• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN TULANGAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL PERKUATAN CONCRETE JACKETING PADA ELEMEN KOLOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN TULANGAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL PERKUATAN CONCRETE JACKETING PADA ELEMEN KOLOM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN TULANGAN BAMBU SEBAGAI

MATERIAL PERKUATAN CONCRETE JACKETING PADA

ELEMEN KOLOM

Hadi Surya Wibawanto Sunarwadi 1), Ari Wibowo 2) , Wisnumurti 3) 1,2,3) Teknik Sipil, Universitas Brawijaya

email: Hadiwibawanto@yahoo.com Abstrak

Kolom merupakan elemen primer yang paling penting peranannya dalam suatu struktur. Kolom merupakan suatu elemen yang menerima gaya axial dan momen lentur. Seringkali dimasa pasca konstruksi atau dimasa layan, suatu bangunan sering dilakukan perubahan fungsional yang mana akan berpengaruh terhadap perencanaan desain awal. Sehingga perlu dilakukan perkuatan struktur secara lokal ataupun global. Dalam hal ini perkuatan lokal yang perlu dilakukan adalah pada elemen kolom. Perkuatan yang dipilih adalah dengan metode concrete jacketing. Kelebihan yang didapat dengan menggunakan metode ini adalah meningkatnya kapasitas axial, lentur, daktilitas dan kekakuan pada kolom. Pemilihan tulangan bambu adalah sebagai bentuk pemanfaatan material alam yang mempunyai kapasitas axial tarik yang cukup baik, sehingga akan meningkatan daktilitas elemen kolom. Metode pengujian dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan metode Quasi static Loading Test pada benda uji eksisting dan retrofit dimana pembebanan axial diberikan secara kostan dan beban lateral didasarkan pada pola displacement control sebagai bentuk simplifikasi dari beban gempa. Adapun hasil dari penelitian menunjukan bahwa perkuatan dengan concrete jacketing dari dimensi awal 15x15x90 cm menjadi 21x21x90 cm terlihat adanya peningkatan kapasitas lateral, daktilitas dan kekakuan. Dari segi kapasitas lateral naik menjadi 146%, dan kekakuan kolom naik menjadi 111%.

Kata kunci: Bambu, Daktilitas, Jaket Beton, Kekakuan, Retrofitting, Abstract

Column is the primary element and the most important function in a building structure. Column is a member which accepts axial load and flexural moment. Often that, in the post Construction or in service construction, there is a changes from the initial planned in the functional of the building. So it is not in accordance with the initial design. And then must to do the strengthening as a local or global repairing. In this case, strengthening local which must to strengthening in column elemen. From this strengthening, we can get the benefit that is can improve the axial capacity, flexural capacity, ductility displacement and stiffness. In this research the author using bamboo as the longitudinal and transverse reinforcement in retrofit because as a form utilization nature material which have a good tensile, it can help to improve the column capacity. The method of this test is using Quasi Static Load Test in displacement control instrument as a simplify of earthquake load in real construction. As for the results of this research is strengthening witch concrete jacketing from existing column (15x15x90 cm) to retrofitting column (21x21x90cm) it can improve the lateral load (146%) and stiffness (111%).

Kata kunci: Bamboo, Concrete Jacketting, Ductility, Retrofitting, Stiffness

1. PENDAHULUAN

Kolom merupakan salah satu elemen struktur yang mempunyai fungsi sangat penting. Tercapainya performa yang baik dari suatu struktur sangat dipengaruhi oleh performa dari elemen kolom itu sendiri. Oleh sebab itu, perencanaan (structure design) dan pelaksanaan (detailing) dari suatu kolom sangat penting untuk diperhatikan. Beberapa parameter yang perlu diperhatikan tersebut diantaranya adalah daktilitas dan kekakuan.

(2)

Perencanaan kolom didasarkan atas adanya gaya luar yang bekerja yang didasarkan atas beban hidup fungsional/ beban layan. Dalam beberapa kasus pada konstruksi, sering terjadinya perubahan fungsional ruangan secara lokal ataupun global dikarenakan atas kebutuhan. Sehingga jika dipaksakan pada elemen kolom eksisting maka akan terjadinya kegagalan akibat overloading.

