HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS ………..…. Ike Gunawiarsih, Firdha 147
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI RW. 002 KELURAHAN JATIBENING KECAMATAN PONDOK GEDE
BEKASI TAHUN 2015 Ike Gunawiarsih1, Firdha 2
1. Program StudiSarjanaKeperawatanFakultasIlmuKesehatanUniversitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia
2. FakultasIlmuKesehatanUniversitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia *email : fikesuia@gmail.com
ABSTRAK
Lansia dalam tugas perkembangan mengalami banyak perubahan (ekonomi, sosial, pekerjaan, dan kesehatan) yang dapat menjadi penyebab stress bagi Lansia. Oleh karena itu, dukungan keluarga sangatlah diperlukan, tak terkecuali Lansia di RW. 002. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia di RW. 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede Bekasi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan menggunakan rumus slovin diperoleh ukuran sampel sebesar 80 orang yang dipilih secara alokasi proporsional
sampling dari 5 RT. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan 40.0% mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik
dan mengalami stress tingkat tinggi dan 26.2% mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan mengalami stress tingkat rendah. Berdasarkan nilai Chi-Square diperoleh nilai (χ2) = 10.442 > χ20,05(1)
= 3,841, kesimpulannya terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia. Saran diperlukannya dukungan keluarga kepada Lansia dalam upaya menurunkan tingkat stress. Kata kunci: dukungan keluarga, stress, Lansia
ABSTRACT
Elderly in the task of growth underwent many alteration (economic, social, job and health), that could be of stress for the Elderly. Therefore, family support is necessary, not least the elderly in RW. 002. The purpose of this study was to identity relationship family support with the level of stress in elderly at RW. 002 Kelurahan Jatibening District of Pondok Gede Bekasi. The study design was descriptive correlative with cross sectional approach. Population in this study of 100 people using the formula obtained slovin sampel size of 80 people selected by sampling proportional allocation of RT 5. Instrument research using questionnaires. Analysis using Chi-Square test. The results the study showed that 40.0% support poor families and experiencing high stress levels and 26.2% had good family support and stress levels low. Based on the value of chi-square values obtained χ2 = 10.442 > χ2 tables (χ2 with α = 5% and degrees of freedom = 1 or χ0,05 (1) = 3,841), there are significant relationship family support with stress levels in elderly. Suggestions writer needed family support to the elderly in an effort to reduce the level of stress.
Keywords: family support, stress, Elderly LATAR BELAKANG
Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat, jika pada
tahun 1980 jumlah Lansia 7.998.543 orang (5,45%) meningkat menjadi 19 juta orang
(8,90%) pada tahun 2006, menurut
148 JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016 di Indonesia mencapai 28,8 juta orang pada
tahun 2020.
Proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, sosial, ekonomi dan mental (Nugroho, 2000). Masalah mental dan emosional sama halnya dengan masalah fisik yang dapat mengubah perilaku lansia. Masalah mental yang sering dijumpai pada Lansia adalah stress, depresi, dan kecemasan. Lansia yang
mengalami masalah mental mulai
mengalami perasaan tidak berharga, kesepian, dan kehilangan (Stanley dan Bcare 2006). Proses menua dapat dipengaruhi oleh herediter atau genetik, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Nugroho, 2000).
Stress dapat menimpa siapapun termasuk Lansia, stress sendiri dapat diartikan sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuhterhadapsituasi yang
menakutkan, mengejutkan,
membingungkandanmerisaukan seseorang (Mc Nerney dalam Yoep Iyus 2013). Stress yang terjadi pada Lansia berhubungan dengan kematian pasangan, status sosial ekonomi rendah, penyakit fisik yang menyertai, isolasi sosial dan spiritual,
perubahan kedudukan, pensiun serta
menurunnya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stress pada Lansia.
Manusiadalamkehidupansehari-haritidakdapatterlepas dari stress. Stress
terjadiakibatadanyatekanan-tekanan yang
timbulkarena keadaan ekonomi, politik dan sosial yang terganggu (Singgih 1989 dalam Iyus Yosep 2013). Pada dasarnya orang lanjut usia masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarganya sebagai tempat bergantung terdekat. Mereka ingin
hidup bahagia dan tenang di hari tua serta masih ingin diakui keberadaannya ditengah keluarga dan lingkungan sekitar. Namun seiring dengan bertambah tuanya individu,
anak-anak dan teman-temannya juga
menjadi semakin sibuk dengan masalah dan kesibukan masing-masing.
