• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nama Kelompok. Hana Annisa Arifti ( ) Rizky Dwi Nanda ( ) Romario ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nama Kelompok. Hana Annisa Arifti ( ) Rizky Dwi Nanda ( ) Romario ( )"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Nama Kelompok

Hana Annisa Arifti (20120730105) Rizky Dwi Nanda (20120730112)

Romario (20120730119)

Dana pihak pertama, kedua dan ketiga dalam dana Bank Syari'ah

Dana pihak pertama adalah Dana sendiri atau lazim disebut dengan dana pihak kesatu yang berasal dari pemegang saham atau pemilik. Pada dasarnya setiap bank akan selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah dana sendiri,selain untuk memenuhi kewajiban menyediakan modal minimum (CAR = Capital Adequancy Ratio) juga untuk memperkuat kemampuan ekspansi dan bersaing.

Dana pihak kedua (Dana pinjaman) adalah Dana yang diperoleh dari pihak luar bank baik dalam rupiah maupun valuta asing lazim disebut dengan dana pihak kedua, yaitu dana yang berasal dari pihak yang memberikan pinjaman kepada bank.

Dana pihak ketiga (Dana Masyarakat) adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah,rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. 1. Yang termasuk dalam DP1, yaitu :

a. Setoran modal dari pemegang saham.

b. Cadangan-cadangan bank, yaitu cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya.

c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.

2. Yang termasuk dalam DP2, yaitu :

a. Pinjaman Bank Indonesia, merupakan pinjaman yang diperoleh karena bank mengalami kesulitan likuiditas dan atau pinjaman karena bank ditunjuk sebagai penyalur/penerus pinjaman bantuan luar negeri.

b. interbank call money,ditujukan untuk memenuhi kebutuhan menutup kewajiban kliring atau dapat juga untuk memenuhi saldo Giro Wajib Minimum (GWM) di Bank Indonesia.Jangka waktu pinjaman relatif sangat singkat (overnight call

(2)

money) dengan menggunakan instrument sertifikat deposito, promes, dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

c. Repurchase Agreement, adalah penjualan surat berharga sesuai dengan waktu yang dipernjanjikan dengan harga yang ditetapkan dimuka.

d. Fasilitas Diskonto, adalah penyediaan dana jangka pendek oleh Bank Indonesia dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto.

e. Pinjaman Subordinasi

f. Pinjaman dari bank (antarbank) dan yaitu pinjaman yang lazimnya berbentuk pinjaman jangka menengah dan panjang, offshore loan dan pinjaman ini sebelumnya harus mendapat persetujuan dengan Bank Indonesia karena berkaitan dengan kebijakan moneter.

g. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), pinjaman ini lazimnya berupa surat berharga yang dapat diperjual belikan seperti sertifikat bank dan atau deposit on call dengan jangka waktu pendek dan dapat di perpanjang lagi.

h. Obligasi (bonds) dan saham, bank-bank dapat memperoleh dana melalui pasar modal dengan cara emisi, baik dalam bentuk obligasi maupun saham.

3. Yang termasuk dalam DP3, yaitu :

a. Giro (demand deposit)adalah simpanan masyarakat baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada bank yang dalam transaksinya (penarikan dan penyetoran) dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana perintah bayar yang lainnya atau dengan cara pemindah bukuan.

b. Tabungan (saving deposit)adalah simpanan pihak ketiga dalam bentuk rupiah maupun valuta asing pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu dari masing-masing bank penerbit.

c. Simpanan Berjangka (time deposit) adalah simpanan pihak ketiga dalam rupiah maupun valuta asing, yang diterbitkan atas nama nasabah kepada bank dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

Demi terbangunnya fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan perbankan syariah, Bank Indonesia (BI) menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/3/PBI/2009 atas perubahan PBI No 7/15/PBI/2005 Tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank. Salah satu

(3)

poin pokok dalam peraturan itu adalah permodalan bank syariah. Terdiri dari syarat besarnya modal untuk pendirian BUS (Bank Umum Syariah), BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah), dan UUS (Unit Usaha Syariah).

