• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA DISRU (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA DISRU (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA DISRUPSI DAN

MILENNIAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan dan Metodologi Studi Islam Dosen Pengampu: Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.

ALVI NIRAWATI

12020170016

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam kini sedang menjadi fenomena universal di dunia ini. ini memunculkan satu pertanyaan lain, yakni apakah fungsi universitas diharapkan dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan bagi komunitas-komunitas minoritas untuk memahami keimanan mereka di dalam identitas local yang melekat dan konteks multikulturalnya. Jika kebutuhan semacam ini tidak dicapai secara mapan, akankah ia membuka pintu luas bagi ekstremisme untuk menawarkan jasanya yang mematikan? Salah satu isu yang muncul dalam perbincangan mengenai Islam di kampus adalah bahwa Islamic Studies merupakan suatu wilayah kontestasi sebagian karena Islam itu sendiri adalah sesuatu yang dikontestasikan. Persoalan ini membawa pada pertanyaan: adakah suatu wilayah, apa pun namanya, yang dipikirkan oleh akal manusia yang tidak dikontestasi? Nilai keimanan atau kebudayaan apa pun berangkat dari komitmen para pemeluknya. Untuk mencapai masyarakat multicultural yang homogen, ada suatu kebutuhan untuk menerapkan metodologi serupa pada semua keimanan. Dengan kata lain, definisi tentang iman merupakan fenomena sosial yang berhubungan dengan bagaimana keimanan itu sendiri melihat dirinya.1

Islam sebagai ajaran menjadi topik yang menarik untuk dikaji, baik oleh kalangan intelektual muslim sendiri maupun sarjana-sarjana Barat, mulai tradisi orientalis sampai dengan Islamolog (ahli pengkaji keislaman). Dalam hal tersebut menjadikan beberapa orang atau kalangan tertarik untuk membahasa Islam. Selain dengan Islam, dalam ranah ilmu pengetahuan juga mempunyai daya tarik tersendiri bagi beberapa kalangan

(3)

intelektual muda maupun tua, baik Muslim maupun non muslim. Sehingga dijadikan suatu pembahasan yang menarik untuk dikaji hingga tuntas.

Islam juga merupakan bagian dari sebuah kajian keislaman dengan wilayah telaah materi ajaran agama dan fenomena kehidupan bersama.Secara teoritis Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan Tuhan kepada manusia melalui Muhammad sebagai Rosul.Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi,tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia,Sumber-sumber ajaran islam yang merupakan bagian pilar penting kajian islam dan paradigma keislaman tidak keluar dari sumber asli,yaitu al-quran dan hadits,Dengan demikian,studi islam tidak hanya bermuara pada wacana pemikiran,tetapi juga praksis kehidupan yang berlandaskan pada perilaku baik dan benar dalam kehidupan.

Persentuhan Islam dengan dinamika kehidupan masyarakat dalam berbagai lapisan dan dinamikanya serta gerak progresif perubahan zaman telah membawa Islam untuk dan dipaksa terlibat dengan berbagai isu kontemporer dinamika kehidupan, yang sangat boleh jadi, tidak terjadi dan karenanya tidak dikenal pada masyarakat sebelumnya.2

Dalam pembahasan ini akan menjelaskan tentang Studi Islam yaitu suatu bidang ilmu yang selalu mengikuti perkembangan zaman. Seperti Studi Islam Interdisipliner di Era Disrupsi dan Milenneal, dan akan dijelaskan bagaimana Studi Islam Interdisipliner di era tersebut. Dengan demikian, Studi Islam Interdisipliner akan menjawab tentang bagaimana problem-problem di era tersebut yang muncul.

(4)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Studi Islam Interdisipliner di Era Disrupsi ? 2. Bagaimana Studi Islam Interdisipliner di Era Milennial ? C. Tujuan

(5)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian dan Metodologi Studi Islam

a. Metodologi Studi Islam: Dimensi Keilmuan dan Keagamaan

Masalah utama yang menopang definisi Islmic Studies tampaknya muncul dari metodologi bagaimana Islam dikaji dan kemudian bagaimana diajarkan. Di Negara-negara Barat umumnya, kajian tentang Islam mengikuti metodologi Barat, ini bertentangan dengan kajian Islam di dalam suatu lingkungan yang tidak mengkontensasi agama tersebut.

