PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH
BERBASIS INTEGRASI PERENCANAAN
TEKNOKRATIS, POLITIS DAN PARTISIPATIF
DI KABUPATEN SUMEDANG
Oleh :
Ir. H. Eka Setiawan, Dipl., SE., MM.
SKEMA INOVASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUMEDANG
ADANYA KESINAMBUNGAN ANTARA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN TUMBUHNYA PARTISIPASI WARGA MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SINERGI PEMBANGUNAN LINTAS SEKTOR, LINTAS
WILAYAH DAN LINTAS JENJANG
SKEMA PAGU INDIKATIF (PI)
• PI SKPD • PI KEWILAYAHAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG (FDM) • DELEGASI SEKTORAL • DELEGASI KECAMATAN INTEGRASI PEMBANGUNAN (RKPD TRIPLE TRACK)
• DIBIAYAI APBD KABUPATEN • DIBIAYAI PROV & PUSAT
• DIBIAYAI PNPM, CSR &
SWADAYA MASYARAKAT PERDA NO. 1 TAHUN 2007 TTG
PROSEDUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
SKEMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BERDASARKAN PERDA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG
Musrenbang Desa Musrenbang Kecamatan Musrenbang Kabupaten Tahunan Forum SKPD Usulan Kegiatan Masyarakat Desa Usulan Kegiatan Wilayah Kecamatan Rancangan Awal
Renja SKPD Renja SKPDRancangan Rancangan RKPD Penyempurnaan & Penetapan Rancangan RKPD Perbup RKPD Nota Kesepakatan Pagu Indikatif Hasil Musrenbang Tahunan PAGU INDIKATIF KECAMATAN PAGU INDIKATIF SKPD KABUPATEN
SKEMA MUSRENBANG INTEGRASI
Diusulkan ke Musrenbang Desa
Penggalian Gagasan di
Tingkat Dusun Dilaksanakan Swadaya Musrenbang Desa Dilaksanakan dengan
APBD Desa Musrenbang Kecamatan Dibiayai dengan BLM
Forum SKPD
Musrenbang Kabupaten RKPD & Renja SKPD (Dibiayai CSR & Partisipasi)
Diusulkan ke Musrenbang Kecamatan Diusulkan ke Forum SKPD/Musrenbang Dibiayai dengan Diusulkan ke Musrenbang Kab Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan Tahun Berikutnya Dilaksanakan Tahun Berjalan RKPD & Renja SKPD (Dibiayai APBD & APBN)
6
SISTEM PEMBANGUNAN DAERAH REGULER SEBAGAI
INDUK INTEGRASI
NILAI LUHUR BUDAYA SUNDA (SPBS) SEBAGAI LANDASAN SPIRITUAL DALAM
PEMBANGUNAN DAERAH MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN OPTIMALISASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN
SKEMA INTEGRASI PEMBANGUNAN DAERAH
PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN
PERTANGGUNGJABN
PAMSIMAS, P2KP, PPIP & PROGRAM
LAINYA PNPM MP DAN PNPM INTEGRASI SHORT CUT SHORT CUT STARTING POINT
7
DRAFT 2
DAFTAR PRIORITAS
LIST RPJMDES 2012
POST MAYOR & ANALISIS KONDISI REAL
DRAFT 1
DAFTAR PRIORITAS
SKEMA PENYUSUNAN RKP DESA MELALUI MUSRENBANG DESA INTEGRASI
KEBIJAKAN PEMDA & POKOK2 PIKIRAN DPRD DAFTAR PRIORITAS UNTUK TAHUN BERIKUTNYA 2013 DAFTAR PRIORITAS UNTUK TAHUN BERJALAN 2012 LIST RPJMDES 2013 EVALUASI TAHUN 2011 PENYUSUNAN RKP DESA TAHUN 2013 REVISI RKP DESA TAHUN 2012 PENDANAAN : • SWADAYA MASY • ADD • APBD KABUPATEN • BLM PNPM • CSR /SWASTA PENDANAAN : • SWADAYA MASY • BLM PNPM • CSR /SWASTA
DUKUNGAN PENGANGGARAN
PENGANGGARAN DARI PUSAT DAN DAERAH
• PNPM Mandiri Perdesaan
- Tahun 2010 : DUB 26,8 M; DDUB 6,7 M
- Tahun 2011 : DUB 13,84 M; DDUB 3,46 M
- Tahun 2012 : DUB 20,5 M; DDUB 4,1 M
• PNPM Integrasi
- Tahun 2010 : DUB 4 M; DDUB 1 M
- Tahun 2011 : DUB 4 M; DDUB 1 M
PENGANGGARAN DARI LUAR PNPM MD DAN INTEGRASI
• Dukungan Alokasi Dana Desa (ADD)
- Tahun 2010 sebesar 20 M
- Tahun 2011 sebesar 20 M
- Tahun 2012 sebesar 20 M
• Dukungan Pagu Indikatif Kewilayahan (PIK)
- Tahun 2010 sebesar 15 M
- Tahun 2011 sebesar 15 M
- Tahun 2012 sebesar 25 M
• Dukungan Bantuan Desa lainnya
- Dari Kabupaten : PMTAS, TAPD, Asuransi Perangkat Desa,
Stimulan Pilkades, dan bantuan desa lainnya
- Dari Provinsi : Desa peradaban (untuk 8 desa)