A. Modal BUS

Pendirian bank umum syariah baru wajib memenuhi persyaratan permodalan sebagai berikut:

1. Nilai modal disetor paling kecil Rp. 1.000.000.000.000,- (satu triliun). Adapun kepemilikan asing hanya boleh paling banyak 99 persen dari modal disetor yang dapat berupa rupiah atau valuta asing. BI juga baru akan mengeluarkan persetujuan prinsip jika pemilik bank sudah menyetorkan 30 persen dari modal yang diwajibkan

2. Sumber dana modal disetor untuk pendirian bank umum baru tidak boleh berasal dari dana pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank atau pihak lain di Indonesia.

3. Sumber dana modal disetor untuk bank baru tersebut tidak boleh berasal dari sumber yang diharamkan menurut ketentuan syariah termasuk dari dan tujuan pencucian uang (money laundering).

B. Modal UUS

Modal yang harus dimiliki oleh lembaga keuangan yang berbentuk Unit Usaha Syariah adalah 100 milyar seperti yang tertuang dalam PBI No 11/10 tahun 2009 tentang UUS, dan khusus untuk spin off UUS, BI hanya akan mewajibkan modal dasar Rp 500 miliar yang harus dimiliki oleh UUS untuk proses spin of UUS menjadi BUS.

Cabang:

a. Rencana pembukaan kantor cabang wajib dicantumkan dalam rencana bisnis bank. b. Menyediakan modal kerja untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah minimum

untuk mengkoper biaya operasional awal dan memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum bagi UUS.

c. Sistem akuntansi kantor cabang syariah mengacu kepada standar akuntansi keuangan syariah.

(4)

C. Modal BPRS

Modal yang harus disetor untuk mendirikan BPRS ditetapkan sekurang – kurangnya sebesar:

a. Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) untuk BPRS yang didirikan di wilayah daerah khusus ibukota Jakarta Raya dan kabupaten / kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Karawang.

b. Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) untuk BPRS yang didirikan di wilayah ibukota propinsi di luar wilayah seperti tersebut pada butir no 1.

c. Rp 500.000.000,- (lima ratus juta) untuk BPRS yang didirkan di luar wilayah yang disebut pada butir no 1 dan 2.

Modal yang disetor tersebut, yang digunakan untuk modal kerja bagi BPRS, wajib sekurang – kurangnya berjumlah 50%. Dengan kata lain, nilai investasi dalam rangka pendirian BPRS itu tidak boleh melebihi 50% dari modal yang disetor oleh pendirinya.

Cabang :

a. Rencana pembukaan kantor cabang BPRS wajib dicantumkan dalam rencana kerja tahunan.

b. Pembukaan kantor cabang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan 6 bulan terakhir tergolong sehat.

c. Modal disetor kurang dari Rp. 5 miliar wajib menambah modal disetor 25% dari persyaratan pendirian.

d. BPRS modal disetor Rp. 5 miliar atau lebih tidak diwajibkan untuk menambah modal disetornya

Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan dilarang:

a. Berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan atau pihak lain di Indonesia.

b. Berasal dari sumber yang diharamkan menurut prinsiip syariah adalah termasuk kegiatan – kegiatan yang melanggar hukum.

(5)

Ketentuan kehati-hatian :

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

a. BPR diwajibkan untuk memenuhi rasio KPMM minimal 8% yang dihitung dari perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). b. Komponen modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap, dimana modal

pelengkap maksimum sebesar 100% dari modal inti.

c. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio, dana setoran modal, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan (setelah penghitungan pajak), laba tahun-tahun lalu, dan laba tahun berjalan

Prosentase kepemilikan dari bank-bank syariah yang ada :

1. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) ini merupakan tindaklanjut dari telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/8/PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum.

2. Pokok-pokok pengaturan SE BI ini meliputi antara lain:

a. Penerapan batas maksimum kepemilikan saham bank bagi Pemerintah Daerah (Pemda) dan perusahaan induk diatur berikut ini.

1) Batas maksimum kepemilikan saham bagi Pemda yang akan mendirikan atau mengakuisisi bank dipersamakan dengan batas kepemilikan bagi badan hukum bukan lembaga keuangan yaitu 30% untuk masing-masing Pemda.