1) Kritik atas Metodologi Barat

Kritik akademisi Muslim atas metodologi Barat muncul baik dalam bentuk kritik seimbang maupun kritik radikal. Pendektan intelektual Barat terhadap pengetahuan dan pembelajaran ditegakkan di atas hukum pertentangan antara dua hal yang bersebrangan yang bertabrakan dengan filsafat Islam tentang kehidupan yang berdasarkan pada apa yang disebut teori fusi dua hal yang bersebrangan. Suatu teori yang juga disebut sebagai teori wasathiyyah (teori jalan tengah). Teori ini didasarkan atas Al-Qur’an surat al-Baqarah (2): 143 yang berbicara tentang “ummah wasath” yang mampu merekonsiliasi dua hal yang bertentangan dengan tujuan untuk meraih harmoni sosial.

(6)

memberikan otoritas yang memperkenankannya menolak metodologi alternatif, bahkan metodologi ilmu-ilmu alam yang tergantung pada apa yang dapat dilihat dan dirasakan.

2) Pendekatan Apologetik Insider

Pendekatan lain yang muncul dalam persoalan metodologi kajian keislaman ialah pendekatan apologetik. Bila sains modern berdasarkan atas dunia fisik dan pedoman objektif, Islam tidak berusaha membatasi pemikiran manusia atau mencegah kajian ilmiah mandiri. Islam sebagai keimanan memiliki sedikit reservasi dalam memandang fakta-fakta ilmiah yang abstrak dan itulah yang memotivasi perluasan metodologi eksperimen yang dikembangkan dalam lingkungan Islam sebelum ditransfer ke Barat.

3) Kritik Radikal atas Metodologi Barat

Dalam bahasan ini menarik untuk mencatat komentar-komentar yang sering muncul dari kalangan fundamentalis Islam mengenai metodologi Barat. Komentar-komentar mereka sering mempertanyakan secara radikal: apakah para mahasiswa atau pengkaji di universitas-universitas Barat mampu memenuhi tantangan untuk mengintegrasikan keilmuan Islam dan setia dengan prinsip-prinsip yang diterima secara mapan dalam ilmu-ilmu keislaman.

4) Kritik Metodologi dari Dalam (from within)

Identitas Islam kontemporer, baik pada tingkat individu maupun kolektif, mengalami kekurangan intelektual dan prikologis yang parallel dengan kemampuannya untuk bertindak dan melakukan. Dua kekurangan ini banyak dipengaruhi oleh pendekatan metodologis dalam mengkombinasikan teori praktik.

(7)

Kata Studi Islam secara Etimologi (bahasa) merupakan gabungan dari duakata yaitu Studi dan Islam.Dan kata studi sendiri memiliki banyak makna,diantaranya Studi berasal dari bahasa Inggris yaitu Study, yang berarti mempelajari atau mengkaji. Dan menurut Lester Crow dan Alice Crowmenyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakandengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar atau meningkatkan suatu keterampilan. Kemudian menurut Muhammad Hatta Studi adalah mempelajari sesuatu untuk mengertikedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentang sesuatu dalamhubungan sebab akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu dan dengan metode tertentu pula. Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salimadan aslama.Salima mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah.Sedangkan aslama juga mengandung arti kepatuhan, ketundukan, danberserah. Yang disebut dengan muslim adalah orang yang tunduk, patuh, danberserah diri sepenuhnya kepada ajaran Islam dan akan selamat dunia dan akhirat.3

Secara ekstern (outsider) atau dalam pengalaman dunia Barat, “Studi Islam” (Islamic Studies) merupakan salah satu studi yang mendapatkan perhatian luas dikalangan ilmuan Barat dan Timur. Khususnya mereka yang menjadikan Islam sebagai wacana kajian ilmiah (keilmuan), sehingga mereka dikenal sebagai islamolog atau islamisis. Jika ditelusuri lebih jauh, maka diketahui bahwa minat terhadap Studi Islam sudah mulai marak sejak pertengahan kedua abad ke-19.4Studi Islam telah dijadikan sebagai

3 Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk

Beluk Pemahaman Ajaran Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam Studi Islam), Yogyakarta: Teras, 2013, hlm. 19-20

4 Muhibuddin Hanafah, REVITALISASI METODOLOGI DALAM STUDI ISLAM: Suatu

(8)

salah satu cabang ilmu favorit. Hal ini berarti studi Islam telah mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan.

