• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif Pada Wanita Usia Dewasa Muda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif Pada Wanita Usia Dewasa Muda"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif

Pada Wanita Usia Dewasa Muda

Wiwin

Universitas Bina Nusantara, Jakarta, psychobee_luph8@yahoo.com

Moondore Madalina Ali

Univesitas Bina Nusantara, Jakarta, moondore.ali@gmail.com

Abstract

Impulsive buying is mostly done by people including Indonesian (Verplanken and Herabadi, 2001). Impulsive buying done by the people of any socioeconomic status, without self-control, and they tend to ignore the adverse effects that might occured (Assael, 1993). Previously research showed there is significant positive relationship between locus of control and impulsive buying (Widawati, 2011). Thus, the purpose of this study was to determine the effect of locus of control to impulsive buying. Using purporsive random sampling, one hundred women between the age of 41 to 65 who are doing shopping activity such as foods, drinks,and clothing, were asked to fill out impulsive buying questionnaire and locus of control questionnaire. Data obtained from this study were statistically processed using linear regression method. It showed that there is a significant effect of locus of control to impulsive buying. Therefore, locus of control has 8% influenced on impulsive buying and 92% are the other factors.

Keywords: Impulsive buying, locus of control, middle adulthood women

Abstrak

Belanja impulsif banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia (Verplanken and Herabadi, 2001). Belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun, tanpa kontrol diri, serta cenderung mengabaikan dampak buruk yang mungkin terjadi (Assael, 1993). Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menunjukan bahwa antara belanja impulsif dengan locus of control terdapat hubungan positif yang signifikan (Widawati, 2011). Maka, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif. Penelitian ini melibatkan 100 partisipan wanita dengan teknik purposive random sampling. Peneliti memberikan kuesioner belanja impulsif dan locus of control kepada wanita usia dewasa muda yang sedang melakukan pembelian makanan, minuman, dan pakaian di mal Jakarta Selatan. Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah secara statistik menggunakan metode regresi linear. Hasil penelitian menunjukan bahwa locus OF control memiliki pengaruh signifikan sebesar 8% terhadap belanja impulsif, sedangkan 92% merupakan faktor lain.

Kata Kunci: Belanja impulsif, locus of control, wanita usia 41 – 65 tahun

Pendahuluan

Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut Asmadi (2008), kebutuhan harus dipenuhi karena sifatnya yang manusiawi dan merupakan syarat untuk mempertahankan

(2)

2

kehidupan. Menurut Maslow (dalam Supratiknya, 1993), manusia memiliki lima hirarki kebutuhan pokok, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan untuk merasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Namun, kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis, misalnya: sandang, pangan, papan, seks, dan udara. Asmadi (2008) memaparkan bahwa kebutuhan fisiologis bersifat mendesak dan harus menjadi prioritas utama untuk menjaga homeostasis biologis (mekanisme pengaturan keseimbangan dalam tubuh makhluk hidup). Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, individu yang bersangkutan akan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis menjadi penting untuk dipenuhi.

Pentingnya memenuhi kebutuhan fisiologis membuka peluang bagi para pengusaha di bidang ritel. Usaha ritel adalah segala aktivitas yang melibatkan proses menjual barang ataupun jasa dalam jumlah kecil ataupun satuan secara langsung kepada konsumen (Londhe, 2006). Di kota-kota besar seperti Jakarta, industri ritel mengembangkan tempat berbelanja yang memberi nilai tambah berupa hiburan dan kenyamanan, yaitu mal. Mal merupakan suatu tempat berkumpulnya para pengusaha ritel yang memiliki fungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu maupun keluarga (Ma’aruf, 2005). Tambunan (2005) mengatakan bahwa secara umum, kaum wanita maupun pria mengunjungi pusat perbelanjaan paling tidak sebulan sekali untuk melakukan aktivitas berbelanja guna memenuhi kebutuhan fisiologis. Huddleston dan Minahan (2011) mengatakan bahwa aktivitas berbelanja tersebut merupakan

utilitarian shopping, dimana individu melakukan aktivitas berbelanja untuk mendapatkan produk yang

dibutuhkan, dan biasanya dengan perencanaan tentang barang apa yang akan dibelinya, jumlah, anggaran, tempat pembelian, dan lain sebagainya. Namun, Kotler (dalam Semuel, 2007) mengatakan bahwa masyarakat jaman sekarang mengalami perubahan dalam pola berbelanja. Individu melakukan aktivitas berbelanja bukan lagi karena faktor kebutuhan yang bersifat wajib untuk dipenuhi, tetapi untuk memuaskan keinginan. Keinginan merupakan hasrat yang muncul dari dalam diri, namun tidak akan mempengaruhi kelangsungan hidup jika tidak terpenuhi (Andari, 2012). Pola berbelanja seperti itu disebut sebagai hedonic shopping atau recreational shopping (Huddleston dan Minahan, 2011).

Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), hedonic shopping banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Hedonic shopping terjadi minimal empat kali setahun, yaitu menjelang Bulan Ramadhan atau Idul Fitri, Imlek, Natal, dan Tahun Baru. Menjelang hari-hari tersebut, publikasi diskon dan layanan khusus akan meningkatkan keinginan individu untuk berbelanja, baik pakaian, makanan, ataupun aksesoris penghias ruangan, dengan tujuan untuk mengikuti perkembangan mode, menaikan derajat sosial, dan alasan-alasan lain yang sebenarnya kurang penting (Denden, 2011).

Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan aktivitas berbelanja tersebut termasuk pola berbelanja konsumen yang disebut sebagai belanja impulsif. Belanja impulsif merupakan bagian dari pola pembelian dimana keputusan untuk membeli dilakukan ketika konsumen berada di dalam toko dan mengalami perasaan tiba-tiba, merasakan perasaan yang sangat kuat dan berkeras hati terhadap dorongan emosional untuk membeli sesuatu dengan segera. Assael (1993) mengatakan bahwa belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun dan tanpa kontrol diri. Rook (1987) menambahkan bahwa belanja impulsif memiliki beberapa karakteristik, yaitu: keputusan untuk membeli dilakukan secara spontan, pembelian suatu produk didasarkan atas pertimbangan emosional, dan cenderung mengabaikan dampak buruk yang mungkin terjadi. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), para pelaku belanja impulsif sedikit melibatkan proses kognitif dan lebih melibatkan faktor emosi. Individu yang melakukan belanja impulsif mengalami konflik kognitif, seperti: tidak mempertimbangkan harga maupun kegunaan suatu barang, tidak melakukan evaluasi terhadap suatu pembelian, tidak melakukan perbandingan antara produk yang diinginkan dengan produk lain yang dibutuhkan, serta berada dalam situasi emosional, seperti: timbulnya dorongan untuk segera melakukan pembelian, dan timbul perasaan senang dan puas ketika berbelanja atau setelah melakukan pembelian.

Park dan Burns (2005) menyatakan aktivitas berbelanja akan melibatkan individu dalam proses menentukan pilihan dan pengambilan keputusan. Salah satu faktor yang memegang peranan dalam pengambilan keputusan adalah locus of control (Smith, 2007). Rotter (dalam Schultz dan Schultz, 2005) mendefinisikan locus of control sebagai atribut kepribadian untuk membedakan satu individu dengan individu lainnya berdasarkan derajat keyakinan dalam mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka, serta dapat mempengaruhi tingkah laku, sikap, perasaan, pola pikir, serta keputusan untuk membeli. Rotter (dalam Schultz dan Schultz, 2005) membagi locus of control menjadi dua kontinum, yaitu locus of control eksternal dan locus of control internal. Individu dengan locus of

control eksternal memiliki keyakinan bahwa kontrol atas kehidupan seseorang berasal dari luar dirinya,

misalnya: nasib, keberuntungan, lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan situasi. Sedangkan individu dengan locus of control internal percaya bahwa kontrol atas perilaku adalah tanggung jawab individu tersebut, serta merasa mampu untuk merubah atau mempengaruhi suatu peristiwa. Menurut Widawati

(3)

3

(2011), individu dengan locus of control internal lebih mampu menunda kepuasan, tidak mudah terpengaruhi oleh produk, dan mampu menahan dorongan untuk membeli. Pinto (2004) mengatakan bahwa individu dengan locus of control internal cenderung lebih percaya diri, lebih yakin, serta memiliki inisiatif dan berusaha mengendalikan impulsifitas yang mereka rasakan. Sedangkan individu dengan

locus of control eksternal memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk melakukan perilaku belanja

impulsif. Rotter (dalam Fahimatul, 2008) menjelaskan bahwa locus of control bersifat kontinum atau tidak statis. Individu yang memiliki locus of control eksternal bisa berubah menjadi individu yang berorientasi internal, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tertentu, misalnya lingkungan dimana individu itu tinggal dan beraktivitas.

