• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANTEN DALAM KEMELUT PEMBANGUNAN pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BANTEN DALAM KEMELUT PEMBANGUNAN pdf"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BANTEN DALAM KEMELUT PEMBANGUNAN : JALAN TEMPUH PEMBANGUNAN PROVINSI

BANTEN DALAM RANGKA RESOLUSI MENYAMBUT KEPEMIMPINAN BARU

Oleh : Zainal Muttaqin

1

Telah berakhir pemilihan Kepala Daerah secara serentak tiga bulan silam, Banten memiliki Gubernur terpilih yang dilakukan secara Demokratis, meskipun menyisakan kekecewaan bagi sebagian masyarakat karena perbedaan suara yang tipis. Namun haruslah kita maklumi, karena itu bagian dari konsekuensi Demokrasi, yang harus dilakukan saat ini adalah mengawal pemerintahan yang baru agar harapan masyarakat secara umum dapat terpenuhi melalui visi dan misi yang sudah dikampanyekan saat pencalonan. Baiknya, sebagai masyarakat Banten, kita tidak boleh tersekat dikarenakan hanya pada pilihan yang berbeda, tapi harus turut serta dalam pembangunan, itulah ciri dari masyarakat Demokratis dan Madani.

Dr. Wahidin Halim, M.Si dan Andhika Hazrumy, M.AP. sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Banten terpilih wajib melakukan depolarisasi dari pergesekan pasca pemilu. Karena ketidakpuasan sebagian kalangan jelas akan menghambat pembangunan yang akan dilakukan, karenanya aktifitas menyatukan berbagai elemen masyarakat dari imbas pemilu jelas akan makin memperbesar sekat apabila tidak dirangkul. Tujuan yang ingin dicapai pun seperti visi dan misi yang sudah dicanangkan tidak akan berwujud apabila tanpa peran serta masyarakat. Sedikit mengingatkan kembali, saat kampanye lalu pasangan terpilih ini mengusung visi banten yang maju, mandiri, berdayasaing, sejahtera dan berakhlakul karimah, serta misi menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur, meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan berkualitas, meningkatkan akses dan pemereataan pelayanan kesehatan berkualitas dan meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

Seperti pada umumnya, setiap politisi yang mencoba peruntungan dalam pertarungan politik, seperti pemilihan kepala daerah beberapa waktu lalu misalnya, selalu mengusung visi dan misi yang begitu muluk, serta program kerja yang begitu brilian, namun tanpa memperhatikan realita sesungguhnya keadaan masyarakat dan ketersediaan anggaran, sehingga sebagian besar angan-angan surganya tidak dapat direalisasikan. Sehingga momentum lima tahunan yang dihelat untuk memilih kepala daerah hanya menjadi rutinitas formalistik belaka, karena belum menyentuh hal-hal substansial, seperti pembangunan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Jadi jika kita lihat kacamata ilmiah perlu kita pertanyakan Demokrasi yang tersedia di Indonesia, terutama sekali kondisi banten, mengapa konstruksi demokrasi tidak berbanding lurus dengan pemakmuran masyarakatnya?

Perlembagaan Demokrasi Formalistik

Masih ingat di benak kita tentunya bagi yang pernah merasakan pemerintahan Orde Baru, Otoriterianisme dibangun untuk melanggengkan kekuasaan politik yang dikemas dalam bentuk kekaryaan atau disebut sebuah rezim yang mementingkan kepentingan golongan yang terlibat dalam program kekaryaan Presiden Suharto pada masa itu (kelompok ini disebut Golongan Karya), sehingga

1 Penulis merupakan Peneliti di YS Institute dan Mahasiswa S2 Program Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana

(2)

walau perlembagaannya berbentuk Demokrasi (Pemilu dan lembaga-lembaga kapital ekonomi) tetapi sebatas formalitas saja, yang pada akhirnya orang-orang yang berada dalam Golkar lah yang akan menikmati porsi-porsi politik dan bisnis yang ada. Pada masa itu pemerintahan bersifat sentralistik, dimana tidak ada hak daerah untuk membangun konstruksi pemerintahan yang disesuaikan dengan potensi daerah tersebut, selanjutnya pasca rezim Orde Baru barulah perlembagaan politik di daerah memiliki hak untuk merencanakan program tanpa harus terikat pada pemerintah pusat.

