• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SELF EFFICACY KARYAWAN DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN DI PT. INDAH LOGISTIK CARGO MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN SELF EFFICACY KARYAWAN DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN DI PT. INDAH LOGISTIK CARGO MEDAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SELF EFFICACY KARYAWAN DENGAN

BURNOUT PADA KARYAWAN DI PT. INDAH

LOGISTIK CARGO MEDAN

Self Efficacy Relationship With Employees With Burnouts In Employees At PT. Beautiful Logistic Cargo Medan

Khairu Asyifa1, Oktariani2

Fakultas Psikologi Universitas Potensi Utama

Jl. KL. Yos Sudarso Km. 6,5 No. 3A Tanjung Mulia; Kota Medan 20241 Email : asyifakhairu@gmail.com1, oktariani1610@gmail.com2

ABSTRACT

This study aims to look at the relationship between Self Efficacy and Burnout on employees of PT. Indah Logistics Cargo Medan. Where the subject of research is the employees of PT. Indah Logistik Cargo Medan with a sample of 60 employees. With sampling through a total sampling technique. Data collection is done by using a Likert scale consisting of two scales, namely the Self Efficacy scale and the Burnout scale. The data analysis method used is the Product Moment Correlation method. There is a very significant negative relationship between employee Self Efficacy and Burnout on employees. This means that the higher the employee's Self Efficacy, the lower the Burnout rate for the employee, conversely the lower the employee's Self Efficacy, the higher the Burnout level for the employee. The results are proven by the correlation coefficient rxy = -0,381; sig <0.010. Thus, the hypothesis put forward was declared accepted. Burnout gives an effect on Self Efficacy of 14.5%. This means that there are still 85.5% of the influence of other factors on Self Efficacy. Among them are environmental factors, individual factors and socio-cultural factors. From these results it is expected for PT. Indah Logistik Cargo Medan to maintain employee's Self Efficacy in controlling emotions well, the factors that make the work environment conducive are employees who have high Self Efficacy, to achieve their goals properly.

Keywords : Self Efficacy, Burnout, Employees of PT. Indah Logistik Cargo Medan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Self Efficacy dengan Burnout pada karyawan PT. Indah Logistik Cargo Medan. Dimana yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan PT. Indah Logistik Cargo Medan dengan sampel sebanyak 60 karyawan. Dengan pengambilan sampel melalui teknik total sampling. Pengumupulan data dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari dua skala yaitu skala Self Efficacy dan skala Burnout . Metode analisa data yang digunakan adalah metode Korelasi Product Moment. Terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara Self Efficacy karyawan dengan Burnout pada karyawan. Artinya semakin tinggi Self Efficacy karyawan, maka semakin rendah pula tingkat Burnout pada karyawan, sebaliknya semakin rendah Self Efficacy karyawan, maka semakin tinggi pula tingkat Burnout pada karyawan. Hasil yang dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = -0,381

; sig < 0,010. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan, dinyatakan diterima. Burnout memberikan pengaruh terhadap Self Efficacy sebesar 14,5%. Ini berarti masih terdapat 85,5% pengaruh dari faktor lain terhadap Self Efficacy. Diantaranya adalah faktor lingkungan, faktor individual dan faktor sosial kultural. Dari hasil tersebut maka diharapkan untuk Pihak PT. Indah Logistik Cargo Medan untuk mempertahankan Self Efficacy karyawan dalam mengendalikan emosi dengan baik, faktor yang membuat lingkungan kerja menjadi kondusif adalah karyawan yang memiliki Self Efficacy yang tinggi, untuk mencapai tujuannya dengan baik.

(2)

1. PENDAHULUAN

Perkembangan industri penjualan barang maupun jasa tumbuh berkembang dengan pesat. Perkembangan yang dinamis ini semakin meningkat permintaan akan terhadap barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Permintaan akan terpenuhinya kebutuhan ini tidak hanya dibutuhkan oleh individu saja, melainkan perusahaan-perusahaan juga mengharapkan kebutuhan akan barang dan jasa mereka bisa terpenuhi.

