• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA DISRU (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA DISRU (2)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PAPER

STUDI ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA DISRUPSI DAN MILENIAL Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan dan Metode Studi Islam

Yang Diampu Oleh Prof. Dr Zakiyyudin Baidhawy

Disusun Oleh:

AHMAD ALFIYAN FAKHRONI 12020170006

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

A. Pengertian Studi Islam

Kata studi Islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu studi dan Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian. Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu keterampilan. Sementara Muhammad Hatta mengartikan studi sebagai mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan, mencari pengetahuan tentang sesuatunya di dalaam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu dan dengan metode tertentu pula.1

Istilah “Islamic Studies” atau Studi Islam kini telah diperguna kan dalam jumal-jurnal profesional, departemen akademik, dan lembaga-lembaga perguruan tinggi yang mencakup bidang pengkajian dan penelitian yang luas, yakni seluruh yang memiliki di mensi “Islam” dan keterkaitan dengannya. Rujukan pada Islam, apakah dalam pengertian kebudayaan, peradaban, atau tradisi keagamaan, telah sernakin sering dipakai dengan munculnya sejumlah besar literatur dalarn berbagai bahasa Eropa atau Barat pada umumnya yang berkenaan dengan paham Islam politik, atan Islamisme. Literatur-literatur tersebut berbicara tentang perbankan Islam, ekonomi Islam, tatanan politik Islam, demokrasi Islam, hak-hak asasi manusia Islam, dan sebagainya. Sejumlah buku-buku terlaris sejak tahun 1980 berhuhungan dengan judul-judul “Islam” dan hal-hal yang berkaitan dengan kata sifat “Islami”, yang menunjukkan betapa semua itu telah diisti1ahkan dengan sebutan “Islamic Studies” di dunia akademik.

Bertolak dari pengertian pendidikan menurut pandangan Islam diatas, dan mengingat betapa luas dan kompleksitasnya Risalah Islamiah, maka dapat disimpulkan pendidikan Islam adalah :”Segala usaha untuk memeliahara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan

(3)

ajaran-ajaran Islam menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.”2

Kita dapat mengemukakan dua pendekatan mengenai Islamic Studies, yaitu definisi Sempit dan definisi yang lebih luas pendekatan pertama melihat Islamic Studies sebagai suatu disiplin dengan metodologi, materi dan teks-teks kuncinya sendiri, bidang studi ini dapat didefinisikan sebagai studi tentang tradisi teks-teks keagamaan klasik dan ilmu-ilmu keagamaan klasik dan memperluas ruang lingkupnya berarti akan mengurangj kualitas kajiannya. Di samping itu, Islamic Studies berbeda dengan ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosial dan akan diperlemah bila pendidikan berbasis kepercayaan tentang Islam dan studi tentang Islam lintas disiplin berdasarkan kepada dua disiplin tersebut. Mesti ada perbedaan nyata antara antropologi dan ilmu-ilrnu sosial lainnya, dan islamic Studies hanya sebagai distingsi yang dibuat dalam hubungannya dengan disiplin disiplin lainnya seperti Christian Studies.

Menurut definisi ini, Islamic Studies mengimplikasikan: Pertarna, studi tentang disiplin dan tradisi intelektual keagamaan klasik menjadi inti dari Islamic Studies, karena ada di jantung kebudayaan yang dipelajari dalam peradaban Islam dan agama Islam, dan karena banyak Muslim terpelaiar masih memandangnya sebagai persoalan penting. Pengertian Islamic Studies sebagai studi tentang teks-teks Arab pramodern utamanya karena itu mesti dipertahankan. Keterampilan utama yang dibutuhkan adalah bahasa Arab. Kedua, Islamic Studies adalah suatu bidang yang sempit. Upaya-upaya untuk memperluas bidang kajiannya dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas kajian. Namun demikian, bidang ini terus menghadapi tekanan komersial untuk memperluas ruang lingkupnya dengan memasukkan misalnya, studi tentang pengohatan dan keuangan Islam. Namun, imperative utarnanya adalah mempertahankan kualitas hasilnya. Penelitian dan pengajaran dalam wilayah-wilayah yang berada di luar definisi Islamic Studies yang sempit

(4)

mesti diupayakan secara kolaboratif dengan kalangan spesialis luar yang berkualitas.