2) Batas maksimum kepemilikan saham bagi Perusahaan Induk di bidang Perbankan yang dibentuk untuk memenuhi PBI Kepemilikan Tunggal dikecualikan dari batas maksimum kepemilikan saham. Namun apabila kemudian perusahaan induk tersebut akan melakukan akuisisi bank lainnya, maka batas maksimum kepemilikan saham adalah sebesar batas kepemilikan yang tertinggi dari kategori pemegang saham dari Perusahaan Indukdi bidang Perbankan tersebut.

(6)

b. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, pemegang saham Bank dapat meningkatkan kepemilikan saham dengan kewajiban menyesuaikan batas maksimum kepemilikan sesuai dengan ketentuan dalam PBI Kepemilikan Saham Bank Umum.

c. Setelah tanggal 31 Desember 2013, Pemegang saham yang memiliki saham Bank kurang dari batas maksimum kepemilikan saham dapat meningkatkan kepemilikan saham sampai dengan batas maksimum kepemilikan saham Bank. Sedangkan bagi Pemegang saham yang memiliki saham Bank lebih dari batas maksimum kepemilikan saham Bank dapat melakukan penambahan kepemilikan saham sepanjang tidak menambah persentase kepemilikan sahamnya.

d. Pemegang saham langsung Bank wajib menyesuaikan kepemilikan saham sesuai dengan batas maksimum kepemilikan saham, apabila perubahan pengendalian dimaksud berupa:

1) Perubahan pemegang saham Bank langsung atau Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT); dan/atau

2) Perubahan persentase kepemilikan saham Bank oleh pemegang saham langsung atau perubahan persentase kepemilikan PSPT pada Bank yang secara tidak langsung mempengaruhi jumlah pengendalian pada Bank.

e. Persyaratan khusus bagi calon PSP berupa WNA/badan hukum asing dan calon pemegang saham Bank yang akan memiliki saham lebih dari 40% berupa penilaian Tingkat Kesehatan (TKS), Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil risiko, dan modal inti (tier 1) menggunakan posisi penilaian 1 (satu) tahun terakhir. Sedangkan pemenuhan persyaratan peringkat investasi yang digunakan adalah posisi peringkat investasi paling lama 1 (satu) tahun sebelum yang bersangkutan menjadi PSP bank.

f. Pemberian persetujuan Bank Indonesia kepada calon pemegang saham untuk memiliki saham bank lebih dari 40% dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Persetujuan untuk memiliki saham bank sebesar 40% terlebih dahulu;

2) Persetujuan untuk dapat meningkatkan jumlah kepemilikan dengan kewajiban mengajukan kembali permohonan untuk meningkatkan kepemilikan saham apabila bank yang dimiliki memiliki TKS dan GCG 1 atau 2 selama 3 periode berturut-turut

(7)

dalam periode 5 tahun.

g. Komitmen untuk mendukung pengembangan perekonomian Indonesia bagi PSP asing, dikaitkan dengan prioritas pembangunan Indonesia mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang dikeluarkan Bapenas.

h. Calon pemegang saham berupa lembaga keuangan asing atau lembaga keuangan asing yang akan memiliki saham bank lebih dari 40% wajib mendapatkan rekomendasi dari otoritas pengawasan dari negara asal termasuk rekomendasi bahwa otoritas home country PSP Bank akan mendukung kebijakan otoritas pengawas di tempat kedudukan Bank (host country) di bidang pengawasan yang antara lain bertujuan untuk memperbaiki kinerja Bank dan/atau memelihara stabilitas sistem keuangan di tempat kedudukan Bank (host country).

i. Calon pemegang saham Bank yang akan memiliki saham Bank lebih dari 40% wajib pula memiliki komitmen untuk membeli surat utang bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh Bank yang dimiliki jika Bank yang dimiliki diperkirakan mengalami kesulitan memenuhi rasio KPMM sesuai profil risiko di masa yang akan datang.

j. Kewajiban menyesuaikan batas maksimum kepemilikan saham bagi pemegang saham pada Bank Umum Syariah hasil pemisahan (spin off) unit usaha syariah paling lama akhir Desember 2028.

1. Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) ini merupakan tindaklanjut dari telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/8/PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum.

