• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP TENTANG MATA PELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP TENTANG MATA PELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP TENTANG MATA PELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

YULI DWI KHAIRANI

Hasil belajar adalah kemampuan anak yang diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang diajarkan.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar

Lampung diketahui bahwa secara keseluruhan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah, yaitu dari sebanyak 111 siswa, hanya 48 siswa atau 43,25% yang mendapatkan nilai lebih dari 79. Dengan kata lain, hanya 43,25% bahan pelajaran yang dikuasai oleh siswa atau masih dalam kriteria rendah. Secara umum hal-hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar terbagi atas dua factor, yaitu factor internal dan eksternal. Diantara banyak factor yang dapat mempengaruhi hasil belajar diduga factor tingkat intelligence quotient, sikap tentang mata pelajaran dan iklim sekolah memiliki peranan penting.

(2)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS yang berjumlah 111 siswa dengan sampel 84 siswa . metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survey. Data yang terkumpul melalui angket, diolah dengan program SPSS 16. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan regresi linier sederhana, sedangkan

hipotesis keempat menggunakan multiple

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,432 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 6,093 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung> ttabel

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap siswa tentang mata pelajaran terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,396 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 5,705 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung>

ttabel

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,312 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 7,081 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung> ttabel

4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan tingkat IQ, sikap tentang mata pelajaran dan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh r2= 0,420 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 76,535 sedangkan ttabel =

1,989, ini berarti thitung> ttabel

(3)
(4)
(5)
(6)

PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP SISWA TENTANG MATA PELAJARAN EKONOMI DAN

IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

YULI DWI KHAIRANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat penelitian Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Hasil Belajar ... 13

2. Intelligence Quotient ... 26

3. Sikap siswa tentang pelajaran ekonomi ... 30

4. Iklim Sekolah ... 36

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Pikir.. ... 42

D. Hipotesis ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel ... 49

1. Populasi ... 49

2. Sampel... ... 49

(8)

C. Variabel Penelitian ... 51

D. Definisi Konseptual dan Operasional ... 51

1. Definisi Intelligence Quotient (X1) ... 51

2. Definisi sikap tentang mata pelajaran (X2) ... 52

3. Definisi iklim sekolah… ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Skala Psikologi... ... 56

2. Angket. ... 56

3. Dokumentasi ... 56

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 57

1. Uji Validitas ... 57

2. Uji Reliabilitas ... 59

G. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda 1.Syarat Pengujian Statistik Parametrik……… 61

a. Uji Normalitas ... 62

b. Uji Homogenitas ... 62

2. Uji Asumsi klasik untuk Regresi Ganda... 63

a. Uji linier garis Regresi ... 63

b. Uji Multikolinieritas ... 64

c. Uji Autokorelasi ... 64

d. Uji Heteroskedastisitas ... 64

H. Tehnik Analisis Data ... 65

1. Pengujian Hipotesis secara parsial ... 65

2. Pengujian Hipotesis secara Simultan ... 66

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 68

2. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 69

3. Tujuan SMA Negeri 3 Bandar lampung ... 70

4. Kondisi sarana dan prasarana.. ... 71

5. Keadaan Personil Sekolah.. ... 72

B. Gambaran Umum responden ... 74

C. Deskripsi Data ... 74

1. Intelligence Quotient (X1) ... 75

2. Sikap siswa tentang mata pelajaran (X2) ... 79

3. Iklim Sekolah (X3) ... 82

4. Data Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 85

D. Uji Persyaratan Statistik Parametrik (Analisis Data) ... 87

1. Uji Normalitas ... 87

1. Uji Normalitas X1 ... 88

2. Uji Normalitas X2 ... 89

(9)

1. Uji Kelinieran Regresi ... 95

1. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X1... 95

2. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X2... 96

3. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X3... 97

2. Uji Multikolinieritas ... 98

3. Uji Autokorelasi ... 100

4. Uji Heterokedastisitas ... 101

F. Uji Hipotesis ... 105

1. Pengujian Hipotesis secara parsial (sendiri-sendiri)………... 105

1.1. Hipotesis Pertama……….. . 106

1.2. Hipotesis Kedua ... 108

1.3. Hipotesis Ketiga ... 110

G. Regresi Linier Multiple ... 112

H. Pembahasan... ... 116

1. Pengaruh Intelligence Quotient Terhadap Hasil Belajar Ekonomi 116

2. Pengaruh Sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi Terhadap Hasil Belajar Ekonomi……… 117

3. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi ... 119

4. Pengaruh Intelligence Quotient, Sikap tentang mata pelajaran dan Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012... 121

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .. ... 124

B. Saran ... ... 125

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dimulai dari

manusia lahir ke dunia hingga manusia wafat, belajar akan selalu terjadi selama

manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

merupakan upaya mengembangkan kemampuan dasar alami manusia yang sudah

diberikan Tuhan kepada setiap manusia, tanpa proses belajar manusia tidak akan bisa

hidup. Belajar menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia untuk terus

meningkatkan kapasitasnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya

belajar melalui pengalaman.

Makna belajar dalam arti luas dapat dilakukan dimana saja, dan kapan saja. Baik

dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, dalam keadaan sadar misalnya ia sengaja

untuk mempelajari sesuatu bidang atau hal, sedangkan secara tidak sadar misalnya

ketika mengalami hal-hal yang tidak terduga seperti tertimpa musibah atau sedang

sakit, secara tidak sengaja ia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut

(11)

mahluk yang mempunyai karya, karsa dan rasa menjadikan manusia berkewajiban

menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensinya untuk kehidupan yang lebih

baik.

Belajar merupakan bagian dari pendidikan manusia. Melalui pendidikan, proses

belajar manusia bisa mencapai titik tertinggi. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap

manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM).