Pada dasarnya elemen kolom eksisting tersebut masih memiliki kapasitas yang memadai sehingga masid dapat digunakan dengan harus diperkuat terlebih dahulu sebelum melayani beban yang baru. Telah banyak metode yang dikembangkan dalam hal upaya perkuatan (retrofitting method) pada elemen beton bertulang, baik dari segi perkuatan internal, perkuatan eksternal dan perkuatan dengan elemen lain. Hal tersebut bervariasi didalam desain struktur retrofit diharuskan agar elemen struktur harus didesain sesuai dengan penggunaanya dan tahan lama terhadap fungsi layanan (serviceability).

Salah satu metode yang sering digunakan oleh pelaku konstruksi adalah metode jaket beton (concrete jacketing construction method). Hal ini dikarenakan metode tersebut lebih mudah dikerjakan (konvensional) dan lebih murah jika ditinjau dari segi biaya. Perkuatan pada elemen struktur dengan metode jacketing adalah dimana adanya penambahan luasan tulangan baja dan beton yang diletakan pada sisi luar sekitar elemen beton eksisting. Tujuannya adalah menaikkan performa dari elemen beton bertulang dalam menerima respon beban dengan meningkatkan luasan penampang serta diharapkan akan terjadinya peningkatan pengekangan pada elemen retrofit sehingga lebih daktail.

Salah satu yang diharapkan pada elemen kolom adalah tingkat daktilitas yang baik yang mana daktilitas elemen kolom struktur sangat dipengaruhi oleh tingkat pengekangannya. Menurut (Park, et al., 1974) salah satu yang dapat mempengaruhi tingkat pengekangan adalah variasi dari jumlah dan letak (jarak antar) tulangan utama. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan meninjau perilaku dan kapasitas dari kolom dengan metode concrete jacketing terhadap efek pengekangan pada konfigurasi dan variasi dari titik letak tulangan longitudinal.

Pemilihan bambu adalah sebagai bentuk pemanfaatan material alami yang mempunyai kapasitas mekanis yang memadai. Menurut (Dewi, et al., 2017) bambu merupakan hasil hutan non kayu yang memiliki nilai sosio ekonomi yang tinggi dan dapat dipakai secara luas untuk kebutuhan arsitektur, struktur konstruksi permanen dan non-permanen.

Tabel 1 Energi yang dibutuhkan dalam memproduksi material terhadap tegangan material yang dihasilkan(Janssen, 1981)

Material Energi Untuk Memproduksi

Berat

Volume Tegangan Rasio Energi Thdp

Tegangan Mekanis MJ/kg MJ/m3 Kg/m3 N/mm2 Beton 0,8 2400 1920 8 240 Baja 30 7800 234000 160 1500 Kayu 1, 600 600 7,5 80 Bambu 0,5 600 300 10 30

(3)

Gambar 1. Distribusi Serat Bambu Yang Tidak Merata (Ghavami, 2005)

Gambar 2.Hasil Pengujian Kuat Tarik Bambu dan Baja (Morisco, 1999); dalam (Lanang, 2017) Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Morisco (1994-1999) pada gambar diatas terkait membandingkan kuat tarik kulit bambu Ori, Petung dengan baja struktur bertegangan leleh 2400 kg/cm2. Dari hasil pengujian tersebut bahwa kekuatan tarik tertinggi pada bambu ada pada sisi kulit bambu hal ini dibuktikan pada gambar SEM yang diteliti oleh (Ghavami, 2005) . Selain itu terlihat bahwa kapasitas kuat tarik bambu petung lebih rendah dibandingkan kapasitas dari bambu ori. Namun, jika dilihat dari tipe keruntuhan maka bambu petung lebih menyerupai keruntuhan dari baja. Kondisi ini lebih membuktikan bahwa material bambu juga memiliki kapasitas daktail yang cukup jika diterapkan pada struktur. Sehingga dalam penelitian ini, panulis menggunakan bambu petung sebagai tulangan longitudinal retrofit dan rangkaian kulit bambu ori sebagai tulangan transversal/ sengkang pada kolom retrofit.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui seberapa besar efektivitas kapasitas lateral berupa kapasitas pada saat retak

pertama (Initial Crack Stage), leleh pertama (Yield Stage), Ultimate (Peak Stage) dan Runtuh (Rupture Stage) dari kolom beton eksisting yang telah diperkuat dengan menggunakan metode concrete jacketing bertulangan bambu.

