ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP TENTANG MATA PELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
YULI DWI KHAIRANI
Hasil belajar adalah kemampuan anak yang diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang diajarkan.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar
Lampung diketahui bahwa secara keseluruhan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah, yaitu dari sebanyak 111 siswa, hanya 48 siswa atau 43,25% yang mendapatkan nilai lebih dari 79. Dengan kata lain, hanya 43,25% bahan pelajaran yang dikuasai oleh siswa atau masih dalam kriteria rendah. Secara umum hal-hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar terbagi atas dua factor, yaitu factor internal dan eksternal. Diantara banyak factor yang dapat mempengaruhi hasil belajar diduga factor tingkat intelligence quotient, sikap tentang mata pelajaran dan iklim sekolah memiliki peranan penting.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS yang berjumlah 111 siswa dengan sampel 84 siswa . metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survey. Data yang terkumpul melalui angket, diolah dengan program SPSS 16. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan regresi linier sederhana, sedangkan
hipotesis keempat menggunakan multiple
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,432 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 6,093 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung> ttabel
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan sikap siswa tentang mata pelajaran terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,396 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 5,705 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung>
ttabel
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r2= 0,312 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 7,081 sedangkan ttabel = 1,989, ini berarti thitung> ttabel
4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan tingkat IQ, sikap tentang mata pelajaran dan iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh r2= 0,420 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh thitung = 76,535 sedangkan ttabel =
1,989, ini berarti thitung> ttabel
PENGARUH TINGKAT INTELLIGENCE QUOTIENT, SIKAP SISWA TENTANG MATA PELAJARAN EKONOMI DAN
IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
YULI DWI KHAIRANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Halaman HALAMAN JUDUL
ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO
SANWACANA I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat penelitian Penelitian ... 10
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13
1. Hasil Belajar ... 13
2. Intelligence Quotient ... 26
3. Sikap siswa tentang pelajaran ekonomi ... 30
4. Iklim Sekolah ... 36
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 42
C. Kerangka Pikir.. ... 42
D. Hipotesis ... 47
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 48
B. Populasi dan Sampel ... 49
1. Populasi ... 49
2. Sampel... ... 49
C. Variabel Penelitian ... 51
D. Definisi Konseptual dan Operasional ... 51
1. Definisi Intelligence Quotient (X1) ... 51
2. Definisi sikap tentang mata pelajaran (X2) ... 52
3. Definisi iklim sekolah… ... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ... 56
1. Skala Psikologi... ... 56
2. Angket. ... 56
3. Dokumentasi ... 56
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 57
1. Uji Validitas ... 57
2. Uji Reliabilitas ... 59
G. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda 1.Syarat Pengujian Statistik Parametrik……… 61
a. Uji Normalitas ... 62
b. Uji Homogenitas ... 62
2. Uji Asumsi klasik untuk Regresi Ganda... 63
a. Uji linier garis Regresi ... 63
b. Uji Multikolinieritas ... 64
c. Uji Autokorelasi ... 64
d. Uji Heteroskedastisitas ... 64
H. Tehnik Analisis Data ... 65
1. Pengujian Hipotesis secara parsial ... 65
2. Pengujian Hipotesis secara Simultan ... 66
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 68
2. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Bandar Lampung ... 69
3. Tujuan SMA Negeri 3 Bandar lampung ... 70
4. Kondisi sarana dan prasarana.. ... 71
5. Keadaan Personil Sekolah.. ... 72
B. Gambaran Umum responden ... 74
C. Deskripsi Data ... 74
1. Intelligence Quotient (X1) ... 75
2. Sikap siswa tentang mata pelajaran (X2) ... 79
3. Iklim Sekolah (X3) ... 82
4. Data Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 85
D. Uji Persyaratan Statistik Parametrik (Analisis Data) ... 87
1. Uji Normalitas ... 87
1. Uji Normalitas X1 ... 88
2. Uji Normalitas X2 ... 89
1. Uji Kelinieran Regresi ... 95
1. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X1... 95
2. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X2... 96
3. Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel X3... 97
2. Uji Multikolinieritas ... 98
3. Uji Autokorelasi ... 100
4. Uji Heterokedastisitas ... 101
F. Uji Hipotesis ... 105
1. Pengujian Hipotesis secara parsial (sendiri-sendiri)………... 105
1.1. Hipotesis Pertama……….. . 106
1.2. Hipotesis Kedua ... 108
1.3. Hipotesis Ketiga ... 110
G. Regresi Linier Multiple ... 112
H. Pembahasan... ... 116
1. Pengaruh Intelligence Quotient Terhadap Hasil Belajar Ekonomi 116
2. Pengaruh Sikap siswa tentang mata pelajaran ekonomi Terhadap Hasil Belajar Ekonomi……… 117
3. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi ... 119
4. Pengaruh Intelligence Quotient, Sikap tentang mata pelajaran dan Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012... 121
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .. ... 124
B. Saran ... ... 125
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dimulai dari
manusia lahir ke dunia hingga manusia wafat, belajar akan selalu terjadi selama
manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena
merupakan upaya mengembangkan kemampuan dasar alami manusia yang sudah
diberikan Tuhan kepada setiap manusia, tanpa proses belajar manusia tidak akan bisa
hidup. Belajar menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia untuk terus
meningkatkan kapasitasnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya
belajar melalui pengalaman.
Makna belajar dalam arti luas dapat dilakukan dimana saja, dan kapan saja. Baik
dalam keadaan sadar maupun tidak sadar, dalam keadaan sadar misalnya ia sengaja
untuk mempelajari sesuatu bidang atau hal, sedangkan secara tidak sadar misalnya
ketika mengalami hal-hal yang tidak terduga seperti tertimpa musibah atau sedang
sakit, secara tidak sengaja ia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut
mahluk yang mempunyai karya, karsa dan rasa menjadikan manusia berkewajiban
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensinya untuk kehidupan yang lebih
baik.