Tahun 1998, merupakan akhir dari riwayat Orde Baru dan awal bangunan reformasi dibentuk, dimana pembatasan-pembatasan politik yang dilakukan pada masa Orde Baru dihapus, dan dibentuknya perlembagaan-perlembagaan politik yang jauh lebih demokratis, terbukti pada tahun 1999 pemilu yang diselenggarakan diikuti 48 Partai Politik, dimana pada rezim sebelumnya hanya diperbolehkan hidup tiga partai setelah dilakukan Fusi pada tahun 1973 yang dikategorikan menurut ideologinya. Pada masa Reformasi secara radikal tatanan politik dirubah menjadi sangat demokratis, pers yang sebelumnya menjadi corong pemerintah pada masa ini hidup secara bebas dengan jaminan kebebasan pers, untuk mempermudah tata kelola pemerintahan dilakukan desentralisasi dan otonomi daerah (sehingga pemerintah daerah tidak bergantung pada pemerintah pusat), secara terstruktur model pendidikan nasional digubah dan kurikulum ditinjau kembali, serta masih banyak lagi tatanan yang berubah secara drasitis. Yang paling penting dan mencolok ialah, masalah desentralisasi dan pembangunan ekonomi, dimana pembangunan ekonomi daerah tidak lagi menjadi kesalahan pemerintah pusat jika gagal, akan tetapi menjadi kesalahan yang dipikul oleh kepala daerahnya.

Pemilihan kepala daerah secara langsung sendiri baru terlaksana setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Banten sendiri baru melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung pada tahun 2006, dimana kontestasi pada saat itu menghantarkan Ratu Atut Chosiyah menjadi Gubernur hingga dua periode. Kabar buruknya ialah pemerataan pembangunan tidak merata ke seluruh lapisan masyarakat Banten dari awal berdirinya pada tahun 2000 hingga kini. Ini membuktikan perlembagaan politik di Banten tidak turut membangkitkan perlembagaan dalam hal kemakmuran masyarakatnya, yang terjadi justru penenggelaman pada kesulitan mencari lapangan pekerjaan, ketimpangan sosial dan ekonomi, ketidakmerataan penyediaan layanan kesehatan, penyediaan layanan pendidikan yang buruk dan pembangunan infrakstuktur yang tidak selaras antara perdesaan dan perkotaan. Permasalahan-permasalahan ini menjadi pemicu dari kesenjangan sosial yang terjadi di Provinsi Banten.

Hadirnya Gubernur Baru pasca pemilihan kepala daerah pada tanggal 15 Februari 2017 lalu, yang memenangkan Wahidin Halim dan Andhika Hazrumy menjadi tumpuan masyarakat Banten akan hadirnya kemakmuran dari visi dan misi yang sudah terlanjur menjadi janji, bukan janji manis tentunya yang diharapkan masyarakat. Masyarakat luas di Banten tentunya menginginkan pilihannya yang memenangkan pertarungan politik dapat membawa perubahan yang nyata, bukan dari sekedar formalitas program yang digagas saja, tapi benar-benar dilaksanakan dengan prestasi.

Masalah-Masalah di Banten

(3)

dengan akses yang baik seperti sarana, prasarana dan tenaga pendidik yang berkualitas. Kemudian masalah pembangunan infrastruktur mungkin menjadi permasalahan yang kadang membuat masyarakat geram, karena hal inilah yang dirasakan langsung oleh masyarakat, dimana pembangunan infrastruktur di Banten masih dapat dikategorikan buruk, lihat saja jalan-jalan yang berada di perdesaan masih banyak yang jauh dari kategori baik, bahkan di wilayah perkotaan sekalipun. Masalah aset juga masih menjadi kemelut yang belum terselesaikan sampai saat ini, setelah hampir 17 tahun Provinsi ini berdiri. Dan masih banyak lagi masalah lainnya.

Pendidikan gratis sembilan tahun, tentunya menjadi angin segar bagi seluruh masyarakat Indonesia yang menginginkan akses pendidikan, tidak terkecuali bagi masyarakat Banten. Namun kebijakan wajib belajar sembilan tahun bergulir, tidak lantas membuat pemerintah daerah berbenah untuk membantu terealisasinya pendidikan yang berkualitas. Mungkin saja sebetulnya pemerintah daerah berupaya untuk melakukan perbaikan untuk sektor pendidikan, seperti biaya operasional sekolah daerah (BOSDA) yang dibebankan pada APBD, sebelumnya kebijakan mengenai akses pendidikan SD-SMP digagas pemerintah pusat melalui biaya operasional sekolah (BOS), jadi BOSDA merupakan dukungan pemerintah daerah untuk membantu tambahan biaya yang belum dicover oleh BOS. Namun disamping itu, perlu kita lihat bahwa pembiayaan di sektor pendidikan yang seharusnya minimal dua puluh persen dari APBD, akan tetapi sampai saat ini masih dibawah angka tersebut. Tahun 2015 saja anggaran pendidikan hanya 3,96 persen dari APBD Banten sehingga menuai kritik dari Mendikbud.

