• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Best Practice Kebijakan Kar (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Best Practice Kebijakan Kar (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI BEST PRACTICEKEBIJAKAN KARTU JAKARTA

SEHAT SEBAGAI JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN

DI DKI JAKARTA

Antonius Panel H.S 1

Abstraksi

Tulisan ini menjelaskan tentang implementasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat ibukota, yang berupa Kartu Jakarta Sehat (KJS). KJS ini adalah suatu inovasi pengentasan masalah kesehatan rakyat miskin yang dilakukan oleh Gubernur Joko Widodo dengan sistem pembayaran Indonesian Cased Bace Group (INA-CBGs). Sistem pembayaran ini dapat dikatakan sebagai sistem paket yang memiliki perhitungan berdasar pelayanan berbasis masyarakat kurang mampu. Maka dari itu, kebijakan Kartu Jakarta Sehat dapat dikatakan sebagai kebijakan best practice karena dikatakan mengefisiensikan dan mengefektifkan permasalahan jaminan kesehatan warga miskin Jakarta. Implementasi kebijakan KJS ini tidaklah total terlaksana tanpa adanya polemik dalam pelaksanaanya. Secara evaluatif, kebijakan Kartu Jakarta Sehat ini memang sudah tersebar ke 76 rumah sakit di Indonesia, namun masih ada terdapat 16 rumah sakit yang menolak akibat tidak ketidaksepakatan sistem pembayarannya. Implementasi best practice KJS ini juga mendapat interpelasi oleh DPRD DKI Jakarta yang mengatakan bahwa kebijakan KJS ini secara konkrit kurang efektif sampai saat ini. Melihat dari kasus polemik mengenai KJS yang ada, setidaknya secara luas kebijakan KJS dikatakan sebagai inovasi yang baik dalam penerapan kebijakan best practice di berbagai daerah khususnya Ibukota DKI Jakarta.

Kata kunci : best practice, Kartu Jakarta Sehat, jaminan kesehatan.

A. Pendahuluan

Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia, di mana ibukota negara dapat dijadikan parameter baik buruknya pengelolaan anggaran pemerintahan. Sederhananya, suatu kota dikatakan mampu menjadi metafora akan sebuah sejarah maupun masa depan dan membangun struktur tradisional atau sebuah ruang khusus untuk terjadinya sebuah kemungkinan yang revolusioner atau harapan yang lebih.2 Sehingga, eksistensi kota dapat dikatakan menjadi sebuah harapan hidup bagi rakyat miskin ataupun kaum urban yang mengais rezeki di

1.Penulis merupakan Mahasiwa Jurusan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman dengan NIM F1D010031.

2.Allan Darmawan, “Kontestasi Politik Kota dalam Kebijakan Reklame di Surabaya”, pdf, e-journal Unair, no.3 (2010): 20, accessed December 2, 2013,

(2)

ibukota. Namun, di samping itu kota secara umumnya memiliki permasalahan pula dalam eksistensinya, terkhususnya seperti kota Jakarta.

Permasalahan utama yang terjadi di Jakarta sebenarnya berawal dari masalah kesejahteraan rakyat miskin kota, hingga kemiskinan yang berdampak pada merajalelanya pemukiman kumuh. Banyaknya pemukiman kumuh yang terdapat di ibukota tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah lainnya, termasuk masalah kesehatan yang diakibatkan dari masalah kemiskinan. Selama ini Jakarta dianggap sebagai pusat pemenuhan ekonomi yang menjanjikan.

Namun pada kenyataanya, masih banyak ditemukan kemiskinan. Proses urbanisasi yang tidak tersinergi, menyumbang besar bagi kemajemukan masyarakat Jakarta serta kompleksitas masalah yang ada. Dalam hal ini, proses urbanisasi menimbulkan berbagai dampak lingkungan kota, masyarakat, maupun keadaan lingkungan sekitarnya. Dari banyaknya dampak yang ditimbulkan, kesehatan menjadi sangat penting diperhatikan karena kesehatan identik dengan kesejahteraan.

