• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI E (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI E (3)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER

DI ERA DISRUPSI DAN MILLENIAL

PENDAHULUAN

Islam turun di dunia ini dengan tujuan untuk mengubah akhlak – akhlak masyarakat pada saat itu, yaitu masyarakat jahiliah yang sikap dan perbuatannya sangat di luar akal pikiran. Islam turun dibawa oleh nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dan disebar luaskan kepada umat manusia. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di

dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi

hidup dalam makna seluas-luasnya. Islam pada masa perkembangan waktu, tidak ada perdebatan – perdebatan tentang pengkajian Islam karena Islam langsung dari sumbernya yaitu Nabi Muhammad SAW yang membawa al-Qur’an dan as-Sunnah. Ketika nabi meninggal mulailah adanya permasalahan – permasalahan yang timbul dalam menentukan hukum – hukum Islam pada waktu itu.

Hingga di era saat ini, fenomena pemahaman ke-Islaman umat Islam terutama di Indonesia masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Kondisi ke-Islaman seperti serupa ini barangkali terjadi pula di berbagai negara lainnya. Kita tidak tahu persis apakah kondisi demikian itu merupakan sesuatu yang alami yang harus diterima sebagai suatu kenyataan untuk diambil hikmahnya ataukah diperlukan adanya standar umum yang perlu diterapkan dan diberlakukan kepada berbagai paham keagamaan yang variatif itu. Untuk itulah dalam menyikapi suatu permasalahan yang ada saat ini diperlukan kajian islam interdisipliner atau kajian islam yang melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Sehingga walaupun persoalan yang ada saat ini amat bervariasi tetap tidak akan keluar dari ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah serta sejalan dengan data-data historis yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Studi Islam Interdisipliner

Studi Islam di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan

(2)

2 memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupunpraktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari

sepanjang sejarah.”1

Zakiyuddin mendefinisikan islamic studies sebagai studi tentang tradisi teks-teks keagamaan klasik dan ilmu-ilmu keagamaan klasik dan memperluas lingkupnya berarti akan mengurangi kualitas kajiannya. Islamic studies berbeda dari ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial dan akan diperlemah bila pendidikan berbasis kepercayaan tentang islam dan studi tentang islam lintas disiplin berdasarkan kepada dua disiplin tersebut.

Islamic studies hanya sebagai distingsi yang dibuat dalam hubungannya dengan disiplin-disiplin lainnya seperti christian studies.2

Studi islam adalah kajian ilmiah tentang islam. Istilah studi mengandung makna kajian ilmiah, yaitu kajiannya didasarkan kepada fakta-fakta dan data yang dianalisis secara ilmiah dengan berbagai pendekatan. Dengan kata lain, studi islam berarti menjadikan Islam sebagai objek kajian. Jadi, bukan mejadikan Islam sebagai agama dan seperangkat kepercayaan.

Lebih lanjut, Baharuddin membedakan objek kajian studi islam kepada dua objek studi. Objek pertama disebutnya dengan studi tentang islam dan yang kedua disebutnya dengan studi di dalam islam. Studi tentang islam adalah kajian ilmiah yang menjadikan Islam sebagai objek studi. Sedangkan studi di dalam islam adalah kajian yang menjadikan islam sebagai sumber inspirasi untuk membangun konsep-konsep dan teori-teori keilmuan dalam islam.3

Pengertin studi islam dilihat secara normatif sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Quran dan hadist, maka islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya paradigma ilmu pengetahuan, yaitu paradigma analisis, kritis, metodologis, historis, dan empiris. Sedangkan jika dilihat segi historisnya yakni islam dalam arti yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia.4

Sedangkan interdisipliner dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti bidang studi. Sedangkan definisi mengenai kata interdisipliner sendiri yaitu kata disiplin. Dari

1

Muhaimin,et al. Kawasan dan Wawasan dan Studi Islam, Jakarta: Perdana Media, 2005, h.1

2

Zakiyuddin, Studi Islam Pendekatan dan Metode, Yogyakarta: Insan Madani, 2011, hlm 2

3

Baharudin dan Buyung Ali Sihombing, Metode Studi Islam, Bandung: Citapusaka Media, 2005, h.28- 29

(3)

3 pengertian diatas dapat diketahui bahwa studi islam interdisipliner adalah cara pandang terhadap sebuah masalah dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan.5

2. Pendekatan Studi Islam Interdisipliner

Pendekatan interdisliner adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan pendekatan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.