Hasil penelitian Widawati (2011) pada konsumen pengguna kartu kredit Carrefour di Bandung menunjukkan bahwa locus of control memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan perilaku belanja impulsif. Namun, penelitian tersebut hanya mengkaji keterkaitan antara belanja impulsif dan

locus of control, serta memilih partisipan pengguna kartu kredit saja. Maka, penelitian ini dirancang untuk

melihat seberapa besar pengaruh locus of control, baik internal maupun eksternal, terhadap perilaku belanja impulsif yang dilakukan oleh konsumen wanita tanpa menggolongkan partisipan sebagai pengguna ataupun bukan pengguna kartu kredit.

Metode Penelitian

Subjek Penelitian dan Sampel

Penelitian ini melibatkan 100 partisipan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Berjenis kelamin wanita.

Menurut Huddleston dan Minahan (2011), kaum wanita merupakan aspek terpenting dalam dunia ritel. Wanita jaman sekarang sangat mempengaruhi keseluruhan industri ritel, dari sumber daya, toko, konsumsi, sampai pembuangan. Verplanken dan Herabadi (2001) menambahkan bahwa kaum wanita lebih banyak menggunakan sisi emosional daripada sisi kognitif, sehingga banyak melakukan belanja impulsif.

b. Berusia antara 41 – 65 tahun.

Menurut Erikson (dalam Adelar, 2008), individu yang berada pada rentang usia tersebut berada pada tahap middle adulthood atau usia dewasa muda. Adelar (2008) mengatakan bahwa wanita pada usia 40-an jaman sekarang sering bersolek karena pengaruh iklan-iklan kecantikan dan melakukan belanja impulsif. c. Sedang melakukan aktivitas berbelanja kebutuhan fisiologis di mal sekitar Jakarta Selatan.

Menurut Ridwan (2011), Jakarta merupakan kota di Indonesia yang memiliki mal terbanyak. Sampai dengan tahun 2011, Jakarta Selatan memiliki jumlah mal terbanyak di DKI Jakarta.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling. Menurut Hadi (2000), pemilihan partisipan dengan teknik tersebut didasarkan atas karakteristik tertentu yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini didasarkan atas jenis kelamin, yaitu wanita, dan sedang melakukan pembelian produk-produk kebutuhan fisiologis, seperti: makanan, minuman, dan pakaian.

Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner. Penelitian ini menggunakan dua kuesioner, yaitu kuesioner yang mengukur belanja impulsif dan kuesioner yang mengukur locus of control. Variabel belanja impulsif diukur menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi (2001). Sedangkan variabel locus of control diukur dengan menggunakan alat ukur yang direvisi dari Rotter (1987). Kedua kuesioner tersebut berupa inventori berskala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan alternatif jawaban: sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai.

Uji validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan pendapat ahli atau expert judgement. Peneliti melakukan analisis item menggunakan metode Pearson Correlation untuk melihat korelasi antar item. Item yang tidak berkorelasi tidak akan dipakai untuk menghitung reliabilitas. Uji reliabilitas kedua alat ukur dihitung dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Alat ukur locus of control memiliki reliabilitas 0,692 dan alat ukur belanja impulsif memiliki reliabilitas sebesar 0,839.

(4)

4 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non-eksperimental. Menurut Sukmadinata (2009), desain tersebut merupakan metode untuk mengembangkan dan menguji suatu variabel tanpa adanya tindakan manipulasi ataupun pengaturan terhadap partisipan penelitian, serta pengolahan data dilakukan dengan uji statistik deskriptif, yaitu mengamati suatu fenomena dengan mengambil kesimpulan dari hasil pegujian sampel.

Prosedur Penelitian

Tahap persiapan penelitian ini dibagi menjadi beberapa langkah. Pertama-tama, peneliti melakukan studi literatur berdasarkan topik penelitian yang sudah ditentukan, yaitu belanja impulsif. Setelah itu, peneliti mencari informasi mengenai topik tersebut dari buku, jurnal, dan bacaan-bacaan lain yang membahas perilaku belanja impulsif dan teori yang mendasari, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Setelah itu peneliti merumuskan permasalah penelitian, yaitu apakah locus of control memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif? Rumusan masalah tersebut dijawab dengan menentukan tujuan penelitian, yaitu melihat pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif. Tujuan tersebut akan menjadi batasan dalam penelitian.

