• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah sejenis sehingga diketahui secara jelas posisi dan kontribusi penelitian. Terkait peran Rohis dalam penanaman akhlak siswa terutama di sekolah, terdapat beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya :

Skripsi yang ditulis oleh Mu‟arif Sulistianing Siwi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2016 dengan Judul “Pembinaan Pergaulan Remaja Melalui Kegiatan Kerohanian Islam (ROHIS) di SMA Negeri Jatilawang Kapbupaten Banyumas” hasil penelitiannya adalah peran kegiatan Rohis dalam pembinaan pergaulan remaja di SMA Negeri Jatilawang berjalan dengan baik karena adanya kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Kegiatan Rohis memberikan kontribusi pada pembinaan pergaulan remaja. Hal ini karena ditunjang dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Rohis, seperti LDK, mentoring, pesantren kilat, pengajian rutin, Mabit, PHBI, amaliah dan bakti sosial. Pembinaan pergaulan remaja melalui kegiatan Rohis di SMA Negeri Jatilawang dilakukan dengan mengajarkan tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama.

(2)

Skripsi yang ditulis oleh Ririn Astuti, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010 dengan judul “Peran Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Siswa di SMA Negeri 1 Godean Sleman Yogyakarta”. Hasil penelitiannya adalah bentuk peran organisasi Rohis di SMA Negeri 1 Godean Sleman Yogyakarta adalah dengan membuat program-program kegiatan dan melaksanakan kegiatan keagamaan tersebut. Peran yang dijalankan oleh rohis dalam membentuk perilaku keagamaan siswa yaitu dalam bidang dakwah melalui kegiatan mentoring keagamaan dan pengajian-pengajian; dalam bidang pendidikan kegiatan Rohis membantu dalam merealisasikan pendidikan Agama Islam di sekolah atau materi yang diajarkan di kelas dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari; dalam bidang sosial melalui kegiatan zakat yang diadakan oleh sekolah; dalam menumbuhkan kreatifitas siswa, peran yang dijalankan yaitu dengan adanya majalah dinding yang dikelola oleh Rohis; dan dalam menjalin silaturahmi yaitu terjalinnya kerjasama baik antar siswa maupun guru, sehingga tercipta rasa kekeluargaan dan terjalin komunikasi yang baik antar sesama warga sekolah.

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, peneliti tidak menemukan penelitian tentang peran Organisasi Rohis dalam penanaman akhlak siswa. Peneliti banyak menemukan peran Guru PAI dalam upaya pembinaan akhlak dan peningkatan akhlak siswa. Sehingga menurut peneliti, skripsi yang ditulis

(3)

oleh Vira Fajri, mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2011 dengan Judul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya pembinaan akhlak siswa MTS Jam’ul Mu’awanah Yappi Ngembes Gunung Kidul, Yogyakarta” hasil penelitiannya berhubungan dengan skripsi yang akan ditulis oleh peneliti. Hasil penelitiannya adalah Upaya Guru PAI di MTs Jam‟ul Mu‟awanah dalam pembentukan akhlak siswa dilakukan melalui beberapa tindakan, salah satunya adalah tindakan preventif. Tindakan preventif meliputi program shalat dzuhur berjamaah, dzikir asmaul husna, pengembangan kurikulum PAI menjadi kurikulum ciri khusus, mengadakan kuliah ahad pagi, PHBI, istighotsah, dan Pesantren Ramadhan. Peranan Guru PAI sangat penting untuk membimbing pembentukan karakter siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru PAI sebagai pembimbing tidak hanya ketika belajar di sekolah, kan tetapi juga ketika siswa di luar sekolah.

Melihat dari beberapa skripsi di atas ada titik kesamaan pemaparan tentang penelitian yang sedang dilakukan penulis, yaitu pembahasan peran organisasi Rohis di sekolah dan kegiatan-kegiatan Rohis dalam membentuk perilaku keagamaan. Namun untuk dari internal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta membahas tentang peranan guru PAI dalam membentuk akhlak siswa dengan beberapa kegiatan yang dilaksanakan di luar pembelajaran kelas. Ketiga skripsi diatas memiliki persamaan penelitian tentang penanaman dan pembentukan akhlak siswa di sekolah. Sedangkan peneliti ingin meneliti lebih dalam tentang peran Organisasi

(4)

Rohis dalam penanaman akhlak siswa, khususnya di SMA Negeri 3 Tasikmalaya.