Proses urbanisasi yang terjadi menghasilkan klasifikasi beberapa kelas dalam masyarakat Jakarta yakni kelas menegah, kelas kaya dan kelas miskin. Realitasnya, klasifikasi kelas sosial masyarakat kota Jakarta lebih terlihat jelas perbedaannya, khususnya antara golongan kaya dan golongan miskin.

Seperti yang diungkapkan oleh Firman Lubis bahwa istilah “gedongan” dan “orang kampoeng” menjadi istilah ketika itu, untuk membedakan golongan kaya dan miskin.3 Melihat ketiga kelas yang ada, golongan miskin adalah golongan yang paling tidak beruntung karena merasakan dampak secara langsung dari penerapan politik yang kurang tepat sasaran atau tidak pro rakyat miskin. Misalnya, tidak sanggupnya memenuhi kebutuhan kesejahteraan kesehatan karena mahalnya biaya operasional rumah sakit, pendidikan, dll.

Kesehatan merupakan faktor penting yang dapat dijadikan parameter kesejahteraan masyarakat perkotaaan. Sejatinya manusia sendiri memiliki hak memperoleh kesehatan, ketika rakyat yang tidak mampu membutuhkan jaminan

(3)

kesehatan, disinilah peran pemerintah dibutuhkan. Masalah kesehatan di perkotaan lebih kompleks daripada di pedesaan, permasalahannya bukan saja pada banyaknya jenis penyakit yang ada melainkan lebih kepada jaminan hak rakyat miskin dalam memperoleh kesehatan di daerahnya yang notabene segala akses kesehatan sangatlah komersil.

Kemiskinan merupakan fenomena global yang muncul baik di pedesaan maupun perkotaan termasuk Jakarta. Kemiskinan bukan hanya terjadi karena seseorang tidak mempunyai semangat kerja ataupun pendidikan yang

tinggi, melainkan karena adanya struktur sosial yang timpang dan menindas. Hal tersebut tergolong dalam kemiskinan struktural, yang diakibatkan karena rakyat miskin tidak memiliki kekuatan politik.4 Fenomena seperti ini menjadikan peran pemerintah bersama stakeholder sangat penting untuk menanggulangi kemiskinan. Hal tersebut, menjadikan pemerintah harus bijak dalam mencari solusi permasalahan mengenai kemiskinan.

Sebagai oknum yang harus menciptakan solusi atas faktor kemiskinan, pada dasarnya pemerintah daerah pada dasarnya wajib mengembangkan berbagai inovasi yang relevan. Seperti yang dilakukan oleh Joko Widodo (Jokowi) sebagai Gubernur DKI Jakarta yang membuat kebijakan pro rakyat miskin dalam bidang kesehatan dengan menerbitkan “Kartu Jakarta Sehat” atau biasa disingkat dengan KJS. Kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi merupakan hasil dari praktek otonomi daerah yang memberi wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri, tak terkecuali masalah penganggaran untuk penanggulangan kesehatan rakyat miskin di Ibukota Jakarta.

Kebijakan KJS yang dilakukan pemerintahan Jokowi merupakan salah satu langkah memenuhi hak kesehatan warga di provinsi Jakarta. KJS

merupakan suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan ide gagasan yang meliputi proses, metode, maupun upaya-upaya untuk efektifitas mencapai kesejahteraan masyarakat, utamanya masalah kesehatan bagi rakyat miskin kota. KJS juga

(4)

merupakan ide gagasan dengan pengawasan yang diharapkan dapat memberikan hasil maksimal dengan lebih sedikit mengurai permasalahan dan kompleksitas kemiskinan yang terjadi selama ini. Dalam hal ini, KJS dinilai sebagai best practice untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berdasarkan prosedur dengan memberikan bukti nyata yang dapat mengubah perilaku sejumlah orang.