Salah satu kebutuhan hidup yang tidak kalah penting di era globalisasi saat ini adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang ingin mengirim barang dari tempat yang jauh membuat jasa pengiriman barang ini menjadi sangat penting. Pada proses pengiriman barang sarana pengangkutan ini orang dapat memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam hal ini pengangkutan bisa dilakukan melalui via darat, laut, dan udara. Dimana perusahaan jasa pengangkutan barang dan jasa yang memiliki peran penting dan memudahkan orang lain.

Dalam hal ini perusahaan jasa industri ekspedisi mengirim berbagai barang ke suatu daerah ke daerah yang dituju. Banyaknya perusahaan jasa yang sudah ada di pasar menyebabkan terjadinya pelayanan yang ketat, perusahaan tersebut berusaha bersaing untuk memberikan pelayanan yang baik bagi konsumen.

Pada dasarnya perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki Self Efficacy yang tinggi. Menurut Bandura (dalam Dwiyanto, 2018) menyatakan bahwa self efficacy adalah suatu keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sediri dan kejadian dalam lingkungan, memiliki kompetensi yang sesuai dengan klasifikasi perusahaan yang diharapkan untuk mencapai tujuan dengan baik, dan berani mencari cara untuk memecahkan masalah sehingga tidak terjadi burnout.

Dengan demikian karyawan yang mengalami burnout atau kelelahan secara fisik maupun mental. Maslach dan Leiter (dalam Rizka, 2013) berpendapat bahwa burnout merupakan reaksi emosi yang terjadi dilingkungan kerja ketika individu mengalami stres yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh situasi dan kondisi yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan.

Menurut Leatz dan Stolar (dalam Yunita, 2013) bahwa aspek-aspek yang mendukung burnout diantaranya adalah mengalami penurunan pencapaian pribadi, kelelahan emosional, dan depersonalisasi yang telah di derita karyawan dalam jangka waktu yang cukup lama, didalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi, burnout juga merupakan sebuah penyakit yang tidak realistis dengan perubahan situasi yang ada.

Penyedia layanan jasa memiliki resiko yang tergolong tinggi mengalami gejala burnout karena karyawan bekerja secara intens dengan kepercyaan konsumen atas jasa pengiriman barang. Kenyataannya tidak semua karyawan mempunyai cara yang sama dengan menghadapi tekanan dalam situasi yang sulit.

Namun pada kenyataannya, terdapat individu yang sanggup bertahan dalam mengatasi kondisi yang sulit dan ada pula yang tidak sanggup dalam menggatasi kondisi yang sulit, bahkan mereka malah menghindar dalam kondisi yang sulit tersebut.

Permasalahan yang timbul pada karyawan di PT. Indah Logistik Cargo Medan yang mempunyai tingkat self efficacy yang rendah sehingga karyawan mengalami kelelahn secara fisik, emosional yang disebabkan karena self efficacyyang rendah pada karyawan dan karena kurangnya kerjasama antar karyawan yang tidak saling komunikasi sehingga karyawan mengalami kelelahan dalam bekerja yang membuat self efficacy karyawan menurun dan tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Sehingga karyawan suka menunda-nunda pekerjaan, seperti menunda packingan barang yang menjadi keterlambatan keberangkatan barang ke tujuan, pengantaran barang konsumen ke penerima.

Hal ini yang membuat karyawan PT. Indah Logistik Cargo Medan banyak menerima keluhan-keluhan dari konsumen atas keterlambatan penerimaan barang dari estimasi yang sudah disepakati antara customer service dengan konsumen. Sementara itu, karyawan PT. Indah Logistik Cargo Medan dituntut untuk meningkatkan self efficacy, agar perusahaan dapat berkembang. Karena adanya self efficacy dalam diri setiap karyawan untuk mengoptimalkan kemampuannya

(3)

untuk mencapai tugasnya. Self efficacy adalah salah satu faktor yang mempengaruhi cara seseorang dalam menghadapi burnout.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan menemukan fenomena karyawan di PT. Indah Logistik Cargo Medan diidentifikasikan bahwa banyaknya karyawan yang tidak memiliki self efficacy yang tinggi dalam mencapai tugas yang telah ditetapkan oleh perusahaan, serta kurangnya komunikasi antar bagian sehingga sering mengalami keterlambatan dalam pengiriman barang.

Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dengan burnout pada karyawan di PT. Indah Logistik Cargo Medan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman dan menambah bekal ilmu pengetahuan psikologi yang melibatkan permasalahan self efficacy dan kaitannya dengan burnout pada karyawan.

2. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang dapat dijadikan masukan bagi para pimpinan perusahaan dalam menghindari burnout melalui self efficacy karyawan.

2. LANDASAN TEORI 2.1. Burnout

Maslach dan Leiter (dalam Rizka, 2013) berpendapat bahwa burnout merupakan reaksi emosi negative yang terjadi dilingkungan kerja, ketika individu mengalami stress berkepanjangan. Burnout merupakan sindrom psikologis yang meliputi kelelahan, depersonalisasi dan menurunnya kemampuan dalam melakukan tugas-tugas rutin seperti mengakibatkan timbulnya rasa cemas, depresi, atau bahkan dapat mengalami gangguan tidur.

Menurut Setyawati (dalam Khusniyah, 2014) bahwa secara umum, burnout merupakan keadaan yang dialami tenaga kerja yang dapat mengakibatkan penurunan vitalitas dan produktivitas kerja pada karyawan.

Menurut Leatz dan Stolar (dalam Rahmawati, 2013) mendefinisikan burnout yaitu sebagai kondisi dimana individu mengalami kelelahan fisik, sinisme, dersonalisasi, kelelahan mental, berkurangnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan kelelahan emosional yang terjadi karena stress yang di derita seseorang dalam jangka waktu yang panjang dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi. Sedangkan menurut Baron dan Greenberg (dalam Khotimah, 2010) menjelaskan bahwa burnout yang dialami seorang karyawan selain dipengaruhi oleh faktor internal, seperti jenis kelamin, usia, dan harga diri, juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti lingkungan kerja.

Berdasarkan pengertian diatas dari beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa burnout merupakan keadaan yang dialami seseorang berupa kejenuhan kerja, kelelahan mental, fisik, yang disebabkan oleh waktu yang cukup panjang dan menyebabkan tidak adanya kesesuaian antara seseorang dengan pekerjaannya.

Menurut Sullivan (dalam Habibah, 2015) ada beberapa faktor yang mempengaruhi burnout sebagai berikut:

1. Environmental Factor, yaitu faktor lingkungan dimana faktor yang berkaitan dengan konflik peran, beban kerja yang berlebihan, kurangnya dukungan sosial, tingkat waktu kerja. Dalam keluarga, faktor lingkungan termasuk dalam jumlah anak, kualitas hubungan dengan anggota keluarga.

2. Individual Factor, yaitu faktor demografik seperti jenis kelamin, budaya, usia, status perkawinan, pendidikan,, faktor kepribadian seperti kepribadian ekstrovert dan introvert, konsep diri, kemampuan dalam mengendalikan emosi.

3. Social Cultural Factor, yaitu faktor yang berkaitan dengan nilai norma, kepercayaan yang dianut dalam masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan sosial.

Menurut Pines dan Aronson (dalam Adjeng, 2013) terdapat ciri-ciri umum burnout, yaitu: 1. Sakit fisik, seperti sakit kepala, sakit punggung, tegang leher, tegang otot dan demam.

(4)

3. Kelelahan mental, seperti acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar, sikap negative terhadap orang lain, konsep diri yang rendah, dan merasa tidak berharga.

Menurut Maslach dan Jackson (dalam Yudhaningrum, 2019) ada tiga aspek, sebagai berikut:

1. Kelelahan Emosional, terjadi ketika individu merasa terkuras secara emosional karena banyaknya tuntutan kerja. Pada aspek ini dapat terjadi seseorang mudah tersinggung dan mudah marah tanpa alasan yang jelas.

2. Depersonalisasi, yaitu sikap dan perasaan yang negatif terhadap klien atau orang-orang disekitarnya, ditandai dengan adanya kecenderungan individu menjauh lingkungan pekerjaannya, merasa kurang diperdulikan dengan lingkungan pekerjaan dan orang sekitarnya. 3. Penurunan pencapaian pribadi, yaitu biasanya ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap

diri sendiri, pekerjaan bahkan terhadap kehidupan.

