• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI METODOLOGI STUDI ISLAM INTERDISI (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "URGENSI METODOLOGI STUDI ISLAM INTERDISI (2)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI METODOLOGI STUDI ISLAM INTERDISIPLENER DI ERA

MILLENIAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Study Islam Dosen pengampu:Prof. Zackiyuddin Baidhawi, M.Ag

Disusun Oleh :

AMALIA HIDAYATUS SIBYANI 120 101 70015

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PASCA SARJANA)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

A. PENDAHULUAN

Keberadaan Islam bukanhanyasebagai agama monodimensi. Islam bukan hanya agama yang didasarkan pada intuisi mistis manusia dan terbatas hanya pada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Ini hanyalah satu dari sekian banyak dimensi agama Islam. Untuk mempelajari aspek multidimensional dari Islam, metode filosofis niscaya dipergunakan untuk menemukan sisi-sisi terdalam dari hubungan manusia dengan Tuhan dengan segenap pemikiran metafisikanya yang umum dan bebas(Thahir: 2004). Dimensi lain dari agama Islam adalah masalah kehidupan manusia di bumi ini. Untuk mempelajari dimensi ini harus dipergunakan metode-metode yang selama ini dipergunakan dalam “ilmu manusia”(Ali: 1991: 47). Thahir (2004) dalam pengantarnya menjelaskan bahwa agama dengan cara pandang seperti ini, tidak lagi berwajah tunggal(Single Face) melainkan memiliki banyak wajah (Multiface).

(3)

keinstitusi penyelenggaranya. Dengan lain ungkapan, ilmu tidak memperdulikan agama dan agama tidak memperdulikan ilmu. Begitulah sebuah gambaran praktik kependidikan dana ktivitas keilmuan di tanah air sekarang ini dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masyarakat luas. Oleh karenanya, anggapan yang tidak tepat tersebut perlu dikoreksi dan diluruskan(Abdullah: 2010: 92-94).

Kajian agama termasuk Islam, seperti disebutkan di atas dilakukan oleh sarjana Barat dengan menggunakan berbagai macam ilmu, sehingga muncul sejarah agama, psikologi agama, sosiologi agama, antropologi agama, dan lain-lain. Dalam perjalanan dan pengembangannya, sarjana Barat bukan hanya menjadikan masyarakat Barat sebagai lapangan penelitiannya, namun juga masyarakat di Negara-negara berkembang, yang kemudian memunculkan Orientalisme. Sementara itu, agama atau keagamaan sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang Islam khususnya, sebagai agama yang telah berkembang selama empat belasabad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran kegamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Demikianlah, maka pembahasan dalam makalah ini ingin menegaskan perlunya pengembangan Studi Islam dalam segala aspek kehidupan, dikaji secara interdisipliner dengan teoretis, praktis-metodis ingin menggambarkan betapa kajian tentang Islam membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi aplikasi metodologi dari disiplin keilmuanlain, utamanya pendekatan secara humanities dan social sciences.

(4)

Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian (Mudzhar: 2007: 11).

Menurut istilah“metodologi” berasal dari bahasa yunani yakni metodhos dan logos, methodos berarti cara, kiat dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya menyelsaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala dan wawasan. Dengan demikian metodologi adalah metode atau cara-cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian (Rozak: 2008: 68)

Ketika metodologi digabungkan dengan Study Islam, maka artinyapun juga akan berbeda. Studi Islam atau Islamic Studies merupakan sebuah kajian mengenai ajaran-ajaran Islam. Suleiman dan Shihadeh dalam Bidhawy (2011: 2) menawarkan dua pendekatan mendasar mengenai definisi studi islam, yaitu definisi sempit dan definisi yang lebih luas. Definisi pertama melihat studi islam sebagai disiplin dengan metodologi, materi, dan teks-teks kuncinya sendiri. Lebih lanjut penulis menjelaskan bahwa studi ini berkaitan dengan teks-teks keagamaan klasik dan ilmu-ilmu keagamaan klasik dengan catatan memperluas ruang lingkupnya berarti akan mengurangi kualitas kajiaanya.

Istilah pendidikan dalam perspektif Islam dapat diderivasi dari dua istilah sentral yang secara tekstual dan historis telah dipakai sampai sekarang, yaitu tarbiyah dan

(5)

Pendekatan kedua, mendefinisikan Islamic Studies berdasarkan pernyataan bahwa Islam perlu dikaji dalam konteks evolusi Islam modern yang penuh teka-teki. Selain itu, adanya kebutuhan untuk memahami tentang teks-teks dan cara orang-orang mengalami serta menjalani kehidupan mereka (Baidhawy : 2011: 3). Membatasi bidang kajiannya akan menimbulkan kesan yang salah tentang seperangkat praktik keagamaan Islam, sehingga menutupi ralitas yang lebih kompleks.