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menjelaskan “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha untuk mengembangkan hal

tersebut merupakan tanggung jawab yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh setiap

lembaga pendidikan. menurut Ihsan dalam Saptawati (2012), Pendidikan yang

dikelola dengan tertib, teratur, efektif, dan efisien akan mampu mempercepat jalannya

(12)

3

masyarakat suatu negara untuk membangun bangsanya ke arah yang lebih baik.

Semakin baik pendidikan suatu Negara, maka akan semakin baik pula kehidupan

bangsa tersebut.

Manusia secara umum mendapatkan pendidikan melalui lembaga pendidikan formal

seperti sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam hal

memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekolah juga yang bertanggung

jawab untuk mencetak anak didik yang unggul dalam prestasi dan berkarakter.

Dalam kurikulum SMA terdapat mata pelajaran ekonomi yang harus dipelajari siswa.

Tujuan pembelajaran ekonomi adalah dapat membantu siswa mempelajari dan

memahami perilaku manusia (lembaga pemerintah/swasta) di sekitarnya dalam

memanfaatkan sumber daya, dan caranya dalam mengambil keputusan. (sumber :

http://jahrizal.blogspot.com), Pelajaran ekonomi merupakan pelajaran yang pokok

dan sudah ada di kurikulum jurusan IPS. Selain daripada itu mata pelajaran ekonomi

juga merupakan pengetahuan umum yang harus dimiliki seseorang untuk

menyelesaikan permasalahan sosial. Karena yang mendasar dipelajari di ekonomi

yaitu: kelangkaan, memilih (opportunity cost), productivity, economic system,

economic institusi &intensif, exchange, money & interdepensi. Dengan mempelajari

mata pelajaran ekonomi siswa diharapkan dapat memanfaatkan Sumber Daya Alam

yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di masa yang akan datang.

Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ekonomi di SMAN 3 Bandar Lampung

(13)

siswa masih sering terjadi. Beberapa siswa cenderung bolos dari kelas ketika

pelajaran berlangsung. Ketika ditanyakan alasan kenapa bolos, siswa sering kali

mencari alasan. Selain masalah ketidakhadiran, sikap siswa terhadap mata pelajaran

ekonomi tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa ketika

guru menjelaskan dan kurang aktifnya siswa dalam belajar.

Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ekonomi adalah kemampuan siswa

ketika menjawab soal yang mencerminkan kompetensi yang dimiliki, apakah siswa

dapat menjawab dengan baik atau tidak. Kompetensi yang dimiliki siswa didasarkan

pada hasil belajar ekonomi apakah sudah mencapai 65% atau belum. Hal ini sejalan

dengan pendapat Djamarah (2000: 18) apabila pelajaran yang diajarkan kurang dari

65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran

tersebut tergolong rendah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS

semester ganjil di SMAN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013,

pembelajaran ekonomi yang selama ini dilakukan belum maksimal hal ini dapat

dilihat dari hasil belajar Ekonomi yang dicapai siswa belum optimal. Hal tersebut

(14)

5

Tabel 1. Prestasi Belajar Ekonomi Berdasarkan Nilai Semester Pada Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Nilai Jumlah siswa

<70 ≥ 70

1. XI IPS 1 14 18 32

2. XI IPS 2 24 16 40

3, XI IPS 3 25 14 39

Jumlah Siswa 63 48 111

% 56,75 43,25 100

Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar siswa masih tergolong rendah, karena tidak

mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang sudah ditentukan sekolah yaitu

70, meskipun pada umumnya sudah melebihi rata-rata nilai. Data di atas menunjukan

dari 111 siswa kelas XI IPS terdapat 63 orang yang tidak mencapai KKM yaitu

sebanyak 56,75 % atau lebih dari setengah siswa kelas XI IPS. Sisanya sebanyak 48

siswa sudah mencapai KKM atau sebanyak 43,25%.

Pada proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Sumadi (2008: 48) bahwa faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah.

1. faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar terdiri dari:

a. faktor non sosial meliputi keadaan cuaca, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat-alat-alat pelajaran.

(15)

2. faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar terdiri dari:

a. faktor fisiologis meliputi kondisi jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

b. faktor psikologis meliputi sikap, cara, minat, bakat dan motivasi.

Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani diri individu itu sendiri, biasanya

berhubungan erat dengan fungsi- fungsi fisik misalnya kesehatan, panca indra, dan

lain-lain. Faktor psikologis berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat psikis

misalnya motivasi, minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial yang

dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada

(hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Faktor

non-sosial boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya, sebagai contoh antara lain yaitu

keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, dan alat-alat yang dipergunakan untuk

belajar. Factor dalam diri siswa yang diduga berpengaruh adalah tingkat IQ dan sikap

tentang mata pelajaran sedangkan factor eksternal adalah iklim sekolah.

Hasil belajar siswa kelas XI IPS masih tergolong rendah disebabkan oleh banyak

faktor. Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan prestasi belajar di SMAN 3

Bandar Lampung antara lain : tingkat IQ (inteligensi quotient), sikap siswa terhadap

mata pelajaran dan iklim sekolah.

Tingkat IQ (inteligensi quotient), inteligensi sering juga disebut kecerdasan

intelektual. Menurut Joseph dalam (Fabiola: 2005) Kecerdasan dalam arti umum

adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan

(16)

7

kapasitas umum individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk

menghadapi kehidupan secara rasional.

