• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Bank Sampah Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Untuk Peduli Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Bank Sampah Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Untuk Peduli Lingkungan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengembangan Bank Sampah Sebagai Bentuk Tanggung Jawab

Untuk Peduli Lingkungan

*Atika Dara Carissaa Farida Nurani b a,b

Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia

A B S T R A C T

The complicated problem experienced by each region is waste management.

Waste Bank is one of many alternatives of waste management in Indonesia. Sidomulyo Waste Bank (Bank Sampah Sidomulyo - BSS) is a sample of Waste Bank that has been well established in Batu City. This study aims to determine the development of BSS and participation of community responsibilities in the development of BSS. Based on the research that has been done, it is found that supporting factors in the development of Sidomulyo Garbage Bank are the role of the Regional Government as a supporter of the implementation of the Garbage Bank program and the awareness of some Sidomulyo people that have been formed because basically waste management activities through the Garbage Bank have various positive impacts on various aspects. Some obstacles are still experienced in terms of the budget, and stabilize public awareness. So far, the community's participation has been quite good, but not yet optimal. This is because knowledge and understanding are not evenly distributed.

INTISARI

Permasalahan rumit yang dialami oleh tiap daerah adalah persampahan. Bank Sampah merupakan salah satu alternatif pengelolaan sampah di Indonesia. Bank Sampah Sidomulyo (BSS) merupakan salah satu Bank Sampah yang telah berdiri dan berkembang dengan baik di Kota Batu. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan BSS dan partisipasi tanggung jawab masyarakat dalam pengembangan BSS. Berdasarkan penulisan yang telah dilakukan diperoleh faktor pendukung dalam pengembangan Bank Sampah Sidomulyo yakni peran Pemerintah Daerah sebagai pendukung pelaksanaan program Bank Sampah serta kesadaran sebagian masyarakat Sidomulyo sudah terbentuk karena pada dasarnya kegiatan pengelolaan sampah melalui Bank Sampah memberikan berbagai dampak positif berbagai aspek. Beberapa hambatan yang masih banyak dialami dari segi anggaran, dan menstabilkan kesadaran masyarakat. Selama ini, peran serta masyarakat sudah cukup baik, tetapi belum optimal. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan pemahaman yang belum merata.

.

Keywords: penanganan sampah, partisipasi masyarakat, tanggung jawab, Bank Sampah Sidomulyo

(2)

2

1. Pendahuluan

Dalam suatu negara, banyak ditemukan berbagai permasalahan yang sampai saat ini masih sulit untuk ditangani. Salah satu permasalahan yang dialami kota-kota besar di Indonesia adalah persampahan. Timbunan sampah semakin banyak seiring meningkatnya jumlah penduduk serta pola konsumerisme masyarakat yang membludak setiap tahunnya. Kementerian Lingkungan Hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau sekitar 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Menurut Badan Statistik Sampah Indonesia (2012), jumlah sampah yang muncul di seluruh Indonesia mencapai 38,5 juta ton per tahun dengan dominan sampah tersebut berada di Pulau Jawa (21,2 juta ton per tahun).

Hampir semua kota di Indonesia mengalami permasalahan yang sama mengenai sampah. Sebagian besar permasalahan tersebut bermuara dari lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang lahannya minim sehingga tidak dapat menampung sampah secara berlebihan. Pada akhirnya, masyarakat tidak segan-segan membuang sampah di sungai, laut, selokan, dan kali. Tidak sedikit juga yang membuang sampahnya di sekiran jalan sehingga membuat penampakan jalan menjadi tidak enak dipandang dan kotor. Dampak yang dihasilkan dari perilaku buruk lainnya membuat ekosistem air terganggu. Pencemaran dimana-mana sehingga banyak ikan mati serta kualitas air yang berubah menjadi buruk dan tidak layak digunakan.