Studi Islam adalah salah satu studi yang mendapat perhatian di kalangan ilmuwan.Jika ditelusuri secara mendalam, Nampak bahwa studi Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi-studi lainnya.Dengan demikian, studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah satu cabang ilmufavorit.Artinya, studi Islam telah mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan.5Pengertian Studi Islam menurut Muhammad Nur

Hakimkegunaan istilah Studi Islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapamaksud, yaitu :

1. Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program- program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya.

2. Studi Islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dankurikulum atas semua kajian Islam.

3. Studi Islam yang dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajianIslam, baik dilakukan secara formal seperti perguruan tinggi, maupunyang non formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.6

Istilah “Islamic Studies” atau Studi Islam kini telah dipergunakan dalam jurnal-jurnal profesional, departemen akademik, dan lembaga-lembaga perguruan tinggi yang mencakup bidang pengkajian dan penelitian yang luas, yakni seluruh yang memiliki dimensi “Islam” dan keterkaitan dengannya. Rujukan pada Islam,

5 Siti Zulaiha, PENDEKATAN METODOLOGIS DAN TEOLOGIS BAGI PENGEMBANGAN

DAN PENINGKATAN KUALITAS GURU MI, (Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 1, No. 01, 2017), hal 46

(9)

apakah dalam pengertian kebudayaan, peradaban, atau tradisi keagamaan, telah semakin sering dipakai dengan munculnya sejumlah besar literatur dalam berbagai bahasa Eropa atau Barat pada umumnya yang berkenaan dengan paham Islam politik, atau Islamisme.

Menurut definisi ini, Islamic Studies mengimplikasikan:

Pertama, studi tentang disiplin dan tradisi intelektual-keagamaan klasik menjadi inti dari Islamic Studies, karena ada di jantung kebudayaan yang dipelajari dalam peradaban Islam dan agama Islam, dan karena banyak Muslim terpelajar masih memandangnya sebagai persoalan penting. Pengertian Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks Arab pra-modern utamanya karena itu mesti dipertahankan.Keterampilan utama yang dibutuhkan adalah bahasa Arab.

Kedua, Islamic Studies adalah suatu bidang yang sempit. Upaya-upaya untuk memperluas bidang kajiannya dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas kajian. Namun demikian bidang ini terus menghadapi tekanan komersial untuk memperluas ruang lingkupnya, dengan memasukkan misalnya, studi tentang pengobatan dan keuangan Islam.

Ketiga, pendidikan berbasis keimanan bagi Muslim mengenai Islam, dan studi lintas disiplin tentang Islam yang bersandar kepada ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial, keduanya

(10)

Pendekatan kedua mendefinisikan Islamic Studies berdasarkan pada pernyataan bahwa Islam perlu dikaji dalam konteks evolusi Islam modern yang penuh teka-teki. Juga adanya kebutuhan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh teks-teks tentang cara orang-orang mengalami dan menjalankan kehidupan mereka. Islamic Studies bukanlah sebuah disiplin, namun ia lebih merupakan ke saling hubungan antara beberapa disiplin. Dalam bahasa metodologi, para peneliti meminjam serangkaian disiplin termasuk ilmu-ilmu sosial.Kurang tegasnya batasan-batasan ini justru menyediakan peluang untuk memperkaya studi interdisipliner yang beragam.7

Oleh karenanya, dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat mencakup studi Islam. Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. Ilmu yang relevan maksudnya ilmu-ilmu yang cocok digunakan dalam pemecahansuatu masalah. Adapun istilah terpadu, yang dimaksud yaitu ilmu-ilmu yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat(implicit)merupakan suatu kebulatan atau kesatuan pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub uraiannya. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan indisipliner ini adalah inter(terpadu antar ilmu dalam rumpun ilmu yang sama).8

Pendidikan Islam dihadapkan pada berbagai tantangan yang ada, baik secara makro nasional, krisis integrasi, ekonomi, politik, moral,budaya dan lain sebagainya. Diberlakukannya perdagangan 7 Zakiyuddin Baidhawy, Islamic Studies Pendekatan dan Metode, (PT Pustaka Insan Madani, 2011), hal 4

8Chanifudin, “Pendekatan Interdisipliner: Tata Kelola Pendidikan Islam di Tengah

(11)

bebas antar negara asean atau lebih dikenal dengan sebutan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), Industrialisasi, Globalisasi yang berimplikasi pada persaingan lulusan dan pekerjaan semakin berat, dengan berbagai macam persolan yang sangat komplek.

