi sayur mayur dan buah-buahan Singapura. Sebelum 2014, Kepala Negara mengatakan, Indonesia menargetkan menguasai hingga 30 persen pasar sayur mayur dan buah-buahan Singapura. Di luar

kelompok kerja bidang ekonomi, Indonesia dan Singapura membentuk satu kelompok kerja lagi untuk koordinasi kerjasama ancaman terorisme di kawasan. “Working Group masalah `combating terorism` ini sudah berjalan dan kita ingin lebih efektif lagi dilakukan,” ujar Presiden. Pertemuan antara Presiden Yudhoyono dan PM Lee Hsien Loong dilakukan dalam suasana santai yang lepas dari suasana kaku keprotokoleran.

Sebelum melakukan pembicaraan bilateral, kedua pemimpin makan siang bersama di

sebuah restoran di tengah Botanic Garden yang rimbun. Presiden menegaskan posisi penting Singapura sebagai mitra ekonomi yang kuat dalam bidang investasi dan perdagangan. Namun selain membahas masalah kerjasama ekonomi dan terorisme, kedua pemimpin tidak membicarakan masalah lain seperti perjanjian ekstradisi dalam pertemuan tersebut. Volume perdagangan Indonesia-Singapura pada 2009 mencapai 25 miliar dolar AS, tertinggi keempat setelah Amerika Serikat, Jepang, dan China. Sedangkan investasi Singapura di Indonesia pada 2009 mencapai 4,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp4,3 triliun.

PERJANJIAN INDONESIA – THAILAND

Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Kingdom of Thailand On Economic and Technical Cooperation. (Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Thailand Mengenai Kerjasama Ekonomi dan Teknik).

(13)

Diratifikasi melalui Keppres No.19 tanggal 25 Maret 1992 LN No.30.

Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Kingdom of Thailand Relating to the Delimitation of the Sea-Bed Boundary Between the Two Countries in the Andaman Sea. (Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Thailand Tentang Penetapan Garis Batas Dasar Laut Antara Kedua Negara Di Laut

Andaman).

Ditandatangani di Jakarta , 11 Desember 1975.

Diratifikasi melalui Keppres No.1 tanggal 31 Januari 1977 LN No.3.

Record of Discussion the First Official Meeting at Technical Level on the Delimitation of Exclusive Economic Zone (EEZ) Boundary Between Indonesia-Thailand, Jakarta, 13-15 August 2003. (Catatan Hasil Perbincangan pada Pertemuan Pertama Pejabat di Tingkat Teknis Mengenai Penentuan Batas-Batas Zona Ekonomi Eksklusif Antara Indonesia-Thailand, Jakarta, 13-15 Agustus

2003). Ditandatangani di Jakarta, 15 Agustus 2003

Referensi

Dokumen terkait

Guru menugaskan siswa untuk menceritakan kembali cerita yang dibacanya dengan bahasa sendiri secara tertulis.. Siswa menceritakan kembali cerita yang dibacanya dengan bahasa

Chita, David & Pali (2015) self-control pada remaja merupakan kapasitas dalam diri yang dapat digunakan untuk mengontrol variabel- variabel luar yang menetukan

Beberapakarakteristik individu yang diduga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien adalah; pendidikan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi ekonomi

Indikator pemahaman kosep yang dikembangkan pada item soal nomor 4 dan 5 adalah memberikan contoh atau contoh kontra (bukan contoh) dari konsep yang

a. 2) Kompetisi tingkat internasional adalah kompetisi yang diselenggarakan oleh lembaga atau asosiasi tingkat internasional, atau kompetisi yang diiikuti oleh peserta

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya responden dalam penelitian Profil Self Efficacy Karir Mahasiswa BK Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya dan penelitian dilakukan

Perlu diketahui bahwa Merry Riana dan Alva Tjenderasa bekerja untuk produk keuangan Prudential adalah satu tim, Merry bagian yang mencegat klien dan presentasi jadi dia yang lebih

tepian sungai Musi kota Palernbang menrperlihatkan nilai < 0,50,artinya tidak terjadi dominansi spesies tertentu.Infonnasi hasil penelitian ini diharapkan dapat