Ketiga, pendidikan berbasis keimanan bagi Muslim mengenai Islam, dan studi lintas disiplin tentang Islam yang bersandar kepada ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmti sosial, keduanya memberikan tujuan yang berrnanfaat. Namun, Islamic Studies bagaimanapun berheda dngan keduanya dan jangan dipertipis garis batasnya. Yang diharapkan ialah upaya memperkaya dua bidang lainnya. Minat ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial terhadap Islam memang dapat dibenarkan, namun jangan dipaksa untuk diistilahkan sebagai Islamic Studies.3

B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam

Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.

Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi

(5)

harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.

Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.4 Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam

menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan teori embriologi. Sebagai tambahan Leonard Binder secara implisit menawarkan beberapa pendekatan studi islam, yakni:

1. Sejarah (history)

2. Antropologi (anthrophology)

3. Sastra islam dan arkeologi (islamic art and archeology) 4. Ilmu politik (political science)

5. Filsafat (philosophy) 6. Linguistik

7. Sastra (literature) 8. Sosiology (sociology) 9. Ekonomi (economics)

Dari pembahsan ringkas tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam studi islamada beberapa catatan. Pertama, sejumlah teori memang sudah digunakan sejak lama oleh para ilmuan klasik, meskipun teori-teori

(6)

tersebut mengalami perkembangan. Kedua, ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir.5

C. Beberapa Pendekatan Interdisipliner 1. Pendekatan Filsafat

Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam. Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:

a. Segi semantik; filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

b. Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Ruang lingkup filsafat

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang terdiri dari gabungan ilmu-ilmu khusus[5]. Dalam perkembangan ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri dari induknya yakni filsafat. Ruang lingkup filsafat berdasarkan struktur pengetahuan yang berkembang dapat dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut:

a. Filsafat sistematis terdiri dari

(7)

1) Metafisika 2) Epistemologi 3) Metodologi 4) Logika 5) Etika 6) Estetika

b. Filsafat khusus terdiri dari: 1) Filasafat seni

2) Filsafat kebudayaan 3) Filsafat pendidikan 4) Filsafat bahasa 5) Filsafat sejarah 6) Filsafat budi pekerti 7) Filsafat politik 8) Filsafat agama 9) Filsafat kehidupan 10) Filsafat nilai

c. Filsafst keilmuan terdiri dari: 1) Filsafat ilmu-statistik 2) Filsafat psikologi

3) Filsafat ilmu-ilmu social.

Dalam studi filsafat untuk memahami secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang politik, yaitu:

a. Metafisika

b. Epistimologi

c. Logika

(8)

e. Sejarah filsafat.

Dasar Pendekatan Filsafat Islam

Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi,tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu adalah alquran dan hadis. Dalam kaitan ini diperlukan pendekatan historis terhadap filsafat Islam yang tidak menekankan pada studi tokoh,tetapi yang lebih penting lagi adalah memahami proses dialektik. Filsafat Islam sendiri keberadaanya menimbulkan pro dan kontra. Sebagian yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Bagi mereka yang berpikiran tradisional kurang mau menerima filsafat.

Islam menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran filsafat,itulah yang disebut filsafat Islam bukan karena orang yang melakukan kefilsafatan itu orang muslim, tetapi dari segi obyek membahas mengenai keislaman. Perkembangan filsafat Islam pada prinsipnya mampu bersaing dengan filsafat Barat. Dari kedua filsafat ini ditambah dengan kajian Yahudi, maka tersusunlah sejarah pembahasan teoretis filsafat Islam dengan filsafat klasik, pada pertengahan dan modern. Hubungan filsafat Yunani dengan filsfat islam adalah sebagai berikut:

a. Pemikiran filsafat Islam telah dipengaruhi oleh filsafat Yunani. b. Para filsuf muslim mengambil sebagian besar pandanganya

Aristoteles.

c. Filsuf muslim banyak mengagumi Plato dan mengikutinya pada berbagai aspek.

(9)

modern. Batasannya yaitu terdapat pola titik persamaan dalam pandangan dan pemikiran. Filsafat Islam juga dikatakn sebagai ilmu karena di dalamnya terkandung pertanyaan ilmiah,yaitu bagaimanakah, mengapakah, dan apakah, jawaban atas pertanyaan itu adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang selalu berulang-ulang. b. Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat

istiadat yang berlaju dalam masyrakat.

c. Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai suatu hal dijadikan pegangan.

Konsep Filsafat Islam a. Konsep Ar-Razi

Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Al- Razi lahir di Rai kota dekat Teheran pada tahun 862 M. Falsafahnya terkenal dengan Lima Yang Kekal.6

1) Materi; merupakan apa yang ditangkap panca indra tentang benda itu

2) Ruang ; karena materi mengambil tempat.