2. Mengetahui besaran kekakuan dari kolom beton eksisting yang telah diperkuat dengan

menggunakan metode concrete jacketing bertulangan bambu.

3. Mengetahui peningkatan kapasitas axial dari kolom beton eksisting yang telah diperkuat dengan

(4)

2. METODE PENELITIAN/ RANCANGAN PEMECAHAN PERMASALAHAN 2.1 KONSEP UMUM PENELITIAN

Gambar 3. Algoritma Konsep Penelitian

Konsep dari retrofit dalam penelitian ini adalah meningkatkan performa dari struktur secara keseluruhan dengan melakukan perbaikan secara lokal pada elemen struktur, dalam hal ini adalah kolom. Tujuan dari retrofit/ perkuatan ini adalah untuk mengatasi adanya dua kemungkinan kasus yaitu terjadinya kegagalan struktur dimasa pelaksanaan konstruksi atau yang sering disebut dengan

poor construction. Disamping itu retrofit jenis ini juga diperuntukkan untuk mengcover bangunan eksisting yang akan mengalami perubahan beban layan/ beban fungsional struktur. Sehingga diharapkan setelah terjadinya perkuatan maka struktur tersebut dapat menerima beban secara optimal dan memadai.

Sebagai bentuk pertimbangan terhadap pemilihan jenis retrofit yang akan dilakukan maka perlu untuk mempertimbangkan beberapa faktor biaya terhadap kapasitas mekanis yang dihasilkan. Dengan kata lain bahwa dari segi Tebal dari sisi kolom jacketing direncanakan sesuai dengan prinsip penulis dimana kondisi dari luasan beton retrofit tidak melebihi dari luasan beton eksisting (Aretrofit/Aeksisting < 1,0).

Kapasitas dari elemen struktur eksisting tidak

memadai Adanya perubahan

fungsional struktur

Perkuatan Elemen Struktur dengan Metode Concrete

Jacketting

Meninjau Efektivitas dari Perkuatan dengan Metode

Concrete Jacketting

Kajian Teori dan Penelitian Terdahulu

Eksperimental Analisa Teori

Komparasi Hasil

Kapasitas dan Perfoma Benda Uji Perkuatan dengan Metode Concrete

Jacketting Solusi dan Rekomendasi Hasil Kegagalan Konstruksi/ Poor Construction

(5)

Beberapa kondisi penting terkait kegunaan atau keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan metode ini sebagai bentuk perbaikan beton bertulang adalah, sebagai berikut :

Concrete Jacketing dapat menaikkan kapasitas lentur dan geser kolom

Kompatibilitas antara beton lama dan beton baru lebih baik jika dibandingkan dengan material baru yang lain penyusunnya dengan beton.

Proses pekerjaan mudah, sehingga tidak membutuhkan tenaga terampil khusus

Analisa kapasitas dari kolom retrofit adalah sama seperti perhitungan penampang kolom biasa. Sehingga hanya menggunakan prinsip – prinsip analisa desain biasa (Diagram Interaksi).