B. Kerangka Teoritik 1. Peran

Peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan oleh orang lain dari seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam posisi tertentu (Suryanah, 1996 : 8). Sedangkan menurut (Soekanto, 1993 : 440) “Aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, serta dia menjalankan suatu peranan disebut dengan peran”. Adapun pengertian peran menurut Theodore Sarbin (Lindzey dan Aronson, 1969) adalah tingkah laku yang diharapkan dan ditampilkan oleh seseorang dalam interaksi sosial dimana individu itu berada.

2. Organisasi Rohis (Kerohanian Islam) a. Pengertian Organisasi

Organisasi pada intinya adalah interaksi-interaksi orang dalam sebuah wadah untuk melakukan sebuah tujuan yang sama. Dalam Islam, organisasi merupakan suatu kebutuhan. Organisasi berarti kerja bersama. Organisasi tidak diartikan semata-mata sebagai wadah. Pengertian organisasi itu ada dua, yaitu pertama, organisasi sebagai wadah atau tempat, dan kedua, pengertian organisasi sebagai proses yang dilakukan bersama-sama, dengan landasan yang sama, tujuan yang sama, dan juga dengan cara-cara yang sama (Hafidhuddin, Tanjung, 2003 : 27). Bagi

(5)

pelajar, mahasiswa dan pemuda, organisasi dapat menjadi wahana untuk melatih diri dalam mengamalkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.

b. Pengertian Rohis (Rohani Islam)

Rohani Islam (Rohis) merupakan sebuah organisasi yang memperdalam dan memperkuat ajaran Islam. Rohis sering disebut juga dengan Dewan Perwakilan Masjid (DKM). Fungsi Rohis adalah forum, pengajaran, dakwah, dan berbagi pengetahuan Islam (http://www.wikipedia.com). Secara teknis, istilah “ROHIS” merujuk kepada pengertian sebuah institusi yang menghimpun remaja muslim yang aktif dalam kegiatan keagamaan di sekolah menengah. Organisasi ini beranggotakan anak-anak muda religius yang sedang menuntut ilmu di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

Rohis berstatus sebagai kegiatan ekstrakurikuler karena dilaksanakan setelah selesai jam pembelajaran di kelas. Rohis juga dibimbing oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI), guru mata pelajaran lain serta tenaga kependidikan lainnya yang berkompeten, dan kegiatan rohis dapat dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah. Tujuan penyelenggaraan kegiatan Rohis di sekolah adalah untuk membantu mewujudkan kompetensi siswa di sekolah pada bidang pemahaman, sikap dan pengamalan pendidikan agama Islam. Sedangkan fungsi adanya kegiatan ekstrakurikuler Rohis ini adalah untuk memantapkan dan

(6)

memperkaya pelaksanaan program dan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam (Ahmad Safei, et.al.,2014 : 22).

c. Kegiatan Organisasi Rohis

Sasaran dari kegiatan organisasi rohis merupakan perincian dari dakwah sekolah. Kegiatan organisasi rohis meliputi :

1) Membentuk kader aktivis rohis. Ini merupakan terget yang paling khas, sebagai sasaran pertama dakwah pada umumnya. Para kader ini yang akan menggerakkan dakwah di sekolah dan merencanakan serta menjalankan program dakwah di sekolah. Pola program dalam pembentukan kader ini disebut dakwah “khashshah” . Dakwah “khashshah” bersifat khusus, yakni program yang hanya bisa diikuti oleh anggota dan pengurus rohis saja, seperti program mentoring agama Islam, pengkaderan dan pengajaran Islam dalam jumlah yang lebih terbatas (limited group). Jumlah kelompok mentoring yang terbatas ini bertujuan untuk lebih mengefektifkan proses belajar, pengawasan dan pelibatan yang spesifik.