Ruang lingkup best practice sangatlah luas dan kompherensif. Sejatinya dapat dilihat dari banyaknya ide atau gagasan seseorang untuk mengubah suatu hal yang biasa menjadi luar biasa dengan menggunakan prosedur

serta bukti nyata kepada khalayak luas. Maka dari itu, dalam tulisan ini fokus pada implementasi kebijakan best practice Kartu Jakarta Sehat sebagai jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin yang dilihat dari kacamata politik kebijakan publik. KJS merupakan produk kebijakan yang diformulasikan melalui proses penganggaran yang terpadu. Oleh karena itu implementasi KJS tersebut sangat menarik untuk dianalisis karena diasumsikan sebagai sebuah kebijakan inovasi untuk mengefektifkan permasalahan kesehatan rakyat miskin. Namun tidak lupa juga harus adanya evaluasi implementasi kebijakan KJS tersebut dalam perkembangannya sebagai jaminan kesehatan bagi masyarakat Jakarta sampai sekarang

B. Kebijakan KJS melalui Proses Penganggaran

Kartu Jakarta Sehat (KJS) adalah suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta melalui UP Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pengobatan.5 Program yang diusung pasangan pemenang pemilukada Jakarta 2013 Jokowi-Ahok ini, memiliki tujuan untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk Jakarta, terutama bagi keluarga miskin

dan kurang mampu dengan sistem rujukan berjenjang. Sasaran KJS yaitu semua penduduk Jakarta yang mempunyai KTP/KK Jakarta yang belum memiliki jaminan kesehatan, di luar program Askes, atau asuransi kesehatan lainnya.

(5)

Dengan demikian, KJS idealnya merupakan sebuah program pemberian jaminan kesehatan untuk meingkatkan kualitas kesehatan seluruh warga Jakarta yang mempunyai KTP/KK Jakarta, terutama memudahkan rakyat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah untuk mengakses pelayanan kesehatan.

KJS mempunyai beberapa manfaat, yaitu pasien berhak mendapatkan Rawat Jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan/Kelurahan di Provinsi Jakarta, Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat II, (RSUD, RS vertikal dan RS Swasta yang bekerjasama dengan

UP Jamkesda) wajib dengan rujukan dari Puskesmas Rawat Inap (RI) di Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerjasama dengan UP Jamkesda di kelas III. Rumah sakit yang menerima KJS terdiri 63 Rumah Sakit Umum (RSU) di Jakarta dan 26 Rumah Sakit Khusus di Jakarta, serta tiga rumah sakit diluar jakarta. KJS ini memberikan peluang kesehatan bagi warga jakarta kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara lebih luas. Sebagai hasil kebijakan pemprov DKI Jakarta, anggaran KJS diperoleh dari APBD tahun 2013 sebesat 1,2 truliun rupiah. KJS pada dasarnya merupakan perpanjangan dari Jamkesda yang tentunya anggaran ini dikeluarkan oleh pemprov DKI Jakarta.

Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang sebelumnya bahwa KJS ini hadir sebagai salah satu bentuk kebijakan best practice, dimana

best practice ini dimaksudkan untuk mengefefisienkan sebuah kegiatan. Best practice untuk mengurai masalah kesehatan warga miskin Jakarta dilakukan Jokowi dengan mengeluarkan sebuah kebijakan Kartu Jakarta Sehat (KJS). Penganggaran kegiatan KJS ini sudah pasti dirumuskan dalam APBD sesuai dengan prinsip otonomi daerah. Anggaran KJS dirumuskan dan dimasukan dalam

draft kegiatan perencanaan anggaran selama periode tertentu dalam APBD.

C. KJS sebagai Kebijakan Inovasi “Best Practice” Permasalahan Jaminan

Kesehatan Rakyat Miskin Kota

(6)

kartu Jakarta Sehat (KJS) kepada warga Jakarta. jumlah itu terdiri dari 339.333 di Jakarta Pusat, 105.715 di Jakarta Utara, 435.979 di Jakarta Barat, 337.449 Jakarta Selatan, 502.500 di Jakarta Timur, dan 12.165 di Kepulauan Seribu.6 Kita perlu mengetahui bagaimana alur pelayanan yang diterapkan, adapun alur pelayanan KJS dapat dilihat digambar berikut:

Alur Pelayanan Kesehatan warga Ber-KTP DKI JAKARTA

Gambar 1

Untuk memantapkan program KJS maka kerjasama dengan berbagai pihak yang bersangkutan sangat diperlukan. Seperti kerjasama dengan PT askes, dan rumah sakit yang berada di daerah DKI Jakarta. PT Askes merupakan lembaga yang berperan sebagai badan pengelola jaminan sosial (BPJS). Oleh sebab itu, Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang merupakan bagian dari pelaksanaan jaminan kesehatan daerah dikelola PT Askes.

