• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.3.1 Tujuan Umum ... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8 1.4.1 Teoritis ... 8 1.4.2 Praktis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Pasien ... 9

... 2.1.1 Pengertian Keselamatan Pasien ... 9

2.1.2 Langkah Menuju Keselamatan Pasien ... 9

2.2 Insiden Keselamatan Pasien ... 17

2.2.1 Definisi Insiden Keselamatan Pasien ... 17

2.2.2 Jenis Insiden Keselamatan Pasien ... 18

2.2.3 Analisis Matrik Grading Risiko Insiden Keselamatan Pasien ... 19

2.3 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ... 22

2.3.1 Definisi Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ... 22

2.3.2 Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ... 23

2.3.3 Kepatuhan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ... 26

2.3.4 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ... 27

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ... 37

3.2 Hipotesis ... 38

3.3 Variabel Penelitian ... 38

3.3.1 Variabel Independen/Variabel Bebas ... 38

3.3.2 Variabel Dependen/Variabel Terikat ... 39

(2)

BAB IV METODA PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ... 44

4.2 Kerangka Kerja ... 45

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 46

4.4.1 Populasi ... 46

4.4.2 Teknik Sampling ... 46

4.4.3 Sampel ... 46

4.5 Jenis dan Pengumpulan Data ... 47

4.5.1 Jenis Data ... 47

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 47

4.5.3 Instrumen Penelitian... 48

4.5.4 Etika Penelitian ... 50

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 51

4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 51

4.6.2 Teknik Analisi Data ... 53

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 59

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 59

5.1.2 Hasil Analisis Data ... 59

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB VI SIMPULAM DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 96

(3)

ABSTRAK

Insiden keselamatan pasien merupakan media belajar dari proses kesalahan dalam pelayanan kepada pasien. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua belum menunjukkan budaya pelaporan yang baik. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi determinan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua. Design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh tenaga kesehatan. Sample penelitian ini sebanyak 60 sampel dengan teknik purposive sampling. Analisis statistik bivariat menggunakan uji korelasi spearman rank test dan uji mann-whithney, analisis multivariat menggunakan uji regresi linier berganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang mempunyai hubungan atau perbedaan terhadap kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien (p value < 0.05) adalah tingkat pengetahuan, pelatihan dan budaya keselamatan pasien di tingkat unit kerja, sedangkan variabel yang tidak mempunyai hubungan atau perbedaan terhadap kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien (p value > 0.05) adalah sosialisasi SOP dan formulir. Analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien adalah pelatihan tentang keselamatan pasien. Saran dalam penelitian ini rumah sakit harus memberikan pelatihan secara rutin tentang keselamatan pasien, selain itu juga harus mengalokasikan waktu dan dana serta mewajibkan seluruh karyawan untuk ikut dalam pelatihan. Pimpinan rumah sakit harus mendukung kegiatan atau program-program yang mengarah pada keselamatan pasien.

Kata kunci: Determinan kepatuhan, pelaporan insiden, keselamatan pasien Referensi: (158: 2006-2015)

(4)

Abstract

Patient safety incident is a tool for learning process of incident that happened at patient in hospital services. Patient safety incident reporting at BIMC special surgery hospital in Nusa Dua did not showing good reporting. The aim of this study to identification determinant compliance of health worker in patient safety incident reporting. Design of the research is multivariate analysis with method approach of cross sectional. Population of this study are all health worker. Sample of this study are 60 sample which purposive sampling technique. Statistical analysis bivariate are use spearman rank test and mann-whithney test, multivariate analysis use multiple linier regression test. Results of the bivariate analysis showing that level knowledge, patient safety training and safety culture on unit services have correlation or differentiation with patient safety incident reporting compliance (p value < 0.05), socialization SOP and patient safety incident form do not have correlation or differentiation with patient safety incident reporting compliance (p value > 0.05). Multivariate analysis result showing most dominant factor that have correlation with patient safety incident reporting compliance is patient safety training. Suggestions on this study is a hospital should be provided regular training on patient safety, in addition to hospital also must allocate time and funds, and requires all employees to participate in these activities. The hospital management should support the activities on programs that lead to patient safety.

Keywords: Determinan of compliance, incident reporting, patient safety Reference: (158:2006-2015)

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan pasien telah menjadi isu global dalam pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan kepada pasien lebih aman (Depkes, 2008). Rumah sakit merupakan institusi penyedia layanan kesehatan kepada masyarakat sehingga rumah sakit dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang berbasis pada keselamatan pasien (Undang-Undang No. 44 Tahun 2009). Pelayanan rumah sakit dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang bersifat multidimensi dengan komplek masalah yang menyertainya. Rumah sakit wajib membentuk tim keselamatan pasien rumah sakit untuk menjalankan program keselamatan pasien dalam meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit (Permenkes RI, 2011).