C. PENDEKATAN DAN METODE LAIN DALAM STUDI AGAMA

Sebagai objek kajian keilmuan atau objek penelitian ilmiah, agama dapat difahami dan didekati dengan berbagai macam pendekatan (approach). Di samping pendekatan filosofis, arkeologis, antropologis, sosiologis, psikologis, fenomenologis, menurut Chumaidy (1971:71).

a. Pendekatan Historis (Sejarah

Metode sejarah menitikberatkan pada kronologi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soerjono Soekanto (1969:30), pendekatan historis mempergunakan analisa atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode ini dapat dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat Islam dalam hal pengamalan, yang disebut dengan ”masyarakat Muslim” atau ”kebudayaan Muslim”. Metode ini sebaiknya dikombinasikan dengan metode komparative (perbandingan). Contohnya ialah seperti yang digunakan oleh Geertz yang membandingkan bagaimana Islam berkembang di Indonesia (Jawa) dan di Maroko.

b. Pendekatan Antropologis

(6)

lingkupnya adalah kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan adalah ”keseluruhan pengetahuan manusia yang diperoleh sebagai mahkluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasi pengalaman dan lingkungan, dan mendasari serta mendorong tingkah lakunya.” Koentjaraningrat, mengemukakan bahwa kebudayaan mencakup tiga aspek, yaitu: pemikiran, kelakuan dan hasil kelakuan.

c. Pendekatan Sosiologi

Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam memahami Islam dari kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu dengan yang lain; d. Pendekatan sosial

Dimensi sosial (muamalah) dalam pandangan Islam ternyata lebih banyak dibandingkan dengan dimensi ritual (ibadah). Hal ini mendorong kajian ajaran Islam dengan pendekatan sosial.

e. Pendekatan Holistik

Pendekatan Holistik merupakan gambaran dari beberapa metode yang dimaksudkan untuk melihat semua aspek yang terdapat dalam suatu pemikiran,sehingga pemahaman menjadi integral dan universal, serta komprehensi

D. URGENSI STUDI ISLAM

Dalam satu hadist rasulallah SAW bersabda:

Sesungguhnya bani israil (kaum yahudi dan nasraani) telah berpecah belah menjadi

72 aliran, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 aliran, mereka semua akan

(7)

wahai rasulallah?” beliau menjawab, “siapa yang mengikuti jejakku dan para

sahabatku.” (HR. tirmidzi al-hakim dan al-Aajumi, diharuskan oleh al-albani)

Dari hadist diatas kita tahu bahwa sejak jauh-jauh hari rasulallah telah menginformasikan (mensinyalir) tentang adanya perpecahan umat, hadis diatas bukanlah isapan jempol belaka di Indonesia saja, telah muncul beberapa aliran agama baru yang muncul dari satu agama, terutama islam sejak puluhan tahun yang lalu pada umumnya, pelopor sekaligus pemimpinnya mengaku sebagai orang pilihan yang diutus oleh tuhan sebagai juru selamat atau penyempurna suatu agama bagi umat manusia.

Mereka aliran-aliran baru tersebut mengindikasikan adanya kebutuhan besar terhadap agama yang benar-benar bias memenuhi kebutuhan rohaniah perubahan masyarakat akibat modernism, globalisme dan terhadap era post industry yang menyebabkan krisis kemanusiaan serta kurangnya pengetahuan tentang agamalah yang menjadi pangkal-pangkal utama munculnya berbagai macam aliran tersebut.penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak akan terjadi jika manusia khususnya umat islam memahami dan menguasai metodelogi study Agama, yang dalam hal ini adalah metodelogi study islam.

Studi terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah sangat diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut :

a. Untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang didasarkan kepada alasan yang sifatnya bulan hanya normatif , yakni karena diperintah oleh Allah, dan bukan pula karena emosional semata-mata karena didukung olehargumentasi yang bersifat rasional, kultural dan aktual. Yitu argumen yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat manusia.

(8)

normatif maupun secara kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan agama Islam.

c. Untuk menghilangkan citra negatif dan sebagian Masyarakat terhadap ajaran Islam (Abdullah: 2002: 76).

Dalam studi Islam dengan pendekatan ilmiah-empiris terhadap fenomena agama yang muncul akan membangun keilmuan Islam pemilahan tersebut akan lebih menjernihkan fenomena agama secara jelas dalam lingkaran Apllied scences yang berhubungan dengan persoalan yang berhubungan dengan persoalan agama yang bersifat Tabbudy eksklusif dan lingkaran pure sciences yang berhubungan dengan persoalan agama yang bersifat tazquly (Abdullah, 2000 : 17). Perkembangan studi agama yang nampak terutama pada model pendekatan diatas memberi peluang pesat munculnya cabang keilmuan keagamaan seperti, sejarah agama, psikologi agama, antropologi agama, dan lain-lain (Abuddin: 2005: 95).