2. Pokok-pokok pengaturan SE BI ini meliputi antara lain:

a. Penerapan batas maksimum kepemilikan saham bank bagi Pemerintah Daerah (Pemda) dan perusahaan induk diatur berikut ini.

1. Batas maksimum kepemilikan saham bagi Pemda yang akan mendirikan atau mengakuisisi bank dipersamakan dengan batas kepemilikan bagi badan hukum bukan lembaga keuangan yaitu 30% untuk masing-masing Pemda.

2. Batas maksimum kepemilikan saham bagi Perusahaan Induk di bidang Perbankan yang dibentuk untuk memenuhi PBI Kepemilikan Tunggal dikecualikan dari batas maksimum kepemilikan saham. Namun apabila kemudian perusahaan induk tersebut akan melakukan akuisisi bank lainnya, maka batas maksimum

(8)

kepemilikan saham adalah sebesar batas kepemilikan yang tertinggi dari kategori pemegang saham dari Perusahaan Indukdi bidang Perbankan tersebut.

b. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, pemegang saham Bank dapat meningkatkan kepemilikan saham dengan kewajiban menyesuaikan batas maksimum kepemilikan sesuai dengan ketentuan dalam PBI Kepemilikan Saham Bank Umum.

c. Setelah tanggal 31 Desember 2013, Pemegang saham yang memiliki saham Bank kurang dari batas maksimum kepemilikan saham dapat meningkatkan kepemilikan saham sampai dengan batas maksimum kepemilikan saham Bank. Sedangkan bagi Pemegang saham yang memiliki saham Bank lebih dari batas maksimum kepemilikan saham Bank dapat melakukan penambahan kepemilikan saham sepanjang tidak menambah persentase kepemilikan sahamnya.

d. Pemegang saham langsung Bank wajib menyesuaikan kepemilikan saham sesuai dengan batas maksimum kepemilikan saham, apabila perubahan pengendalian dimaksud berupa:

3) Perubahan pemegang saham Bank langsung atau Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT); dan/atau

4) Perubahan persentase kepemilikan saham Bank oleh pemegang saham langsung atau perubahan persentase kepemilikan PSPT pada Bank yang secara tidak langsung mempengaruhi jumlah pengendalian pada Bank.

e. Persyaratan khusus bagi calon PSP berupa WNA/badan hukum asing dan calon pemegang saham Bank yang akan memiliki saham lebih dari 40% berupa penilaian Tingkat Kesehatan (TKS), Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil risiko, dan modal inti (tier 1) menggunakan posisi penilaian 1 (satu) tahun terakhir. Sedangkan pemenuhan persyaratan peringkat investasi yang digunakan adalah posisi peringkat investasi paling lama 1 (satu) tahun sebelum yang bersangkutan menjadi PSP bank.

(9)

f. Pemberian persetujuan Bank Indonesia kepada calon pemegang saham untuk memiliki saham bank lebih dari 40% dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

3) Persetujuan untuk memiliki saham bank sebesar 40% terlebih dahulu;

4) Persetujuan untuk dapat meningkatkan jumlah kepemilikan dengan kewajiban mengajukan kembali permohonan untuk meningkatkan kepemilikan saham apabila bank yang dimiliki memiliki TKS dan GCG 1 atau 2 selama 3 periode berturut-turut dalam periode 5 tahun.

g. Komitmen untuk mendukung pengembangan perekonomian Indonesia bagi PSP asing, dikaitkan dengan prioritas pembangunan Indonesia mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang dikeluarkan Bapenas.

h. Calon pemegang saham berupa lembaga keuangan asing atau lembaga keuangan asing yang akan memiliki saham bank lebih dari 40% wajib mendapatkan rekomendasi dari otoritas pengawasan dari negara asal termasuk rekomendasi bahwa otoritas home country PSP Bank akan mendukung kebijakan otoritas pengawas di tempat kedudukan Bank (host country) di bidang pengawasan yang antara lain bertujuan untuk memperbaiki kinerja Bank dan/atau memelihara stabilitas sistem keuangan di tempat kedudukan Bank (host country).

i. Calon pemegang saham Bank yang akan memiliki saham Bank lebih dari 40% wajib pula memiliki komitmen untuk membeli surat utang bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh Bank yang dimiliki jika Bank yang dimiliki diperkirakan mengalami kesulitan memenuhi rasio KPMM sesuai profil risiko di masa yang akan datang.

j. Kewajiban menyesuaikan batas maksimum kepemilikan saham bagi pemegang saham pada Bank Umum Syariah hasil pemisahan (spin off) unit usaha syariah paling lama akhir Desember 2028.