Burnout merupakan sindrom psikologi yang meliputi kelelahan emosional, depersonalisasi, dan menurunnya kemampuan dalam melakukan tugas-tugas rutin seperti mengakibatkan timbulnya rasa cemas, depresi, atau bahkan mengalami gangguan tidur.

Menurut Sullivan (dalam Habibah, 2015) menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan burnout sebagai berikut :

1. Environmental Factor

Faktor lingkungan merupakan faktor yang berkaitan dengan konflik peran, beban kerja yang berlebihan, kurangnya dukungan sosial, keterlibatan terhadap pekerjaan, tingkat fleksibilitas waktu kerja.

2. Individual Factor

Faktor individual meliputi faktor demografik seperti jenis kelamin, budaya, usia, status perkawinan, pendidikan, faktor kepribadian seperti kepribadian ekstrovert dan introvert, konsep diri, kemampuan dalam mengendalikan emosi.

3. Social Cultural Factor

Faktor sosial kultural berkaitan dengan nilai, norma, kepercayaan yang dianut dalam masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan sosial.

Berdasarkan teori yang dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi burnout dari faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor sosial, yang dapat dilihat dari lingkungan kerja, jenis kelamin, usia, dan kepercayaan yang dianut dalam masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan sosial.

2.2. Self Efficacy

Menurut Bandura (Alwisol, 2014) menyebutkan self efficacy adalah keyakinan atau harapan diri sendiri sebagai efikasi diri dan harapan hasilnya disebut ekspetasi hasil. Self efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapakan.

Menurut Luthan (dalam Dian Rizki Noviawati, 2016) memaparkan bahwa self efficacy mengacu pada keyakinan diri seseorang mengenai kemampuannya untuk memotivasi sumber daya kognitif dan tindakan yang diperlukan agar berhasil dalam melaksanakan tugas dengan baik.

Menurut Zimmerman & Bandura (dalam Harnida, 2015) self efficacy merupakan salah satu regulasi diri yang menentukan seberapa bagus kemampuan yang dimiliki, dilatih secara terus menerus. Hal ini berkontribusi dalam mencapai suatu keberhasilan, melalui self efficacy diri seseorang memiliki kemampuan berbeda-beda untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan serta menyelesaikan strategi dengan baik walaupun dalam kondisi yang sulit.

Selanjutnya, Gist dan Mitchel (Gufrhon, 2017) mengatakan bahwa self efficacy dapat membawa pada perilaku yang berbeda diantara individu dengan kemampuan yang sama karena self efficacy mempengaruhi pilihan, tujuan, mengatasi masalah, dan kegigihan dalam berusaha.

Menurut Bandura (Ghufron, 2017) ada tiga aspek-aspek self efficacy, sebagai berikut: 1. Tingkat (level), dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa

(5)

pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang dirasakannya.

2. Kekuatan (Strength), dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Dimensi ini biasanya berkaitan dengan dimensi level, yaitu makin tinggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

3. Generalisasi (generality), dimensi ini berkaitan dengan luas tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

Seseorang yang memiliki self efficacy yang rendah akan menghambat dan memperlambat perkembangan dari kemampuan yang dibutuhkan seseorang dan juga cenderung mempunyai keyakinan bahwa segala sesuatu yang sangat sulit dibandingkan dengan kadaan yang sebenarnya. Sementara itu, seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi, lebih banyak menggali kemampuan melalui usaha secara terus-menerus dan juga mengembangkan perhatian dan usahanya terhadap tuntutan situasi dan dipacu dengan adanya rintangan sehingga seseorang akan berusaha lebih keras.

2.3. Hipotesis

Berdasarkan pengertian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara self efficacy dengan burnout pada karyawan, yang artinya, semakin tinggi self efficacy pada karyawan maka semakin rendah tingkat burnout pada karyawan, sebaliknya semakin rendah self efficacy pada kayawan, maka semakin tinggi tingkat burnout pada karyawan.

2.4. Hubungan Antara variabel

Perkembangan industri penjualan barang maupun jasa tumbuh berkembang dengan pesat. Salah satu kebutuhan hidup yang tidak kalah penting di erag lobalisasi pada saat ini adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang ingin mengirim barang dari tempat yang jauh membuat jasa pengiriman ini menjadi sangat penting.