Selain faktor tingkat IQ, faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah sikap siswa tentang mata pelajaran. Menurut Harlen “Sikap merupakan

kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu

objek atau situasi tertentu” dalam hal ini, objeknya adalah pelajaran Ekonomi, yaitu

salah satu pelajaran yang struktural di jurusan IPS. Sedangkan Menurut Gerungan

(152:2000) sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju suatu tujuan,

berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan .suatu pengetahuan,

tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan dan kecenderungan bertindak sesuai

dengan pengetahuan itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap siswa meliputi

pengetahuan siswa yang disertai tindakan sesuai dengan pengetahuan itu. Sikap siswa

terhadap pelajaran ekonomi adalah kecenderungan untuk bertindak bagi siswa setelah

siswa mengetahui pelajaran ekonomi, sikap siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar

Lampung terhadap mata pelajaran ekonomi sangat rendah hal tersebut dapat dilihat

dari kurang bersemangatnya siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Faktor ketiga yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar adalah iklim sekolah.

Iklim adalah banyak hal yang dapat mendukung daya konsentrasi siswa saat belajar,

kenyamanan merupakan daya dukung utama setiap individu untuk berkonsentrasi,

sehingga tercipta suasana yang nyaman dan kondusif. Sebagai sarana untuk

menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif diperlukan adanya kerjasama dari

(17)

dewan guru, staf dan siswa. Iklim sekolah adalah suasana yang tercipta dari pola

hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Menurut

Wiyoko dalam Rofiah, Dewi Nur (2007:10) Jadi, iklim berkaitan dengan sejauh mana

komunikasi siswa dengan guru dan apakah ada interaksi antara guru dan murid di

kelas ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung maupun di luar jam

pelajaran. Interaksi dua arah antara guru dengan murid belum optimal. Hal ini terlihat

dari hampir tidak ada siswa yang bertanya setelah guru menjelaskan materi

pelajarannya. Begitu pula dengan interaksi antar siswa, belum tercipta interaksi yang

maksimal saat mereka melakukan diskusi kelas.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH TINGKAT IQ, SIKAP TERHADAP PELAJARAN EKONOMI, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Sebanyak 56,75% nilai semester Ekonomi siswa dibawah KKM (kriteria

ketuntasan minimal).

(18)

9

3. Sikap siswa terhadap mata pelajaran ekonomi tergolong rendah. Hal ini dapat

dilihat dari kurangnya perhatian siswa ketika guru menjelaskan dan kurang

aktifnya siswa saat kegiatan belajar mengajar..

4. Iklim sekolah belum kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.

Karena.seringkali saat jam pelajaran berlangsung beberapa siswa tidak hadir dan

aktivitas siswa yang pasif saat pelajaran.

5. Interaksi dua arah antara guru dengan murid belum optimal.

6. Adanya ketidakjelasan hubungan tingkat IQ dengan hasil belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas, maka masalah dalam penelitian ini

dibatasi pada permasalahan yang berkaitan dengan tingkat IQ (X1), sikap terhadap

mata pelajaran ekonomi (X2), iklim sekolah (X3) dan hasil belajar ekonomi (Y) pada

siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2012/2013

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas

(19)

2. Apakah ada pengaruh sikap terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil

belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2012/2013?

3. Apakah ada pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa

kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?

4. Apakah ada pengaruh, tingkat IQ, sikap terhadap pelajaran, dan iklim sekolah

terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ;

1. Pengaruh tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS

SMAN 3 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Pengaruh sikap terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil belajar

ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar lampung Tahun Pelajaran

2012/2013.

3. Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS

SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

4. Pengaruh tingkat IQ, sikap terhadap pelajaran, dan iklim sekolah terhadap hasil

belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun

(20)

11

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

Secara teoritis, memberikan informasi bagi peneliti, dan untuk mengembangkan

pengetahuan khususnya pengetahuan tentang pendidikan.

1. Secara praktis, penelitian ini digunakan bagi:

a. Siswa, yaitu setelah mengetahui prosentase pengaruh tingkat IQ, sikap tentang

mata pelajaran ekonomi, dan iklim sekolah, siswa diharapkan dapat

memperbaiki sikapnya tentang mata pelajaran ekonomi, dan ikut

berpartisipasi menciptakan iklim sekolah yang kondusif.

b. Guru, yaitu diharapakan guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam

mengembangkan proses pembelajaran melalui pemahaman terkait pengaruh

iklim sekolah, sikap terhadap mata pelajaran ekonomi dan tingkat IQ siswa

terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

c. Sekolah, yaitu setelah mengetahui prosentase pengaruh tingkat IQ, sikap

tentang mata pelajaran ekonomi, dan iklim sekolah, seluruh komponen

sekolah berperan langsung memperbaiki masalah yang ada sehingga mampu

(21)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup:

1. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah tingkat IQ (X1), sikap siswa

terhadap mata pelajaran ekonomi (X2), iklim sekolah (X3) dan hasil belajar

ekonomi (Y).

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester

ganjil.

3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMAN 3 Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah tahun pelajaran 2012/2013.

5. Ruang Lingkup Ilmu

(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah Deskriptif Verifikatif, dengan menggunakan

pendekatan ex post facto dan survey.

Menurut Sugiyono (2010:7) ex post facto merupakan suatu penelitian yang

dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke

belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian

tersebut. Sedangkan metode survey menurut Riduwan (2004) adalah penelitian

yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan

kejadian- kejadian relatif, distributing, dan hubungan-hubungan antar variabel.

Menurut Sugiyono (2010:13) berdasarkan jenis data yang dianalisis, penelitian ini

tergolong dalam penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berbentuk

(23)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI IPS SMA N 3

Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 3 kelas dengan jumlah

keseluruhan 111 siswa.

Tabel 2.Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA N 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPS 1 32

2 XI IPS 2 40

3 XI IPS 3 39

Jumlah 111

Sumber: Guru Mata Pelajaran Ekonomi

2. Sampel

Dalam penelitian ini, penentuan besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus T.