Stress yang berkepanjangan dapat menganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tugas perkembangan. Lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap
perubahan dalam keluarga dan
kemungkinan terhadap kematian dari
pasangan atau teman hidup (Potter & Perry, 2005). Stress merupakan perasaan tertekan saat menghadapi permasalahan. Stress bukan penyakit tetapi menjadi awal timbulnya penyakit mental atau fisik jika terlalu lama, Stress dialami oleh setiap orang dengan masalah yang sama dapat memberikan stress dan beban yang berbeda (Sunaryo, 2007).
Perubahan pada peran sosial,
tanggung jawab keluarga dan status
kesehatan mempengaruhi rencana
kehidupan Lansia. Lansia yang mengalami masa pensiun harus menyesuaikan diri
dengan peran dan waktu luangnya.
Penyesuaian aktifitas pensiunan pada
seseorang dapat berjalan baik apabila sudah
direncanakan sebelumnya. Kepuasaan
hidup seseorang yang pensiun dapat dilihat dari status kesehatan, pilihan untuk terus bekerja, dan pendapatan yang cukup serta lingkungan tempat tinggal Lansia (Potter & Perry, 2005).
Dari hasil pengamatan awal Penulis di RW 002 tepatnya di RT 01, ada 15 orang Lansia yang masih mempunyai keluarga, tinggal serumah dengan keluarganya dan
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS ………..…. Ike Gunawiarsih, Firdha 149 beberapa Lansia mengalami stress dengan
tanda-tanda Lansia terlihat menarik diri, murung, dan hanya diam saja.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stress Pada Lansia di RW 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede Bekasi.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah deskriptif korelatif dengan
menggunakan pendekatan observasional yakni cross sectional, untuk melihat
hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, dengan tujuan untuk melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia
di RW. 002 Kelurahan Jatibening
KecamatanPondokGedeBekasi.Dalampenel
itianiniuntukanalisis menggunakan
ujiunivariatdanuji bivariate adalahujichi-squarekarenavariabelindependendandepend
ennyamerupakandata kategorik,
denganderajatkemaknaan (α)
5%.Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner.
HASIL PENELITIAN Tabel 1 distribusidukungankeluargapadaLansia Hasilpenelitiangambarandukungankeluarga padaLansiadari80 respondenterdapat38 orang (47.5%)dukungankeluargadikatakanbaikdan sebanyak42 orang (52.5%) dukungankeluargadikatakankurangbaik.
Tabel 2 distribusi frekuensi dukungan keluarga dan jenis kelamin
Dukungan Keluarga Laki-laki Perem puan Total Kurang Baik 25 31.2% 17 21.2% 42 52.5% Baik 17 21.2% 21 26.2% 38 47.5% Total 42 52.5% 38 47.5% 80 100% Hasilpenelitianmenunjukkanbahwadukunga nkeluargayang kurang baik pada laki-laki sebanyak 25 orang (31.2%), dan perempuan
sebanyak 17 orang (21.2%).
DukunganKeluargayang baik pada laki-laki sebanyak 17 orang (21.2%), dan perempuan sebanyak 21 orang (26.2%).
Tabel 3 distribusi frekuensi dukungan keluarga dan usia
DukunganKeluarga Usia 60-75 tahun Usia 76-90 tahun Total Kurang Baik 19 23.8% 23 28.8% 42 52.5% Baik 14 17.5% 24 30.0% 38 47.5% Total 33 41.2% 47 58.8% 80 100% Dukungankeluar ga Frekuen si Persentas e Kurangbaik 42 52.5 Baik 38 47.5 Total 80 100
150 JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016 Hasilpenelitianmenunjukkandukungankelur
ga pada usia 60-75 tahun sebanyak 19orang (23.8%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan 14 orang (17.5%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Usia 76-90 tahun sebanyak 23 orang (28.8%) mendapatkan dukungankeluarga
yang baik dan 24 orang (30.0%)
mendapatkan dukungan keluarga yang baik.