- Dari Pusat : Rutilahu, PPIP, Pamsimas (tersebar)
N0. PAGU INDIKATIF (Belanja Urusan Wajib/Pilihan) 2010 2011 2012 PAGU INDIKATIF 76.224.052.701,14 105,119,793,224.00 123.681.753.350,00 A. PAGU INDIKATIF SKPD KABUPATEN 36.137.463.601,14 75,661,750,224.00 80,873,710,350.00 B. PAGU INDIKATIF SKPD KECAMATAN 3.000.000.000,00 3.650.000.000,00 5.000.000.000,00
C. PAGU INDIKATIF KECAMATAN 15.000.000.000,00 15.000.000.000,00 25.000.000.000,00
D. PENUNJANG DAN PENDAMPING
22.086.589.100,00 10,808,043,000.00 12,808,043,000.00
KAPASITAS PAGU INDIKATIF KABUPATEN SUMEDANG
(TAHUN 2010 S/D 2012)
KOORDINASI
KOORDINASI PENGANGGARAN DGN SKPD DAN DPRD
• DENGAN SKPD
- Melalui kegiatan pra Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang
Kecamatan (sosialisasi dan pembahasan PIK)
- Melalui kegiatan pra Forum SKPD dan Forum SKPD (sosialisasi dan
pembahasan Pagu Indikatif SKPD)
- Melalui kegiatan pra Musrenbang Kabupaten dan Musrenbang
Kabupaten (Pemantapan PIK dan Pagu Indikatif SKPD serta
mensinergikannya dengan sumber pendanaan yang lain)
• DENGAN DPRD
- Melalui konsultasi dengan DPRD dalam rangka penyusunan nota
kesepakatan (Pagu Indikatif SKPD dan Pagu Indikatif Kewilayahan)
- Melalui kegiatan pra Musrenbang dan Musrenbang (sebagai
narasumber berdasarkan pendekatan Dapil)
- Melalui rapat pembahasan dengan Komisi yang membidangi
- Melalui rapat pembahasan dengan Badan Anggaran
KOORDINASI PENGELOLAAN ANGGARAN
DENGAN DESA
• Melalui kegiatan pra Musrenbang Desa : Desa
diberikan informasi tentang pagu indikatif ADD
dan PIK serta rancangan awal RKPD (arah dan
kebijakan daerah)
• Melalui kegiatan Musrenbang Desa : Fasilitasi
pembahasan dalam pengalokasian ADD, PIK serta
mensinergikannya dengan partisipasi dan
swadaya masyarakat
• Melalui kegiatan pra Musrenbang Desa : Desa
melalui Forum Delegasi Musrenbang (FDM)
diajak untuk bersama-sama mengawal proses
lanjutan perencanaan dan penganggaran
SINKRONISASI
SINKRONISASI ANTARA PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DESA
• Dilaksanakan pada saat pra Musrenbang Desa
dan Musrenbang Desa dalam rangka penyusunan
RKPDes : Perencanaan dirumuskan berdasarkan
prediksi kapasitas fiskal desa (pagu indikatif ADD
dan PIK) serta mengacu pada realisasi APBDes
tahun sebelumnya
• Dilaksanakan pada saat musyawarah desa dalam
rangka penyusunan APBDes : Penganggaran
dialokasikan berdasarkan dokumen RKPDes serta
realisasi ADD dan PIK (sebagaimana tertuang
SINKRONISASI PENGANGGARAN SKPD DENGAN
USULAN DESA
• Dibahas awal pada saat pra Forum SKPD :
penganggaran SKPD selain memperhatikan kajian
teknokratis SKPD sesuai dengan Renstra SKPD,
juga memperhatikan secara seksama usulan desa
dan kecamatan sebagaimana tertuang dalam
hasil Musrenbang Kecamatan
• Diputuskan pada saat Forum SKPD : putusan
didasarkan pada kolaborasi antara hasil kajian
teknokratis SKPD dengan usulan partisipatif dari
kecamatan/desa yang dibingkai dalam kerangka
pencapaian target kinerja Renstra SKPD
EFEKTIVITAS
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ANGGARAN
PEMBANGUNAN DESA
• Pengelolaan anggaran pembangunan desa dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
• Pengelolaan anggaran pembangunan desa didasarkan pada
Perdes yang mengatur tentang APBDes dan RKPDes;
• Pengelolaan anggaran pembangunan desa dilakukan
berdasarkan prinsip kemitraan, tranparansi dan
akuntabilitas oleh para pemangku kepentingan di desa;
• Pelaksanaan pengawasan dan pengawalan terhadap
pengelolaan anggaran pembangunan desa dilakukan oleh
BPD serta Forum Delegasi Musrenbang Desa;
• Pengelolaan anggaran pembangunan desa diarahkan
sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa.