Studi Islam Interdisipliner merupakan pengembangan dan penjabaran dari tiga topik yaitu pendekatan filsafat, sosiologi dan sejarah yang penekanannya lebih diarahkan pada aspek aplikasinya. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan yang menggunakan beberapa ilmu yang relevan antara satu ilmu kajian dengan kajian yang lain itu penerapanya serumpun. Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang pendekatan filsafat, sosiologi dan sejarah.

a. Pendekatan Filsafat

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Poerwardaminta mengartikan filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya terhadap segala

yang ada dialam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti “adanya” sesuatu.6

Menurut Sidi Gazalba, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.7

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek fenomena.8

5 Faisar Ananda Arifa dkk, Metode Studi Islam Jalan Tengah Memahami Islam, Jakarta: PT Raja

Grapindo Persada, 2015, h.11

6 J.s Poewadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, Cet. XII, hlm. 280

(4)

4 Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam.9

Contoh pendekatan filsafat agama Islam, ajaran agama Islam mengajarkan agar shalat berjamaah. Tujuan antara lain agar seseorang merasakan hidup berdampingan dengan orang lain, dengan mengajarkan puasa misalkan agar seorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan, dengan menggunakan pendekatan filosofis ini seseorang akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat pula mendapat hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian ketika seoarang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan dan kebosanan, semakin mampu mengenali makna filosofis dari suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap, penghayatan, dan daya spiritual yang dimiliki seseorang.10

b. Pendekatan Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dengan masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sementara itu soejono soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian11

Sosiologi tidak menetap kearah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti member petunjuk – petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut. 12

Dari kedua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan keadaan masyarakat lengkap dengan struktur , lapisan ,serta sebagai gejala social lainya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini , suatu fenomena social dapat dianalisis dengan factor –faktor yang mendorong terjadi hubungan , mobilitas social, serta keyakinan- keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.13

Dari segi sosiologi ini, pendekatan terhadap agama telah melahirkan berbagai teori. Diantara teori-teori itu, yang sangat terkenal adalah tingkatan, yang salah satu implikasi teologis terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan hadist, sebagai contoh

8 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet.19, 2012 , hlm ,42

9 M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006, hlm 290

10 Abuddin Nata, Op, Cit, hlm 43-44

11

Hasan shadily, Sosiologi Untuk masyarakat Indonesia, bina Aksara, Jakarta,1983, hlm.1

12 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali, Jakarta, 1982, hlm. 18 dan 53

13

(5)

5 mengenai wanita. Wanita Islam dalam kontekstual adalah munculnya rasa takut dan

berdosa bagi kaum wanita bila ingin “menggugat” dan menolak penafsiran atas diri mereka yang tidak hanya disubordinasikan dari kaum laki-laki, tetapi juga dilecehkan hak dan martabatnya. Akibatnya secara sosiologis mereka terpaksa menerima kenyataan-kenyataan diskriminatif bahwa lelaki serba lebih dari perempuan, terutama dalam hal-hal seperti: pertama, wanita adalah makhluk lemah karena tercipta dari tulang rusuk pria yang bengkok; kedua, wanita separuh harga laki-laki; ketiga, wanita boleh diperistri hingga empat; keempat: wanita tidak bisa menjadi pemimpin Negara.14

Dalam kejadian wanita, kata nafs pada surat An-nisa: 1, tidak ditafsirkan Adam, seperti anggapan mufasir tradisional, sebab konteks awal turunnya ayat ini tidak hanya bermaksud menolak atau mengklaim tradisi-tradisi jahiliyyah yang masih menganggap wanita sebagai makhluk yang rendah dan hina, tapi juga sekaligus mengangkat harkat dan martabat mereka, sebagaimana terlihat pada ayat sesudahnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai dengan konteks ayat ini, maka kata nafs harus ditafsirkan dengan jenis sebagaimana dipahami para mufasir modern, bahwa baik laki-laki maupun perempuan diciptakan dengan jenis yang sama.