Sebagai solusi dari membludaknya sampah di TPA, maka sekelompok masyarakat daerah Sidomulyo bergerak melakukan upaya pengembangan Bank Sampah. Kegiatan ini bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah-milah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah secara bertanggung jawab dan bijak. Namun, masih ditemukan beberapa masyarakat menganggap bahwa pengadaan Bank Sampah akan membentuk mental “pemulung” karena hanya sekedar membuang sampah saja harus melakukan sortir atau pemilihan sampah yang hendak dibuang kemudian menyetorkannya ke Bank Sampah.

Peran Bank Sampah menjadi penting dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. PP tersebut mengatur tentang kewajiban produsen untuk melakukan kegiatan 3R dengan cara menghasilkan produk yang menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam; yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin; menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang dan diguna ulang; dan/atau menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang dan diguna ulang. Dengan adanya Bank Sampah, maka produsen dapat melakukan kerja sama

dengan Bank Sampah yang ada agar dapat mengolah sampah dari produk yang dihasilkannya sesuai dengan amanat PP tersebut.

PPID Kota Batu (2017) memaparkan bahwa BSS (Bank Sampah Sidomulyo) dikembangkan sebagai wadah untuk membina, melatih, mendampingi, serta membeli dan memasarkan hasil kegiatan pengelolaan sampah dari masyarakat Desa Sidomulyo Kota Batu. BBS telah disejutui oleh Pemerintah Kota Batu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batu, dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, program ini sebagai tonggak awal berdirinya Bank Sampah yang mulai menjamur di tiap Desa Kota Batu. Tujuan diadakannya BBS adalah agar dapat mengurangi sampah di TPS/TPA dan mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, melalui pemanfaatan sampah dengan program 3R (Reduce,

Reuse, Recycle).

Berdasarkan latar Belakang di atas, dalam kajian ini akan diuraikan analisis mengenai “Bagaimana penanganan sampah dengan pengadaan Bank Sampah Sidomulyo (BSS) sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat untuk peduli lingkungan di Desa Sidomulyo Kota Batu?”

2. Teori

2.1 Penanganan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Tandjung, Dr. M.Sc (1982) mendefinisikan sampah sebagai sesuatu yang sudah tidak berguna lagi, yang dibuang oleh pemakainya.

Menurut Azwar (1990:53) mengatakan bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk

kedalamnya. Kodoatie (2003) mendefinisikan sampah

adalah limbah atau buangan yang bersifat padat atau setengah padat, yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa, sehingga tidak menganggu kelangsungan hidup.

Penanganan sampah adalah usaha untuk mengatur atau mengelola sampah dari proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan akhir (DPU Cipta Karya, 2004). Tahapan penanganan sampah dimulai dari mengumpulkan sampah pada tingkat rumah tangga,

(3)

3 kemudian diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS), hingga akhirnya diangkut oleh Dinas Kebersihan kota ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Ketua Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Ir. Sri Bebassari, M.Si. memaparkan 5 aspek penanganan sampah yang harus dipenuhi antara lain: aspek hukum, kelembagaan, pendanaan, sosial budaya, dan teknologi. Kelima aspek tersebut merupakan syarat awal agar manajemen persampahan dapat terlaksana dengan baik. Satu aspek dengan aspek lainnya saling mendukung dan berkaitan erat.

2.2 Konsep pengelolaan sampah

Konsep pengelolaan sampah pada saat ini adalah menggunakan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang kemudian dimusnakan atau dihancurkan.

Gambar 1. Tahap Pengelolaan Sampah

Sumber: Cunningham, 2004

Menurut Cunningham (2004), tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse,

Recycle). Penanganan sampah 3- R adalah konsep

penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi) Prinsip Reduce adalah melakukan pengurangan barang atau material yang digunakan. Reuse (menggunakan kembali), Prinsip Reuse adalah menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa digunakan. Recycle (mendaur ulang sampah), Prinsip Recycle adalah mendaur ulang barang-barang yang dapat di daur ulang.