Tabel 4 distribusi frekuensi dukungan keluarga dan tingkat pendidikan Dukung
ankelua rga
Kurang
baik Baik Total
SD 24 30.0% 16 20.0% 40 50.0% SMP 12 15.0% 13 16.2% 25 31.2%% SMA 6 7.5% 9 11.2% 15 18.8% Total 42 52.5% 38 47.5% 80 100% Hasilpenelitianmenunjukkantingkatpendidi kan SD sebanyak 24 orang (30.0%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan 16 orang (20.0%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Tingkatpendidikan SMP sebanyak 12 orang (15.0%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang baik dan 13 orang (16.2%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Tingkat pendidikan SMA 6 orang (7.5%) mendapatkan dukungan keluarga yang
kurang baik dan 9 orang (11.2%)
mendapatkan dukungan keluarga yang baik.
Tabel 5 distribusi frekuensi tingkat stress Tingkat stress Frekuen
si Persent ase Stress Tingkat Rendah 27 33.8 Stress Tingkat Tinggi 53 66.2 Total 80 100 Hasilpenelitianmenunjukkangambarantingk at stresspadaLansia, dari80
respondenterdapat27 orang (33.8%)tingkat stresspadaLansiadikatakanrendahdanterdap
at53 orang (66.2%) tingkat
stresspadaLansiadikatakantinggi.
Tabel 6 distribusi frekuensi tingkat stress dan jenis kelamin
Tingkat Stress Laki-laki Perem puan Total Rendah 11 13.8% 16 20.0% 27 33.8% Tinggi 31 38.8% 22 27.5% 53 66.2% Total 42 52.5% 38 47.5% 80 100% Hasilpenelitianmenunjukkantingkat stress
yang rendahpadalaki-lakisebanyak11 orang (13.8%), danperempuansebanyak16 orang
orang (20.0%). Tingkat stress yang
tinggipadalaki-lakisebanyak31 orang
(38.8%), danperempuansebanyak22 orang (27.5%).
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS ………..…. Ike Gunawiarsih, Firdha 151
Tabel 7 distribusifrekuensi tingkat stress dan usia Tingkat stress Usia 60-75 tahun Usia 76-90 tahun Total Rendah 14 17.5% 13 16.2% 27 33.8% Tinggi 19 23.8% 34 42.5% 53 66.2% Total 33 41.2% 47 58.8% 80 100% Hasilpenelitianmenunjukkantingkat stress
yang rendahpada usia 60-75 tahun sebanyak 14 orang (17.5%), dan usia 76-90 tahun sebanyak 13 orang (16.2%). Tingkat stress yang tinggipadausia60-75tahunsebanyak19
orang (23.8%),
danusia76-90tahunsebanyak34 orang (42.5%).
Tabel 8 distribusi tingkat stress dan tingkat pendidikan Tingkat Stress Stress Rendah Stress Tinggi Total SD 18 22.5% 22 27.5% 40 50.0% SMP 6 7.5% 19 23.8%% 25 31.2%% SMA 3 3.8% 12 15.0% 15 18.8% Total 27 33.8% 53 66.2% 80 100% Hasilpenelitianmenunjukkantingkat stress
yang rendah pada tingkat pendidikan SD sebanyak 18 orang (22.5%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 6 orang (7.5%) dan tingkat pendidikan SMA 3 orang (3.8%). Stress tingkat tinggi pendidikan SD sebanyak 22 orang (27.5%), tingkat pendidikan SMP sebanyak 19 orang (23.8%) dan tingkat pendidikan SMA 12 orang (15.0%)
Tabel 9 tabulasi silang dukungan keluargadengantingkat stress Hasilpenelitianmenunjukkanpersentaseteren dahsebesar 7.5% dukungankeluargatidakbaikdengantingkat stress rendah, sedangkanpersentaseterbesarsebesar 40.0% dukungankeluargatidakbaikdengan stress tingkattinggi. DukunganKelua rga Stress Total Renda h Ting gi Baik 21 21 42 26.2% 26.2 % 52.5% TidakBaik 6 32 38 7.5% 40.0 % 47.5% Total 27 53 80 33.8% 66.2 % 100.0 %
152 JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016
Tabel 10 uji korelasi Chi-square
Val ue D f Asym p. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearso n Chi-square N of Valid Cases 10. 44 2 80 1 .001
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai chi-square (χ2) = 10.442 nilai tersebut
secara statistik signifikan karena χ2 hitung
>χ2 tabel (α = 5% dan derajat bebas = 1) atau dengan cara lain p value = 0,001 < 5% sehingga dapat disimpulkan hipotesa nol ditolak. Kesimpulannyaadalahterdapathubunganduk ungankeluargadengantingkat stress padaLansia. Stress bisaterjadikarenadukungankeluarga yang kurangbaikpadaLansia.