Selanjutnya untuk melancarkan program KJS maka tentu saja kerja sama dengan pihak rumah sakit yang ada di Jakarta sangat diperlukan. Pemerintah DKI

6.Fabian Januarius Kuwado, “Semoga KJS Lebih Bagus, Tak seperti Kartu Gakin,”

(7)

Jakarta menawarkan kerjasama dengan berbagai rumah sakit yang ada di Jakarta baik rumah sakit negeri maupun rumah sakit swasta. Sebanyak 76 rumah sakit masih akan melayani KJS dan 16 rumah sakit swasta memutuskan untuk tidak memberikan pelayanan KJS tersebut. Namun, dari 16 rumah sakit ini, hanya 2 rumah sakit saja yang sudah resmi menyatakan resmi mengundurkan diri dari KJS, 1 di Jakarta Timur, 1 di Jakarta Pusat dan 14 lainnya hanya sekedar menyampaikan keinginannya saja tetapi belum resmi mengundurkan diri.

Penolakan atau pengunduran rumah sakit swasta dari KJS beralasan

karena kerugian rumah sakit karena premi Rp 23.000 perorang dinilai tidak mencukupi. Mundurnya belasan rumah sakit swasta ini dipicu oleh perubahan pola pembayaran tagihan kepada rumah sakit peserta. Pembayaran yang semula berdasarkan layanan yang diberikan atau pay for services diubah menjadi pola

Indonesian Case Basic Groups (INA CBGs) yang dikelola Askes. INA-CBG’s adalah sebuah sistem pembayaran dengan sistem "paket", berdasarkan penyakit yang diderita pasien. KJS menerapkan sistem pembayaran ini untuk pelayanan baru kesehatan bagi warga Jakarta.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati memberikan sebuah contoh mengenai sistem pembayaran melalui prosedur paket INA CBGs tersebut. Misalnya, ketika seorang pasien menderita demam berdarah, sistem INA-CBG's sudah "menghitung" layanan apa saja yang akan diterima pasien tersebut, berikut pengobatannya, sampai dinyatakan sembuh. "Paket" layanan kesehatan yang didapat pasien merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan. Tambahan lagi dalam paket ini, mencakup jenis obat dan kelas perawatan bila harus menjalani rawat inap. Sistem ini sangat efisien sehingga ada standar mutu pelayanan yang seragam bagi warga se-Jakarta.7

Sebagai sebuah kebijakan sosial, kebijakan KJS yang dicetuskan Pemprov

DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Jokowi patut diapresiasi. Sebab, kebijakan sosial merupakan alat atau instrumen untuk mencapai tujuan. Pandangan ini didasari oleh besarnya peran pemerintah yang harus mendesign

7.“Ramai-ramai KJS, apa sih INA-CBG`s itu?”, accessed December 1, 2013,

(8)

kebijakan sosialnya agar mencapai hasil-hasil yang diharapkan dan menjadi tujuan masyarakat, yaitu mencapai kesejahteraan sosial.

Permasalahan kesehatan warga miskin Jakarta ini coba dijawab Jokowi dengan melakukan inovasi kebijakan Kartu Jakarta Sehat. Jika kita lihat inovasi yang dikeluarkan Jokowi ini merupakan kebijakan yang mengacu pada praktek

best practice guna mengefiesienkan dan mengefektifkan permaslahan kesehatan warga miskin Jakarta. Praktek best practice dalam kebijakan KJS ini bisa dilihat dari inovasi mekanisme pembayaran yang dibuat seefisien mungkin guna

mempermudah proses pengobatan dan pelayanan apa yang semestinya diberikan kepada pasien.