Menjadikan ukuran kolom lebih besar

2.2 DIMENSI BENDA UJI

Tabel 2 Data Perencanaan Benda Uji

Eksisting Retrofit-A

Dimensi Benda Uji Kolom

(mm) 150 x 150 210 x 210

Gambar Penampang

Jumlah Benda Uji 1 bh 1 bh

Kode Benda Uji  Pre A-8-75  Retro A-8-75

Tulangan Longitudinal

 4D10

 Tulangan baja ulir

 Rasio tulangan, 𝜌 = 1,396%

 8⊠10

 Tulangan bambu

 Rasio tulangan, 𝜌 = 2,45%

Tulangan Transversal  ∅8–75 mm  Tulangan baja polos

 ∅8–75 mm

 Tulangan bambu

(6)

2.3 METODE PENGUJIAN

Benda uji kolom akan diuji dengan beban aksial dan beban lateral siklik. Beban aksial akan merepresentasikan beban gravitasi (beban mati dan beban layan/ beban hidup) pada struktur yang disalurkan kekolom, sedangkan beban lateral siklik dianggap merepresentasikan beban lateral struktur yaitu beban gempa atau angin. Pembebanan dilakukan dengan alat hydraulic jack dan hydraulic actuator yang dipasang pada alat Loading frame.

a. Rencana Pembebanan b. Setting-up Pembebanan Gambar 6. Layout Pembebanan

Menurut SNI 2847-2013 menyebutkan bahwa suatu elemen struktur dapat dianalisa sebagai elemen kolom, jika elemen tersebut mengalami beban aksial sebesar 0,1 Ag.fc. Sehingga Pembebanan axial pada benda uji kolom ini adalah secara konstan sebesar 4500 kg (=45 kN) kearah bawah dengan asumsi beban axial tersebut diambil dari hasil perhitungan yaitu axial load ratio adalah 10% dari Luas Bruto Penampang Eksisting dikali Kuat tekan beton. Sistem pembebanan adalah simpilfikasi dari pengujian dynamic (gempa) sesungguhnya. Namun karena keterbatasan instrument penelitian (Alat Penelitian) maka digunakan konsep pembebanan Quasi Static-Cyclic Loading dimana pembebanan lateral dilakukan dengan menggunakan alat Hydraulic Jack Actuator dan Hydraulic Jack

untuk beban aksial dihubungkan menggunakan alat berupa perletakan sendi yang mana pergerakan rotasi dari kolom masih dapat terjadi, sehingga pembebanan aksial bersifat fleksibel.

Adapun pola pembebanan yang diterapkan pada benda uji kolom ini adalah sesuai dengan instrument pada Gambar 7 yang diambil berdasarkan pola pembebanan pada ACI 374.1-05. Pola pembebanan mengacu pada displacement controlled dengan menggunakan beberapa pola pada lateral displacement yang dihitungkan menjadi drif

(7)

Gambar 7. Siklus Pembebanan Lateral

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 PROPERTIES MATERIAL

Adapun hasil dalam penelitian ini dimulai dari adanya pengujian terhadap material yang digunakan pada kondisi eksisting dan retrofit. Hasil dari pengujian ini digunakan sebagai data material dalam analisa secara teoritis. Bentuk pengujian yang dilakukan adalah uji kuat tekan beton, uji Tarik dan tekan bambu dan uji tarik material baja.

Tabel 3. Pengujian Kapasitas Tekan Beton Benda Uji

Bentuk Tes

Uji Tekan Hammer Test Rata - Rata

(mpa) (mpa) (mpa)

Eksisting 1 19,90 20,21 20,05 2 19,90 20,21 3 19,90 20,21 4 19,90 20,21 Retrofit 1 27,68 27,19 25,84 2 29,28 27,19 3 24,00 24,02 4 23,36 24,02 Sumber : Penelitian (2019)

Metode pengujian kuat tekan beton melalui dua metode pengambilan, yaknii dengan uji kuat tekan beton dengan alat tekan UTM (Universal Testing Machine) dan juga uji pantul beton (Hammer Test). Dari hasil pengujian diatas pada Tabel 3 diatas terlihat bahwa rata – rata kekuatan tekan beton eksisting adalah 20,05 MPa sedangkan kuat tekan beton retrofit adalah 25,84 MPa. Sesuai dengan beberapa peraturan terkait material retrofit, bahwa material untuk concrete jacketing minimal harus lebih baik mutunya dibandingkan dengan mutu beton eksisting dengan tetap mempertimbangkan sisi biaya (Cost) dan juga kemudahan pengerjaan. Adapun material dari beton retrofit adalah menggunakan beton mortar instan, hal ini untuk mengatasi cover/ selimut beton eksisting yang terlalu tipis.