Yamane, yaitu:

n= � 1+��2

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

�2= tingkat signifikansi (0,05)

(Budi Kustoro dan Basrowi, 2006:205)

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel dalam penelitian

(24)

50

N = 111

1 + 111 (0,05)2

= 84,4 (dibulatkan menjadi 84)

Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 84 siswa.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability

random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi yang dipilih

untuk menjadi sampel.

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi

proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional. Hal ini dilakukan

dengan cara:

Jumlah sampel tiap kelas = �� � ℎ�� �

� � ℎ � �� x jumlah siswa tiap kelas

Table 3. Perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas Kelas Perhitungan Pembulata

n

Presentase %

XI IPS 1 32 24 28,58

XI IPS 2 40 30 35,71

XI IPS 3 39 30 35,71

Total 84 100

Penentuan siswa yang dijadikan sampel tiap kelas dilakukan dengan cara undian.

Cara undian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menarik

(25)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independen)

dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas (independen) sering disebut

variabel stimulus atau variabel predictor yaitu ubahan yang menjadi sebab

berubahnya atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel terikat

(dependen) disebut juga sebagai variabel output atau variabel Kriteria yaitu

ubahan yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya pengaruh variabel

independen.

Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu:

1. Variabel Independen atau Variabel Bebas

Variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah tingkat IQ (X1), sikap siswa

terhadap mata pelajaran (X2) dan iklim sekolah (X3).

2. Variabel Dependen atau Variable Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi (Y)

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 1. Intelligence Quotient (X1)

a) Definisi konseptual

Inteligensi merupakan kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda

dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Herbet Spencer (2001)

b) Definsi operasional

Intelligence Quotient adalah angka yang menunjukkan kemampuan seseorang

(26)

52

yaitu, Verbal (bahasa), Numerik (kemampuan angka), dan Visual-spatial

(kemampuan melihat hubungan antar-ruang) yang memerlukan pengertian

maupun penggunaan symbol-simbol, dalam penelitian ini data tingkat

intelligence quotient (IQ) diperoleh dari tes IQ siswa kelas XI IPS SMAN 3

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013..

2. Sikap siswa terhadap pelajaran ekonomi (X2)

a) Definisi konseptual.

Sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui

pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu

terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.

Allport dalam Djaali (2008:114)

b) Definisi operasional

Sikap tentang mata pelajaran adalah kecenderungan siswa untuk bertindak

terhadap mata pelajaran dan memberikan pengaruh kepada respon siswa

tentang mata pelajaran tersebut. Dapat dilihat dari pemahaman, penerimaan

dan penilaian siswa tentang mata pelajaran tersebut.

c) Kisi-kisi

1) Kognisi, berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa dalam

berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah.

2) Afeksi, berkaitan dengan watak perilaku seperti perasaan, minat,

sikap, emosi, dan nilai.

3) Konasi, berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah seseorang

(27)

3. Iklim sekolah (X3) a) Definisi konseptual

Iklim sekolah adalah suasana dalam organisasi sekolah yang diciptakan oleh

pola hubungan antar pribadi (personal relationship) yang berlaku. Wiyono,

dkk (dalam Dewi Nur Rofiah 2007:10)

b) Definisi operasional

Iklim sekolah adalah keadaan yang terdapat di sekolah seperti kondisi

bangunan, proses pembelajaran, dan interaksi serta norma-norma/aturan yang

dikembangkan di sekolah yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran

disekolah

c) Kisi-kisi

1) Rasa aman dalam lingkungan sekolah

2) Belajar mengajar (teaching and learning)

3) Hubungan interpersona (interpersonal relationship)

4) Institutional environment

4. Hasil belajar (Y)

a) Definisi konseptual

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami

proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses

belajar yang dilakukan yang dinyatakan ke dalam ukuran dan data hasil

belajar.

b) Definisi operasional

Hasil belajar adalah ekonomi adalah skor mata pelajaran ekonomi siswa dari

(28)

54

disusun berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Skor tersebut

mencerminkan kemampuan ekonomi siswa dalam ranah kognitif dari hasil

belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung. dalam

penelitian ini data hasil belajar diperoleh dari nilai hasil ulangan ekonomi

semester ganjil siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran

2012/2013

Tabel 4. Kisi-kisi Angket dan Skala Psikologi

No Variabel Indikator Sub indikator Skala No

Item

1. Sikap siswa

terhadap pelajaran ekonomi (X2)

1. Menerima 2. Merespon 3. Menghargai 4. Bertanggun g jawab 1. Siswa memperhatikan dan mengikuti proses belajar dengan baik

2. Siswa mau

menjawab ketika diberi pertanyaan, menjelaskan, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru

3. Siswa mau

berdiskusi dan bertanya ketika menemukan kesulitan dalam proses belajar

Siswa mengerjakan

tugas yang

diberikan dengan penuh tanggung jawab

Ordinal 1,2,3,4, 11 5,6,7,8 9,10,12 .13,14, 15,16,1 7 18,19,2 0

2. Iklim sekolah (X3)

1. Ketertiban anak dalam

1. Aturan yang

ditetapkan oleh

(29)

belajar di kelas 2. Keakraban 3. Motivasi dari guru 4. Orientasi tugas 5. Persaingan 6. Kontrol dari guru 7. Inovasi dalam belajar mengajar 8. Hubungan sosial guru

2. Sanksi yang

diberikan untuk melaksanakan ketertiban dikelas

3. Saling bertukar pikiran/ pendapat

4. Memberikan semangat belajar

5. Sering memberi tugas dan latihan

6. Melakukan persaingan dalam belajar

7. Guru melakukan pengawasan pada proses belajar

8. Guru dan siswa mengadakan

perubahan di

dalam mengajar

(30)

56

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metode pengumpulan data

antara lain sebagai berikut

1. Skala psikologi

Skala Psikologi adalah instrument pengukuran untuk mengidentifikasi

konstrak psikologis. Seringkali dinamakan dengan tes, namun dalam hal

ini skala psikologis digunakan sebagai istilah untuk atribut afektif,

sedangkan kata tes digunakan untuk atribut kognitif. Pada penelitian ini

digunakan skala psikologi sebagai alat pengumpulan data tentang sikap

siswa tentang mata pelajaran.