D. Evaluasi Implementasi Kebijakan KJS sebagai Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat yang Berada dalam Lingkaran Kemiskinan

Permasalahan pelaksanaan Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini bermula dari adanya keluhan rumah sakit yang merugi karena kebijakan Kartu Jakarta Sehat (KJS) tersebut. Kebijakan Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini pun mendapat kritik dari DPRD DKI Jakarta. Detail permasalahannya adalah sebagai berikut, pertama adalah klaim pembayaran untuk Kartu Jakarta Sehat (KJS), dimana sistem pembayaran menggunakan sistem Indonesia Cased Base Group (INA-CBG). Sistem itu adalah pembayaran klaim berdasar paket pelayanan. Ada angka yang ditetapkan tim Casemix Centre untuk setiap paketnya atau disebut sebagai clinical pathway. Kendalanya, sebagian rumah sakit belum memperbarui data clinical pathway.

Klaim pembayaran mengacu pada data Dinas Kesehatan yang masih menggunakan perhitungan 2010. Perhitungan itu mengabaikan adanya inflasi dan kenaikan harga. Tidak perlu ada kenaikan premi, alokasi untuk kesehatan dalam

APBD 2013 sebesar Rp 1,2 triliun dinilai mencukupi. Polemik dalam selisih pembayaran klaim diakui Direktur Utama RS Tarakan, Kusmedi Priharto yang menjelaskan:

(9)

untuk keuangan rumah sakit." Sistem IT untuk rujukan ke rumah sakit dinilai bagian yang mendesak dibenahi. "Agar tidak ada penumpukan pasien di rumah sakit yang bisa menggangu pelayanan," katanya”8.

Lalu yang kedua adalah kurangnya mesin pemindai atau scanner dimana

Kartu Jakarta Sehat yang dilengkapi chip dan barcode. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Henni Bariah. Henni mengatakan:

“Puskesmas baru menerima satu mesin pemindai atau scanner. Saat ini akan bertahan dengan satu buah scanner dulu. Namun, akan segera mengajukan penambahan scanner secepatnya agar lebih mudah dalam melayani ratusan pasien KJS tersebut. Sampai hari ini, semua kecamatan yang telah meluncurkan KJS baru menerima satu pemindai. "Kalau puskesmas di kelurahan mungkin cukup ya, satu scanner saja. Kalau puskesmas kecamatan, saya rasa butuh satu lagi," kata Henni setelah peluncuran KJS tahap dua di Puskesmas Kecamatan Koja”9.

Ketiga adalah adanya interpelasi (hak bertanya) dari anggota DPRD DKI Jakarta. Pertanyaan yang mendasari pengajuan interpelasi itu, kata dia, karena

adanya rumah sakit yang keberatan. DPRD DKI Jakarta menilai sistem pembayaran dengan Jamkesda akan lebih menguntungkan pasien. Karena seorang peserta akan ditanggung keperluannya hingga batas plafon Rp 100 juta. Sementara dalam pola Indonesia Case Based Group, biaya untuk pasien dibatasi sesuai jenis diagnosanya. Namun, proses interpelasi ini masih panjang karena baru dalam tahap pengumpulan tanda tangan. Asal-muasal munculnya usul interpelasi adalah terbatasnya dana yang bisa digunakan dengan pola INA CBG. Menurut DPRD dengan pola pembayaran itu, tagihan rumah sakit hanya dibayar sebesar 30-40 persennya. Akibatnya, dua rumah sakit menyatakan mundur dan 14 lainnya menyatakan keberatan dengan tarif INA CBG. Jika rumah sakit mundur tentu pelayanan bagi masyarakat akan mundur karena daya tampung rumah sakit berkurang.