Insiden keselamatan pasien merupakan media belajar dari proses kesalahan dalam pelayanan di rumah sakit. Insiden keselamatan pasien adalah kejadian atau situasi yang dapat menyebabkan atau berpotensi mengakibatkan cidera yang seharusnya tidak terjadi (Komite Keselamatan Pasien-Rumah Sakit, 2008). Jenis insiden keselamatan pasien menurut Cahyono (2008) dan Permenkes RI (2011) terdiri dari: Kejadian Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau adverse event dan Kejadian Sentinel atau sentinel event.

Insiden Keselamatan pasien telah dilaporkan oleh beberapa negara di dunia. National Health Safety (NHS) di Inggris melaporkan jumlah laporan insiden keselamatan pasien yang dilaporkan dalam National Reporting and Learning System pada April sampai September 2013 menunjukkan jumlah insiden sebesar 725.314 insiden atau 8,9% lebih banyak pada periode yang sama dari tahun sebelumnya. Jumlah insiden

(6)

2

tersebut 67,7% diantaranya adalah kejadian KTC, 25,7% KTD ringan dan hanya membutuhkan observasi saja, 6% mengalami KTD sedang tetapi tidak menimbulkan cidera permanen dan kurang dari 1% menimbulkan KTD yang berat sampai kematian, serta 0,27% pasien mengalami kematian (National Health and Safety, 2014). Laporan Insiden keselamatan pasien oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) pada 2007 dalam Mustikawati (2011) menyebutkan terjadi 145 insiden yang terdiri dari KTD 46%, KNC 48% dan lain-lain 6%. Lokasi kejadian berdasarkan provinsi ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% diikuti JawaTengah 15,9%, DIYogyakarta 13,8%, JawaTimur 11,7%, Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh 0,68%.

Pelaporan insiden keselamatan pasien diharapkan menjadi budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Tujuan pelaporan insiden keselamatan pasien adalah sebagai media tempat belajar agar insiden yang sama tidak terulang kembali, mengevaluasi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan menghindari tuntutan hukum atau litigation serta tidak untuk menyalahkan orang (non blaming). Semua staf di rumah sakit yang mengalami, melakukan ataupun melihat insiden keselamatan pasien wajib melaporkan kepada supervisi ataupun atasan langsung dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam (KKP-RS, 2008). Rendahnya pelaporan insiden keselamatan pasien perlu menjadi perhatian bagi rumah sakit untuk mengetahui dan mengidentifikasi tentang faktor penyebabnya karena pelaporan yang baik akan memberikan dukungan untuk mengurangi risiko ancaman keselamatan pasien (Gunawan, Widodo, & Harijanto, 2014).

Tidak semua insiden keselamatan pasien terlaporkan dengan baik, pada kenyataanya pelaporan tersebut hanyalah seperti fenomena gunung es yang hanya beberapa saja diketahui. Insiden keselamatan pasien sebagian besar cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian karena yang terdeteksi dan terlaporkan hanya kejadian yang

(7)

3

menimbulkan cidera yang ditemukan secara kebetulan saja (Marseno, 2011). Insiden keselamatan pasien yang tidak dilaporkan menjadi masalah utama dalam pelaporan dengan e-reporting system, rata-rata 50-96% setiap tahun kejadian tidak diharapkan atau adverse event tidak dilaporkan (Gong, et al, 2015). Penelitian lain yang dilakukan oleh Departement of Health and Human Services di Amerika tahun 2008 pada sejumlah rumah sakit menunjukkan 86% insiden tidak terlaporkan, hal tersebut dikarena sebagian staf salah dalam mempersepsikan yang dimaksud dengan insiden (Levinson, 2012). Angka kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien di Indonesia belum diketahui secara pasti karena pelaporan insiden keselamatan pasien belum dipublikasi seluruhnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit telah banyak dijelaskan oleh beberapa peniliti sebelumnya. Gunawan, Widodo, & Harijanto (2014) dalam penelitiannya melalui Focused Group Discussion menemukan akar masalah utama penyebab rendahnya pelaporan insiden keselamatan pasien adalah faktor man yaitu kurangnya pengetahuan terhadap pelaporan insiden. Iskandar, Maksum, & Nafisah (2014) dalam penelitiannya melalui Focused Group Discussion menemukan akar masalah penyebab rendahnya pelaporan insiden keselamatan pasien yaitu ketakutan petugas dalam melaporkan. Andrini, Harijanto, & Woro (2014) dalam penelitiannya menyebutkan penyebab rendahnya pelaporan insiden keselamatan pasien adalah kurangnya pengetahuan, belum tersosialisasi SOP pelaporan insiden dan tersedianya formulir pelaporan yang kurang jelas serta pelatihan belum pernah dilakukan. Menurut Verbakel, et al. (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian edukasi tentang budaya keselamatan pasien dapat mempengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien. Herman (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa saran manajemen yang berhubungan dengan pelaporan insiden keselamatan pasien adalah insentif, ketersediaan format, pengetahuan, sosialisasi SOP dan ketersediaan alur pelaporan.