2. Angket

Menurut Sugiyono (2011:199) kuisioner/angket adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada

penelitian ini digunakan angket sebagai alat pengumpulan data tentang

iklim sekolah..

3. Dokumentasi

Menurut Koestroro dan Basrowi (2006: 142) dokumentasi merupakan

suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh

data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Teknik ini

digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar ekonomi dan tes

(31)

2012/2013. Dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data sekunder

mengenai jumlah siswa dan keadaan umum SMAN 3 Bandar Lampung..

F. Uji Persyaratan Skala psikologi dan Angket 1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument.

Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas

yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau

memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut.

Untuk menguji tingkat validitas angket , digunakan rumus korelasi product

moment yaitu :

Keterangan:

Rxy= koefisien korelasi antara variable x dan y

X = skor total X

Y = skor total Y

N = jumlah sampel yang diteliti

(Arikunto S, 2006:275)

Dengan kriteria pengujian, jika dengan taraf kesukaran (=0,05 dan dk = n,

(32)

58

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba angket pada variabel X2,

dan X3, kepada 30 orang responden, kemudian dihitung menggunakan

perangkat lunak SPSS. Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan tabel

r Produck Moment dengan  0,05 adalah 0,360, maka diketahui hasil

[image:32.595.149.474.229.529.2]

perhitungan sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X2 No rhitung rtabel Kesimpulan Keterangan

1 0,66 .360 rhitung>rtabel Valid 2 0,47 .360 rhitung>rtabel Valid 3 0,53 .360 rhitung>rtabel Valid 4 0,35 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 5 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 6 0,45 .360 rhitung>rtabel Valid 7 0,44 .360 rhitung>rtabel Valid 8 0,67 .360 rhitung>rtabel Valid 9 0,71 .360 rhitung>rtabel Valid 10 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 11 0,46 .360 rhitung>rtabel Valid 12 0,59 .360 rhitung>rtabel Valid 13 0,54 .360 rhitung>rtabel Valid 14 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 15 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 16 0,41 .360 rhitung>rtabel Valid 17 0,38 .360 rhitung>rtabel Valid 18 0,38 .360 rhitung>rtabel Valid 19 0,29 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 20 0,75 .360 rhitung>rtabel Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012

Kriteria yang digunakan adalah jika r hitung > r tabel, maka soal tersebut valid

dan sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 2 soal yang tidak valid

dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop dan tidak digunakan dalam

penelitian. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian

[image:32.595.147.475.235.530.2]

berjumlah 18 soal.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X3 (iklim sekolah)

(33)

3 0,71 .360 rhitung>rtabel Valid 4 0,43 .360 rhitung>rtabel Valid 5 0,49 .360 rhitung>rtabel Valid 6 0,20 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 7 0,57 .360 rhitung>rtabel Valid 8 0,43 .360 rhitung>rtabel Valid 9 0,46 .360 rhitung>rtabel Valid 10 0,48 .360 rhitung>rtabel Valid 11 0,53 .360 rhitung>rtabel Valid 12 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 13 0,55 .360 rhitung>rtabel Valid 14 0,72 .360 rhitung>rtabel Valid 15 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 16 0,34 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 17 0,76 .360 rhitung>rtabel Valid 18 0,15 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 19 0,41 .360 rhitung>rtabel Valid 20 0,60 .360 rhitung>rtabel Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012

Kriteria yang digunakan adalah jika r hitung > r tabel, maka soal tersebut valid

dan sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 3 soal yang tidak valid

dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop dan tidak digunakan dalam

penelitian. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian

berjumlah 17 soal

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006: 168-169) reliabilitas adalah suatu instrument yang

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatu, artinya dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Instrument harus reliable mengandung arti bahwa instrument yang cukup baik

sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk menguji

(34)

60

Keterangan:

= reliabilitas instrument

= banyaknya butir soal

= jumlah varian butir

= varian total

(Arikunto, 2002:171)

Dengan kriteria pengujian, apabila dengan taraf siignifikansi 0,05 maka

pengukuran tersebut dinyatakan reliable dan sebaliknya.

Jika alat instrument tersebut reliable, maka selanjutnya dilihat kriteria

penafsiran mengenai indeks koefisien korelasi (r) sebagai berikut:

0,80 - 1,00 = sangat tinggi

0,60 - 0,79 = tinggi

0,40 - 0,59 = cukup

0,20 - 0,39 = rendah

0,00 - 0,19 = sangat rendah

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Skala Psikologi Untuk Variabel X2

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.806 18

Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha

(35)

disimpulkan bahwa Skala Psikologi atau alat pengukur data tersebut bersifat

reliabel. Dengan demikian, semua pernyataan untuk variabel X2 dapat

digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Dilihat dari kriteria

penafsiran diatas harga koefisien alpha sebesar 0, 806 tergolong kriteria

sangat tinggi.