2.3 Pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat seringkali gagal karena rendahnya partisipasi rumah tangga. Apabila pengelolaan sampah tidak dianggap sebagai suatu kebutuhan, maka akan berimbas pada partisipasi dan kesediaan membayar yang rendah. Begitu yang secara spesifik dikatakan oleh Anschütz (1996). Sementara itu Koesrimardiyati (2011) menyatakan bahwa kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat terus berlanjut apabila terjadi perubahan perilaku warga yang mengelola sampahnya

secara mandiri, dengan disertai pengorganisasian masyarakat yang berpusat pada perempuan di tingkat komunitas, yang salah satu unitnya adalah Rukun Warga (RW).

Pendekatan pengelolaan sampah 3R membuka pandangan dan wawasan baru bagi masyarakat dalam mengelola sampah. Sampah tidak lagi dipandang barang tidak berguna, akan tetapi melalui pendekatan 3R, sampah dapat dijadikan sesuatu yang bernilai tambah. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan daur ulang sangat diperlukan, baik sebagai produsen, maupun sebagai anggota masyarakat penghasil sampah.

Menurut Aryenti (2011), Bank Sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah. Cara kerja Bank Sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah,

pencatatan pembukuan, dan manajemen

pengelolaannya. Apabila dalam bank umum yang disetorkan nasabah adalah uang, akan tetapi dalam Bank Sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis.

Bank Sampah sebaiknya dikelola oleh orang-orang yang kreatif dan inovatif, serta juga memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi agar program Bank Sampah tetap berjalan dengan baik. Penyetor dan pemilah sampah akan mendapatkan reward sehingga mereka dengan senang hati terus menerus melakukannya di Bank Sampah sesuai dengan sistem yang telah berlaku.

2.4. Bank Sampah bantu kurangi volume sampah

Cara kerja dari Bank Sampah adalah dengan mengumpulkan sampah kering atau non-organik sebanyak-banyaknya dan kemudian dijual kepada petugas atau pengepul yang telah ditunjuk. Pengurus dari Bank Sampah biasanya akan membuatkan buku tabungan untuk masing-masing anggotanya, sehingga administrasi keuangan bisa lebih transparan dan terorganisir. Biasanya sampah yang disetorkan tidak langsung ditukarkan dengan uang namun dicatat terlebh dahulu ke dalam buku tabungan yang sudah ada. Pengambilan disesuaikan dengan kesepakatan. Para penyetor diharuskan mendaftarkan terlebih dahulu sebagai anggota supaya lebih mudah dalam proses pendataannya.

Perubahan yang dilakukan Bank Sampah tidak secara keseluruhan karena faktor ekonomi saja, melainkan peningkatan kesadaran lingkungan terhadap masyarakat. Aspek pemberdayaan sangat terlihat dalam proses kerja Bank Sampah. Peran aktif masyarakat dalam pengkondisian lingkungan diperlukan agar tercipta keselarasan hidup.

Peran masyarakat oleh Bank Sampah ini adalah bagian dari teori pertukaran. Teori ini menekankan kepada sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seseorang terhadap

(4)

4 lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilakunya. Menurut Ritzer dan Douglas (2011), hubungan ini adalah dasar untuk pengondisian operan (operant conditioning) atau proses belajar yang melaluinya.

3. Metode Penulisan

Penulisan ini adalah menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta atau keadaan ataupun gejala yang tampak dalam pengembangan bank sampah di Sidomulyo. Kemudian penulisan ini menggambarkan atau menuliskan objek-objek berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi dan Martini 1996: 73). Mukhtar (2013: 28). Penulisan kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipasi di bawah studi.