Berdasarkan fakta tersebut pendidikan Islam dihadapkan pada persoalan besar dan mendasar. Persoalan tersebut adalah outputnya yang hingga kini belum terakomodasi secara memadai, dan belum maksimal ke dalam aspek kebutuhan kehidupan modern, yang tidak hanya merambah pendidikan Islam di Indonesia, tetapi juga telah menggejala hampir disebagian besar pendidikan Islam di berbagai dunia

Pendekatan interdisipliner(interdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu.9

3. Studi Islam Interdisipliner di Era Milennial

Istilah generasi millenial atau sering juga disebut generasi Y memang sedang akrab terdengar, istilah ini pertama kali dicetuskan oleh dua pakar sejarah dan juga penulis amerika, William strauss dan Neill howe dalam beberapa bukunya. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini, namun pada awalnya penggolongan pada generasi ini terbentuk bagi mereka yang lahir pada tahun 1990 dan juga pada awal 2000,dan seterusnya.

Dinamika pemikiran yang berkembang dalam kehidupan masyarakat menjadi suatu bukti autentik bahwa kehidupan ini berjalan ibarat roda. 9 Chanifudin, PENDEKATAN INTERDISIPLINER : TATA KELOLA PENDIDIKAN ISLAM

(12)

Tidak ada suatu pemikiran pun yang berjalan dalam stagnasi eksistensinya. Pemikiran Yunani kuno dan klasik yang telah menghiasi kehidupan masyarakat serta pernah menjadi the great miracle dalam khazanah pemikiran manusia pada akhirnya beralih menjadi kehidupan lain yang mengikutinya. Dunia modern yang melanjutkan era pemikiran abad pertengahan dengan panutan pemikirannya pada Ancilla Theologia minat utama kepada agama dengan jargon Extra Ecclesia Nula Saluum tidak ada kebenaran hakiki kecuali kebenaran gereja melaju dengan asas pemikiran antroposentris.10

Laju modernisme yang begitu pesat dan hadirnya globalisasi sebagai dampak dari eksistensinya membuka pintu baru ijtihad berpikir masyarakat. Dilema modernisme dengan grand concept (konsep besar) yang bermunculan dan dihasilkan menggiring masyarakat ke dalam kondisi yang jauh dari nilai-nilai metafisis. Kemaha agungan filsafat kemudian dipertanyakan sehingga memunculkan banyak pemikir baru yang mengusulkan postmodernisme dalam menangkal dunia modern yang semakin “jauh” dari sumbu-sumbu spiritualitas. Derrida mengemukakan perlunya dekonstruksi terhadap pemikiran-pemikiran modern dalam rangka membangun autentisitas ilmu. Kuhn menyampaikan pentingnya revolusi ilmiah. Semua yang kemudian dimunculkan dalam rangka mencipta benang dialektika di antara semua disiplin ilmu yang berkembang.

Pada saat ini generasi millenial lebih memilih ponsel dibanding TV, sebab generasi ini lahir di era kecanggihan teknologi, dan internet berperan besar dalam keberlangsungan hidup mereka, maka televisi bukanlah prioritas generasi millenial untuk mendapatkan informasi atau melihat iklan yang tidak ada pentingnya. Generasi millenial lebih suka 10 Mas’udi, “Posmodernisme dan Polemik Keberagamaan Masyarakat Modern: Antitesis

(13)

mendapatkan informasi dari ponselnya, dengan mencarinya ke Google atau perbincangan pada forum-forum, yang diikuti generasi ini untuk selalu up-to-date dengan keadaan sekitar. Jika dihadapkan pada sebuah pilihan, mayoritas generasi sekarang akan lebih memilih ponsel daripada TV. hampir semua kalangan, informasi berkembang dengan pesat danpenyebarannya semakin cepat. Berdasarkan penelitian bahwa mayoritasmillennial mendapatkan berita bersumber dari media sosial seperti facebookdan twitter (dikutip dari How Millennials, 2015), dimana kredibilitassumber berita sangat sulit untuk diukur. Penelitian menunjukkan bahwagenerasi millennial cenderung malas untuk memvalidasi kebenaran beritayang mereka terima dan cenderung menerima informasi hanya dari satusumber, yaitu media sosial (Ellysabeth Ratih Dwi Hapsari W), inilahkondisi peserta didik saat ini, yang lebih memanfaatkan dan percaya denganmedia sosial dalam kegiatannya sehari-hari.11