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X3

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.830 17

Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha

hitung untuk variabel iklim sekolah (X3) > 0,360, maka dapat disimpulkan

bahwa angket atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan

demikian, semua pernyataan untuk variabel X3 dapat digunakan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan. Dilihat dari kriteria penafsiran diatas

harga koefisien alpha sebesar 0, 830 tergolong kriteria sangat tinggi

G. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda

1. Syarat Pengujian Statistik Parametrik

Menurut Sugiyono (2010: 210), penggunaan statistic parametris memerlukan

terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi utama adalah data yang dianalisis harus

berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes

mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogenitas

(36)

62

parametris syaratnya adalah skala penelitian harus berupa skala interval

dalam penelitian ini data dalam skala interval dengan pendekatan rating

scale.

a. Uji Normalitas

Menurut Sudarmanto (2005:104-123), untuk menggunakan alat analisis

parametric diperlukan dua persyaratan yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah

instrument yang digunakan sebagai alat pengumpulan data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Uji Lilifors. Di mana data yang dinyatakan normal apabila nilai

Assymp. Sig (2-tailed) > nilai alpha yang digunakan yaitu 5% dan

sebaliknya data dinyatakan tidak normal apabila nilai Assymp sig.

(2-tailed) < nilai alpa yang digunakan yaitu: 5%

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel

yang diambil dari populasi itu bervarians homogen atau tidak. Pengujian

homogenitas dilakukan dengan membandingkan nilai Significancy, dengan

ketentuan jika nilai Sig > alpha (0,05)maka data bersifat homogen. Uji ini

menggunakan uji Bartlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung varians gabungan dari semua sampel dengan

menggunakan rumus : S2 =

b. Menghitung harga satuan B dengan rumus:

(37)

c. Menggunakan uji chi kuadrat untuk Uji Bartlett yaitu:

X2= (1n1o) ( 1−1) log�21

Dengan 1n1o = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan 10. Dengan

taraf kesalahan = 0,05

Kriteria pengujian: jika X2hitung < X2tabel maka variable bersifat homogen,

sedangkan jika X2hitung > X2tabel maka variable tidak homogen. Didapat dari

distribusi chi kuadrarat dengan peluang (1-) dan dk = (k-1) dengan taraf

nyata 0,05.

(Sudjana, 2005:263)

2. Uji Asumsi Klasik untuk Regresi Ganda

Menurut Sudarmanto (2005:124), untuk menggunakan regresi linier ganda

sebagai alat analisis perlu dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu, apabila

persyaratan tersebut terpenuhi, maka regresi linier ganda dapat digunakan.

Beberapa persyaratan yang perlu diujikan sebelumnya adalah sebagai berikut:

a. Uji Linieritas Garis Regresi

Menurut sudarmanto (2005:124),uji linieritas garis regresi digunakan

untuk mengambil keputusan dalam memilih model regresi yang akan

digunakan. Selanjutnya menurut Sudarmanto (2005:135) kriteria

pengujian yang diterapkan untuk menyatakan kelinieran garis regresi

adalah dengan menggunakan harga koefisien signifikansi dan

(38)

64

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Sudarmanto (2005: 136-138), uji asumsi tentang

multikolonearitas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada

tidaknya yang linier antara variable bebas (independen) yang satu dengan

variable bebas lainnya. Ada atau tidaknya korelasi antar variabel

independen dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi

product moment dari Pearson.

c. Autokorelasi

Menurut sudarmanto (2005:142-143), pengujian autokorelasi

dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data

pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan

penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji t tidak dapat

digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada atau

tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistic Durbin-Watson

mendekati angka 2, dapat dinyatakan bahwa data pengamatan tidak

memiliki autokorelasi.

d. Heteroskedastisitas

Menurut sudarmanto (2005:147-148), uji heterokedastisitas dilakukan

untuk mengetahui apakah varian residual absolute sama atau tidak sama

untuk semua pengamatan. Pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi

(39)

H. Tehnik Analisis Data

1. Pengujian Hipotesis secara parsial (sendiri-sendiri)

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga dalam penelitian ini

digunakan uji t dengan model regresi linier sederhana, yaitu:

Untuk nila a dan b dicari dengan rumus:

Keterangan:

Untuk nila a dan b dicari dengan rumus:

� = subjek dalam variabel yang diprediksikan

a = konstanta

b = koefisien arah regresi penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan

nilai peningkatan atau penurunan variable Y

X = subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu

(Sudjana, 2005:325)

Selanjutnya untuk uji signifikansi digunakan uji t dengan rumus:

Dengan kriteria uji adalah,“Tolak Ho dengan alternative Ha diterima jika thitung

>Ttabel dengan taraf signifikan 0,05 dan dk n-2” (Sugiyono,2010: 184).

(40)

66

2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (serentak/bersama-sama)

Untuk pengujian hipotesis keempat menggunakan statistic F dengan model

regresi linier multiple. Menurut Sudarmanto (2005:160-161), persamaan

regresi ganda untuk populasi menggunakan simbol Y yang menunjukan pada

hasil pengamatan dari populasi, dengan persamaan berikut.

Keterangan :

= subjek dalam variabel yang diprediksikan

a = konstanta

b1b2b3 = koefisien arah regresi

X1X2X3= variabel bebas

Dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien korelasi ganda (uji F), dengan

rumus:

JKreg dicari dengan rumus:

Keterangan:

JKreg = Jumlah kuadrat regresi

JKres = Jumlah kuadrat residu

k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

(41)

Kriteria pengujian hipotesis adalah tolak Ho jika Fhitung >Ftabel dan jika Ftabel >

Fhitung dan terima Ho, dengan dk pembilang = K dan dk penyebut = n – k – 1

dengan α = 0,05. Sebaliknya diterima jika Fhitung < Ftabel.

(42)

II . TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar

1.1 Pengertian Belajar

Secara sederhana belajar dapar diartikan sebagai proses dari tidak tahu menjadi

tahu. Menurut Asri (2004) ada beberapa teori belajar yang bersumber dari teori

atau aliran-aliran psikologi.

1. Teori Behaviorisme

Menurut teori ini dalam Asri (2004: 19) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

2. Teori Kognitive

(43)

kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.