(10)

Prosentase 2011

Kepemilikan saham pada bank syariah rata-rata Unit Usaha Syariah seperti Bank Mandiri Syariah Itu aset terbesarnya masih dimiliki Bank konvensional yakni bank Mandiri Tbk. Namun bank Syariah Bukopin itu aset nya dimiliki dari pengusaha besar seperti PT. Jamsostek dengan kepemilikan saham 65,4%. Dengan tambahan ini, Bank Bukopin tetap akan menjadi pemegang saham mayoritas. Porsi saham lainnya adalah Muhammadiyah Group memegang 3%, saham Bakrie Capital memegang 9%, Mega Capital sekitar 9%, PT Mitra Usaha Sarana sekitar 2% dan sisanya pemegang saham lain. Dan juga Bank Muamalat Indonesia itu hamper 90 % lebih asetnya dimilki oleh IDB ( Bank asing dari Negara bgian Timur).

Tata Cara Penambahan Modal Awal dan Modal Di Setor : Dalam Pasal 10 disebutkan :

1. Perubahan modal dasar bagi Bank yang berbentuk Hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah wajib dilaporkan oleh Direksi Bank kepada bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang dilampiri dengan:

a. Notulen rapat umum pemegang saham;

b. Perubahan anggaran dasar yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang.

2. Perubahan modal bagi Bank yang berbentuk Badan Hukum Koperasi, wajib dilaporkan oleh Direksi Bank kepada bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal perubahan anggaran dasar dilampiri dengan:

a. Notulen rapat anggota;

(11)

Tata Cara Balik Nama Atas Kepemilikan Saham Bank : Dalam Pasal 18 disebutkan :

1. Perubahan komposisi kepemilikan yang tidak mengakibatkan penggantian dan/atau penambahan pemilik Bank, wajib dilaporkan oleh Direksi Bank kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari setelah perubahan dilakukan.

2. Laporan perubahan komposisi kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang diakibatkan adanya penambahan modal disetor wajib dilampiri dengan :

a. Bukti penyetora;

b. Notulen rapat umum pemegang saham/rapat anggota.

c. Surat pernyataan dari pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b; d. Data kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b.

3. Laporan perubahan komposisi kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang tidak mengubah modal disetor wajib dilampiri dengan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b,c dan d.

Pertimbangan Investor memilih deviden besar atau kecil dan konflik manajerial : Menurut Dr.Dermawan Sjahrial, M.M. (2002:305), perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang dibagikan.Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari: laba yang ditahan di tambah penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan perusahaan.

Menurut James C. Van Horne (2002), evaluasi pengaruh rasio pembayaran dividen terhadap kekayaan pemegang saham dapat dilakukan dengan melihat kebijakan dividen perusahaan sebagai keputusan pendanaan yang melibatkan laba di tahan. Setiap periode, perusahaan harus memutuskan apakah laba yang diperoleh akan ditahan atau didistribusikan sebagian atau seluruhnya pada pemegang saham sebagai dividen. Sepanjang perusahaan memiliki proyek investasi dengan pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan akan menggunakan laba untuk mendanai proyek tersebut. Jika terdapat kelebihan laba setelah

(12)

digunakan untuk mendanai seluruh kesempatan investasi yang diterima, kelebihan itu akan di distribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Jika tidak ada kelebihan, maka dividen tidak akan di bagikan.

