• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI E"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA

MILENIAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan dan Metode Studi Islam Yang Diampu Oleh Prof. Dr Zakiyyudin Baidhawy

Disusun Oleh: ANISA INDAH NURINA

120101

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

(2)

Istilah “Islamic Studies” atau Studi Islam kini telah diperguna kan dalam jumal-jurnal profesional, departemen akademik, dan lembaga-lembaga perguruan tinggi yang mencakup bidang pengkajian dan penelitian yang luas, yakni seluruh yang memiliki di mensi “Islam” dan keterkaitan dengannya. Rujukan pada Islam, apakah dalam pengertian kebudayaan, peradaban, atau tradisi keagamaan, telah sernakin sering dipakai dengan munculnya sejumlah besar literatur dalarn berbagai bahasa Eropa atau Barat pada umumnya yang berkenaan dengan paham Islam politik, atan Islamisme. Literatur-literatur tersebut berbicara tentang perbankan Islam, ekonomi Islam, tatanan politik Islam, demokrasi Islam, hak-hak asasi manusia Islam, dan sebagainya. Sejumlah buku-buku terlaris sejak tahun 1980 berhuhungan dengan judul-judul “Islam” dan hal-hal yang berkaitan dengan kata sifat “Islami”, yang menunjukkan betapa semua itu telah diisti1ahkan dengan sebutan “Islamic Studies” di dunia akademik.

Kita dapat mengemukakan dua pendekatan mengenai Islamic Studies, yaitu definisi Sempit dan definisi yang lebih luas pendekatan pertama melihat Islamic Studies sebagai suatu disiplin dengan metodologi, materi dan teks-teks kuncinya sendiri, bidang studi ini dapat didefinisikan sebagai studi tentang tradisi teks-teks keagamaan klasik dan ilmu-ilmu keagamaan klasik dan memperluas ruang lingkupnya berarti akan mengurangj kualitas kajiannya. Di samping itu, Islamic Studies berbeda dengan ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial dan akan diperlemah bila pendidikan berbasis kepercayaan tentang Islam dan studi tentang Islam lintas disiplin berdasarkan kepada dua disiplin tersebut. Mesti ada perbedaan nyata antara antropologi dan ilmu-ilrnu sosial lainnya, dan islamic Studies hanya sebagai distingsi yang dibuat dalam hubungannya dengan disiplin disiplin lainnya seperti Christian Studies.

(3)

masih memandangnya sebagai persoalan penting. Pengertian Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks Arab pramodern utamanya karena itu mesti dipertahankan. Keterampilan utama yang dibutuhkan adalah bahasa Arab. Kedua, Islamic Studies adalah suatu bidang yang sempit. Upaya-upaya untuk memperluas bidang kajiannya dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas kajian. Namun demikian, bidang ini terus menghadapi tekanan komersial untuk memperluas ruang lingkupnya dengan memasukkan misalnya, studi tentang pengohatan dan keuangan Islam. Namun, imperative utarnanya adalah mempertahankan kualitas hasilnya. Penelitian dan pengajaran dalam wilayah-wilayah yang berada di luar definisi Islamic Studies yang sempit mesti diupayakan secara kolaboratif dengan kalangan spesialis luar yang berkualitas.

Ketiga, pendidikan berbasis keimanan bagi Muslim mengenai Islam, dan studi lintas disiplin tentang Islam yang bersandar kepada ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmti sosial, keduanya memberikan tujuan yang berrnanfaat. Namun, Islamic Studies bagaimanapun berheda dngan keduanya dan jangan dipertipis garis batasnya. Yang diharapkan ialah upaya memperkaya dua bidang lainnya. Minat ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial terhadap Islam memang dapat dibenarkan, namun jangan dipaksa untuk diistilahkan sebagai Islamic Studies.1

B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam

Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an

(4)

dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.

Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.2 Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam

menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan teori embriologi. Sebagai tambahan Leonard Binder secara implisit menawarkan beberapa pendekatan studi islam, yakni:

1. Sejarah (history)

2. Antropologi (anthrophology)

3. Sastra islam dan arkeologi (islamic art and archeology)

4. Ilmu politik (political science)

5. Filsafat (philosophy)

6. Linguistik

7. Sastra (literature)

(5)

8. Sosiology (sociology)

9. Ekonomi (economics)

Dari pembahsan ringkas tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam studi islamada beberapa catatan. Pertama, sejumlah teori memang sudah digunakan sejak lama oleh para ilmuan klasik, meskipun teori-teori tersebut mengalami perkembangan. Kedua, ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir.3

C. Beberapa Pendekatan Interdisipliner 1. Pendekatan Filsafat

Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam.[4] Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:

a. Segi semantik; filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

b. Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi

(6)

filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Ruang lingkup filsafat

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang terdiri dari gabungan ilmu-ilmu khusus[5]. Dalam perkembangan ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri dari induknya yakni filsafat. Ruang lingkup filsafat berdasarkan struktur pengetahuan yang berkembang dapat dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut:

a. Filsafat sistematis terdiri dari 1) Metafisika

2) Epistemologi 3) Metodologi 4) Logika 5) Etika 6) Estetika

b. Filsafat khusus terdiri dari:

1) Filasafat seni

2) Filsafat kebudayaan

3) Filsafat pendidikan

4) Filsafat bahasa

5) Filsafat sejarah

6) Filsafat budi pekerti

7) Filsafat politik

(7)

9) Filsafat kehidupan

10) Filsafat nilai

c. Filsafst keilmuan terdiri dari:

1) Filsafat ilmu-statistik

2) Filsafat psikologi

3) Filsafat ilmu-ilmu social.

Dalam studi filsafat untuk memahami secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang politik, yaitu:

a. Metafisika

b. Epistimologi

c. Logika

d. Etika

e. Sejarah filsafat.

Dasar Pendekatan Filsafat Islam

(8)

menerima pemikiran filsafat Islam. Bagi mereka yang berpikiran tradisional kurang mau menerima filsafat.

Islam menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran filsafat,itulah yang disebut filsafat Islam bukan karena orang yang melakukan kefilsafatan itu orang muslim, tetapi dari segi obyek membahas mengenai keislaman. Perkembangan filsafat Islam pada prinsipnya mampu bersaing dengan filsafat Barat. Dari kedua filsafat ini ditambah dengan kajian Yahudi, maka tersusunlah sejarah pembahasan teoretis filsafat Islam dengan filsafat klasik, pada pertengahan dan modern. Hubungan filsafat Yunani dengan filsfat islam adalah sebagai berikut:

a. Pemikiran filsafat Islam telah dipengaruhi oleh filsafat Yunani.

b. Para filsuf muslim mengambil sebagian besar pandanganya Aristoteles.

c. Filsuf muslim banyak mengagumi Plato dan mengikutinya pada berbagai aspek.

Hubungan filsafat Islam dengan filsafat modern ,secara khusus terdapat berbagai usaha yang ditujukan untuk menemukan hubungan antara keduanya,baik sumber maupun pengantar-pengantar filsafat modern. Batasannya yaitu terdapat pola titik persamaan dalam pandangan dan pemikiran. Filsafat Islam juga dikatakn sebagai ilmu karena di dalamnya terkandung pertanyaan ilmiah,yaitu bagaimanakah, mengapakah, dan apakah, jawaban atas pertanyaan itu adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang selalu berulang-ulang.

(9)

c. Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai suatu hal dijadikan pegangan.

Konsep Filsafat Islam a. Konsep Ar-Razi

Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Al- Razi lahir di Rai kota dekat Teheran pada tahun 862 M. Falsafahnya terkenal dengan Lima Yang Kekal.4

1) Materi; merupakan apa yang ditangkap panca indra tentang benda itu

2) Ruang ; karena materi mengambil tempat.

3) Zaman: karena materi berubah-ubah keadaannya.