Dalam hal lain, ketika surat an-Nisa:3 berbicara tentang poligami dengan persyaratan agar lelaki berlaku adil, peran inti yang dikemukakan sebenarnya adalah keadilan bukan semata-mata pembatasan jumlah wanita yang boleh dikawini laki-laki. Oleh karena itu tuntutan keadilan kualitatif beristri pada saat ini adalah satu saja dan saling melengkapi bukan sebaliknya melecehkan haknya. Hal yang sama berlaku ketika al-Qur’an surat an-Nisa’:7 berbicara tentang ketentuan waris untuk anak laki -laki dan wanita. Konteks masa itu tidak memungkinkan adanya kesamaan hak antara laki-laki dan wanita, karena wanita pada saat itu tidak mendapatkan warisan tapi diwariskan dan al-Qur’an mengubahnya dengan memberikan separuh jumlah yang diterima laki-laki. Sekarang konteksnya telah berbeda dimana wanita telah banyak diberikan hak dan kebebasan oleh al-Qur’an.

Demikian pula terhadap persoalan tidak bolehnya wanita menjadi kepala

negara. Larangan ini bersumber dari hadist yang diriwayatkan Bukhori ahmad nasa’I

dan At-turmudzi “tidak akan bahagia suatu kaum yang mengangkat sebagai pemimpin

mereka seorang wanita”. Berdasarkan konteks hadis tersebut maka selama dalam

(6)

6 suatu negara dimana sistem pemerintahan berdasarkan musyawarah, seorang kepala negara tidak lagi harus bekerja keras sendirian, tetapi dibantu oleh tenaga ahli sesuai dengan bidangnya masing-masing yang pada akhirnya dapat lebih mudah memajukan negaranya dan menyelamatkan dari mala petaka, maka tidak ada halangan bagi seorang wanita menjadi menteri/kepala negara.

c. Pendekatan Sejarah

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure tempat, waktu, objek, latar belakang, dan prilaku peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.15

Pendekatan historis ini digunakan sebagai upaya untuk menelusuri asal-usul serta pertumbuhan pemikiran dan lembaga keagamaan melalui periode perkembangan sejarah tertentu, serta untuk memahami perenankekuatan yang diperlihatkan oleh agama dalam periode-periode tersebut.16

Oleh karena itu metodologi Sejarah adalah suatu periodisasi atau tahapan – tahapan yang ditempuh untuk suatu penelitian sehingga dengan dengan kemampuan yang ada dapat mencapai kemampuan hakikat sejarah. Adapun yang dimaksud dengan kenyataan dan kebenaran sejarah bukanlah harus sampai pada kenyataan dan kebenaran mutlak. Karena hal itu berada diluar kemampuan , juga hilangnya petunjuk misalnya bekas peninggalan atau karena ada tujuan dan kepentingan tertentu.

Melalui pendekatan sejarah, seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini , seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada dialam empiris dan historis. Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama , karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan.

Melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi sebagai berikut:

a) Sejak kedatangan Islam, umat Islam tergerak hati, pikiran dan perasaannya untuk memberikan perhatiannya terhadap agama.

b) Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau konsep keilmuan tentang keislaman.

15 Rosihon Anwar ,Badruzzaman, Pengantar Studi Islam ,Cet 1,Bandung : Pustaka Setia, 2009, hlm, 90

(7)

7 Pendekatan sejarah dalam mempelajari Islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktik tersebut ada yang dipengaruhi oleh sejarah dan ada pula yang dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebudayaan setempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur'an dan al-sunnah.

Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan sebuah informasi yang harus dijadikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilih bagian yang sesuai dan relevan untuk digunakan.17

d. Pendekatan Antropologis

Antropologi berasal dari Bahasa Yunani ”anthropos” artinya manusia/orang, dan ”logos” yang berarti wacana. Antropologis adalah adalah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia terdiri dari aspek fisik dan non fisik dan berbagai pengetahuan tentang kehidupan lainnya yang bermanfaat.