Pengaruh Kebijakan Deviden Kepemilikan Saham dan Kinerja Keuangan :

Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen yang berlawanan dalam manajemen keuangan. Menurut Modigliani & Miller (MM) yang dikenal dengan dividend irrelevant

theory pada kondisi keputusan investasi, pembayaran dividen terhadap kemakmuran

pemegang saham tidak terdapat pengaruh. Lebih lanjut MM menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan earning power dalam aset perusahaan (Wiagustini 2010: 262). Menurut Gordon dan Litner dalam the bird in the hand theory, ekuitas perusahaan akan mengalami kenaikan yang disebabkan oleh penurunan pembayaran dividen, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dan pembagian dividen dibandingkan dengan kenaikan nilai modal (capital gain) yang dihasilkan laba tersebut, Wiagustini (2010: 264). Sebaliknya Litzenberger & Ramaswamy dalam the tax differential theory berpendapat bahwa investor lebih suka untuk menerima capital gain yang tinggi dibanding dengan dividen yang tinggi. Dengan kata lain investor lebih menyukai perusahaan lebih menahan laba setelah pajak dimana dipergunakan untuk membiayai investasi dari pada pembayaran dividen dalam bentuk kas, Wiagustini (2010: 265). Dalam menciptakan agar pembiayaan-pembiayaan diatas perlu adanya kinerja manajemen yang maksimal dari perusahaan.

Kinerja manajemen dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Posisi perusahaan dilaporkan pada laporan keuangan dalam satu titik waktu tertentu maupun pelaksanaan operasinya pada satu periode di masa lalu (Brigham dan Houston, 2006: 94). Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai salah satu alat pengambilan keputusan yang handal dan bermanfaat, maka sebuah laporan keuangan haruslah memiliki kandungan informasi yang bernilai tinggi bagi penggunanya (Wintoro dalam Raharjo, 2005). Pada penelitian ini digunakan tiga rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas.

Rasio likuiditas menjelaskan bagaimana perusahaan mampu dalam membayar kewajiban finansial tepat waktu (Sartono, 2001: 116). Penelitian ini menggunakan current ratio sebagai proksi dari rasio likuiditas. Current ratio merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang akan

(13)

segera jatuh tempo (Wiagustini, 2010: 78). Tingginya tingkat likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan berada pada kondisi yang baik sehingga permintaan akan saham bertambah dan tentunya harga saham akan ikut meningkat.

Rasio leverage menunjukkan sampai sejauh mana efek dengan pendapatan tetap digunakan suatu perusahaan dalam struktur modal (Brigham dan Houston, 2011: 165). Dalam penelitian ini DER mewakili rasio hutang diproksikan Debt to equity ratio dimana adanya perbandingan hutang dengan modal sendiri. Perusahaan menetapkan dimana pelunasan hutang diambil dari laba yang ditahan ini berarti perusahaan sebagian besar pendapatannya dapat ditahan dari keperluan perusahaan.

Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba dalam periode tertentu yang disebut dengan rasio profitabilitas (Kasmir, 2008: 365). Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh return on assets. Return on asset merupakan tolak ukur dari perusahaan dalam memperoleh laba dengan aktiva. Menurut Modigliani-Miller (dalam Sartono 2001: 282) nilai perusahaan ditemukan dalam earning power dari aset perusahaan atau return on asset berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari mengetahui karateristik reponden, masa rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana tsunami 2004, sampai dengan

In fact, the Safari on iOS browser provides a compelling application development platform for web developers who want to create custom apps for iOS using familiar web

Dari hasil pengamatan setelah biakan yang diinkubasi selama 5 hari ditetesi Methyl Red terlihat pada Gambar 11 menunjukkan bahwa isolat 1R, 2R, dan 8R

Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan akan-akan terhadap komik hal tersebut mengilhami untuk dijadikannya komik sebagai media pembelajaran. Salah

Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa, kesulitan yang dihadapi siswa dalam berbicara

MEKANISME MIGRASI &AN AKUMULASI MEKANISME MIGRASI &AN AKUMULASI MIGAS MIGAS

Dari penggabungan nilai yang telah dilakukan oleh guru bidang studi, kemudian diberikan kepada wali kelas untuk didata dan dimasukkan untuk mengisi rapot siswa?. Dalam

Dengan menggunakan metode analisis struktural Levi-Straus tergambar bahwa fabel Tegodek dan Tetuntel tidak hanya menghadirkan dua tokoh utama, yakni Godek (monyet)