Kemelut pendidikan bukanlah satu-satunya masalah. Banten sendiri memiliki preseden buruk pada bidang kesehatan setelah terbongkarnya korupsi alat-alat kesehatan yang melibatkan mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah beberapa tahun silam. Saat ini dapat kita saksikan buruknya pelayanan dan fasilitas kesehatan di Provinsi Banten, meskipun ada BPJS kesehatan yang hakekatnya dapat mengcover permasalahan kesehatan masyarakat secara umum, nyatanya tidak semua lapisan masyarakat dapat mengakses kesehatan secara murah. Di RSUD Serang misalnya, sesuai dari pengalaman pribadi dan beberapa orang, tenaga kerja di RSUD jauh lebih memperhatikan masyarakat yang berobat tanpa menggunakan BPJS, kemudian minimnya tenaga kerja professional di hampir seluruh kecamatan di Provinsi Banten dan yang paling jelas penderita gizi buruk masih tinggi, tahun 2016 terdapat sekitar 1.078 balita menderita gizi buruk, begitu pula angka harapan hidup (AHH) berada pada 69,43 persen, ini dibawah angka AHH nasional 70,78 persen, sebagaimana yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten tahun 2016. Artinya perlu ada penyesuaian demi peningkatan kualitas kesehatan.

Masalah lainnya di Provinsi Banten ialah akses pekerjaan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan penduduk di Provinsi Banten, sehingga menyebabkan tingginya angka pengangguran. Data BPS tahun 2016 menunjukkan angka pengangguran berada pada 7,95 persen, jauh lebih tinggi dari angka pengangguran nasional 5,50 persen. Tingginya angka pengangguran dipicu oleh terbatasnya ketersediaan lapangan kerja, yang seharusnya dapat dijamin oleh pemerintah daerah.

(4)

menghubungkan semua wailayah di Provinsi Banten. Kita ketahui bersama, tidak semua transportasi yang tersedia dapat menghubungkan semua wilayah di Banten, terutama wilayah-wilayah pelosok, akhirnya masyarakat harus membayar mahal atas ketiaktersediaannya sarana ini, dimana roda perputaran perekonomian cenderung mandek bagi masyarakat yang tidak terhubung transportasi.

Bagi masyarakat perdesaan yang paling penting ialah terjaminnya dana usaha, dikarenakan kultur masyarakat perdesaan di Banten mayoritas bertani dan nelayan (bagi masyarakat pesisir), sehingga petani maupun nelayan menginginkan adanya dana bergulir yang disediakan pemerintah. Karena dalam melakukan aktifitasnya, petani dan nelayan membutuhkan akses keuangan yang tidak memberatkan (saat ini pnjaman Bank dirasa masih memberatkan bagi petani dan nelayan). Apabila merujuk pada data statistik, lebih dari enam puluh persen petani di Banten berada pada golongan kurang sejahtera, maka perlu lah kiranya keseriusan sentuhan pemerintah dalam masalah ini.

Masalah transparansi juga masih menjadi perhatian di Provinsi Banten, dimana tingginya ketidaktransparanan di sebagian besar SKPD Provinsi Banten, sehingga hingga saat ini, clean and good government belumlah sampai kepada aplikasi yang utuh. Secara teoretis, tata kelola pemerintah yang baik dan memberikan dampak positif dapat dicapai apabila dilaksanakan dengan terbuka dan akuntabel, sehingga masyarakat secara umum dapat mengawasi jalannya pemerintahan. Dapat kita jumpai, hampir di seluruh situs website yang dibuat SKPD tidak berjalan baik, bahkan hampir semua lamannya kosong.

Mengurai Masalah Banten 17 Tahun

Masalah-masalah di atas, tidak lain ialah menggambarkan bagaimana keadaan Provinsi yang menghadapi usia ke 17 tahun belum dapat bangkit dari segala kelemahan yang ada, padahal jika kita hubungkan pada potensi, ialah begitu besar harapannya. Banten akan menemui kemajuannya apabila pemerintahan dikelola dengan serius, yang tidak menjadikan arena demokrasi pemilu sebagai aktifitas rutin lima tahunan yang tidak berkorelasi dengan peningkatan kapasitas masyarakatnya. Perlu adanya langkah konkret agar terlepas dari segala kepailitan.