Kemudian peneliti mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dan melakukan pilot study. Pilot

study dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 75 partisipan, namun hanya 51 kuesioner yang

dapat terpakai. Sedangkan 24 kuesioner lainnya yang tidak terpakai disebabkan karena ada beberapa item yang tidak diisi oleh partisipan. Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas pada kedua alat ukur dengan menggunakan bantuan program SPSS. Alat ukur belanja impulsif memiliki 20 item, namun berdasarkan hasil perhitungan, maka peneliti menghilangkan 5 item yang kurang baik. Item-item yang tersisa berjumlah 15 dan memiliki reliabilitas 0,824. Sedangkan alat ukur locus of control dengan jumlah item 12 harus menghapus 5 item yang kurang baik, dan reliabilitas dari 7 item yang tersisa adalah 0,604. Lalu, peneliti menambah item pada alat ukur locus of control serta melakukan expert

judgement kembali. Setelah itu, alat ukur tersebut digabungkan dengan alat ukur belanja impulsif yang

sudah baik dan langsung digunakan dalam penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan di beberapa mal yang berlokasi di sekitar Jakarta Selatan pada tanggal 15 sampai 20 Januari 2013.

Data kuesioner diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS. Peneliti melakukan analisis item menggunakan metode Pearson Correlation, pengukuran reliabilitas alat ukur menggunakan metode

Cronbach’s Alpha, uji normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov untuk melihat populasi penelitian

ini berdistribusi normal atau tidak, uji linearitas untuk menentukan metode yang akan dipakai untuk uji hipotesis, melakukan uji hipotesis dengan metode regresi linear, serta mengukur korelasi antara belanja impulsif dan locus of control. Hasil uji hipotesis menghasikan Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, locus

of control berpengaruh signifikan terhadap belanja impulsif.

Hasil dan Pembahasan

Hipotesis

Menurut Sugiyono (2007), hipotesis merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang bersifat sementara. Dikatakan sementara karena jawaban tersebut hanya didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris. Penelitian ini menggunakan jenis hipotesis asosiasi. Sugiyono (2007) mendefinisikan hipotesis asosiasi sebagai istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat (analisa data antara dua variabel penelitian yang bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut).

Dalam hipotesis asosiasi terdapat dua format, yaitu hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis null (Ho).

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan locus of control terhadap belanja impulsif. Ha : Ada pengaruh yang signifikan locus of control terhadap belanja impulsif.

(5)

5 Data Demografis

Informasi data demografis yang didapat dari kuesioner penelitian, antara lain: usia, status pekerjaan, dan status pernikahan.

Tabel 1. Usia Partisipan

Usia Jumlah

41 – 49 50

50 – 59 36

60 – 65 14

Berdasarkan tabel di atas, partisipan berusia 41 – 49 tahun sebanyak 50 individu (50%), usia 50 – 59 tahun sebanyak 36 individu (46%), dan usia 60 – 65 tahun sebanyak 14 individu (14%).

Tabel 2. Status Pernikahan

Menikah Belum Menikah

85 partisipan 15 partisipan

Tabel di atas memberikan informasi mengenai jumlah partisipan berdasarkan status pernikahan. Pada penelitian ini, terdapat 85 partisipan wanita yang menikah (85%) dan 15 partisipan yang belum menikah (15%).

Tabel 3. Status Pekerjaan

Bekerja Tidak Bekerja

49 partisipan 51 partisipan

Berdasarkan status pekerjaan, penelitian ini memiliki 49 partisipan bekerja (49%) dan 51 partisipan tidak bekerja (51%).

Hasil Pengolahan Data a. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji linearitas, uji hipotesis dilakukan dengan metode regresi linear. Berikut adalah hasil penghitungannya:

Tabel 4. Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif

Uji hipotesis menunjukkan signifikansi 0,004. Nilai signifikansi <0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, locus of control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja impulsif. Besar pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5. Besar Pengaruh Locus of Control terhadap Belanja Impulsif

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

0.284 0.080 0.071 5.635

Standardized Coefficients t Sig.

(6)

6

Nilai R Square adalah 0,080. Artinya, locus of control mempengaruhi belanja impulsif sebesar 8%. Berdasarkan hasil uji tambahan, didapat bahwa locus of control internal memberikan kontribusi sebesar 4,9% dan locus of control eksternal sebesar 6,7%.