Masalah ilmu-ilmu apa yang dianjurkan dalam Islam, merupakan pokok penting yang mendasar sejak hari-hari pertama Islam: apakah ada bentuk ilmu khusus yang harus dicari? Sebagian ulama besar Islam hanya memasukkan cabang-cabang ilmu yang secara langsung berhubungan dengan agama. Sedangkan tipe-tipe ilmu yang lain, mereka menyerahkan kepada masyarakat untuk menentukan ilmu mana yang paling esensial untuk memelihara dan menyejahterakan mereka.12 Perintah al Quran dan

syariah tertentu. Tetapi juga mencakup setiap ilmu yang berguna bagi manusia. Karenanya, seiring perkembangan yang ada, disiplin ilmu juga turut berkembang untuk dikaji.

11Miftah Mucharomah, Guru di Era Milenia dalam Bingkai Rahmatan LilAlamin, (Edukasia Islamika, Vol. 2, No. 2, 2017), hal 203

(14)

Studi tentang generasi millenial, terutama di Amerika, sudah banyakdilakukan, antara lain studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil temaAmerican Millennials: Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya, 2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A Portrait of Generation Next. Berdasarkan penelitian-penelitianitu, inilah karakteristik generasi millenial tersebut;

Pertama, Millennial lebih percaya User Generated Content (UGC)daripada informasi searah.Bisa dibilang millennial tidak percaya lagikepada distribusi informasi yang bersifat satu arah. Mereka lebih percaya kepada UGC atau konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan.Mereka tidak terlalu percaya pada perusahaan besar dan iklan sebab lebih mementingkan pengalaman pribadi ketimbang iklan atau reviewkonvensional. Dalam hal pola konsumsi, banyak dari mereka memutuskan untuk membeli produk setelah melihat review atau testimoni yang dilakukanoleh orang lain di Internet. Mereka juga tak segan-segan membagikanpengalaman buruk mereka terhadap suatu mereka.

Kedua, Millennial lebih memilih ponsel dibanding TV. Generasi ini lahir di era perkembangan teknologi, Internet juga berperan besar dalam keberlangsungan hidup mereka. Maka televisi bukanlah prioritas generasi millennial untuk mendapatkan informasi atau melihat iklan. Bagi kaum millennial, iklan pada televisi biasanya dihindari. Generasi millennial lebihsuka mendapat informasi dari ponselnya, dengan mencarinya ke Googleatau perbincangan pada forum-forum yang mereka ikuti, supaya tetap up-todate.

(15)

Banyak dari kalanganmillennial melakukan semua komunikasinya melalui text messaging ataujuga chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profildirinya, seperti Twitter, Facebook, hingga Line. Akun media sosial jugadapat dijadikan tempat untuk aktualisasi diri dan ekspresi, karena apa yangditulis tentang dirinya adalah apa yang akan semua orang baca. Jadi, hamper semua generasi millennial dipastikan memiliki akun media sosial sebagaitempat berkomunikasi dan berekspresi.13

Dalam melihat hubungan manusia dengan ruang dan waktu, ciri generasi millennial dalam berkomunikasi bersifat Instant Communicationdi lingkungan real time, Network Development, yaitu mengembangkan jaringan yang memungkinkan generasi ini untuk terhubung satu sama lain untuk berkoneksi dan kolaborasi. Terkait dengan prinsip dasar hubungan manusia dengan alam, mempunyai prinsip pemanfaatan dan sekaligus pelestarian lingkungan alam. Manusia harus menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan untuk digunakan dalam pemanfaatan, pengelolaan, kelestarian sekaligus bagi keselarasan, harmoni dan penguasaan alam demi kemanfaatan umat manusia dan alam sekitarnya. Sementara itu, dalam melihat hubungan manusia dengan sesama manusia, lebih terbuka terhadap berbagai akses informasi yang bersifat lintas batas, cenderung lebih permisif terhadap keanekaragaman. Mereka tidak peduli tentang privasi dan bersedia untuk berbagi rincian intim tentang diri mereka sendiri dengan orang asing.Budaya membuat status merupakan aktivitas sehari-hari.Cybercultureadalah sebuah kebudayaan baru di mana seluruh aktivitas kebudayaannya dilakukan dalam dunia maya yang tanpa batas.Namun demikian generasi millennial