Pendekatan antropologis adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Kajian antropologi dibagi empat, yaitu:

1) Intelektualisme, yaitu mempelajari agama dari sudut pandang intelektual yang mencoba melihat definisi agama dalam setiap masyarakat, kemudian melihat perkembangannya (religius development) dalam suatu masyarakat. Strukturalis 2) Fungsionalis

3) Simbolis

Ketiga teori ini dikembangkan Emile Durkheim, mengilhami banyak orang dalam melihat agama dari sisi yang sangat sederhana sekaligus menggabungkannya secara struktur. Objek antropologi agama ada empat, yaitu:

1) Modus pemikiran primitif,

2) Komunikasi, seperti simbol dan mite, 3) Teori dan praktik keagamaan,

4) Praktik ritual sampingan seperti magic.

17

(8)

8 Sedangkan aliran antropologi agama terdiri dari:

a) Aliran fungsional

Penelitian Brosnilaw Kacper Malinowski bertujuan mengetahui titik pandang pemikiran masayarakat sederhana dan hubungannya dengan kehidupan serta mengatakan pandangan-pandangan mereka tentang dunia.

b) Aliran historis

Evans Pritchard dalam penelitiannya mengatkan bahwa aliran historis adalah membandingkan struktur masyarakat dan kebudayaan yang berbeda. c) Aliran struktural

Claude Levi Strauss mengemukakan bahwa bahasa dan mite menggambaerkan kaitan antara alam dengan budaya dan hubungan antara alam dan budaya itu ditemukan hukum-hukum pemikiran masyarakat yang diteliti.

3. Pengertian Era Disrupsi dan Millenial

Akhir-akhir ini kita sedang menghadapi fenomena disrupsi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar, yaitu evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia.

Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan, termasuk tatanan dalam berusaha. Sebagian pihak mengatakan bahwa disrupsi adalah sebuah ancaman. Namun banyak pihak pula mengatakan kondisi saat ini adalah peluang.

Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya. Fenomena ini berkembang pada perubahan pola dunia bisnis. Kemunculan transportasi daring adalah salah satu dampaknya yang paling populer di Indonesia.18

Generasi Millennial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia diberbagai bidang, apa dan siapa gerangan generasi millennial itu?. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980 an sampai 2000

18

(9)

9 an sebagai generasi millennial. Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun.19

Sebagai generasi milenial yang hidup di era disrupsi, kita harus bisa segera beradaptasi, dan mengenali bagaimana keadaan sekarang yang penuh dengan perubahan. Tidak lagi sekedar berubah, melainkan langsung bergeser atau menggantikan yang sudah berdiri sebelumnya dalam waktu yang cepat. Dampak dari adanya perubahan itu adalah timbulnya permasalahan-permasalahan di semua sektor kehidupan, tidak terkecuali dalam hal keagamaan. Dalam mengkaji Al-Qur’an dan Hadist terhadap suatu permasalahan masa kini diperlukan kajian-kajian dari berbagai pendekatan, tidak bisa hanya dengan pendekatan tekstual saja. Untuk itu dalam mempelajari suatu permasalahan, perlu dikaji dari berbagai sudut pandang (interdisipliner).

4. Urgensi Studi Islam Interdisipliner di Era Disrupsi dan Milenial

Metodologi Studi Islam atau Dirasah Islamiyah, sepintas lalumerupakan disiplin ilmu baru dalam kurikulum Nasional Program StrataSatu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam, seperti pada InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) di seluruh Indonesia. Padahal, jika ditelusuridalam topik bahasan materi intinya tidak lain adalah “akumulasi” dari kajian-kajian substansi keislaman yang sebelumnya materi intinya bersifatdasar (pengantar). Materi-materi tersebut bahkan sampai sekarang masihdan akan dipelajari sebagai ilmu dasar (islamic basic knowledge) khususnya di Perguruan Tinggi Agama Islam negeri ini. Hanya saja, pengkajian masing masing ilmu dasar keislaman itu disajikan secara “terpisah” satu sama lain. Namun, diskursus-diskursus yang ditawarkan masih materi-materi yang sifatnya pengenalan dasar atau pengantar.20