3) Zaman: karena materi berubah-ubah keadaannya. 4) Adanya roh

5) Adanya Pencipta. b. Konsep Al Farabi

Abu Ali Husin Ibn Sina lahir di Afsyana 980 M. di dekat Bukhara. Terkenal dengan:

1) Falsafah Jiwa

2) Falsafah Wahyu dan Nabi 3) Falsafah Wujud

4) Konsep Al Kindi

(10)

Ya’kub Ibn Ishaq Al Kindi berasal dari Kindah di Yaman.tahun 796 M. terkenak dengan:

1) Falsafah Ketuhanan 2) Falsafah Jiwa 2. Pendekatan Sosiologi

a. Pengertian Pendidikan dengan pendekatan sosiologi

Sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang penelitian yang tujuannya meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan dasar manusia,dan pola organisasi serta hukumnya.Sosiologi dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam studi islam yang mencoba untuk memahami islam dari aspek sosial yang berkembang dimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Pendidikan menurut pendekatan sosiologi ini dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial atau diciptakan oleh interaksi sosial. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami bidang lainnya, seperti agama sehingga munculah studi tentang sosiologi agama.7

b. Agama dalam pendekatan sosiologi

(11)

Salah satu ciri utama pendekatan ilmu -ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu sosial,sebagaimana sosiologi.Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiologi membatasi secara pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode khusus yang sesuai dengan objek tersebut,sedangkan sejarahwan memiliki tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan. Dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak terkontrol dan masih banyak lagi teori lainnya.Pada intinya pendekatan ilmu- ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama.

c. Agama dalam pendekatan fungsional-sosiologi

(12)

merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsi agama adalah menyediakan dua hal yaitu :

1) Suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia.

2) Sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauanya.yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.

Dari sini kita dapat menyebutkan fungsi agama,antara lain:

1) Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, dan terhadap manusia memberikan tanggapanserta menghubungkan dirinya menyadiakan bagi pemeluknya suatu dukungan dan pelipur lara.

2) Agama manawarkan hubungan transendetal melalui pemujaan pada upacara ibadat.

3) Agama mensucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu dan disiplin kelompok diatas dorongan individu.

4) Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting. 5) Agama bersangkut paut pula dengan pertumbuhan dan

kedewasaan individu dan perjalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat.

(13)

tidak menilai kebenaran tertinggi atau kepalsuan kepercayaan beragama. Sebagaimana semua sosiologi, teori ini juga menggunakan apa yang disebut pendekatan “naturalistis”pada agama.Sebagai ilmu sosial,sosiologi berusaha memahami perilaku diri sebab akibat yang alamiah. Ini bukan merupakan posisi ideologi yang anti agama, sebab jika penyebab itu diluar alam, bila mereka bertindak terhadap manusia harus juga melalui manusia dan hakikat manusia.

Salah satu sumbangan yang paling berharga dari teori fungsional ialah ia telah mengarahkan perhatian kita pada karakteristik agama yang menawarkan sudut pandang lain darimana kita memulai studi sosiologis terhadap agama dari sudut perspektif yang saling melengkapi. Teori fungsional menitik beratkan arti penting”titik kritis”, dimana fikiran dan tindakan sehari hari ditransendensikan dalam pengalaman manusia.8

3. Pendekatan Sejarah

a. Pengertian pendekatan sejarah

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau / masa yang masih ada. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat manusia di masa lampau.9

Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di masa lampau, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama dan sebagainya. Melalui pendekatan sejarah ini, ilmu

(14)

pendidikan Islam akan memiliki landasan sejarah yang kuat sehingga terjadi hubungan dan mata rantai yang jelas antara pendidikan yang dilaksanakan sekarang dengan pendidikan yang pernah ada di masa lalu. Bangunan ilmu pendidikan Islam yang didasarkan pada pendekatan sejarah akan memiliki landasan yang lebih realistis dan empiris, karena bertolak dari praktik pendidikan yang benar-benar telah terjadi. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah merupakan sebuah bentuk apresiasi atas berbagai peristiwa masa lalu untuk digunakan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam di masa lalu.

b. Studi Islam dengan Pendekatan Sejarah

Melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi sebagai berikut: 1) Sejak kedatangan Islam, umat Islam tergerak hati, pikiran dan

perasaannya untuk memberikan perhatiannya yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.