3. Teori Humanistik

Menurut teori humanistik (2004: 68), proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. oleh sebab itu, teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.

Berdasarkan beberapa teori belajar di atas disimpulkan bahwa pengertian

belajar adalah perubahan tingkah laku yang berasal dari perubahan persepsi

dan pemahaman sebagai akibat dari proses stimulus dan respon yang tidak

selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2004: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut

Kingsley dalam Sudjana (2004: 22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar :

(1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan,(3)sikap dan

cita-cita.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah

ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat

(44)

15

Muhammad (2004: 14), mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan

perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam

proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya

berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila

terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan

dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.

Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru.

Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang

sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi

oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal)

dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar

adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau

pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,

pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan

sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap,

pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan

(45)

1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri

individu.

Pendapat lain yang mengemukakan tentang faktor yang mempengaruhi hasil

belajar diungkapkan oleh Sumadi (2008: 48), bahwa faktor yang mempengaruhi

hasil belajar adalah:

1. faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar terdiri dari:

a. faktor non sosial meliputi keadaan cuaca, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.

b. faktor sosial meliputi faktor-faktor manusia seperti lingkungan sosial siswa baik lingkungan rumah, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

2. faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar terdiri dari:

a. faktor fisiologis meliputi kondisi jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

b. faktor psikologis meliputi sikap, cara, minat, bakat dan motivasi.

Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani diri individu itu sendiri, biasanya

berhubungan erat dengan fungsi-fungsi fisik misalnya kesehatan, panca indra,

dan lain- lain. Faktor psikologis berhubungan erat dengan hal- hal yang bersifat

psikis misalnya motivasi, minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial

yang dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu

ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung

hadir. Faktor non-sosial boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya, sebagai

contoh antara lain yaitu keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, dan alat-alat

(46)

17

Slameto (2003), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern.

Berikut ini uraian penjelasan secara garis besar dari masing- masing faktor

tersebut.

a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor intern ini dapat dibagi lagi menjadi tiga faktor yakni: Faktor

jasmaniah, factor psikologis, dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmani. Faktor jasmaniah terbagi menjadi dua, yakni: faktor

kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika

kesehatan seseorang terganggu. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu

yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai

tubuh,misalnya : buta, tuli, dan lain- lain.

2) Faktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong

kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor-

faktor tersebut adalah:

a. inteligensi.

inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-

konsep yang abstrak, secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap

(47)

tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.

Cherniss (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa dalam dunia

kerja IQ bukan prediktor utama dalam memprediksikan performansi

karyawan. Hunter dan Hunter (dalam Cherniss, memperkirakan IQ

hanya menyumbang sekitar empat sampai sepuluh persen terhadap

kinerja karyawan).

b. perhatian

seorang siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,

maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Maka

dari itu usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan

cara mengusakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakat siswa.

c. minat

minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang (dalam

waktu lama). Berbeda dengan perhatian, minat selalu diikuti dengan

perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasaan.

d. bakat

bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

(48)

19

dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang

kurang atau tidak berbakat dibidang itu.

e. motif

motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau

menunjang belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar,

didalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan

adanya latihan- latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh

lingkungan yang memperkuat.

f. kematangan

kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk

berjalan, tangan dengan jarijarinya sudah siap untuk menulis, dengan

otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan

belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus

menerus, untuk itu diperlukan latihan- latihan dan pelajaran. Dengan

kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan

kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil jika anak

(49)

g. kesiapan

kesiapan adalah kesedian untuk memberi response atau bereaksi.

Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam

proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat disebabkan

oleh aktivitas siswa yang terlalu banyak, sehingga menyebabkan siswa

jatuh sakit. Sedangkan kelelahan rohani, dapat terjadi pada siswa, karena

siswa mengalami berbagai masalah sehingga menjadi beban pikirannya.

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri individu yang sedang

belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat di

kelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan

faktor masyarakat.

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

(50)

21

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar belakang

budaya. Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap

belajar si anak. Pola asuh orang tua yang terbaik dalam mengasuh anak

adalah dengan penuh bijaksana. Orang tua yang bijaksana adalah orang

tua yang tahu mempergunakan situasi dan kondisi untuk mendidik anak.

Orang tua yang demikian adalah orangtua yang mampu bersikap dominan

atau membebaskan anak sesuai dengan situasi dan kondisi anak tersebut.

Orang tua harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis yang

memberikan keamanan dan kebebasan psikologis bagi anak untuk

berprestasi.

Perlu adanya upaya menumbuhkan motivasi belajar anak sehingga dapat

menunjang prestasi belajar di sekolah, yaitu orang tua harus mampu

menanamkan kepercayaan diri kepada anak bahwa mampu berprestasi,

dan selanjutnya orangtua harus mampu menghargai apapun prestasi yang

dicapai anak. Untuk itu orangtua harus mengenali dahulu sifat, perilaku,

kebutuhan dan kebiasaan anak. Orangtua harus selalu mengadakan

komunikasi dengan anaknya sehingga orangtua akan benar-benar

mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dan sebaliknya, anakpun

mengetahui apa yang diharapkan orangtua darinya. Tentunya hal ini

memerlukan kematangan pribadi dari orangtua.

Apabila orang tua telah berhasil menanamkan rasa percaya diri dan

(51)

kedua yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan dukungan dari

segi teknis belajar pada anak. Orang tua harus mendorong anak untuk

selalu menyukai pelajarannya, dan memberikan bimbingan belajar yang

efektif serta efisien bagi anak.

Setelah anak menyukai pelajarannya dan dapat belajar secara efektif,

maka anak akan termotivasi untuk berprestasi dibidang pelajaran tersebut.

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting dalam belajar.