Jika dilihat dari segi normatif islam lebih merupakan agama yang dapat berlakukan kepada paradigma ilmu pengetahuan yaitu paradigma analisis, kritis, jika dilihat dari segi historis islam dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu, karena ia dipraktikan oleh manusia dan tumbuh serta berkembang dalam kehidupan manusia, sehingga ia bisa disebut sebagai ilmu keislaman atau islamic studies.

(9)

Kini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan metodologi studi islam adalah sebuah kajian yang sistematis menggunakan pendekatan empiris tentang islam sebagai ajaran agama dan islam yang berwujud kebudayaan dalam kehidupan umat islam dengan tujuan untuk dapat lebih memahami islam secara rasional dan dapat dipraktikan dalam kehidupan umat secara nyata.

E. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK ERA MILLENIAL

Generasi millenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1977- 1994. Fase penting yang terjadi saat generasi millenial tumbuh adalah perkembangan teknologi yang memasuki kehidupan sehari-hari. Shiffman & Kanuk (2007:245). Sedangkan ciri dari generasi ini adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Terdapat keberagaman dari segi etnik yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Generasi millennial sering dinamai echo-boomers atau

millennium generation. Nama echo boomers hadir karena mereka yang termasuk dalam generasi ini adalah generasi yang lahir pada masa perang dunia II.Sedangkan dinamai millennium generation karena mereka merasakan perkembangan teknologi dan pergantian tahun millennium.

(10)

pekerjaan yang bervariasi dan bermakna, dan keseimbangan antara kehidupan –

pekerjaan. Solnet dan Hood (2008).

F. URGENSI METODOLOGI STUDY ISLAM INTERDISIPLINER DI ERA MILLENIAL

Untuk itu, metodologi mempunyai peranan yang cukup signifikan dan menjadi salah satu faktor dalam kemajuan dan kemunduran ilmu pengetahuan. Sebab, metodologi dan pendekatan sebagai cara melihat sesuatu yang menyebabkan stagnasi atau gerak laju suatu kemajuan, bukan karena banyak tidaknya orang-orang yang jenius. Metode berfikir yang benar adalah prasyarat utama dalam menemukan kebenaran dan objektivitas ilmu pengetahuan. Karenanya, metode yang tepat adalah masalah pertama yang harus dibangun dalam berbagai ilmu pengetahuan, termasuk dalam kajian (studi) keislaman. Adalah suatu kewajiban bagi para sarjana Islam untuk berusaha memahami dan mengetahui Islam secara tepat dan metodologis.

(11)

sebagai alternatif. Ilmu yang relevan maksudnya ilmu ilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan suatu masalah. Adapun istilah terpadu, yang dimaksud yaitu ilmu ilmu yang digunakan dalam pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat (implicit) merupakan suatu kebulatan atau kesatuan pembahasan atau uraian termasuk dalam setiap sub-sub uraiannya kalau pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub uraian. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan indisipliner ini adalah inter (terpadu antarilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau terpadunya itu.

Baidhawy (2011: 15-16) menunjukan kekeliruan-kekeliruan metodologis umat Islam sebagai berikut:

a. Kesalahan pemahaman realitas dan bagaimana berhubungan dengannya disebabkan mangabaikan sepenuhnya apa yang nyata dan apa yang merupakan ideal-ideal nyata tanpa menerapkan apa yang nyata kepada yang ideal dalam kehidupan sehari-sehari. b. Kesalahan memahami hubungan antara sebab dengan akibat, khususnya tentang doktrin yang tergantung kepada Tuhan kemudian dimaknai dengan pengahapusan peran sebab dalam penciptaanya dan akibatnya.

c. Kekeliruan dalam memahami pandangan komprehensif Islam tentang alam.

Oleh karenanya, pendekatan interdisiliner menjadi sangat penting dalam rangka memecahkan kebuntuan-kebuntuan umat saat ini. Pendekatan Interdisipliner adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (Perspektif). Lebih lanjut penulis menjelaskan studi interdisipliner menghasilkan ahli hukum, ahli ekonomi, ahli fisika, ahli teknik yang memiliki wawasan dasar Islam; termasuk juga mampu menampilkan konsep-konsep yang berwawasan Islami (Muhadjir 1994: 182). Dengan kata lain, interdisipliner merupakan kajian yang menggabungkan beberapa bidang keilmuan.