Tabel 6. Besar Pengaruh Locus of Control Internal terhadap Belanja Impulsif

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

0.222 0.049 0.040 5.729

Tabel 7. Besar Pengaruh Locus of Control Eksternal terhadap Belanja Impulsif

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

0.258 0.067 0.057 5.677

b. Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk melihat arah hubungan locus of control dengan belanja impulsif. Hasil uji korelasi menunjukkan locus of control memiliki hubungan yang signifikan dengan belanja impulsif. Berikut adalah hasil penghitungannya:

Tabel 8. Hubungan Locus of Control Internal dan Eksternal dengan Belanja Impulsif

Locus of Control Belanja Impulsif

Locus of Control Internal

Pearson Correlation 1 -0.222

Sig. (2-tailed) 0.026

N 100 100

Locus of Control Eksternal Pearson Correlation 1 0.258

Sig. (2-tailed) 0.009

N 100 100

Berdasarkan tabel di atas, locus of control internal memiliki hubungan negatif dengan belanja impulsif. Artinya, semakin tinggi locus of control internal semakin rendah belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control internal, maka semakin tinggi belanja impulsif. Sedangkan locus of control eksternal memiliki arah hubungan positif. Artinya, semakin tinggi locus of control eksternal, maka semakin tinggi belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control eksternal, maka semakin rendah belanja impulsif.

c. Uji T

Peneliti melakukan uji t terhadap partisipan berdasarkan status pekerjaan. Berdasarkan hasil perhitungan uji t independen, varians antara wanita bekerja dan tidak bekerja adalah sama. Berarti secara statistik tidak ada perbedaan rata-rata belanja impulsif pada wanita yang bekerja maupun tidak bekerja.

(7)

7

Tabel 9. Uji T pada Partisipan Bekerja dan Tidak Bekerja Signifikansi Levene's Test Uji T t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference Equal variances assumed 0.054 0.234 98 0.816 0.275 1.175 d. Norma

Norma variabel belanja impulsif dan locus of control dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berikut tabel kategorisasi norma belanja impulsif dan locus of control.

Tabel 10. Norma Belanja Impulsif

Nilai Kategori Frekuensi

14 – 27 Non-impulsif sampai tingkat ringan 29

28 – 41 Tingkat impulsif sedang 68

42 – 56 Impulsif murni atau tingkat impulsif tinggi 3

Tabel di atas menunjukan bahwa 29 partisipan melakukan belanja non-impulsif sampai tingkat rendah (29%), 68 peserta melakukan belanja impulsif sedang (68%), dan 3 partisipan melakukan belanja impulsif murni atau tingkat tinggi (3%).

Tabel 11. Norma Locus of Control Internal

Nilai Kategori Frekuensi

5 – 9 Locus of control internal rendah -

10 – 14 Locus of control internal sedang 21

15 – 20 Locus of control internal tinggi 47

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 68 partisipan yang memiliki kecenderungan pada locus of control internal. 69,12% memiliki locus of control internal yang tinggi, sedangkan 30,88% lainnya memiliki

locus of control internal tingkat sedang.

Tabel 12. Norma Locus of Control Eksternal

Nilai Kategori Frekuensi

6 – 11 Locus of control eksternal rendah -

12 – 17 Locus of control eksternal sedang 16

18 – 24 Locus of control eksternal tinggi 14

Tabel di atas menunjukan bahwa 30 partisipan memiliki kecenderungan pada locus of control eksternal. 46,67% memiliki locus of control eksternal yang tinggi, sedangkan 53,33% lainnya memiliki

locus of control eksternal tingkat sedang. Namun, ada 2 partisipan wanita yang memiliki nilai yang sama

pada kecenderungan locus of control internal maupun locus of control eksternal. Oleh karena itu, kedua partisipan tersebut tidak dapat dikategorisasikan.

(8)

8 Bahasan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa locus of control memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif sebesar 8%. Berarti, 92% merupakan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi belanja impulsif. Berdasarkan hasil uji hipotesis tambahan, locus of control internal memiliki pengaruh terhadap belanja impulsif sebesar 4,9%, dan locus of control eksternal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja impulsif, yaitu sebesar 6,7%.