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang

sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar

anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang

tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram

selain anak kerasan atau betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar

dengan baik.

Kondisi keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak selanjutnya. Beberapa kondisi keluarga yang mempengaruhi

munculnya kenakalan remaja adalah dukungan orang tua, pola asuh, dan

kontrol yang longgar. Hal tersebut meliputi pengawasan anak, disiplin

keluarga, pendidikan yang berkaitan dengan pemecahan masalah, dan

perhatian terhadap aspek keterampilan sosial anak. Ini juga menunjukkan

bahwa pola asuh orang tua dalam mendidik anak dapat menjadi sebab

(52)

23

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran

diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Metode

mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam

mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi

belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu

dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang

menguasai bahan pelajaran, sehingga guru tersebut menyajikannya tidak

jelas.

Selain itu juga sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu

sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran

ataupun gurunya dan akibatnya siswa malas untuk belajar. Agar siswa

dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang

setepat, efisien dan efektif mungkin. Sejalan dengan pendapat tersebut

Darling-Hammond mengatakan bahwa kualifikasi guru memegang

peranan penting dalam prestasi belajar siswa. Bagaimana siswa belajar

sangat ditentukan oleh kualifikasi seorang guru.

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

(53)

agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran

itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar

siswa. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu

padat, diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat, dan

perhatian siswa.

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata

tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula,

selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.

Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin

didalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan, dan

kondisi tersebut harus didukung dengan disiplin dari guru beserta staf

yang lainnya.

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,

waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari dan sangat

berpengaruh didalam belajar. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di

sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan karena siswa

harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka

mendengarkan pelajaran sambil mengantuk, sukar berkonsentrasi dan

sebagainya. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi

(54)

25

Metode belajar siswa adalah faktor ekstern dalam keberhasilan belajar

siswa. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang tidak efektif. Dalam

hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang efektif akan

meningkatkan prestasi belajar siswa, dan juga dalam pembagian waktu

untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau

terusmenerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa

akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu

belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,

memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan

hasil belajar.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam

kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi,

belajarnya akan terganggu, lebih- lebih jika tidak bijaksana dalam

mengatur waktunya. Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam

masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin

memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan itu misalnya kursus

(55)

Selain hal-hal tersebut, kebiasaan belajar dan pengisian waktu luang

adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam kemajuan dan juga

menurunnya prestasi belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang

efektif dan pengisian waktu luang yang bermanfaat akan memperoleh

prestasi belajar yang tinggi. Faktor-faktor yang dikemukakan oleh

beberapa tokoh tersebut di atas sangat besar pengaruhnya dalam prestasi

belajar, karena prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam

diri maupun dari luar diri siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri

(internal) dan dari luar diri (eksternal) individu yang belajar.

2. Inteligensi Quotient.

Inteligensi Quotient merupakan salah satu faktor intern yang mempengaruhi

hasil belajar. Perkembangan inteligensi seseorang itu dipengaruhi 2 faktor

yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik diturunkan sedangkan

lingkungan adalah semua faktor diluar kita.

Menurut Piaget dalam Alder (2001: )perkembangan intelektual itu terbentuk

(56)

27

Stephen J. Gould dalam Alder (2001: ) inteligensi adalah kemampuan untuk

menghadapi masalah dengan sikap yang tidak di program (kreatif) dan

menurut Herbet Spencer dalam Alder (2001: ) inteligensi merupakan kualitas

bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh

melalui belajar sedangkan menurut D. Wechsler dalam Alder (2001: )

inteligensi adalah kecakapan untuk bertindak secara sengaja, berpikir secara

rasional, dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan. Dari ketiga

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kualitas bawaan

sejak lahir yang berupa kemampuan atau kecakapan dalam menghadapi

masalah dengan sikap yang kreatif, bertindak secara sengaja, berfikir rasional

dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan namun berbeda dari

kemampuan yang diperoleh melalui belajar.

Ada beberapa teori mengenai inteligensi, salah satunya adalah teori Gardner.

Menurut Gardner dalam Djaali (2008: 73) inteligensi manusia memiliki tujuh

dimensi yang semiotonom, yaitu linguistic, music, matematik, logis, visual

special, kinestetik fisik, sosial interpersonal, dan intrapersonal. Setiap dimensi

tersebut, merupakan kompetensi yang eksistensinya berdiri sendiri dalam

system neuron. Artinya memiliki organisasi neurologis yang berdiri sendiri

bukan hanya terbatas pada ranah intelektual.

Inteligensi berasal dari kata intelligence yang artinya menghubungkan atau

menyatukan satu sama lain. Menurut Stern dalam Soemanto (2006: 143)

(57)

mempergunakan alat-

Gambar

Tabel 1. Prestasi Belajar Ekonomi Berdasarkan Nilai Semester Pada    Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMAN 3 Bandar Lampung   Tahun Pelajaran 2012/2013
Table 3. Perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil histokimia pada jaringan daun P.crocatum menunjukkan bahwa trikoma biseluler dan sel idioblas epidermis mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid (Tabel 9),

Pengaruh Penggunaan Model Contectual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Arab Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Saat terjadi gerhana matahari kita tidak boleh memandang langsung, sebab korona matahari akan merusak mata kita. KORONA..

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Efrian Gilang Pratama 2015 Universitas

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisi prngaruh antara kepribadian wirausaha dan pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa Fakultas

Setelah mengikuti permainan lembar bola, siswa dapat memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama panggilan secara benar.. Dengan melakukan permainan siswa dapat menyebutkan nama

Penelitian ini berjudul ” Pengaruh Kepemimpinan Kepala Bidang Penyelenggaraan dan Evaluasi terhadap Kinerja Pegawai di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Geologi

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III