(8)

4

Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua merupakan rumah sakit swasta dan pernah mengikuti Akreditasi Nasional versi 2012 yang diselenggarakan oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada November 2013 dan akreditasi internasional australia yang diselenggarakan oleh badan akredirasi Australian Council for Healthcare Standards International (ACHSI) pada Juni 2014. Penilaian kedua badan akreditasi tersebut mewajibkan rumah sakit untuk mengembangkan pelaporan insiden yang berhubungan dengan keselamatan pasien sebagai upaya perbaikan dan evaluasi terhadap asuhan kepada pasien.

Data insiden keselamatan di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua yang diperoleh dari unit penjamin mutu pada bulan Januari sampai Maret 2016 adalah pada Januari 2016 sebanyak delapan insiden atau 9,2% dari total pasien rawat inap, lima insiden atau 0,05% dari total pasien rawat jalan. Jumlah iniden keselamatan pasien pada Februari 2016 sebanyak tiga insiden atau 4,2% dari total pasien rawat inap dan enam insiden atau 0,6% dari total pasien pasien rawat jalan. Jumlah insiden keselamatan pasien pada Maret 2016 sebanyak tiga insiden atau 2,8% dari total pasien rawat inap dan lima insiden atau 0,04% dari total pasien rawat jalan.

Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua belum menunjukkan budaya pelaporan yang baik. Sejak bergabungnya Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua kedalam Siloam Hospitals Group pada tahun 2014, sebagai upaya peningkatan mutu rumah sakit dan perbaikan dari kesalahan yang terjadi akibat insiden keselamatan pasien serta menanamkan budaya safety maka Siloam Hospitals Group menetapkan jumlah insiden keselamatan pasien yang harus terlaporkan kepada tim mutu rumah sakit minimal 5% dari total jumlah pasien rawat inap dan 1% dari total pasien rawat jalan. Dukungan manajemen dari rumah sakit sudah banyak diberikan mulai pembentukan komite mutu dan keselamatan pasien, pembuatan kebijakan-kebijakan

(9)

5

tentang keselamatan pasien, anggaran dana serta kegiatan-kegiatan yang mengarah pada keselamatan pasien, namun dari data pelaporan keselamatan pasien yang mengacu standar minimal jumlah pelaporan inisden keselamatan pasien masih kurang dari target yang telah ditetapkan.

Hasil wawancara yang dilakukan pada 11 Maret 2016 kepada 10 staf perawat, tujuh dokter, dua staf radiographer dan dua staf farmasi menunjukkan 40% staf dari meraka belum mampu mengidentifikasi kejadian dan jenis kejadian dalam keselamatan pasien. Hal tersebut menunjukkan kurangnya pengetahuan staf tentang pelaporan insiden keselamatan pasien sehingga mereka tidak tahu bagaimana dan batasan apa yang harus dilaporkan. Budaya keselamatan pasien di unit kerja belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Ketakutan atau kekawatiran staf kepada atasan dalam melaporkan insiden juga menjadi kendala terlaksananya pelaporan. Budaya yang perlu dihilangkan saat ini adalah menyalahkan dan menghukum karena hal itu menjadi hambatan untuk terciptanya keselamatan pasien. Beberapa atasan dan supervisor di rumah sakit masih memiliki anggapan bahwa setiap insiden harus ditelusuri siapakah yang melakukan atau membuat inisden, tetapi bukan untuk mencari solusi atau faktor penyebab insiden tersebut.