Tabel 11 koefisien kontingensi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress
Value Approx. Sig Nominal by Nominal Contingency Coefficient N of Valid Cases .340 80 .001
Dari tabel di atasperolehnilaikontigensi = 0.340,
kemudianDibandingkandengannilaiCMaxdim
anaditentukanCMax. HasilperbandingannilaikontigensidenganCM axdiperoleh 0.480.Nilai inimenunjukkanbahwaderajatkeeratanpenga ruh yang positifdaneratdaridukungankeluargadengant
ingkat stress padaLansia.
Berdasarkantabelklasifikasi, derajatkeeratansebesar 0.480 diklasifikasikanpadakategorisedang (cukupkuat). Dengandemikianhubungandukungankeluarg adengantingkat stress padaLansiamempunyaidayakeeratansebesar 0.480 x 100% atausamadengan 48.0%. Hal tersebutdapatditarikkesimpulanbahwadukun gankeluargamemberikanpengaruhterhadapti ngkat stress padaLansia d RW. 002 KelurahanJatibeningKecamatanPondokGed esebesar 48.0%, sedangkansisanya 52.0% dipengaruhiolehvariabel lain.
PEMBAHASAN
Gambaran Dukungan Keluarga
Berdasarkanhasilpenelitianmenunju kangambarandukungankeluargadari80
respondenterdapat 47.5%
dukungankeluargadikatakanbaik, dan
52.5% dukungankeluarga dikatakan kurang baik.
Hasilinimenunjukkanbahwasebagianrespon
denmempunyaidukungankeluarga yang
kurang baik.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS ………..…. Ike Gunawiarsih, Firdha 153 Berdasarkanhasilpenelitianmenunju
kkangambarantingkat stress dari80
respondenterdapat66.2% tingkat
stresspadaLansiadikatakantinggi,
dan33.8%tingkat stress
padaLansiadikatakanrendah.
Hasilinimenunjukkanbahwasebagianrespon denmempunyaitingkat stress yang tinggi.
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stress Pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat stress pada Lansia dengan p value 0.001 (pvalue < 0.05). Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Hasymi pada tahun 2009 yang mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat penting bagi anggota keluarga terutama lansia karena mereka mengalami masa perubahan dan penurunan akibat proses menua agar terhindar dari stress yang berkepanjangan.
KESIMPULAN
1. Gambaranumummengenaidukungankel
uargapadalanjutusia di RW. 002
Kelurahan Jatibening Kecamatan
Pondok Gede Bekasi 47.5%
mendapatkan dukungankeluarga yang
baikdan 52.5% Lansiamendapatkan
dukungankeluarga yangkurangbaik.
Dari 80 responden lebih banyak responden yang medapatkan dukungan keluarga yang kurang baik.
2. Gambaranumummengenaitingkat stress pada Lansia di RW. 002 Kelurahan Jatibening Kecamatan Pondok Gede
Bekasi 66.2%mengalami stress
tingkattinggidan 33.8%
mengalamistreestingkatrendah. Dari 80 responden lebih banyak responden yang mengalami stress tingkat tinggi.
3. Dari uji Chi-Square diperoleh hasil
yang signifikan secara statistik
hubungandukungankeluargadenganting kat stress, hasilditujukkanolehnilai p
value = 0,001 < 5%. Selanjutnyakeeratan hubungandiperoleh 0,480 yang diklasifikasikanpadakategorisedang (cukupkuat). Hal inimenunjukanbahwadukungankeluarga dengantingkat stress padalansia 0,480 x
100% atausamadengan 48.0%sedangkansisanya 52.0% dipengaruhiolehfaktor lain. SARAN 1. Bagikeluarga di RW. 002 kelurahanjatibeningkecamatanpondokge debekasi.