Utami dan Sumaryono (2008) menyatakan bahwa belanja impulsif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: karakteristik produk, karakteristik pemasaran, dan karakteristik konsumen. Karakteristik produk berkaitan dengan kesan yang diciptakan oeh produk tersebut, sehingga konsumen tertarik untuk membeli, misalnya: manfaat produk, harga, ukuran, dan sebagainya. Karakteristik pemasaran berhubungan dengan teknik marketing yang digunakan oleh para pengusaha ritel dalam menarik perhatian konsumen agar melakukan pembelian, misalnya: iklan, tampilan produk, tata letak, dan lainnya. Sedangkan karakteristik konsumen berhubungan dengan faktor-faktor dalam diri konsumen yang dapat mempengaruhi perilaku berbelanja, misalnya: kepribadian, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, hubungan sosial, dan faktor-faktor demografis lainnya.

Penelitian ini juga menunjukan hubungan antara locus of control internal terhadap belanja impulsif bersifat negatif, sedangkan locus of control eksternal bersifat positif. Menurut Pinto (2004), individu dengan locus of control internal cenderung lebih percaya diri, lebih yakin, serta memiliki inisiatif dan berusaha mengendalikan impulsifitas yang mereka rasakan. Sehingga, individu dengan locus of control internal lebih mampu menahan lebih mampu menunda kepuasan, tidak mudah terpengaruhi oleh produk, dan mampu menahan dorongan atau impulse untuk membeli (Widawati, 2011). Widawati (2011) juga mengatakan bahwa individu dengan locus of control eksternal memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk melakukan perilaku belanja impulsif, karena lebih mudah dipengaruhi oleh peran keluarga, teman, iklan, tampilan fisik, dan faktor eksternal lainnya.

Berdasarkan data demografis dalam penelitian ini, status pernikahan juga mempengaruhi belanja impulsif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa wanita menikah cenderung melakukan belanja impulsif. Widawati (2011) mengatakan bahwa hal tersebut mungkin terjadi karena peningkatan jumlah anggota keluarga, sehingga tingkat kebutuhan bertambah, didukung juga dengan tata cara pembayaran yang semakin mudah melalui kartu kredit mendorong para wanita untuk melakukan belanja tanpa perencanaan yang matang.

Hasil uji t independen menunjukan bahwa wanita tidak bekerja maupun wanita bekerja melakukan belanja impulsif. Peneliti menarik kesimpulan bahwa status pekerjaan tidak membedakan wanita bekerja dan yang tidak bekerja dalam melakukan belanja impulsif. Menurut Verplanken dan Herabadi (2001), belanja impulsif lebih banyak melibatkan faktor emosionalitas dibandingkan dengan faktor kognitif atau rasionalitas. Utami dan Sumaryono (2008) mengatakan bahwa wanita memiliki peluang yang besar untuk melakukan belanja impulsif. Hal tersebut mungkin terjadi karena kaum wanita mengutamakan sisi emosionalitas yang relevan dengan konsep belanja impulsif. Jadi, status pekerjaan tidak menjadi faktor yang mendukung terjadinya belanja impulsif, namun lebih kepada jenis kelamin.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Assael (1993) mengatakan bahwa aktivitas belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun, tanpa kontrol diri, serta cenderung mengabaikan dampak buruk yang mungkin terjadi, seperti pengeluaran anggaran rumah tangga yang tidak sesuai rencana, kualitas produk yang tidak sesuai dengan harapan, terlibat hutang, kesulitan dalam membayar tagihan kartu kredit, serta dampak negatif lain yang dapat menimbulkan masalah-masalah baru, seperti konflik rumah tangga (Sugiharti, 2011).

Maka dari itu, rumusan penelitian ini, yaitu: apakah ada pengaruh locus of control terhadap belanja impulsif? Hipotesis null (Ho) dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh signifikan antara locus of

control internal dan locus of control eksternal terhadap belanja impulsif. Sedangkan hipotesis alternatif

(Ha) dalam penelitian ini adalah ada pengaruh signifikan antara locus of control internal dan locus of

control eksternal terhadap belanja impulsif. Dalam penelitian ini, Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, locus of control internal maupun locus of control eksternal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

(9)

9

Berdasarkan uji korelasi, antara belanja impulsif dan locus of control internal memiliki hubungan yang negatif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi locus of control internal, semakin rendah belanja impulsif, dan semakin rendah locus of control internal, maka semakin tinggi belanja impulsif. Sedangkan antara locus of control eksternal dan belanja impulsif memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Artinya, semakin tinggi locus of control eksternal, semakin tinggi belanja impulsif, dan semakin rendah

locus of control eksternal, maka semakin rendah belanja impulsif. Namun, hasil uji t pada partisipan

bekerja dan tidak bekerja menunjukan hal sebaliknya. Partisipan yang memiliki locus of control internal melakukan pembelian impulsif, dari tingkat sedang sampai tingkat tinggi.