Pertama, Pemerintahan yang bersih dan baik harus dilakukan dengan pemilihan orang-orang yang tepat, yang dapat mengurusi permasalahan di Provinsi Banten. Artinya, ASN yang menduduki posisinya di seluruh SKPD harus mengerti atas apa yang ia kerjakan, untuk itu peningkatan kapasitas ASN jagan hanya dilakukan sekadar formalitas, akan tetapi dilakukan untuk melihat orang-orang berkompetensi tinggi dalam mengisi jabatannya. Saat ini banyak sekali ASN di Provinsi Banten justru mengabaikan tugas-tugasnya, sehingga menurut hemat penulis, perlunya evaluasi secara mendasar dari prestasi yang dilakukan ASN di lingkungan pemerintahan Provinsi Banten.

Secara teoretis, pembangunan infrastruktur akan berjalan dengan efektif apabila tata kelola pemerintahan diisi oleh orang-orang berintegritas, oleh karena itu evaluasi secara mendasar kepada para ASN dapat membantu penempatan orang-orang sesuai kompetensinya, sehingga tidak lagi akan ada salah taksir seperti apa yang terjadi selama ini. Namun hal itu juga tidak akan terwujud apabila moralitas para pembantu Gubernur juga buruk (angka korupsi di Banten saat ini masih tinggi).

(5)

dibangun oleh Daron Acemoglu dan Robinson baru-baru ini, yang mengatakan dimana perlembagaan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah harus memberikan dampak kemakmuran secara merata, seperti pembiayaan usaha mudah, perlindungan atas kepemilikan, dan jaminan hidup secara aman, itu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Secara ideal, Adam Smith pun mengatakan dari sudut pandang ekonomi-politik, pembangunan dapat dilakukan secara menyeluruh apabila production of wealth, distribution of wealth dan excange of wealth dilakukan secara utuh dan simultan.

Sejauh ini perlembagaan ekonomi dalam pemerintahan masih berorientasi pada teori ekonomi, padahal secara konseptual berbeda dengan teori ekonomi-politik. Perlembagaan yang dibangun berdasarkan konstruksi ekonomi-politik memiliki goal point kemakmuran, akan tetapi konstruksi ekonomi berorientasi pada salary (penerimaan/keuntungan), maka wajar apabila saat ini pemerintah berhadapan dengan kegagalan sistem.

Dalam konstruksi ekonomi-politik, produksi, distribusi dan pertukaran merupakan alur yang berputar untuk kemakmuran. Artinya jika disimulasikan kedalam wilayah perdesaan yang memiliki potensi pertanian, maka produksi dibidang pertanian harus didukung oleh sarana transportasi, kemudahan akses komunikasi, terjamin akan ketersediaan pasar dan adanya regulasi yang dapat meningkatkan produksi hasil pertanian. Hal tersebut akan membantu kemudahan petani dalam mendistribusikan hasil pertaniannya, sehingga peningkatan taraf ekonomi dapat tercapai. Namun hal tersebut belum cukup, jika kesejahteraan menjadi ukurannya, karena perlu sarana dan prasarana lainnya untuk menunjang, yaitu perlu adanya fasilitas kesehatan yang berkualitas, sarana pendidikan yang berkualitas dan layanan informasi publik yang memadai (baik di Desa maupun Kecamatan), barulah kesejahteraan dalam kerangka pembangunan ekonomi akan tercapai sesuai target. Pertanyaannya bagaimana mendapatkan sarana kesehatan dan pendidikan yang berkualitas?

Keberhasilan penyediaan sarana kesehatan bagi pemerintah daerah ialah ketika angka harapan hidup pada daerah tersebut tinggi, angka kesakitan rendah dan angka kecukupan gizi terpenuhi. Jika tidak terpenuhi dari tiga indikator tersebut, artinya pemerintah telah gagal memberikan layanan kesehatan. Cara agar terhindarnya kegagalan pelayanan kesehatan, maka perlu dilakukan langkah-langkah preventif, yaitu pemerintah menyediakan tenaga-tenaga penyuluh kesehatan lebih banyak untuk terjun ke masyarakat, agar transfer knowlage bisa mencapai lapisan masyarakat terbawah, penambahan tenaga-tenaga kesehatan ke wilayah yang sulit dijangkau dan perlengkapan serta teknologi kesehatan yang memadai agar masyarakat dapat langsung ditangani apabila memiliki gejala kesehatan yang serius.

(6)

Pembangunan Berbasis Riset

Secara khusus penulis disini mengungkapkan perlu adanya koordinasi dan rekonsiliasi antara pemerintah Provinsi dengan Kabupaten/Kota serta melibatkan pihak Kecamatan sampai ke Desa, agar terjadinya keselarasan program yang utuh, artinya tidak dipahami sepotong-sepotong. Karena sehebat apaun program yang digagas apabila tidak mendapatkan dukungan pada akar rumput jelas akan menjadi sia-sia.