-6,000% -5,000% -4,000% -3,000% -2,000% -1,000% 0,000% 1,000% 2,000% 3,000% 4,000% 5,000% 6,000% 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Drif t K o n trol ( %) Nomor Siklus 0,125% 0,250% 0,500% 0,750% 1,000% 1,500% 2,000% 2,500% 3,000% 4,000% 5,000%

(8)

a. Tulangan polos diameter 8 b. Tulangan ulir diameter 10 Gambar 8. Hubungan Tegangan-regangan pengujian tarik baja

Sumber : Penelitian (2019)

a. Hasil Uji Tarik Bambu Petung c. Hasil Uji Tekan Bambu Petung

b. Hasil Uji Tarik Bambu Ori d. Alat Uji Tarik e. Alat Uji Tekan Gambar 9. Pengujian tarik dan Tekan Bambu

Sumber : Penelitian (2019)

Dari hasil pengujian kuat tarik baja pada Gambar 88 didapatkan hasil bahwa mutu tegangan tarik pada saat leleh dan ultimate untuk baja polos secara berturut – turut adalah 411,65 MPa dan 658,64 MPa. Sedangkan mutu tegangan tarik pada saat leleh dan ultimate untuk baja ulir (deform) secara berturut – turut adalah 530,72 MPa dan 755,87 MPa.

Pengujian kuat tarik bambu dilakukan pada bambu petung dan bambu ori. Salah satu ciri dari sifat mekanis bambu yang berbeda dengan baja adalah tidak terdapatnya masa leleh (yield ) pada bambu dimasa inelastic. Sehingga dari perencanaan ini data yang digunakan hanya kapasitas tegangan tarik ultimate bambu. Dari hasil pengujian didapat hasil kuat tarik bambu petung dan ori secara berturut – turut adalah 256,054 MPa dan 190,463 MPa. Selain itu, jika ditinjau pada kapasitas tekan bambu diperoleh rerata dari kuat tekan bambu dengan ruas/ buku dan tanpa ruas yaitu sebesar (74,03+90,93

2 ) 82,48 MPa.

(9)

3.2 DIAGRAM INTERAKSI BENDA UJI KOLOM

Kapasitas suatu kolom dapat di tahap perencanaan dapat dilihat pada diagram interaksinya. Perhitungan diagram interaksi pada penelitian ini menggunakan program bantu pada perangkat lunak ETABS. Dari hasil pada gambar dibawah didapatkan bahwa dengan perlakuan perkuatan concrete jacketing yaitu penambahan luasan penampang sebesar 96% dapat menaikan kapasitas axial dan lateral. 3 kondisi yang penting untuk diamati pada diagram interaksi kolom adalah Axial murni, seimbang dan lentur murni. Adapun kapasitas axial murni pada kolom eksisting adalah 264 kN sedangkan pada kolom retrofitting adalah sebesar 673 kN berarti terjadi kenaikan kapasitas axial murni sebesar 255%. Jika ditinjau pada kondisi seimbang kolom eksisting menghasilkan kapasitas axial dan momen lentur adalah 68,85 kN dan 7,8 kN.m sedangkan pada kolom retrofitting menghasilkan kapasitas axial dan momen lentur adalah 180,05 kN dan 33,62 kN.m sehingga pada kondisi ini terjadi kenaikan kapasitas axial sebesar 261% dan momen lentur sebesar 421%. Sedangkan pada peninjauan lentur kolom eksisting menghasilkan 6 kN.m dan pada kolom retrofitting menghasilkan 31 kN.m.

a. Benda Uji Eksisting b. Benda Uji Retrofit Gambar 10. Diagram Interaksi Benda Uji Eksisting Dan Retrofitting