2) Model lembaga pendidikan Islam yang diadakan oleh umat Islam adalah model lembaga pendidikan informal, non formal dan formal.

3) Lembaga pendidikan yang dibangun umat Islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif, fleksibel dan terbuka untuk dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.

4) Melalui pendekatan sejarah, diketahui bahwa di kalangan umat Islam telah terdapat sejumlah ulama yang memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan.

5) Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang kehidupan para guru dan pelajar.

(15)

7) Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan di berbagai lembaga pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi keagamaan yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan tersebut.

Pendekatan sejarah dalam mempelajari Islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktik tersebut ada yang dipengaruhi oleh sejarah dan ada pula yang dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebudayaan setempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur'an dan al-sunnah. Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan sebuah informasi yang harus dijadikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilih bagian yang sesuai dan relevan untuk digunakan.

D. Studi Islam Era Disrupsi dan Milineal

Metodologi Studi Islam atau Dirasah Islamiyah, sepintas lalu merupakan disiplin ilmu baru dalam kurikulum Nasional Program Strata Satu (S1) pada Perguruan Tinggi Agama Islam, seperti pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di seluruh Indonesia. Padahal, jika ditelusuri dalam topik bahasan materi intinya tidak lain adalah “akumulasi” dari kajian-kajian substansi keislaman yang sebelumnya materi intinya bersifat dasar (pengantar). Materi-materi tersebut bahkan sampai sekarang masih dan akan dipelajari sebagai ilmu dasar (islamic basic knowledge) khususnya di Perguruan Tinggi Agama Islam negeri ini. Hanya saja, pengkajian masing-masing ilmu dasar keislaman itu disajikan secara “terpisah” satu sama lain. Namun, diskursus-diskursus yang ditawarkan masih materi-materi yang sifatnya pengenalan dasar atau pengantar.10

(16)

Persoalan globalisasi tidak hanya berhenti pada wilayah ekonomi dan industri (WTO; MEA), tetapi juga budaya, sosial, dan agama. Universitas riset pada era global seperti sekarang ini, menurut Altbach dan Salmi, pada dasarnya adalah institusi riset ekonomi berbasis pengetahuan (know-ledge-based economy). Institusi atau lembaga ini harus memberikan porsi yang tepat untuk perenungan, kritik, dan pemikiran tentang budaya, aga-ma, kemasyarakatan, dan bahkan norma-norma. Jiwa universitas riset ha-rus terbuka terhadap ide-ide dan bersedia melawan keortodoksan dalam segala hal.

Berangkat dari kesadaran akan kelemahan metodologi umat Islam dalam mengkaji Islam, maka pentingnya metodologi dalam kajian ilmu-ilmu keislaman di era modern ini.

Kemajuan bangsa Eropa dan Amerika bukanlah hal yang menjadi rahasia lagi, baik dalam metode penelitian, teknologi dan segala sisi pendidikannya. Dunia muslim jika ingin menyusul mereka dan memenangi segala lini kehidupan dari pada mereka, mau atau tidak harus belajar dengan ilmu-ilmu yang merekan kembangkan, paling tidak jika belum bisa menandingi mereka dunia muslim harus bisa menyamakan tingkat kehidupan dan keilmuan dengan mereka, agar orang-orang muslim tidak selalu dipandang inverior, dan memandang dunia Barat lebih superior.

(17)

Tanah Air telah siap meramunya dalam proses pembelajaran dan perkuliahan dan lebih-lebih penelitian? Ada kritik dari pengamat sosial-budaya dari antropologi yang menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia belum menghasilkan lulusan yang memuaskan, bahkan mengantarkan lulusannya ke wilayah kehidupan moral berparadoks. Paradoks muncul karena terfragmentasinya proses pendidikan dan pembelajaran di Tanah Air selama ini. Ini dijelaskan sebagai berikut”

“Melalui kurikulum sekolah, SD sampai perkuliahan, orang Indonesia dibesarkan dalam label yang mengharuskannya membedakan persoalan politik, sosial, budaya dan agama, ekonomi, penegakan HAM, dan sejarah sebagai hal yang berdiri sendiri-sendiri. Maka siswa/mahasiswa tidak mampu membangun analisis dari berbagai sudut yang berbeda untuk mencapai kesimpulan besar. Politik Orde Baru melahirkan manusia-manusia tipikal paradoksal: religius dan patuh dalam berbelanja, konsumtif dalam simbol-simbol agama, dan toleran terhadap kekerasan dalam penegakan moral. Namun, juga lu-nak dan ragu dalam korupsi, ketidakadilan, serta pelanggaran HAM di depan matanya.”11