4. Diskusi dan Hasil

4.1 Pengembangan Bank Sampah Sidomulyo di Desa Sidomulyo

Bank Sampah Sidomulyo (BSS) adalah sebuah program yang berbadan non-hukum yang saat ini bekerjasama dengan Pemerintah Kota Batu. Didirikan atas inisiatif dari Kepala Desa Sidomulyo yaitu Bapak Suharto dan jajaran masyarakat Sidomulyo serta anggota karang taruna Sidomulyo sebagai wadah untuk membina masyarakat dalam kegiatan pengolahan sampah dari Dusun Tinjumoyo sampai Dusun Sukorembug Kota Batu. Bertujuan dalam rangka pengurangan sampah TPS / TPA dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan sampah yang ada untuk dijadikan kerajinan dan lainnya. Sampai bulan November 2019 ini, Desa Sidomulyo telah memiliki Bank Sampah sebanyak 3 lokasi utama pengepulan yang terbagi di tiap-tiap dusun yakni Dusun Tinjumoyo, Dusun Tonggolari, dan Dusun Sukorembug.

Sejak keberadaan BSS, jumlah pembuangan sampah di Kota Batu terutama di Desa Sidomulyo mengalami penurunan yang lumayan. Kapasitas pembuangan/ pengangkutan sampah melalui gerobak sampah dan mobil sampah menurun drastis mencapai 45%. Kebanyakan sampah yang tersisa hanyalah sampah organik atau sampah dapur yang mudah untuk terurai dan diolah kembali menjadi pupuk misalnya.

4.2 Bentuk partisipasi masyarakat di Desa Sidomulyo dalam pengadaan “Bank Sampah Sidomulyo”

Masyarakat Kota Batu terutama yang berada di Desa Sidomulyo tentunya ingin melihat kawasan atau lingkungan tempat tinggalnya bersih, aman, nyaman, sehat, rapi, dan tidak kotor. Maka dari itu, bentuk partisipasi masyarakat Desa Sidomulyo tidak hanya sampai penanganan dan pengurangan sampah, tetapi

lebih sebagai pengawas di lingkungannya agar senantiasa bebas dari sampah. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di tiga dusun Desa Sidomulyo adalah dalam bentuk memilah dan menyortir sampah yang dilakukan oleh masyarakat sendiri yang kemudian disetorkan ke pengepul Bank Sampah Sidomulyo (BSS), serta dapat mempertahankan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat akan pentingnya mengelola sampah.

Bentuk lain dari partisipasi masyarakat adalah dengan melakukan daur ulang sampah organik atau sampah dapur. Sampah-sampah tersebut diolah kembali menjadi pupuk yang kemudian akan dijual dan ebagiannya lagi digunakan sebagai pupuk untuk tanaman warga Desa Sidomulyo. Selain mengolah sampah organik menjadi pupuk, ibu-ibu setempat juga mendaur ulang sampah plastik bungkus kopi bubuk menjadi aksesoris cantik berupa tas, topi, dan dompet dengan cara dianyam. Hal-hal tersebut memiliki nilai ekonomi yang sangat lumayan untuk menambah penghasilan dan mengasah keterampilan.

4.3. Faktor dalam pengembangan “Bank Sampah Sidomulyo” sebagai bentuk tanggung jawab dan partisipasi

a. Faktor Pendukung

Dalam pengadaan serta pengembangan program Bank Sampah Sidomulyo (BSS) tidak terlepas dari banyak dukungan antara lain adalah dukungan dari pemerintah Kota Batu sendiri, serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang sangat mengapresiasi dan membantu memberikan sarana dan prasana yang tepat untuk menunjang pengembangan BSS menjadi lebih baik. Selain itu, adanya dukungan penuh dari masyarakat Sidomulyo yang turut serta berpartisipasi dengan senang hati.

b. Faktor Penghambat

Penstabilan untuk terus menjaga semangat kepedulian lingkungan dan tanggung jawab masyarakat dalam memilah sampah supaya tidak turun karena nilai sampah yang rendah adalah faktor yang paling utama di program bank sampah ini. Nilai rupiah sampah yang minim dan rendah membuat masyarakat yang berada di kalangan ekonomi menengah keatas menjadikan sampah sebagai suatu barang yang tidak memiliki nilai dan para nasabah yang masuk dalam kalangan tersebut salih tergolong rendah.