(12)

dan ilmuan yang baru yang lebih terbuka mampu membuka dialog dan kerjasama, transparan, dapat dipertanggungjawabkan kepada public dan berpandangan ke depan. Hubungannya dengan berbagai disiplin keilmuan menjadi semakin terbuka dan cair, meskipun blok-blok dan batas-batas wilayah antara budaya pendukung keilmuan yang bersumber pada teks-teks dan budaya pendukung keilmuan factual-historis-empiris, yakni ilmu-ilmu sosial dan kealaman serta budaya pendukung keilmuan etis filosofis masih tetap ada. Hanya saja, cara berfikir dan sikap ilmuan yang membidangi dan menekuni ilmu-ilmu ini yang perlu berubah. Tegur dan saling menyapa antara ketiganya dalam birokrasi pendidik, baik dalam level prodi, jurusan maupun fakultas, dan terlebih lagi dalam diri para ilmuan, dosen, akademisi atau researchers, yang termanifestasikan dalam keanekaragaman perspektif yang digunakan untuk mengkaji dan menganalisa persoalan, program penelitian, tatap muka perkuliahan, pengembangan kurikulum serta evaluasi pembelajarannya menjadi sibghah dan core values yang harus dipegang teguh dan dikembangkan terus-menerus oleh para pelaku transformasi (M.Amin Abdullah, 2010).

Selain itu, menanggapi karakteristik generasi saat ini, yang cenderung lebih suka menggunakan smartphone. Hal ini tentunya menimbulkan beberapa dampak, baik negatif ataupun positif. Negatifnya adalah berkurangnya kepekaan sosial atau dalam istilahnya adalah anti sosial. Sebab mereka sibuk dengan smartphon yang mereka miliki. Positifnya adalah mereka lebih mudah mendapatkan informasi dari berbagai bidang. Maka dari itu, hendaknya sebagai umat Islam harus lebih bijak dalam penggunaan teknologi. Lebih lanjut penulis menjelaskan penggunaan teknologi haruslah didasarkan pada prinsip

(13)

Daftar Pustaka

Abdul Rozak. 2008.Metodologi Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia

(14)

Abdullah, Muhammad Amin. 2000. Rekonstruksi Metodologi Studi Agama dalam Masyarakat Multikultural dan Multireligius, dalam M. Amin Abdullah, dkk. (Ed.),

Antologi Studi Islam Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press A. Mukti Ali, “Metodologi Ilmu Agama Islam”, dalam Metodologi Penelitian Agama: Suatu

Pengantar,

Ali ,Mukti. 1991. Metodologi Ilmu Agama Islam,dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (Ed.).Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Tiara Wacana. Adi, Ida Rochani.1998. “Pendekatan Interdisipliner dalam Studi Amerika,”

Baidhawy, Zakiyuddin. 2011.Islamic Studies : Pendekatan dan Metode. Yogyakarta: Insan Madani.

Farizna, Aldilla. 2017. Zaman Generasi Millenial (Online),

(

https://www.kompasiana.com/121199/59f9bccd5169955a6c2aba62/zaman-generasi-milenial, diakses 25 Desember 2017)

Humaniora, No.7, Januari – Maret 1998, hal. 82-85.

Kasiyan. 2003.“Keilmuan Seni Rupa dan Sastra dalam Perspektif

Interdisipliner,”MakalahSeminar ‘Forum Sastra Banding’ yang diselenggarakan oleh

Unit Pengkajian dan Pengembangan Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta, 28-29

Agustus 2003.

Milner, Max. 1992. Freud danInterpretasi Sastra. (Terjemahan Apsanti Ds.,dkk). Jakarta: Intermassa.

Mudzahar , Atho. 2007. Pendekatan Studi Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

(15)

Winastiti, Agnes. 2016. Genereasi Millenial dan Karakteristiknya (Online), ( https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160823145217-445-153268/generasi-millenial-dan-karakteristiknya, diakses 25 Desember 2017)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yaitu kemampuan pemecahan masalah pada aspek berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa yang menerapkan

Oleh karena itu, sesuai dengan hasil Rapat Kerja Dewan Koordinasi Racana Wijaya Gugus Latih Bahasa dan Seni Gugusdepan kota Semarang

Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.. 8

Terdapat empat Asumsi dasar Liberalisme yaitu sifat manusia baik yang berarti manusia mampu untuk bekerja sama ; Asumsi kedua adalah keyakinan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia berbasis flash pada mata kuliah statistika lebih efektif daripada pembelajaran menggunakan media powerpoint

Akan tetapi, pemuda merupakan agent of change (agen perubah) dan agent of social control (agen.. kontrol sosial). Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu

informasi yang berkaitan dengan penelitian berupa struktur organisasi dan foto- foto kegiatan ustadz dan santri putri terkait (1) Peningkatkan Emotional Spiritual Quotient

2. Untuk faktor yang mempengruhi Upaya Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam pada faktor keluarga guru harus menggunakan cara dengan sebaik baiknya agar