Saran

Dalam penelitian ini, alat ukur locus of control memiliki reliabilitas yang cukup baik. Namun, penelitian selanjutnya perlu menambahkan item, baik dari dimensi internal maupun eksternal, sehingga reliabilitas alat ukur bisa lebih baik lagi. Peneliti selanjutnya juga bisa mengubah skala alat ukur locus of

control menjadi force-choice atau lainnya.

Sedangkan alat ukur belanja impulsif sudah baik, namun peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan adaptasi ulang terhadap alat ukur dari Verplanken dan Herabadi (2001) dan menambah beberapa item yang menggambarkan pola berbelanja yang khas dari konsumen di Indonesia, agar alat ukur belanja impulsif tersebut betul-betul menggambarkan perilaku konsumen di Indonesia.

Penelitian ini hanya mengambil partisipan wanita dan mencatat beberapa data demografis saja, seperti: usia, status pernikahan, dan status pekerjaan. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberikan saran untuk mengambil partisipan wanita dan juga pria, sehingga dapat diteliti lebih lanjut mengenai perbandingan belanja impulsif yang dilakukan oleh kaum pria dan kaum wanita. Data demografis juga dapat ditambahkan dengan jumlah anak, jumlah pendapatan keluarga per bulan, domisili, dan sebagainya. Peneliti selanjutnya juga bisa mengubah rentang usia dan memperluas area penelitian.

Bagi para pelaku belanja impulsif, hal pertama yang bisa dilakukan adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan bersifat mendesak dan harus menjadi prioritas utama untuk dipenuhi, sedangkan keinginan bersifat tidak mendesak dan dapat ditunda. Sebelum pergi berbelanja, periksa tempat penyimpanan makanan atau pakaian untuk memutuskan barang-barang yang perlu dibeli. Selain itu, buat daftar belanja dan perkiraan harga, serta membawa uang tunai sesuai dengan perkiraan tersebut. Bila perlu, hindari penggunaan kartu kredit. Hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan aktivitas olah raga untuk mengisi waktu luang agar tidak merasa bosan dan mengurangi kebiasaan pergi ke mal.

(10)

10

Referensi

Adelar, S. B. (2008). Paruh Baya: Bukan Puber Kedua..! Diperoleh tanggal 30 Oktober 2012 dari https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:WdUugZgU25cJ:repository.binus.ac.id/content/L014 2/L014298451.doc+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESgSrvmCzHFmayWesAX8z_dsc0BgG UXTJm93DGnIlyBF5G5Om8oasBeFPNAI9Sk0rmOQWRP0NIART51xVcTsjPz6zQpJnCgc_XZv

EB2TBpQubqne-zCzkG3QIyn_mPW3Hs8c9adD&sig=AHIEtbRCOI928VbrAjDqXbNPdg_H25jmfQ Andari, I. E. (2012). Kebutuhan Vs Keinginan. Diperoleh tanggal 21 Oktober 2012 dari

http://blog.student.uny.ac.id/ilaniaeka/2012/09/25/kebutuhan-vs-keinginan/

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

Assael, H. (1993). Marketing: Principles & strategy. Kanada: Dryden Press.

Denden, F. A. (2011). Konsumerisme, Penyakit di Akhir Tahun. Diperoleh tanggal 28 November 2012 dari https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:_2TelAnPoIkJ:www2.jogjabelajar.org/modul/how/k/ konsumen/c_Konsumerisme.pdf+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESitOlv77YKMoE6mgGm DXGxyCoS3le7qk2usExBcwC9uDFcb_Vo3Tgmr_4uSug3Rffkr_oXVc_1kKtF1T2jJ3LJUWEjR_eI Rx6QaTCK7eJ7lJOMPGl68mAnSWL65pot4g1jnB5Ny&sig=AHIEtbScDbGgNam-f-ht7c5LDfky6IZjPg

Fahimatul, I. (2008). Locus of control. Diperoleh tanggal 21 Oktober 2012 dari https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:QDHRM8QZEOkJ:lib.uin- malang.ac.id/thesis/introduction/06410066-fahimatul-ilmiyah.ps+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShQMP9B2qRNlNFzOD54B2P5WU1TlncZ9C HZAx7_PukticNKOoEAivSga1J7dXnasOi98- Eiz7TEj8ZDROrsLuewIm8CHnXIJavnY7pdXsA_Bgn9jYOWYocqoZH3Tu-VMhxinm8c&sig=AHIEtbTSgtDlvBFiAeWEs9CK-3p1CmL3Ew

Huddleston, P. & Minahan, S. (2011). Consumer behavior: Women and shopping. New York: Business Expert Press.