Sumber : Hasil Perhitungan (2019) 3.3 MOMEN KURVATUR BENDA UJI

Salah satu peninjauan yang perlu dianalisa dalam menentukan kapasitas lateral dan displacemen yang terjadi pada elemen kolom adah dengan menggunakan analisa Momen-kurvatur. Dalam tahap ini analisa momen kurvatur menggunakan program bantu ETABS. Dasar dari perhitungan ini kemudian digunakan untuk menganalisa beban dan lendutan yang terjadi pada kolom secara teoritis.

a. Benda Uji Eksisting b. Benda Uji Retrofit Gambar 11. Diagram Interaksi Benda Uji Eksisting Dan Retrofitting

(10)

3.4 KURVA HISTERESIS PENGUJIAN

Gambar 12. Hubungan Beban Lateral-Deformasi Spesimen

Sumber : Penelitian (2019)

Gambar 13. Hubungan Beban Lateral-Deformasi Secara Analitis

Sumber : Penelitian (2019)

Dari grafik pengujian secara eksperimen diatas menunjukkan bahwa kapasitas kolom mengalami peningkatan setelah dilakukan retrofitting dengan concrete jacketing. Begitu juga dengan hasil secara analitis, namun perlu menjadi koreksi dan evaluasi jika ditinjau pada hasil eksperimen dan analitis pada benda uji retrofit 21x21. Hal ini mungkin disebabkan oleh alat pengujian eksperimen yaitu pada beban axial yang masih belum fleksibel dalam memberi beban pada benda uji.

3.5 KEKAKUAN BENDA UJI

Benda uji diuji dengan system pembebanan Quasi Static Load Test dengan beberapa pendekatan alat yang digunakan. Pada kasus dalam pengujian ini, alat yang digunakan untuk memberi ruang gerak rotasi pada beban axial akan berpengaruh pada kapasitas beban lateral pada benda uji kolom. Sehingga dalam perhitungan nilai kekakuan diambil dengan mengambil nilai dari data maksimum dari kedua sisi arah pengujian lateral.

Tabel 4. Kekakuan Benda Uji

Spesimen P1 P2 Disp. 1 Disp. 2 Kekakuan 1 Kekakuan 2 Peningkatan Kekakuan (kN) (kN) (mm) (mm) (kN/mm) (kN/mm)

S1 Pre-A-8-75 15,15 15,03 15,00 15,00 1,01 1,00

111% S2 A-8-75 12,70 21,09 15,00 15,00 0,85 1,41

(11)

Gambar 14. Degradasi Kekakuan Benda Uji

Sumber : Hasil Perhitungan (2019)

Jika ditinjau pada Tabel 4 terlihat bahwa metode concrete jacketing dapat menaikan kekakuan lateral kolom, yaitu sebesar 111%. Selain itu jika ditinjau pada Gambar 14 bahwa pada grafik degradasi penurunan kekakuan benda uji pada pengujian siklik terlihat bahwa benda uji retrofit memiliki kekakuan yang lebih tinggi dibandingkan kolom eksisting/ sebelum retrofitting. Dari sini terlihat bahwa degradasi kekakuan benda uji retrofit mengalami penurunan yang cukup besar bahkan yatu pada pengujian drift ke 3% atau hampir mendekati kekakuan benda uji eksisting.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penggunaan material bambu sebagai tulangan pada retrofit concrete jacketing dapat menaikan performa dan kapasitas ultimate pada benda uji sebesar 146%.

b. Pada peninjauan drift rasio yang sama, maka terlihat bahwa penggunaan material bambu sebagai tulangan pada retrofit concrete jacketing dapat menaikan kekakuan pada benda uji sebesar 111%.

c. Pada aplikasi bangunan sesungguhnya yang tidak dominan gempa atau hanya melayani beban gravitasi saja, maka kapasitas axial pada kolom sangat diperlukan. Jika dilihat dari analisa teori maka didapatkan dengan penggunaan concrete jacketing akan meningkatkan beban axial pada kondisi murni sebesar 255%, kondisi seimbang yaitu 261%.