2) Membentuk simpatisan dan pendukung nilai-nilai kebenaran baik dari kalangan siswa, guru, kepala sekolah dan sebagainya. Program kegiatan yang dapat menyentuh mereka adalah dengan dakwah „ammah atau syi‟ar yang lebih umum. Berbagai program dakwah „ammah antara lain seperti tabligh, ceramah umum, pengajian guru, pengajian kelas, buletin dakwah, majalah dinding, penyebaran majalah dan buku-buku Islam, kaset ceramah, bazar buku,

(7)

pameran, VCD Islami, dakwah fardiyah, perpustakaan, khutbah jum‟at dan lain-lain.

3) Menumbuhkan bakat kepemimpinan sejak dini. Dakwah organisasi rohis di sekolah menjadi ajang yang efektif dalam menumbuhkan bakat kepemimpinan untuk siswa. Mereka belajar menjadi pemimpin yang memiliki leadership skill (keahlian memimpin) dna managerial skill (keahlian mengorganisasi). Mereka berlatih dengan pidato atau berbicara di depan umum (public speaking), menjadi pembawa acara, memimpin kegiatan dan organisasi. 4) Menumbuh suburkan kualitas ilmiah dan keterampilan. Dakwah

sekolah berkepentingan memadukan antara imtak dan iptek, berilmu dan mengasah keterampilan dengan bingkai akhlak Islami. Pelajar di dorong untuk giat belajar dan memiliki keterampilan yang diperlukan, seperti kemampuan berbahasa asing Inggris dan bahasa Arab, seni, komputer, keorganisasian, kepemimpinan, manajeman dan keterampilan lainnya.

5) Terwujudnya kebangkitan Islam. Ini merupakan hasil lebih lanjut dari membentuk kader aktivis rohis dan simpatisan dakwah dari berbagai kalangan, otomatis suasana kebangkitan Islam akan teras. Kegiatan hura-hura berganti dengan kegiatan belajar kelompok dan kursus keterampilan. Wisata pelajar lebih bernuansa tafakur alam dibandingkan dengan pacaran atau berkeliling tidak jelas. Para pelajar menjadi santun dan rajin belajar menyongsong masa depan.

(8)

Tidak ada perkelahian antara pelajar di jalanan. Kemudian siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, satpam hingga petugas kantin menghormati dan melaksanakan akhlak dan prinsip Islam dalam hidup sehari-hari, secara alami penuh kesadaran dan tanpa ada tekanan. (Ahmad Safei, et.al., 2014 : 27-31)

d. Peran Organisasi Rohis

Dalam buku Panduan Pembinaan Kerohaniaan Islam (Rohis) Sekolah di Provinsi Jawa Barat (2014 : 10) “Secara faktual, organisasi rohis adalah wadah pembinaan mental spiritual bagi para pelajar melalui kegiatan dakwah yang mereka selenggarakan di sekolah”. Pembinaan melalui organisasi Rohis merupakan salah satu upaya yang ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang taat beragama, berprestasi dan peduli.

3. Akhlak

a. Pengertian Akhlak

Kata “akhlak” menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri (asli) pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan), dan yang kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku (Mahmud, 1996 : 95).

Kata akhlak (bahasa Arab), secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam Kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Akhlaq berakar dari kata kha-la-qa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq yang

(9)

berarti pencipta, makhluq berarti yang diciptakan dan khalq berarti penciptaan. Berdasarkan pengertian etimologis tersebut, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara sesama manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta (Ismail, 2014 : 155).

Sedangkan secara istilah, banyak ulama mendefinisikan pengertian akhlak diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Imam al-Ghazali (Menjadi Muslim Paripurna, 2014 : 156) memberikan definisi :

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

2) Ibrahim Anis (Menjadi Muslim Paripurna, 2014: 156) mengemukakan bahwa :

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.

3) Abdul karim Zaidan (Menjadi Muslim Paripurna, 2014: 156) mengemukakan bahwa :

“Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai

(10)

perbuatannya baik atau buruk untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya”.

b. Karakteristik Akhlak dalam Islam

Ahmad Azhar basyir merinci karakteristik akhlak dalam Islam melalui lima istilah :

1) Akhlak Rabbani

Akhlak rabbani (al-Akhlaq ar-Rabbaniyyah) yaitu akhlak dalam Islam bersumber pada wahyu Allah yang tertulis di dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah an-Nabawiyah. Makna “rabbaniyyah” itu sendiri sama dengan “berkeimanan” dan “berketakwaan” atau lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan bertakwa”. Maka akhlak rabbaniyyah adalah akhlak yang bernilai bagi perwujudan dari iman maupun takwa. Perwujudan ini dalam bentuk sikap, pandangan hidup dan perbuatan nyata yang sesuai dengan nilai-nilai rabbaniyyah.