Hambatan lainnya yang dihadapi adalah belum adanya pemahaman yang sama antara masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, RT/RW dan pemerintah terutama pada tingkat kelurahan terkait dengan manfaat dari Bank Sampah. Masih adanya pemahaman bahwa Bank Sampah sama dengan pekerjaan lapak atau pemulung, merupakan pekerjaan hina atau rendahan,

(5)

5 dan bahwa kegiatan apapun terkait sampah pasti bau termasuk kegiatan Bank Sampah. Kendala seperti hal tersebut perlu ditangani dengan terus menerus melakukan sosialisasi dan pembuktian bahwa BSS benar-benar dapat memberikan manfaan bagi masyarakat. Tidak hanya dari aspek lingkungan tetapi juga ekonomis, dan juga pastinya pola piker masyarakat yang belum sepenuhnya terbuka.

Faktor lainnya adalah dikarenakan jenis-jenis sampah banyak, maka diperlukan waktu yang lama untuk memilah sesuai dengan golongannya dan juga perlu pendamping dalam proses pemilahan yang secara benar. Selain itu, banyak sekali kegiatan sosialisasi mengenai sampah serta kepedulian lingkungan, pelatihan / pembinaan, operasional pengelolaan, dan lain-lain yang membutuhkan dukungan anggaran dari pihak pemerintah maupun swasta. Tanpa adanya dukungan anggaran program Bank Sampah Sidomulyo (BSS) tidak akan berjalan dengan lancar dan semestinya.

5. Kesimpulan dan Saran

Program penanganan dan pengelolaan sampah melalui program Bank Sampah menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pengurangan volume sampah yang kian hari semakin menumpuk dan tidak terkendali. Sosialisasi mengenai Bank Sampah semakin marah dilakukan oleh pemerintah. Selain memberikan dampak positif bagi lingkungan, dalam proses pengelolaannya, Bank Sampah memiliki hubungan relasi sosial dengan membuka pola pikir masyarakat yang baru serta bertanggung jawab terhadap sampah yang telah digunakan dan jaringan sosial yang bernilai ekonomis.

Pengembangan Bank Sampah Sidomulyo (BSS) sangat membutuhkan pastisipasi dari masyarakat agar program pengolahan sampah dapat berjalan berdasarkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Partisipasi yang diberikan masyarakat berupa kewajiban melakukan pemilahan sampah rumah tangga organik maupun anorganik yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri.

Dalam pelaksanaannya, faktor pendukung dan penghambat program BSS ini tidak dapat dilepaskan. Faktor pendukung dalam pengembangan program BSS yakni dukungan penuh dari pemerintah serta kesadaran banyak masyarakat Desa Sidomulyo karena dari awal sudah terbentuk dan memberikan banyak dampah positif untuk saat ini dan kedepannya. Sedangkan untuk faktor penghambat terdapat beberapa poin yaitu: a. kesadaran masyarakat yang masih rendah, b. anggaran yang diperlukan banyak, c. jenis sampah yang banyak mempungan pemilahan sampah menjadi lama.

Pengembangan Bank Sampah untuk kedepannya diperlukan adanya teknologi pengelolaan sampah yang bernilai ekonomi lebih tinggi. Selain itu diperlukannya dukungan dan peran pemerintah daerah terutama dalam

sosialisasi, peminjaman dana modal, pelibatan sektor swasta untuk membantu pengembangan Bank Sampah. Hal yang paling utama juga adalah kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya dan mengelola sampah dengan baik serta bertanggung jawab agar tercipta lingkungan yang aman, bersih, dan sehat.