8.Syailendra, “Tarif Klaim KJS Versi Baru Berlaku Juli,” accessed December 2, 2013,

http://www.tempo.co/read/news/2013/06/03/083485530/Tarif-Klaim-KJS-Versi-Baru-Berlaku-Juli

9.MP Istman, “KJS Baru, Puskesmas Kecamatan Butuh 2 Pemindai” accessed December 2,

(10)

Sebanyak 32 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta mengajukan hak interpelasi kepada pemerintah Jakarta. Hal ini berkaitan dengan kebijakanKartu Jakarta Sehat yang dinilai kurang efektif sampai saat ini:

"Apabila kebijakan tidak efektif, kami wajib mengkritisi. Salah satunya dengan cara hak interpelasi ini," kata Taufiqurrahman. Menurut dia, hak meminta keterangan kepada pemerintah ini memang diperlukan. Sebab, Taufiqurrahman menilai kebijakan tersebut tidak efektif. Sebelum Kartu Jakarta Sehat diterapkan, menurut dia, warga mengenal Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Dengan itu, warga telah memiliki jaminan kesehatan dengan batas sampai Rp 100 juta. Namun, setelah diterapkan Kartu Jakarta Sehat dengan skema Indonesia Case Based Group (INA-CBG's), menurut anggota Komisi A DPRD ini, jaminan pemerintah untuk kesehatan warga malah mengalami

kemunduran.”

Sejak KJS diluncurkan November dengan Peraturan Gubernur Nomor 187 Tahun 2012, disebutkan bahwa seluruh warga DKI berhak mendapatkan jaminan kesehatan, asal mau untuk menggunakan layanan kelas III. Namun, peraturan Gubernur itu bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Kesehatan Daerah. Dalam beleid itu, warga Jakarta terbagi menjadi tiga golongan, yakni warga miskin dan sepenuhnya ditanggung pemerintah, warga rentan dan hanya sebagian ditanggung pemerintah, dan warga mampu yang tidak ditanggung pemerintah

Sejauh ini sekitar 32 anggota DPRD DKI Jakarta setuju menggunakan hak interpelasi terhadap Jokowi. Alasannya, mantan Wali Kota Solo ini dinilai gagal menyelesaikan masalah sistem pembayaran Kartu Jakarta Sehat. Namun Jokowi mengaku telah memeriksa secara langsung permasalahan atas 16 rumah sakit yang dikabarkan mengundurkan diri dari program KJS. Hasilnya, ternyata tidak ada rumah sakit yang akan mengundurkan diri dari program andalan tersebut.10 Permasalahan yang timbul dalam kebijakan KJS yang dikelurkan Jokowi adalah

ada pada banyaknya pihak yang keberatan tentang sistem pembayaran yang baru. Ditambah lagi dengan saran dan prasana yang belum sepenuhnya tersedia secara

10. MP Istman, “KJS Baru, Puskesmas Kecamatan Butuh 2 Pemindai” accessed December 2,

(11)

merata guna menunjang pelayanan kesehatan. Belum lagi mengenai anggota DPRD Jakarta yang menilai bahwa kebijakan ini kurang efektif dan tidak efesien.

Hakikatnya, kebijakan dikelurkan untuk menjawab permasalahan yang ada. KJS merupakan kebijakan yang mengarah pada praktek best practice guna mengefisienkan dan mengefektifkan masalah warga miskin Jakarta, khususnya pengefektifkan penggunaan anggaran dalam APBD di sektor kesehatan. Evaluasi ada pada tataran kesiapan pelaksanaan KJS ini jika kita melihatnya, karena program yang ditawarkan sudah begitu bagus dan mulia untuk mengentaskan

masalah kesehatan warga miskin Jakarta. Pelaksanaan mengarah pada praktek

best practice yang kesemuanya dilakukan tahap demi tahap agar mencapai

kefektifan dan keefisienan.