2. Dukungan keluarga sangat penting sebagai upaya menurunkan tingkat stress, untuk itu dibutuhkan kerjasama dengan keluarga Lansia dalam hal merawat keluarga yang Lansia dengan
sebaik mungkin dan semaksimal
mungkin, dan memberikan dukungan keluarga baik dukungan instrumental,
dukungan informasional, dukungan
penghargaan maupun dukungan
emosional.
3. BagiKetua RW. 002
Anjurkan Lansia untuk
mengikuti posyandu Lansia dan
Sebaiknya diperlukan penyuluhan
154 JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016
motivasi Lansia agar dapat
menurunkan resiko terjadinya stress. 4. BagiPeneliti Lain
Perlu melakukan penelitian
yang lebih komprehensif mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga dan tingkat stress.
DAFTAR PUSTAKA Aji Chandra. 2013. HubunganDukunganKeluargaDeng an Tingkat Stress padaLansiaAndropause di Gebang Wilayah KerjaPuskesmasPatrangKabupaten Jember.Skripsi :UniversitasJember. Aspiani, YuliReny. 2014. AsuhanKeperawatanGerontikAplika si NANDA, NIC, dan NOC. Jakarta : TIM.
Beare& Stanley. 2006. Buku Ajar
KeperawatanGerontik. Jakarta : EGC.
Bonar. 2004. Promoting health in families: Applying family research and theory pratice. Philadelphia: W.B. saunders.
Efendi Ferry, Makhfudli. 2009.
KeperawatanKesehatanKomunitasT eoridanPraktikdalamKeperawatan. Jakarta :SalembaMedika.
Fatmah.2012. GiziLanjutUsia. Jakarta
:Erlangga. Friedman, Marilyn. 2010. KeperawatanKeluargaEdisi 5. Jakarta : EGC. Hasymi. 2009. PengaruhDukunganSosialKeluarga danIntiminasiTerahadap Tingkat NyeripasienMiokardInfark di RSUD Yunus Bengkulu. Tesis : Magister IlmuKeperawatanKhususKeperawat anMedikalBedah Program PascaSarjana UI. Hermana. 2008. PendudukLanjutUsia di Indonesiadanmasalahkesejahteraan. Diambilpada 18 April 2015 darihttp://www.haryono.com/article/ lansia-surabaya-mengembangkan-pemberdayaan.html. Hidayat, Alimul. 2007. MetodePenelitianKeperawatandanT eknikAnalisa Data. SalembaMedika : Surabaya. Hidayat, Aziz. 2008. PengantarKonsepDasarkeperawata nEdisi2.Jakarta :SalembaMedika. IyusYosep. 2013. Keperawatanjiwa. Bandung :RefikaAditama.
Krause, N. 2007. Anticipated Support, received support, and economic stress among older adult. Journal of Gerontology: Psycihological Sciences, 52, 284-293. Maryam Siti, dkk. 2010. AsuhanKeperawatanPadaLansia. Jakarta: TIM. Muhajidullah, Khalid. 2012. KeperawatanGerontikdangeriatrik. Jakarta: EGC.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRESS ………..…. Ike Gunawiarsih, Firdha 155 Nugroho, W. 2000. KeperawatanGerontik.
Edisi 2. Jakarta : EGC.
Perry& Potter. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: konsep, proses, praktik (Ed, 4). Vol. 1 (Asih, Yasmin, Penerjemah). Jakarta : EGC. Sari Kartika. (2014). PsikologiKeperawatan. Jakarta : TIM Saryono. 2009. MetodelogiPenelitianKesehatan. Yogyakarta : Genius.
Setiadi. 2008. Konsepdan Proses
KeperawatanKeluarga. Yogyakarta :GrahaIlmu.
SeptikaPuspasari. 2009.
HubunganKemunduranFungsiFisiol ogisdengan Stress PadaLanjutUsia di KelurahanKaliwaru Semarang. Skripsi :UniversitasMuhamaddiyah Semarang.
Suliswati, dkk. 2005.
KonsepDasarKeperawatanKesehata nJiwa. Jakarta : EGC.
Sunaryo. 2007. PsikologiUntukKeperawatan. Jakarta : EGC. Sugiyono. 2011. MetodelogiPenelitianStatistik. Jakarta : CV Alfa. ______.2007. StatistikaUntukPenelitian. Bandung :Alfabeta.