Dalam hal ini perusahaan jasa industry ekspedisi mengirim berbagai barang ke suatu daerah yang dituju. Banyaknya perusahaan jasayang sudah ada dipasar menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat. Perusahaan tersebut berusaha bersaing untuk memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen-konsumennya.

Setiap Perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki Burnout yang rendah dimana karyawan yang mempunyai Burnout yang rendah memungkinkan seseorang itu tidak gampang terkena stress karena tekanan dari pekerjaan yang ia lakukan itu.

Maslach dan Leiter (dalam Rizka, 2013) berpendapat bahwa burnout merupakan reaksi emosi yang terjadi dilingkungan kerja ketika individu mengalami stres yang berkepanjangan.

Menurut Bandura (dalam Dwiyanto, 2018) menyatakan bahwa self efficacy adalah suatu keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan, memiliki kompetensi yang sesuai dengan klasifikasi perusahaan yang diharapkan untuk mencapai tujuan dengan baik.

Pada dasarnya salah satu faktor yang membuat lingkungan kerja menjadi kondusif adalah karyawan yang memiliki self efficacy yang tinggi, memiliki kamampuan untuk melakukan suatu bentuk kontrol diri dan kejadian dalam lingkungan kerja, memiliki kemampuan dan klasifikasi yang sesuai dengan yang diharapkan perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan baik dan berani mencari cara untuk menyelesaikan masalah sehingga tidak terjadi burnout pada karyawan.

3. METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel

(6)

1. Variabel bebas (Independent variable) disimbolkan dengan (X) dalam penelitian ini yang merupakan variable (X) adalah Self Efficacy.

2. Variabel terikat (dependent variabel) disimbolkan dengan (Y) dalam penelitian ini yang merupakan variabel (Y) adalah Burnout.

3.2. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT. Indah Logistik Cargo Medan sebanyak 60 orang karyawan.

Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, karena jumlah populasi yang tidak besar. Total sampling adalah teknik penentuan sampel yang diambil dari seluruh jumlah populasi sebagai sampel atau responden, Sugiyono (dalam Pratama, 2019). Maka dari itu peneliti mengambil sampel subjek dari seluruh karyawan di PT. Indah Logistik Cargo Medan sebanyak 60 orang karyawan untuk membuktikan hipotesis yang telah diajukan oleh peneliti.

3.3. Metode Penelitian

Metode analisis data yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah product moment dari Karl Person. Alasan menggunakan korelasi ini di dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (self efficacy) dengan variabel terikat (burnout).

Sebelum data ini dianalisis dengan teknik analisis product moment, maka data yang diperoleh terlebih dahulu harus diuji asumsi. Uji asumsi yang dimaksud adalah:

1. Uji Asumsi, yaitu untuk melihat apakah penelitian yang telah diperoleh memiliki sebaran normal atau mengikuti bentuk kurva normal.

2. Uji Linearitas, yaitu untuk melihat apakah data variabel bebas (K3) memiliki hubungan linear dengan data dari variabel terikat (kepuasan kerja).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji normalitas sebaran dianalisis dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Berdasarkan analisis tersebut, maka diketahui bahwa data self efficacy dan burnout, mengikuti sebaran normal, yaitu berdistribusi sesuai dengan prinsip kurve normal Ebbing Gauss. Sebagai kriteria apabila bilangan sig > 0,050 maka sebarannya dinyatakan normal, sebaliknya apabila sig < 0,050 sebarannya dinyatakan tidak normal (Singgih Santoso, 2012).

Tabel 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran

Variabel RERATA K-S SD Sig Keterangan

Self efficacy 97,50 0,627 13,914 0,826 Normal

Burnout 101,75 0,683 14,584 0,339 Normal

Berdasarkan uji linieritas, dapat diketahui apakah variabel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian ini dapat atau tidak dianalisis secara korelasional. Hasil analisis menunjukkan bahwa antara variabel self efficacy mempunyai hubungan yang linier dengan variabel burnout. Kriterianya Jika nilai signifikansi dari Deviation from Linearity < (0,05) maka nilai tersebut linear. Menurut R. gunawan Sudarmanto (dalam Djazari, dkk, 2013). Koefisien hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Linieritas Hubungan Kedua Variabel

Korelasional F Sig Keterangan

X-Y 9,858 0,003 Linier

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Korelasi Product Moment, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan burnout pada karyawan. Hasil penelitian ini yang dibuktikan dengan korelasi rxy = -0,381 ; sig < 0,010. Artinya

(7)

semakin tinggi self efficacy pada karyawan maka semakin rendah tingkat burnout pada karyawan, sebaliknya semakin rendah self efficacy pada karyawan maka semakin tinggi tingkat burnout pada karyawan. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dinyatakan diterima.