Sebagaimana dikatakan Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo, untuk mampu menghadapi masa depan sebagai anggota bang-sa-bangsa yang saling bekerja sama dan bersaing, keseluruhan sistem pendidikan, terutama pendidikan tinggi, harus mengalami revolusi men-tal. Perubahan yang hanya dilakukan perlahan-lahan dan sedikit-sedikit dari pinggiran tidak akan dapat menempatkan perguruan tinggi Indonesia di peta dunia secara berarti. Perubahan yang diperlukan sangat mendasar, bersifat pergeseran paradigma untuk melakukan lompatan jauh ke depan (leap frogging) dengan mengetahui sampai di mana kita berada.12

11Kompas, 30 Agustus 2014: 6

(18)

Hal ini, sebagaimana telah diuraikan di atas, disebabkan oleh terja-dinya perubahan mendasar dalam penyediaan jasa atau pelayanan pen-didikan tinggi karena dinamika perkembangan ilmu pengetahuan yang menghasilkan invensi dan inovasi dalam penerimaan, penggunaan dan pelaksanaan sains dan teknologi. Sementara itu, bangsa-bangsa dunia juga mengalami dinamika perubahan demografis dalam hubungan dengan struktur umur dan jenis kelamin secara umum, dan berbagai aspek kehidupan, termasuk pemerintahan dan pasar kerja, pasar pembeli dan penjual.

Walaupun sebenarnya dikatakan penyebabnya lebih terbatas, di sini pengertian penyebab perubahan besar dan mengacaukan (disruption), yang telah beredar cukup lama, dipakai apa yang diajukan oleh Bower dan Christensen 1995, yaitu inovasi teknologi. Teknologi mendorong ber-bagai perubahan, tidak hanya dalam teknologi itu sendiri tetapi juga dalam kehidupan manusia, cara manusia berhubungan, cara kita berorganisasi. Salah satu contoh yang kita rasakan adalah telepon seluler, yang telah me-mudahkan komunikasi antarmanusia, dan oleh dunia bisnis dan industri dikembangkan dalam sistem kapitalis yang selalu mencari keuntungan dengan terus meningkatkan efisiensi secara berkelanjutan dan memper-luas pasar hingga harga terus turun. Semuanya memungkinkan mereka yang kurang sejahtera juga mampu memilikinya, dan melakukan komu-nikasi dengan saudara yang berjarak dekat dan jauh.

(19)

dikacaukan karena cepat berkurangnya penghasilan dari sumber-sumber lama karena iklan telah berpindah ke media lain, seperti TV, dan kini ke media sosial. Gejala ini memaksa media mengubah model bisnisnya untuk merambah jenis dan bahkan sektor berbeda.

(20)

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Harun Nasution. Falsafah Dan Mistisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,

1995.

Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Academia, 2009. Muhibuddin Hanafiah, “Revitalisasi Metodologi Dalam Studi Islam: Suatu

Pendekatan Terhadap Studi Ilmuilmu Keislaman”. Jurnal Ilmiah Didaktika, Volume 11, Nomor 02, Februari 2011.

Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution,MA, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2009.

Thomas F O’dea, Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Press,1992.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan kurikulum pendidikan nasional terus diupayakan yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kompetensi dasar dalam pembelajaran, mulai dari kurikulum berbasis

Penerapan batas maksimum kepemilikan saham bank bagi Pemerintah Daerah (Pemda) dan perusahaan induk diatur berikut ini. 1) Batas maksimum kepemilikan saham bagi Pemda yang

Menurut Oliver dalam Barnes (2003) menyatan bahwa "kepuasan pelanggan adalah tanggapan atas terpenuhinya kebutuhan yang berarti bahwa penilaian pelanggan atas barang

Patogen dalam air Pengendalian Biologi Usia Larva Ketersediaan Makanan Kematian Larva Aedes aegypti dari populasi yang resisten temephos 0,02 mg/L Kosentrasi

Huitt mengemukakan beberapa contoh strategi guru untuk 25 Blakey dan Spence, “Developing Metacognition”, http://www.ericdigest.. meningkatkan kemampuan metakognisi siswa,

Pengujian keamanan secara klinis dilakukan dengan metode Uji Tempel Terbuka Berulang (UTTB) dan Uji Tempel Tertutup Tunggal (UTTT) pada lebih dari 50 relawan. Sifat iritasinya