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
ANGGARAN DESA
• Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah manajemen
pembangunan desa berbasis kearifan lokal (budaya Sunda)
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Sumedang
Nomor 113 Tahun 2009 tentang Sumedang Puseur Budaya
Sunda (SPBS);
• Transparansi : Di desa dikembangkan melalui semangat
“BRUKBRAK”, dimana semua pemangku kepentingan secara
sukarela serta berdasarkan panggilan hati harus saling
terbuka dan membuka diri. Sisi baik maupun buruknya
harus dibicarakan secara bersama-sama. Orang desa bilang
“Hade Goreng Ku Omong”.
• Akuntabilitas : Di desa dikembangkan melalui semangat
“JUNUN JUCUNG”, dimana semua pekerjaan pembangunan
harus diselesaikan secara tuntas serta dapat
dipertanggungjawabkan. Orang desa bilang “Rengse
Pancen Dipigawe, Tuntas Tugas Dipilampah”.
REMBUG DESA TEMPOE DOELOE
KENDALA DAN REKOMENDASI TERKAIT PENGANGGARAN
• Penurunan penganggaran PNPM MD tidak disertai dengan peningkatan penganggaran PNPM Integrasi, padahal dimasa transisi ini ketergantungan masyarakat terhadap stimulan BLM untuk mengungkit partisipasi masih sangat besar. Karena itu, dimohon DUB untuk PNPM Integrasi bisa
ditingkatkan sebagai jembatan antara bagi proses integrasi permanen dari pola pembangunan berbasis pemberdayaan ke dalam pola
pembangunan reguler (SPPN)
• Tidak adanya regulasi yang dapat dijadikan rujukan bagi daerah untuk mereflikasi pola penganggaran berbasis BLM di daerah sebagaimana yang dikembangkan oleh PNPM. Karena itu, dimohon pusat secepatnya
merumuskan regulasi yang dapat dijadikan acuan bagi daerah untuk
mengembangkan pola BLM di daerah
• Adanya keterbatasan kemampuan fiskal daerah, sehingga
ketergantungan daerah terhadap pusat dalam penganggaran masih sangat
besar, serta tidak adanya kepastian pagu anggaran daerah menjelang
Musrenbang di Kabupaten. Karena itu, dimohon pemerintah pusat
merumuskan kebijakan Pagu Indikatif Kabupaten yang disampaikan sebelum pelaksanaan Musrenbang, baik melalui skema pendanaan tersendiri atau melalui peningkatan skema pendanaan yang sudah ada (DAU, DAK, Tuban) tetapi difokuskan untuk alokasi belanja urusan wajib dan pilihan daerah.
KENDALA DAN REKOMENDASI TERKAIT
KOORDINASI, SINKRONISASI DAN EFEKTIVITAS
• Adanya kesenjangan pemahaman, pengetahuan dan pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan desa dan daerah antara pemangku
kepentingan, yaitu antara masyarakat (partisipatif), aparatur birokrasi (teknokratis), serta anggota DPRD (politis). Solusinya adalah melalui
character building dan pelatihan teknis fungsional secara kontinyu bagi berbagai pemangku kepentingan pembangunan desa dan daerah :
- Untuk perangkat desa, BPD, LPMD, FDM dan pelaku pembangunan lainnya di desa, hendaknya diselenggaran oleh pemerintah daerah dengan standarisasi didasarkan pada kondisi objektif masing-masing daerah
- Untuk peningkatan kapasitas DPRD, BPMPD, Bappeda dan Camat hendaknya difasilitasi oleh pemerintah pusat, agar memiliki standar kompetensi yang sama secara nasional dalam kerangka kepentingan NKRI
Di sisi lain, pemerintah pusat melalui Bappenas dan Kemendagri agar
memfasilitasi rapat kerja secara terpadu dan kontinyu antara Bappeda
dengan BPMPD, agar proses integrasi di daerah dapat berlangsung mulus dan akseleratif dalam kerangka kepentingan pembangunan nasional
• Adanya kesenjangan dalam komunikasi pembangunan daerah, dimana peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dibawakan oleh para
pelaku kebijakan pembangunan menggunakan gelombang administratif
formal, sedangkan warga masyarakat selaku sasaran kebijakan
pembangunan dalam implementasinya menggunakan gelombang adaptif
informal. Karena itu, kiranya pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mentransformasi kebijakan pusat di daerah
berdasarkan kearifan lokal masing-masing
• Pendekatan penegakkan hukum dalam praktiknya mengedepankan
hukum positif, sehingga lebih mengutamakan hukum untuk hukum
(wetmatigheid) daripada hukum untuk tujuan pembangunan/
kesejahteraan (doelmatigheid), akibatnya banyak mucul kriminalisasi
terhadap kebijakan pembangunan di daerah. Karena itu, kiranya
pemerintah pusat dapat memberikan perlindungan hukum secara
proporsional kepada para pelaku kebijakan di daerah tanpa
mengesampingkan eksistensi hukum itu sendiri, di sisi yang lain kiranya institusi penegak hukum didorong untuk memberikan porsi yang lebih