Tabel 3. Rangkuman Perhitungan r Product Moment

Statistik Koefisien (rxy) Koef. Det (r2) Sig BE% Ket

X – Y -0,381 0,145 0,003 14,5 SS

Dari tabel diatas diketahui bahwa self efficacy memberikan pengaruh terhadap burnout sebesar 14,5%. Ini berarti masih terdapat 85,5%, pengaruh dari faktor lain terhadap burnout, diantaranya adalah faktor lingkungan dan faktor sosial kultural. Selanjutnya berdasarkan analisis data dari teknik korelasi product moment, didapatkan hasil-hasil seperti terlihat pada table di bawah ini.

Tabel 4. Statistik Induk

Sumber N Rerata SD

X 60 97,50 13,914

Y 60 101,75 14,58

Untuk mengetahui bagaimana kondisi self efficacy dan burnout, maka dapat dilakukan perbandingan antara mean empirik dan mean hipotetik dengan memperhatikan besarnya bilangan SD dari masing-masing variabel.

Tabel 5. Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Empirik

Variabel SD Nilai Rata-Rata Keterangan

Hipotetik Empirik

Self efficacy 13,91 82,5 97,5 Self efficacy tinggi

Burnout 14,58 85 101,75 Burnout rendah

Berdasarkan perbandingan kedua nilai rata-rata di atas (mean hipotetik dan mean empirik), maka dapat dinyatakan bahwa self efficacy yang dimiliki karyawan di PT. Indah Logistik Cargo Cabang Medan tergolong tinggi dan burnout karyawan cenderung rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan anatara self efficacy dengan burnout. Artinya semakin tinggi self efficacy karyawan, maka semakin rendah tingkat burnout pada karyawan, sebaliknya semakin tinggi tinggi tingkat burnout pada karyawan, maka semakin rendah self efficacy pada karyawan. Hasil ini dibuktikan dengan korelasi koefisien rxy = - 0,381 ; sig < 0,010. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan, dinyatakan diterima.

Menurut Maslach dan Leiter (dalam Rizka, 2013) berpendapat bahwa burnout merupakan reaksi emosi negative yang terjadi dilingkungan kerja, ketika individu tersebut mengalami stress yang berkepanjangan. Burnout merupakan sindrom psikologis yang meliputi kelelahan, depersonalisasi dan menurunnya kemampuan dalam melakukan tugas-tugas rutin seperti mengakibatkan timbulnya rasa cemas, depresi, atau bahkan dapat mengalami gangguan tidur.

Kemudian Leatz dan Stolar (dalam Rahmawati, 2013) mendefinisikan burnout yaitu sebagai kondisi dimana individu mengalami kelelahan fisik, sinisme, depersonalization, kelelahan mental, berkurangnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah (reduzed personal accomplishment) dan kelelahan emosional (emotional exhausted) yang terjadi karena stress di derita dalam jangka waktu yang cukup lama di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan Bandura (dalam Alwisol, 2014) yang berarti self efficacy adalah kemampuan diri karyawan untuk mengendalikan keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan tersebut. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi self efficacy. Perubahan tingkah laku akan terjadi jika sumber self efficacy nya berubah. Perubahan self efficacy

(8)

banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah perilaku. Seseorang dengan self efficacy yang tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian disekitarnya, sedangkan seseorang dengan self efficacy rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan tanggung jawabnya.

Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa burnout memberikan pengaruh terhadap self efficacy sebesar 14,5%. Ini berarti masih terdapat 85,5% pengaruh dari faktor lain terhadap self efficacy. Diantaranya adalah faktor lingkungan dan faktor sosial kultural.