Sosialisasi Standar Operasional Prosedur (SOP) pelaporan insiden keselamatan pasien merupakan langkah utama yang harus dilakukan untuk menerapkan sistem pelaporan dalam rumah sakit. Banyaknya staf yang tidak mengetahui cara dan alur pelaporan rendahnya kepatuhan pelaporan. Kebanyakan pelaporan insiden hanya melalui laporan verbal kepada atasan dan supervisor atau kepala ruang yang menyampaikan kepada komite mutu rumah sakit, disamping itu persepsi atau pemahaman yang kurang tepat terhadap insiden keselamatan sehingga banyak kejadian yang belum terpapar kepada pasien tidak dilaporkan.

(10)

6

Ketersediaan format pelaporan insiden juga sangat berpengaruh terlaksana pelaporan insiden keselamatan pasien. Hasil observasi yang dilakukan tim mutu dan keselamatan pasien rumah sakit pada 2 April 2016 menunjukkan beberapa ruangan atau unit pelayanan tidak tersedianya format pelaporan yang sudah dibakukan oleh rumah sakit. Kesalahan penulisan dalam format insiden juga masih terjadi. Bukti laporan menejemen risiko rumah sakit dari bulan Januari sampai Maret 2016 terdapat insiden keselamatan pasien yang sudah terpapar dengan pasien dilaporkan melalui pelaporan menejemen risiko, laporan tersebut hanya berisi ringkasan kejadian tanpa adanya kronologi insiden dan data pendukung seperti identitas pelapor, inisial nama pasien atau lokasi insiden sehingga sulit untuk menganalisa insiden dikarenakan data laporanya tidak lengkap.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik meneliti determinan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan insdien keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua, sehingga dengan diketahuinya faktor yang terkait dapat direncanakan strategi untuk meningkatkan pelaporan insiden kesematan pasien untuk menjadi pembelajaran dari setiap insiden agar kejadian yang sama tidak terulang lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “belum diketahuinya determinan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

(11)

7

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi:

a. Gambaran karakteristik responden (Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja).

b. Gambaran kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua. c. Gambaran pengetahuan tenaga kesehatan dalam pelaporan insiden

keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua. d. Gambaran sosialisasi SOP dalam pelaporan insiden keselamatan

pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

e. Gambaran pelatihan keselamatan pasien oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

f. Gambaran budaya keselamatan pasien di unit kerja dalam pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

g. Gambaran format pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

h. Hubungan faktor pengetahuan dengan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

i. Perbedaan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua yang pernah dengan tidak pernah mendapatkan sosialisai SOP pelaporan inisden keselamatan pasien

j. Perbedaan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua yang pernah dengan belum pernah mendapatkan pelatihan keselamatan pasien k. Hubungan faktor budaya keselamatan pasien di unit kerja dengan

kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua

(12)

8

l. Hubungan faktor formulir pelaporan insiden keselamatan pasien dengan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

m. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan tenaga kesehatan dalam pelaporan insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC Nusa Dua.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis

Penelitian ini dapat menjadikan dasar pengembangan teoritis tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien di rumah sakit, sehingga dapat menjadi acuan dan wawasan pembaca ataupun institusi untuk memberikan inovasi dalam meningkatkan perbaikan pelaporan insiden keselamatan pasien.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang praktisi kesehatan dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien dalam hal pelaporan insiden sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi praktisi kesehatan agar insiden tersebut tidak terulang kembali. Rumah sakit dapat mengevaluasi dan mengembangkan budaya pelaporan insiden keselamatan pasien yang bebas dari blamming culture. Hasil penelitian ini juga sebagai upaya evaluasi atau proses pembelajaran terhadap segala insiden yang ada di rumah sakit, dengan adanya evaluasi tersebut maka akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan bebas dari tuntutan hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi populasi sumur gali yakni 20 sumur gali dan populasi perilaku pengguna sumur gali yang berjumlah 125 responden.

Pada kesempatan penerbitan untuk edisi sekarang memuat 3(tiga) artikel ilmiah dan 2(dua) studi kepustakaan dari hasil penelitian mahasiswa pascasarjana STIK Bina

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan kepada Pokja Jasa

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk menambah informasi yang belum tersedia, meminta otorisasi kredit,

Instrumen yang digunakan dalam kedokteran gigi harus dibungkus untuk sterilisasi dengan menggunakan nampan terbuka yang ditutup dengan kantung sterilisasi yang tembus pandang,

Ia bertanya lagi kepada orang itu dengan menyanyikan sebuah lagu yang sama, &#34;O Penebang, adakah Lahatabe lewat di sini?&#34;.. Penebang itu menjawab, &#34;Kenapa anak ini,

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa Sistim Panic Button Pemberitahuan Bencana digunakan untuk membatu warga dan