4) Adanya roh

5) Adanya Pencipta.

b. Konsep Al Farabi

Abu Ali Husin Ibn Sina lahir di Afsyana 980 M. di dekat Bukhara. Terkenal dengan:

1) Falsafah Jiwa

2) Falsafah Wahyu dan Nabi

3) Falsafah Wujud

4) Konsep Al Kindi

(10)

Ya’kub Ibn Ishaq Al Kindi berasal dari Kindah di Yaman.tahun 796 M. terkenak dengan:

1) Falsafah Ketuhanan

2) Falsafah Jiwa

2. Pendekatan Sosiologi

a. Pengertian Pendidikan dengan pendekatan sosiologi

Sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang penelitian yang tujuannya meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan dasar manusia,dan pola organisasi serta hukumnya.Sosiologi dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam studi islam yang mencoba untuk memahami islam dari aspek sosial yang berkembang dimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Pendidikan menurut pendekatan sosiologi ini dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial atau diciptakan oleh interaksi sosial. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami bidang lainnya, seperti agama sehingga munculah studi tentang sosiologi agama.5

(11)

b. Agama dalam pendekatan sosiologi

Salah satu ciri utama pendekatan ilmu -ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu sosial,sebagaimana sosiologi.Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiologi membatasi secara pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode khusus yang sesuai dengan objek tersebut,sedangkan sejarahwan memiliki tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan. Dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak terkontrol dan masih banyak lagi teori lainnya.Pada intinya pendekatan ilmu- ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama.

c. Agama dalam pendekatan fungsional-sosiologi

(12)

unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsi agama adalah menyediakan dua hal yaitu :

1) Suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia.

2) Sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauanya.yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.

Dari sini kita dapat menyebutkan fungsi agama,antara lain:

1) Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, dan terhadap manusia memberikan tanggapanserta menghubungkan dirinya menyadiakan bagi pemeluknya suatu dukungan dan pelipur lara.

2) Agama manawarkan hubungan transendetal melalui pemujaan pada upacara ibadat.

3) Agama mensucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu dan disiplin kelompok diatas dorongan individu.

4) Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting.

(13)

Jadi menurut teori fungsional, agama mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu dalam ketidakpastian, menghibur ketika dilanda kecewa, mengaitkannya dengan tujuan-tujuan masyarakat, memperkuat moral, dan menyediakan unsur-unsur identitas. Seperti halnya teori sosiologi tentang agama, teori fungsional juga berusaha membangun sikap bebas nilai. Teori ini tidak menilai kebenaran tertinggi atau kepalsuan kepercayaan beragama. Sebagaimana semua sosiologi, teori ini juga menggunakan apa yang disebut pendekatan “naturalistis”pada agama.Sebagai ilmu sosial,sosiologi berusaha memahami perilaku diri sebab akibat yang alamiah. Ini bukan merupakan posisi ideologi yang anti agama, sebab jika penyebab itu diluar alam, bila mereka bertindak terhadap manusia harus juga melalui manusia dan hakikat manusia.

Salah satu sumbangan yang paling berharga dari teori fungsional ialah ia telah mengarahkan perhatian kita pada karakteristik agama yang menawarkan sudut pandang lain darimana kita memulai studi sosiologis terhadap agama dari sudut perspektif yang saling melengkapi. Teori fungsional menitik beratkan arti penting”titik kritis”, dimana fikiran dan tindakan sehari hari ditransendensikan dalam pengalaman manusia.6

3. Pendekatan Sejarah

a. Pengertian pendekatan sejarah

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau / masa yang masih ada. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan

(14)

terjemahan dari kata history yang secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat manusia di masa lampau.7

Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di masa lampau, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama dan sebagainya. Melalui pendekatan sejarah ini, ilmu pendidikan Islam akan memiliki landasan sejarah yang kuat sehingga terjadi hubungan dan mata rantai yang jelas antara pendidikan yang dilaksanakan sekarang dengan pendidikan yang pernah ada di masa lalu. Bangunan ilmu pendidikan Islam yang didasarkan pada pendekatan sejarah akan memiliki landasan yang lebih realistis dan empiris, karena bertolak dari praktik pendidikan yang benar-benar telah terjadi. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah merupakan sebuah bentuk apresiasi atas berbagai peristiwa masa lalu untuk digunakan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam di masa lalu.

b. Studi Islam dengan Pendekatan Sejarah

Melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi sebagai berikut:

1) Sejak kedatangan Islam, umat Islam tergerak hati, pikiran dan perasaannya untuk memberikan perhatiannya yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.

2) Model lembaga pendidikan Islam yang diadakan oleh umat Islam adalah model lembaga pendidikan informal, non formal dan formal.

(15)

3) Lembaga pendidikan yang dibangun umat Islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif, fleksibel dan terbuka untuk dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.