Berangkat dari kesadaran akan kelemahan metodologi umat Islam dalammengkaji Islam, maka pentingnya metodologi dalam kajian ilmu-ilmukeislaman di era modern ini. Kemajuan bangsa Eropa dan Amerika bukanlah hal yang menjadirahasia lagi, baik dalam metode penelitian, teknologi dan segala sisi pendidikannya. Dunia muslim jika ingin menyusul mereka danmemenangi segala lini kehidupan dari pada mereka, mau atau tidak harus belajar dengan ilmu-ilmu yang merekan kembangkan, paling tidak jika belum bisa menandingi mereka dunia muslim harus bisa menyamakan tingkat kehidupan dan

19 http://alvara-strategic.com/generasi-millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia/ diakses

pada tanggal 4 Juni 2018

20

Muhibuddin Hanafiah, “Revitalisasi Metodologi Dalam Studi Islam: Suatu Pendekatan Terhadap Studi

(10)

10 keilmuan dengan mereka, agar orang-orang muslim tidak selalu dipandang inverior, dan memandang dunia Barat lebih superior. Problematika zaman era modern juga tidak cukup diselesaikan dengan kajian-kajian Islam secara klasik, karena semakin maju pergolakan kehidupan zaman, konskwensinya juga akan semakin banyak pula permasalahan baru yang semakin rumit untuk dipecahkan, metodologi studi Islam di era modern juga harus menyesuaikan dengan era dan kultur budaya yang ada, selain itu juga harus dikaji dari beberapa disiplin ilmu yang ada, agar pemahaman Islam menjadi lebih komplek dan selalu memberikan solusi yang solutif, tidak stagnan dan kaku jika diterapkan dalam kondisi yang lain.

PENUTUP

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam melakukan kajian terhadap keilmuan, ada berbagai pendekatan keilmuan yang dapat digunakan untuk menguak dan menemukan formulasi terhadap kajian secara mendalam dan spesifik Namun sesuai perkembangan waktu, yang sekarang kita masuk di era disrupsi dan milenial ini, kajian monodisiplin yang hanya membidik pada satu frame of work. Sementara tuntutan era modern dibutuhkan kajian yang dapat membidik dari berbagai sudut sehingga akan mendapatkan pemahaman yang holistik dan komprehensif.

Untuk mendapatkan hasil pemahaman tersebut dalam kajian keislaman dibutuhkan tidak hanya satu pendekatan disiplin ilmu (monodisiplin). Penggunaan pendekatan antropologis, sosiologis, filosofis, hukum dan sebagainya secara bersama-sama (interdisipliner), akan dapat menguak fakta secara utuh tanpa ada potongan-potongan pemahaman. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa antara pendekatan monodisiplin maupun interdisiplin tetap membawa karakteristik masing-masing sebagai ciri dan kosekuensi pilihan bagi orang yang menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah

Anwar, Rosihon dan Badruzzaman. 2009. Pengantar Studi Islam Cet 1. Bandung : Pustaka Setia

Arifa, Faisar Ananda dkk. 2015. Metode Studi Islam Jalan Tengah Memahami Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada

(11)

11 Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Yogyakarta: Insan

Madani

Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Filsafat,Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang

Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan Muhaimin. 2005. Kawasan dan Wawasan dan Studi Islam. Jakarta: Perdana Media

Muhibuddin Hanafiah, Revitalisasi Metodologi Dalam Studi Islam: Suatu Pendekatan Terhadap Studi Ilmuilmu Keislaman. Jurnal Ilmiah Didaktika, Volume 11, Nomor 02, Februari 2011

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan dalam

[r]

Universitas Negeri Semarang Koordinator

Characteristic of tree`s damage, distribution of holes based on sunlight exposure, distribution of holes based on vertical position of stem, distribution of holes

sebuah isu global menyatakan bahwa HAM dipandang sebagai suatu persoalan nilai.. kemanusian yang penting adalah sejak ditetapkannya DUHAM oleh PBB tahun 1948. Sejak saat itu, secara

Oleh karena itu, sesuai dengan hasil Rapat Kerja Dewan Koordinasi Racana Wijaya Gugus Latih Bahasa dan Seni Gugusdepan kota Semarang

suara yang menimbulkan bisingnya. b) Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara. c) Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. d) Substitusi mesin

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah turut serta membantu penulis dengan berbagai cara dalam masa