Hasil lainnya yang diperoleh dari penelitian ini adalah self efficacy yang dimiliki karyawan terhadap burnout di PT. Indah Logistik Cargo Cabang Medan tergolong tinggi karena nilai empiriknya nya (97,5) lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik (82,5) dan selilisih diantara keduanya tidak melebihi SD (13,91). Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti pada saat melakukan observasi ditempat penelitian, dimana terlihat bahwa beberapa orang karyawan merasakan bahwa mereka memiliki self efficacy yang tinggi. Selanjutnya dalam hal burnout, berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa burnout rendah karena nilai rata-rata empirik (101,75) lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik (85) dan selisih diantara keduanya tidak melebihi bilangan SD (14,58). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan fenomena yang terlihat. Menurut kajian peneliti, para karyawan tidak mengisi kuesioner dengan sunggh-sungguh. Para karyawan tidak memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan maupun kondisi yang sedang mereka rasakan. Akibatnya hasil penelitian ini tidak sejalan dengan fenomena yang terlihat.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara self efficacy karyawan dengan burnout pada karyawan. Artinya semakin tinggi self efficacy karyawan, maka semakin rendah pula tingkat burnout pada karyawan, sebaliknya semakin rendah self efficacy karyawan, maka semakin tinggi pula tingkat burnout pada karyawan. Hasil yang dibuktikan dengan koefisien korelasi rxy = -0,381 ; sig < 0,010. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan, dinyatakan diterima.

2. Burnout memberikan pengaruh terhadap self efficacy sebesar 14,5%. Ini berarti masih terdapat 85,5% pengaruh dari faktor lain terhadap self efficacy. Diantaranya adalah faktor lingkungan, faktor individual dan faktor sosial kultural.

3. Self Efficacy yang dimiliki karyawan terhadap burnout di PT. Indah Logistik Cargo Cabang Medan tergolong tinggi karena nilai empiriknya nya (97,5) lebih besar dari nilai rata-rata hipotetik (82,5) dan selilisih diantara keduanya tidak melebihi SD (13,91). Selanjutnya dalam hal burnout, berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa burnout rendah karena nilai rata-rata empirik (101,75) lebih besar dari nilai rata-rata-rata-rata hipotetik (85) dan selisih diantara keduanya tidak melebihi bilangan SD (14,58).

6. SARAN

Sejalan dengan kesimpulan yang telah dibuat, maka berikut ini dapat diberikan beberapa saran, antara lain :

1. Saran Kepada Perusahaan

Melihat peranan kondisi burnout karyawan yang di tergolong rendah, maka perusahan perlu untuk mempertahankan sistem manajemen seperti yang selama ini dilakukan. Memiliki self efficacy yang tinggi membuat karyawan tidak mengalami burnout dalam bekerja. Selanjutnya self efficacy pada perusahaan tergolong tinggi, disarankan kepada pihak perusahaan agar terus mempertahankan manajemen seperti ini untuk karyawan terus mempunyai tingkat self efficacy yang tinggi. Misalnya saling berkomunikasi antar karyawan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga dengan demikian dapat meningkatkan self efficacy pada karyawan.

(9)

2. Saran Kepada Subjek Penelitian

Kepada subjek penelitian diharapkan agar terus meningkatkan self efficacy, sehingga dengan meningkatnya self efficacy ini, perusahaan akan lebih maju dan berkembang. Perusahaan yang maju dan berkembang akan mendukung mudahnya tercapai tujuan organisasi maupun tujuan karyawan dalam bekerja. Salah satu cara meningkatkan self efficacy adalah dengan menanamkan nilai tanggungjawab penuh terhadap pekerjaan, belajar dari pengalaman orang lain serta meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan.

3. Saran Kepada Peneliti Berikutnya

Menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki berbagai kekurangan, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini agar mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi burnout, diantaranya adalah faktor sosial, faktor lingkungan, faktor individu, umur, jenis kelamin, konsep diri, dan kemampuan mengendalikan emosi. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian lanjutan, akan diperoleh hasil-hasil yang lebih lengkap mengenai burnout.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Alwisol, (2014). Edisi Revisi. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.