(16)

tetap berpandangan bahwa keluarga merupakan pilar yang sangat penting bagi kehidupannya.14

BAB III PENUTUP

14Heru Dwi Wahana,“Pengaruh Nilai-nilai Budaya Generasi Millennial dan Budaya

(17)

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan interdisipliner dalam kajian studi Islam di era millenial sangat diperlukan. Dengan pendekatan interdisipliner diharapkan mampu memberikan solusi persoalan dan isu-isu agama yang berkembang seiring berkembangnya teknologi dan penyebaran informasi yang amat pesat. Di antara pendekatan studi Islam kontemporer yang dapat digunakan adalah pendekatan pendekatan hermeneutika, pendekatan ilmu sejarah, pendekatan sosiologis, pendekatan fenomenologi, pendekatan antropologi dan etnografi, dan pendekatan arkeologi.

Dari sekian pendekatan studi Islam kontemporer yang ada, dapat digunakan untuk mengkaji isu-isu Islam di era millenial. Pendekatan interdisipliner menjadi penting adanya untuk menjawab persoalan dan perdebatan di kalangan masyarakat. Pendidikan agama pada era di mana intensifikasi dan akselerasi pluralitas semakin terbuka, harus berani dan asertif menyatakan selamat tinggal pada pendekatan dogmatik dan strategi indoktrinasi dalam proses pembelajaran. Metode pendidikan diterapkan pada konsep pendekatan interdisipliner mampu memberi jawaban dari permasalahan pelik yang sedang dihadapi bangsa ini dalam mencetak generasi bangsa yang kompetitif.

DAFTAR PUSTAKA

Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani).

Chanifudin, PENDEKATAN INTERDISIPLINER : TATA KELOLA PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH KOMPLEKSITAS, (Edukasi Islam Jurnal Pendidikan, Vol. 05, No. 01, 2016), hal 1277

(18)

Hanafiah, Muhibuddin. REVITALISASI METODOLOGI DALAM STUDI ISLAM: Suatu Pendekatan terhadap Studi Ilmu-ilmu Keislaman, (Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. XI, No. 2, 2011)

Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk Beluk Pemahaman Ajaran Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam Studi Islam), Yogyakarta: Teras, 2013, hlm. 19-20

Mas’udi, “Posmodernisme dan Polemik Keberagamaan Masyarakat Modern: Antitesis

Posmodernisme Atas Dinamika Kehidupan Modernisme” Fikrah, Vol. 2, No. 1, Juni 2014, 250

Mucharomah. Miftah. 2017. Guru di Era Milenia dalam Bingkai Rahmatan LilAlamin. (Edukasia Islamika, Vol. 2, No. 2). 203

Susanto, Edi. 2016. Dimensi Studi Islam Kontemporer . (Jakarta: Prenadamedia Group).

Referensi

Dokumen terkait

Side scan sonar menggunakan perangkat yang memancarkan pulsa berbentuk kipas ke arah dasar laut di berbagai sudut tegak lurus terhadap lintasan dari sensor melalui air, yang

Hasil wawancara pada tanggal 9 Januari 2018 dengan wali kelas III Sekolah Dasar Negeri 14 Pontianak Selatan, diperoleh informasi bahwa pada pembelajaran menulis

M’2012 Hitam Ful Ors V. pjk bln 7 bs krdt dp ringan. Tebet Timur Dalam II No. Akses UI No.. Kondisi Istimewa/ Full Ori. Tebet Timur Dalam II No. 16 Jakarta Barat. Sgt Bgs BU.

Beredar sebuah informasi pada media sosial tentang temperatur cuaca di Indonesia, dengan klaim bahwa akan terjadi cuaca panas extreme selama tiga hari kedepan, bahkan pada

Dalam pemilihan kapasitas perancangan pabrik asam oksalat ada beberapa pertimbangan, yaitu prediksi kebutuhan asam oksalat di Indonesia, ketersediaan bahan baku,

Hal inilah yang menjadi dasar penggunaan konsep feature dalam pemodelan produk sebagai salah satu sarana untuk pengintegrasian proses produksi dengan sistem

Dari hasil pengukuran bahwa besar nilai packet loss sebanding dengan besarnya background traffic yang digunakan, karena semakin padat trafik dari pengirim ke penerima

24 Meskipun terdapat beberapa peluang impor produk Gobou ke Jepang, dilihat dari sedikitnya pemain importir Gobou dan stagnansi produksi dalam negeri, Gobou masih