E. KESIMPULAN

Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan yang akan selalu muncul dari masa ke masa. Persoalan kemiskinan ditandai dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang mempunyai beberapa indikator dan salah satunya adalah kesehatan. Kesehatan merupakan faktor penting yang dapat dijadikan parameter kesejahteraan masyarakat perkotaaan khususnya seperti di Jakarta. Sebagai bentuk solusi terhadap permasalahan kesehatan di ibukota Jakarta, Gubernur Jokowi selaku pemerintah daerah Jakarta mengeluarkan sebuah kebijakan kesehatan bernama Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Implementasi kebijakan KJS ini pada dasarnya mengarah pada praktek

best practice kebijakan daerrah yang kesemuanya dilakukan efektif dan efisien mulai dari pelaksanaannya sampai dengan tahap evaluasinya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan pasti ingin efektif dan efisien. Hal ini juga yang coba dilakukan dalam kebijakan KJS yang dikeluarkan Jokowi mengarah pada praktek best practice agar masyarakat miskin kota dapat dengan cepat merasakan dan

(12)

DAFTAR PUSTAKA

“Ramai-ramai KJS, apa sih INA-CBG`s itu?”. accessed December 1, 2013. http://111.67.77.202/dinkesdki/index.php?option=com_content&view=

article&id=219%3Aramai-ramai-kjs-apa-sih-ina-cbgs-itu&catid=36%3Ainformasi-umum&Itemid=28

Darmawan, Allan. “Kontestasi Politik Kota dalam Kebijakan Reklame di

Surabaya. pdf, e-journal Unair, no.3 (2010): 0-72. Accessed

December 2, 2013.

journal.unair.ac.id/filer/PDF/2.%20Allan%20Dharmawan.

Maharani, Dian. “DKI Luncurkan Kartu Jakarta Sehat,” Kliping Berita Kesehatan, no. 13 (12 November 2012): 25.

Fabian Januarius Kuwado. “Semoga KJS Lebih Bagus, Tak seperti Kartu Gakin. November 27, 2013. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/28/ 19221567/Semoga.KJS.Lebih. Bagus.Tak.seperti.Kartu Gakin.

Lubis, Firman. Jakarta 1950-an: Kenangan Semasa Remaja. Jakarta: Masup Jakarta, 2008.

Rochman, Meuthia Ganie. “Kemiskinan Struktural, Maknanya Kini.” Bahaya Populasi di Indonesia (Jakarta, Indonesia), 10 Juni 2008.

MP Istman. “KJS Baru, Puskesmas Kecamatan Butuh 2 Pemindai” accessed

December 2, 2013. http://www.tempo.co/read/news/2013/05/28/ 083483825/KJS-Baru-Puskesmas-Kecamatan-Butuh-2-Pemindai.

Syailendra. “Tarif Klaim KJS Versi Baru Berlaku Juli,” accessed December 2, 2013. http://www.tempo.co/read/news/2013/06/03/083485530/Tarif-Klaim-KJS-Versi-Baru-Berlaku-Juli.

Gambar

Gambar 1 Untuk memantapkan program KJS maka kerjasama dengan berbagai pihak

Referensi

Dokumen terkait

Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga buah isolator j enis pin insulator dan tidak

Sumber data yang akan diambil dalam penelitian tindakan kelas (PTK ) ini adalah : (1) Seluruh siswa kelas V SDN Kutosari Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran

 Unified Modeling Language (UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya

Siswa Dalam Menghadapi UN Kelas XII Sma 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013 “. Tujuan Penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui gambaran kecemasan siswa dalam menghadapi UN

(www.kompas.com). Untuk itu, bisnis perumahan merupakan usaha yang sangat menggiurkan di kawasan Yogyakarta. Hal ini menjadikan para developer berlomba-lomba untuk mengembang-

Analisis yang dilakukan adalah untuk mencari tahu apakah sekuen tersebut telah ada di Gene Bank atau merupakan strain baru khas Indonesia yang belum

“Pengaruh Penilaian Diagnostik terhadap Penguasaan Kompetensi Dasar Mensintesiskan Kewenangan Lembaga- Lembaga Negara menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun

Melalui konseling Gestalt teknik bermain proyeksi dalam tiga kali pertemuan klien menjadi berani berbicara di depan kelas dengan aktif mengikuti pelajaran, berani