Berdasarkan apa yang telah dianalisis dan juga telah disimpulkan sebelumnya, maka saran yang diperoleh adalah pendidikan lingkungan serta tanggung jawab terhadap anak-anak atau remaja hendknya ditingkatkan, karena dalam hal ini sangat penting dalam menjaga lingkungan, mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan mindset mengenai sampah yang masih dianggap sebelah mata. Generasi yang akan datang akan mempengaruhi keadaan lingkungan masa yang akan datang pula. Oleh karena itu, ini menjadi tugas dari orang tua, keluarga, dan para pendidik untuk membentuk calon penerus bangsa.

Daftar Pustaka

Anschutz, Justine. (1996). Community-Based Solid

Waste Management and Water Supply Projects

Aryenti, (2011). Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Melalui Gerakan Menabung Pada Bank Sampah.

Azwar, A, (1990), Pengantar Ilmu Kesehatan

Lingkungan, Jakarta, Yayasan Mutiara. pp.53

Badan Pusat Statistik (2012)

https://www.bps.go.id/publication/2018/12/07/d8 cbb5465bd1d3138c21fc80/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2018.html [Diakses 12 Desember 2019]

Cunningham, William P, Ann, Marry. ( 2004)

Principals Of Environmental Science Inquiry and Application. McGraw-Hill, Inc.

DPU Cipta Karya, (2004)

https://www.ciptakarya.pu.go.id / [Diakses 12 Desember 2019]

Hadari Nawawi, (1996) Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah. Mada University Press. pp. 73

Hafikar, (2017) https://www.sidomulyo-batu.com/ [Diakses 4 Desember 2019]

Handayani, Suci. (2006). Perlibatan Masyarakat

Marginal Dalam Perencanaan dan Penganggaran Partisipasi (Cetakan Pertama).

Surakarta: Kompip Solo

Koesrimardiyati, (2011) Keberlanjutan Pengelolaan

Sampah Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Peran Perempuan dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah di RW 013 Cipinang Melayu Jakarta Timur)(tesis). Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia

(6)

6 Lodico, M.G., Spaulding, D.T., Voegtle, K.H. (2006).

Methods In Educational Research. From Theory To Practice. San Francisco, California :

Jossey-Bass. A Wiley Imprint. Dikutip dari Emzir. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis

Data. Jakarta, Rajawali Pers

Mansyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 1986), pp.189 Mukhtar. (2013). Metode Penelitian Deskriftif

Kualitatif. Jakarta : GP Press Group. pp.28

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahum 2012

PPID Kota Batu (2017)

https://ppid.batukota.go.id/ppid_pembantu/profil/ dinas-lingkungan-hidup

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. (2011) Teori

Sosiologi Modern. Jakarta, Kencana.

Soetrisno Loekman. (1995) Menuju Masyarakat

Partisipatif. Yogyakarta, Kanisius.

Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Gambar

Gambar 1. Tahap Pengelolaan Sampah  Sumber: Cunningham, 2004

Referensi

Dokumen terkait

Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan, hasil pengukuran rap at fluks neutron cukup mendekati hasil perhitungan terutama untuk posisi irradiasi dan fasilitas sistem rabbit

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam melakukan kajian dan pemilihan proyek-proyek dengan kendala dana untuk menghasilkan nilai maksimum bagi

Adapun subtansi kerangka pemikiran yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan dengan judul Mekanisme Bagi Hasil Sisa Hasil Usaha Plasma

Melalui diskusi kelompok dan tanya jawab dengan guru, peserta didik dapat menyebutkan macam macam pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.. Melalui diskusi kelompok dan

Tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan adalah bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi program

menghindari terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan yang terlibat dalam aktivitas penjualan kredit, otorisasi yang benar atas transaksi dan aktivitas

1. Pada fasilitas pelayanan ini terdapat 5 buah pelayanan dengan aturan pelayanannya yaitu pelanggan yang pertama datang akan dilayani pertama serta dapat menampung tak

Reaksi antara senyawa merkuri dengan NaBH4 atau SnCl2 dalam keadaan asam akan membentuk gas atomik Hg. Jumlah Hg yang terbentuk sebanding dengan absorbansi Hg yang dibaca