4) Melalui pendekatan sejarah, diketahui bahwa di kalangan umat Islam telah terdapat sejumlah ulama yang memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan.

5) Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang kehidupan para guru dan pelajar.

6) Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau manajemen pendidikan, pendanaan atau pembiayaan pendidikan, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang canggih.

7) Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan di berbagai lembaga pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi keagamaan yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan tersebut.

(16)

D. Urgensi Islamic Studies

Metodologi Studi Islam atau Dirasah Islamiyah, sepintas lalu merupakan disiplin ilmu baru dalam kurikulum Nasional Program Strata Satu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam, seperti pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di seluruh Indonesia. Padahal, jika ditelusuri dalam topik bahasan materi intinya tidak lain adalah “akumulasi” dari kajian-kajian substansi keislaman yang sebelumnya materi intinya bersifat dasar (pengantar). Materi-materi tersebut bahkan sampai sekarang masih dan akan dipelajari sebagai ilmu dasar (islamic basic knowledge) khususnya di Perguruan Tinggi Agama Islam negeri ini. Hanya saja, pengkajian masing-masing ilmu dasar keislaman itu disajikan secara “terpisah” satu sama lain. Namun, diskursus-diskursus yang ditawarkan masih materi-materi yang sifatnya pengenalan dasar atau pengantar.8

Berangkat dari kesadaran akan kelemahan metodologi umat Islam dalam mengkaji Islam, maka pentingnya metodologi dalam kajian ilmu-ilmu keislaman di era modern ini.

Kemajuan bangsa Eropa dan Amerika bukanlah hal yang menjadi rahasia lagi, baik dalam metode penelitian, teknologi dan segala sisi pendidikannya. Dunia muslim jika ingin menyusul mereka dan memenangi segala lini kehidupan dari pada mereka, mau atau tidak harus belajar dengan ilmu-ilmu yang merekan kembangkan, paling tidak jika belum bisa menandingi mereka dunia muslim harus bisa menyamakan tingkat kehidupan dan keilmuan dengan mereka, agar orang-orang muslim tidak selalu dipandang inverior, dan memandang dunia Barat lebih superior.

Problematika zaman era modern juga tidak cukup diselesaikan dengan kajian-kajian Islam secara klasik, karena semakin maju pergolakan kehidupan zaman, konskwensinya juga akan semakin banyak pula permasalahan baru yang semakin rumuit untuk dipecahkan, metodologi

(17)

studi Islam di era modern juga harus menyesuaikan dengan era dan kultur budaya yang ada, selain itu juga harus dikaji dari beberapa disiplin ilmu yang ada, agar pemahaman Islam menjadi lebih komplek dan selalu memberikan solusi yang solutif, tidak stagnan dan kaku jika diterapkan dalam kondisi yang lain.

REFERENSI

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Harun Nasution. Falsafah Dan Mistisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,

1995.

Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia, 2009. Muhibuddin Hanafiah, “Revitalisasi Metodologi Dalam Studi Islam: Suatu

Pendekatan Terhadap Studi Ilmuilmu Keislaman”. Jurnal Ilmiah Didaktika, Volume 11, Nomor 02, Februari 2011.

Thomas F O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Press,1992.

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi Umum Pembelajaran Al-Quran melalui Metode Usmani di TPQ Al-Kahariyah Selopuro Blitar .... Implementasi Metode Usmani

12.Menurut Anda, apakah timbal balik yang diberikan ( USPP dan uang pangkal) kepada Mawar Sharon Christian School cukup pantas dengan pendidikan yang didapat oleh anak Anda

Senyawa flavonoid yang bersumber dari daun tumbuhan sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) pada fraksi etil asetat dapat diisolasi dengan cara diekstraksi melalui

[r]

Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna

Dari latar belakang diatas menunjukkan bahwa kualitas tidur pada lansia mengalami penurunan baik secara kualitas dan kuantitas, namun terdapat cara penanganan

2 4.3 Menilai apakah suatu bilangan dapat dinyatakan sebagai jumlah, selisih, hasil kali, atau hasil bagi dua bilangan cacah.. 4.3.1 Menilai apakah suatu bilangan dapat

Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: (1) model yang ada adalah model yang berada pada tahap detil design dan integrasi yang dilakukan adalah integrasi pada