Adapun saran yang dapat diambil penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Perlu adanya peninjauan lebih lanjut terkait dengan variasi rasio tulangan bambu pada

concrete jacketing.

b. Perlunya peninjauan numerik dengan Metode Elemen Hingga untuk mendapatkan perilaku benda uji secara teoritis.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 Ke kak uan ( Kn /m m ) Drift Rasio (%) A-8-75 Pre A-8-75

(12)

5. REFERENSI

ATC-40. (1996). Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings Volume 1. California: California Seismic Safety Commission.

Bentz, E., & Collins, M. P. (2001). User Manual Response2000 Shell-2000 Triax-2000 Membrane-2000. Toronto: University of Toronto.

Boen, T., & al., e. (2010). Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana Yang Rusak Akibat Gempa Bumi (Vol. Cetakan Pertama). Jakarta: World Seismic Safety Initiative.

Dewi, S. M., Munawir, A., Wisnumurti, & Nuralinah, D. (2017). Bambu Konstruksi Untuk Rakyat.

Malang: UB Press.

FEMA-273. (1997). NEHRP Guidelines For The Seismic Rehabilitation Of Buildings. Washington, D.C.: Federal Emergency Management Agency.

Ghavami, K. (1988). Application of Bamboo as a Low-cost Construction Material. International Bamboo Workshop (p. 270). Cochin, India: The Kerala Forest research Institute. Ghavami, K. (2005). Bamboo as reinforcement in structural concrete elements. Cement &

Concrete Composite, 13.

Janssen, J. (1981). Bamboo in Bulding Structure. Eindhoven: Technische Hogeschool Eindhoven.

JSCE. (1999). Guidelines For Retrofit Of Concrete Structures. Japan: Japan Society of Civil Engineering.

Nawy, E. G. (2010). Suatu Pendekatan Dasar Beton Bertulang (Vol. IV). Diterjemahkan oleh: Bambang Suryoatmono. Bandung: PT Refika Aditama.

Park, R. (1988). Ductility Evaluation From Laboratory And Analytical Testing. Ninth World Conference on Earthquake Engineering.VIII, pp. 605-616. Tokyo: 9WCEE.

Park, R., & T. Paulay. (1974). Reinforced Concrete Structure. Christchurch: John Wiley & Sons. Wibawanto, H. S., Ester Priskasari, & Bambang Wedyantaji. (2017). Pengaruh Letak Pengasaran Permukaan dan Sambungan Lewatan Tulangan Bambu Pada Konstruksi Balok Lentur.

Malang: SKRIPSI : Tidak Dipublish.

Gambar

Tabel  1 Energi yang dibutuhkan dalam memproduksi material terhadap tegangan material yang  dihasilkan (Janssen, 1981)
Gambar  1. Distribusi Serat Bambu Yang Tidak Merata (Ghavami, 2005)
Gambar  3. Algoritma Konsep Penelitian
Tabel  2 Data Perencanaan Benda Uji
+4

Referensi

Dokumen terkait

sengketa diatas, antara lain karena ; ketentuan hukum yang mengatur masalah arbitrase di Indonesia belum banyak diketahui dan dipahami oleh pelaku bisnis, belum adanya

rekam medis rumah sakit.Direktorat jendral bina pelayanan medik.. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan

karakteristik tiap mata pelajaran di sekolah dasar yang meliputi menganalisis materi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik

Tidak ada pernyataan dalam kebijakan ini yang dimaksudkan atau akan ditafsirkan untuk mencegah karyawan memberikan informasi kepada badan pemerintah, lembaga pengatur, atau

Folikel ini tumbuh lebih cepat menyekresikan lebih banyak estrogen, sehingga menyebabkan suatu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal tersebut karena FSH

Easiest way to determ ine nam es of backup files on a server is to locate a directory listing using intitle:index.of or to search for specific files with queries such as

Berdasarkan hasil analisis data dan prosentase peningkatan dari aspek keterampilan proses yang di amati pada siklus I, siklus II, dan siklus II maka dibuatlah

penelitian serta membahas masalah tersebut, dengan judul “ Pengaruh Capital Aduquacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Beban Operasional dengan Pendapatan