2) Akhlak manusiawi (al-akhlakul al-Insaniyyah)

Akhlak manusiawi (al-akhlakul al-Insaniyyah), yaitu ajaran akhlak Islam yang sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering pemihakannya itu bertentangan dengan lingkungan dan nafsunya. Akhlak Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran dan media untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.

(11)

3) Akhlak universal (Al-Akhlaq as-Syamilah)

Akhlak universal (Al-Akhlaq as-Syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak Islam dijamin akan selamat.

4) Akhlak Keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun)

Akhlak Keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak Islam berada di tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan manusia bagaikan malaikat yang selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah, selalu mengikuti apa yang diperintahkan, dan pandangan yang menitikberatkan manusia bagaikan tanah, setan, dan hewan yang tidak mengenal etika. Manusia adalah makhluk yang berakal, bermartabat, dan terhormat, apabila terus berada dan mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun manusia dapat berada di tingkat paling rendah, hina dina bagaikan hewan, kalau tidak menjaga fitrah bahkan melawan fitrah tersebut. Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan akhirat.

5) Akhlak Realistik (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah)

Akhlak Realistik (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah), yaitu akhlak Islam yang memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna, memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, tetapi manusia

(12)

juga memiliki kelemahan. Ini adalah realitas bagi manusia, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal.

4. Karakteristik Masa Remaja

Masa remaja adalah masa pertumbuhan yang sangat cepat, meliputi seluruh komponen tubuh remaja, baik organ dalam maupun organ luar (Az-Za‟Balawi, 2007:27).

Pertumbuhan intelektual pada masa remaja berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada kuantitas dan kualitas kinerja akal. Itu karena kemampuan akal berkembang dengan lebih cepat bila dibandingkan dengan fase-fase sebelumnya. Perkembangan kemampuan akal ini merupakan faktor terpenting yang mebantu remaja beradaptasi dengan dirinya dan lingkungan sosialnya (Az-Za‟Balawi, 2007:45).

Kematangan akal remaja pada fase ini mendorongnya untuk berpikir secara serius tentang alam sekitarnya (alam material, hubungan famili, hubungan sosial, perasaam dam orientasi jiwa) guna memastikan kebenaran informasi-informasi yang telah diketahuinya pada fase-fase umur sebelumnya (Az-Za‟Balawi, 2007:76-77).

Referensi

Dokumen terkait

dan berkeluarga ini hanya ada pada tingkat perguruan tinggi, seiap tahap perkembangan memiliki tiga tataran tujuan internalisasi yang harus dicapai oleh konseli

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang diselesaikan dalam sebuah penelitian ini adalah Bagaimana cara membangun sebuah

posttest dari kekuatan otot tungkai sebesar 125,9, hal ini dapat menegaskan bahwa adanya peningkatan, sebelumnya rata-rata pada saat dilakukan pretest hanya mencapai

Guru melakukan refleksi dengan menanyakan pada siswa terkait materi apa yang telah dipelajari, apakah pembelajaran hari ini menyenangkan, apakah ada yang ingin ditanyakan Waktu yang

Dalam mereka bentuk perisian ini, strategi yang digunakan adalah kaedah tutorial dan juga berdasarkan model reka bentuk pengajaran ADDIE bagi memberi panduan dalam

Dengan memanfaatkan perangkat Android yang diintegrasikan dengan GPS (Global Positioning System) maka dapat dibuat sebuah aplikasi sistem pesan antar makanan yang

11 Pasar Keppo merupakan pasar aktif pada hari selasa dan sabtu dari pagi sampai sore yang mana dikenal dengan sebutan pasar sapi, karena memang pada hari selasa dan sabtu banyak