[2] Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. [3] Djazari, M., Rahmawati, D., & Nugraha, M. A. (2013). Pengaruh Sikap Menghindari Risiko

Sharing dan Knowledge Self-Efficacy Terhadap Informal Knowledge Sharing Pada Mahasiswa Fise UNY. Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 2(2), 181-209. [4] Duli, N. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa konsep dasar untuk penulisan

skripsi & analisis data dengan SPSS. Deepublish.

[5] Ghufron, M. N., & Rini Risnawita, S. (2010). Teori-Teori Psikologi, Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.

[6] Harnida, H. (2015). Hubungan Efikasi Diri Dan Dukungan Sosial Dengan Burnout Pada Perawat. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 4(1).

[7] Hartawati, D., & Mariyanti, S. (2013). Hubungan antara self-efficacy dengan burnout pada pengajar taman kanak-kanak sekolah “X” di Jakarta. Jurnal Psikologi Esa Unggul, 12(02), 126567.

[8] Habibah, D. Y. & Lubis, R., 2015. Jurnal Psikologi. Hubungan Antara Kualitas Kehidupan Kerja Dengan Burnout Syndrom Pada Karyawan PT. Surya Alam Permaidi Palembang, 10 (03).

[9] Karimah, T. P. S. (2012). Hubungan Antara Interaksi Sosial Dengan Disiplin Kerja Pada Karyawan PT. PLN APJ Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

[10] Khotimah, K. (2010). Hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout pada perawat RSU Budi Rahayu Pekalongan.

[11] Khusniyah, N. A. (2014). Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Burnout Pada Karyawan CV. Ina Karya Jaya Klaten (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). [12] Maidisanti, R. R. (2018). Hubungan antara self efficacy dan burnout pada anggota polisi

satnarkoba polresta jambi. Jurnal Psikologi Jambi, 3(1), 14-14.

[13] Oktariani, O. (2019). Hubungan Self Efficacy Dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Universitas Potensi Utama Medan. Jurnal

Psikologi Kognisi, 2(2), 98-112.

[14] Pratama, B. D., & Suharnan, S. (2014). Hubungan antara konsep diri dan internal locus of control dengan kematangan karir siswa SMA. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 3(03). [15] Raden Adjeng, R. A., 2013. Jurnal Psikologi. Kecerdasan Emosional, Dukungan Sosial dan

Kecendurungan Burnout. Vol. 2, No. 2, hql 99 -107.

[16] Rahmawati, Y. (2013). Hubungan antara stres kerja dengan burnout pada karyawan bagian operator PT. Bukit Makmur Mandiri Utama (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

(10)

[17] Rizka, Z. (2013). Sikap Terhadap Pengembangan Karir Dengan Burnout Pada Karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 260-272.

[18] RIZKI NOVIAWATI, D. I. A. N. (2016). Pengaruh self efficacy terhadap kinerja karyawan dengan motivasi sebagai variabel intervening (studi pada karyawan divisi finance dan human resources pt. coca-cola distribution indonesia, surabaya). Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 4(3). [19] Chandra, A. (2018). Hubungan Locus of Control Internal Terhadap Burnout pada Karyawan

di PT Golden Victory Source.

[20] Sudaryono, Dr. (2016). Metode Penelitian Pendidikan, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana. [21] Yudhaningrum, L. (2019). Hubungan Antara Sense Of Humor Dan Burnout Pada Guru SD

Gambar

Tabel 1. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Sebaran
Tabel 5. Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik dan Nilai Rata-rata Empirik

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan “konvensional” adalah tidak dinyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan dan jenis usaha serta. cara pengelolaan usaha dilaksanakan berdasarkan

Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa: (1) Kegiatan PKM ini dapat meningkatkan motivasi usaha, kesadaran, pengetahuan dan ketrampilan

Tabel 1 mengatakan bahwa hasil pengujian indeks Moran yang diperoleh pada taraf signifikansi 5% menyatakan terdapat autokorelasi spasial terhadap Sebaran DBD dari

Grater (1976) diacu dalam Muntasib (2003) menyatakan bahwa sebelum menyusun perencanaan program interpretasi disusun dulu suatu prokpektus yang.. merupakan suatu

Abdullah

[r]

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat membuat Surat Permohonan Pencairan Dana BPMU Provinsi kepada Gubernur Jawa Barat melalui Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, diketahui nilai R Square ( R 2 ) = 0,596 untuk mengetahui besar kontribusi kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika dengan