Londhe, B. R. (2006). Retail and Management Distribution. Pune: Nirali Prakashan. Ma’aruf, H. (2005). Pemasaran ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ridwan, S. (2011). Mal-mal Baru Tetap Akan Hadir di Jakarta Hingga 2012. Diperoleh tanggal 17 Oktober 2012 dari http://finance.detik.com/read/2011/07/14/084008/1680919/1016/mal-mal-baru-tetap-akan-hadir-di-jakarta-hingga-2012

Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research, 14(2), hal. 189-199. Rotter, J. B. (1960). Social learning and clinical psychology. New York: Prentice-Hall.

Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku konsumen. Jakarta: PT. Indeks.

Schultz, D. P. & Schultz, S. E. (2005). Theories of personality. (edisi ke 8). California: Thomson Wadsworth.

Semuel, H. (2007). Respon lingkungan berbelanja sebagai stimulus pembelian tidak terencana pada toko

serba ada (toserba). Skripsi S1. Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Sugiharti, S. (2011). Perkembangan Ritel di Indonesia. Diperoleh tanggal 17 Oktober 2012 dari http://www.scribd.com/doc/56038053/56/Perkembangan-Ritel-di-Indonesia

Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya, A. (1993). Teori-teori holistik: Organismik-fenomenologis. Yogyakarta: Kanisius. Tambunan, T. (2005). Kebijakan Investasi dan Pemulihan Usaha. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Politik,

6(3).

Utami, F. A. & Sumaryono. (2008). Pembelian Impulsif Ditinjau dari Kontrol Diri dan Jenis Kelamin pada Remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi, 3(1), hal. 46 -55.

Verplanken, B. & Herabadi, A. G. (2001). Consumption Experience of Impulse Buying in Indonesia: Emotional Arousal and Hedonistic Considerations. Asian Journal of Social Psychology, 12, hal. 20– 31.

Widawati, L. (2011). Analisis Perilaku “Impulsive Buying” dan “Locus of Control pada Konsumen di Carrefour Bandung. MIMBAR, 21(2), hal. 125-132.

Youn, S. & Faber, R. J. (2000). Impulse Buying: It’s Relation to Personality Traits and Cues. Advances in

(11)

11

Riwayat Penulis

Wiwin lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1991. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2013 dalam bidang ilmu Psikologi. Saat ini bekerja sebagai aktivis di Gereja GBI Citra II-Extention sebagai koordinator acara kebaktian dengan spesifikasi tugas planning

Referensi

Dokumen terkait

Lalu , mereka mengepak barang-barangitu dan menyimpannya di atas langit-Iangit kamarnya (di bawah genting). Oi atas langit-Iangit itu telah dibuat semacam lemari

Honda yang sampai saat ini masih memimpin pasar. Sistem penjualan dan pembelian pada perusahaan tersebut sudah terkomputerisasi., namun pada setiap bagian operasional masih

Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Sudarto SH, Tembalang, Semarang, Telp. Dengan kelebihan yang ditawarkan oleh alat tersebut adalah

Dengan adanya keluhan rasa sakit yang dirasakan operator diantaranya rasa pegal dan nyeri pada otot leher, punggung, bahu, lengan, pergelangan tangan dan kaki, yang

j Tidak ditaklilkan atau digantungkan dengan suatu hal lain k Tidak dibatasi waktunya l Dapat diserah terimakan m Barang merupakan milik sendiri atau mendapat izin dari pemilik

Pada saat persidangan, majelis hakim telah mene- mukan fakta dalam persidangan yang pada pokoknya bahwa semua syarat pernikahan telah dipenuhi, kec- uali syarat

Untuk menentukan strategi pesan yang dilakukan Riau Rhtym Chambers Indonesia agar lebih melakukan pengembangan dan mencari lebih jauh keuinikan ± keunikan dari

Peningkatan aktivitas belajar siswa ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain model pembelajaran Discovery Learning yang menuntut siswa untuk lebih aktif