Atas usulan dari bawah, maka pemerintah baru akan menemui apa sebetulnya yang masyarakat inginkan, bukan sebaliknya. Agar program Pemerintah Provinsi Banten dapat terelaisasi tanpa pemahaman yang sepenggal-sepenggal, perlulah adanya kajian dan penelitian secara langsung. Kajian dan Penelitian tersebut berguna untuk membangun koordinasi dan rekonsoliasi dengan pemerintah tingkat kabupaten/kota, sehingga program yang dilaksanakan benar-benar berbasiskan masyarakat.

Pertama, seperti yang sudah penulis ungkap diatas, pertarungan Demokrasi selama ini hanya bersifat formalistik, sehingga tidak didapatkan koherensi antara pemilu dengan kesejahteraan masyarakat. Penulis disini ingin menunjukkan perlu adanya kajian secara serius bagaimana sebetulnya Pemilihan Kepala Daerah berhubungan erat dengan pembangunan ekonomi daerah dan peran aktif masyarakat di dalamnya, maka selanjutnya riset akan indeks Demokrasi di Provinsi Banten sangat dibutuhkan.

Kedua, dalam membangun infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan transparansi publik harus dibangun berdasarkan riset yang mendalam, sehingga peran aktif masyarakat akan ditemukan sebagai bukti suksesnya program yang digagas. Dengan begitu pemerintah daerah benar-benar tahu langkah yang harus ditempuh. Kesuksesan program pemerintah akan meningkatkan mutu hidup masyarakatnya dan menciptakan rasa bahagia akan kepemimpinan kepala daerahnya.

Terakhir, penulis ingin menggambarkan kelayakan perlembagaan ekonomi yang harusnya dibangun. Perlembagaan ekonomi tersebut harus benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat. Seperti yang kita tahu saat ini, secara umum pemerintah memaknai sebuah perlembagaan ekonomi melalui basis-basis keuangan daerah, seperti : Bank Daerah, Pajak, koperasi-koperasi, dan usaha-usaha daerah. Namun disini penulis ingin memberikan sedikit gambaran, bahwa perlembagaan ekonomi bukanlah demikian (hal tersebut dinamakan lembaga perekonomian), perlembagaan ekonomi dari sudut pandang penulis ialah seluruh aktifitas yang dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat, yang dapat meningkatkan kelayakan hidup. Artinya segala program pemerintah yang digagas, perlembagaannya harus tepat, misalnya penggunaan anggaran untuk pendidikan harus dilakukan betul-betul sesuai dengan harapan masyarakat, pelayanan kesehatan harus benar-benar memberikan dampak baik pada masyarakat, infrastruktur yang dibangun tidak memakan hak hidup masyarakat, kredit rakyat tidak membebani masyarakat, pajak yang diberikan secara terbuka disampaikan kegunaannya dan masih banyak lagi yang lainnya. Maka untuk tercapainya perlembagaan ekonomi yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, perlu dilakukan kajian ulang atas perlembagaan yang sudah ada saat ini, artinya harus dilakukan riset agar hal yang dimaksud dapat dicapai. Melalui riset, segala program yang digagas dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, sehingga hasil kerja yang dicapai bukanlah sebuah kebetulan, akan tetapi koherensi antara basis keilmuan dan nilai-nilai moral etik penyelenggara dengan semangat masyarakat.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

maka Dari nilai R 1 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Kualitas Produk, Kepercayaan Merek, Harga, kualitas pelayanan dan promosi secara bersama- sama

Tahapan  rehabilitasi  dan rekonstruksi  harus dilaksanakan  secara lebih terarah  dan  terencana  dalam  upaya  normalisasi  prasarana  dan  fasilitas  sosial/ 

tutoring adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk

Terjadi perubahan sifat geokimia pada minyak bumi Desa Gunungsari karena mengalami degradasi yang cukup kuat, sehingga hubungan minyak bumi ini dengan kedua sampel

Untuk seleksi mikrob pelarut fosfat dilakukan kegiatan sebagai berikut a pembuatan ekstrak tanah, ekstrak suspensi tanah dibuat dan diencerkan dengan konsentrasi mencapai 106

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pada akhirnya, dirumuskanlah beberapa strategi jangka pendek meliputi: memperluas pasar, terus mengembangkan produk-produk baru, membangun integrasi yang kuat dengan berbagai pihak