Belajar merupakan bagian dari pendidikan manusia. Melalui pendidikan, proses
belajar manusia bisa mencapai titik tertinggi. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap
manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM).
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 menjelaskan “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha untuk mengembangkan hal
tersebut merupakan tanggung jawab yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh setiap
lembaga pendidikan. menurut Ihsan dalam Saptawati (2012), Pendidikan yang
dikelola dengan tertib, teratur, efektif, dan efisien akan mampu mempercepat jalannya
3
masyarakat suatu negara untuk membangun bangsanya ke arah yang lebih baik.
Semakin baik pendidikan suatu Negara, maka akan semakin baik pula kehidupan
bangsa tersebut.
Manusia secara umum mendapatkan pendidikan melalui lembaga pendidikan formal
seperti sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam hal
memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekolah juga yang bertanggung
jawab untuk mencetak anak didik yang unggul dalam prestasi dan berkarakter.
Dalam kurikulum SMA terdapat mata pelajaran ekonomi yang harus dipelajari siswa.
Tujuan pembelajaran ekonomi adalah dapat membantu siswa mempelajari dan
memahami perilaku manusia (lembaga pemerintah/swasta) di sekitarnya dalam
memanfaatkan sumber daya, dan caranya dalam mengambil keputusan. (sumber :
http://jahrizal.blogspot.com), Pelajaran ekonomi merupakan pelajaran yang pokok
dan sudah ada di kurikulum jurusan IPS. Selain daripada itu mata pelajaran ekonomi
juga merupakan pengetahuan umum yang harus dimiliki seseorang untuk
menyelesaikan permasalahan sosial. Karena yang mendasar dipelajari di ekonomi
yaitu: kelangkaan, memilih (opportunity cost), productivity, economic system,
economic institusi &intensif, exchange, money & interdepensi. Dengan mempelajari
mata pelajaran ekonomi siswa diharapkan dapat memanfaatkan Sumber Daya Alam
yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di masa yang akan datang.
Kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ekonomi di SMAN 3 Bandar Lampung
siswa masih sering terjadi. Beberapa siswa cenderung bolos dari kelas ketika
pelajaran berlangsung. Ketika ditanyakan alasan kenapa bolos, siswa sering kali
mencari alasan. Selain masalah ketidakhadiran, sikap siswa terhadap mata pelajaran
ekonomi tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa ketika
guru menjelaskan dan kurang aktifnya siswa dalam belajar.
Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ekonomi adalah kemampuan siswa
ketika menjawab soal yang mencerminkan kompetensi yang dimiliki, apakah siswa
dapat menjawab dengan baik atau tidak. Kompetensi yang dimiliki siswa didasarkan
pada hasil belajar ekonomi apakah sudah mencapai 65% atau belum. Hal ini sejalan
dengan pendapat Djamarah (2000: 18) apabila pelajaran yang diajarkan kurang dari
65% dikuasai oleh siswa maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran
tersebut tergolong rendah.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS
semester ganjil di SMAN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013,
pembelajaran ekonomi yang selama ini dilakukan belum maksimal hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar Ekonomi yang dicapai siswa belum optimal. Hal tersebut
5
Tabel 1. Prestasi Belajar Ekonomi Berdasarkan Nilai Semester Pada Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
No Kelas Nilai Jumlah siswa
<70 ≥ 70
1. XI IPS 1 14 18 32
2. XI IPS 2 24 16 40
3, XI IPS 3 25 14 39
Jumlah Siswa 63 48 111
% 56,75 43,25 100
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar siswa masih tergolong rendah, karena tidak
mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang sudah ditentukan sekolah yaitu
70, meskipun pada umumnya sudah melebihi rata-rata nilai. Data di atas menunjukan
dari 111 siswa kelas XI IPS terdapat 63 orang yang tidak mencapai KKM yaitu
sebanyak 56,75 % atau lebih dari setengah siswa kelas XI IPS. Sisanya sebanyak 48
siswa sudah mencapai KKM atau sebanyak 43,25%.
Pada proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Sumadi (2008: 48) bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah.
1. faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar terdiri dari:
a. faktor non sosial meliputi keadaan cuaca, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat-alat-alat pelajaran.
2. faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar terdiri dari:
a. faktor fisiologis meliputi kondisi jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
b. faktor psikologis meliputi sikap, cara, minat, bakat dan motivasi.
Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani diri individu itu sendiri, biasanya
berhubungan erat dengan fungsi- fungsi fisik misalnya kesehatan, panca indra, dan
lain-lain. Faktor psikologis berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat psikis
misalnya motivasi, minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial yang
dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada
(hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Faktor
non-sosial boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya, sebagai contoh antara lain yaitu
keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, dan alat-alat yang dipergunakan untuk
belajar. Factor dalam diri siswa yang diduga berpengaruh adalah tingkat IQ dan sikap
tentang mata pelajaran sedangkan factor eksternal adalah iklim sekolah.
Hasil belajar siswa kelas XI IPS masih tergolong rendah disebabkan oleh banyak
faktor. Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan prestasi belajar di SMAN 3
Bandar Lampung antara lain : tingkat IQ (inteligensi quotient), sikap siswa terhadap
mata pelajaran dan iklim sekolah.
Tingkat IQ (inteligensi quotient), inteligensi sering juga disebut kecerdasan
intelektual. Menurut Joseph dalam (Fabiola: 2005) Kecerdasan dalam arti umum
adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan
7
kapasitas umum individu yang nampak dalam kemampuan individu untuk
menghadapi kehidupan secara rasional.
Selain faktor tingkat IQ, faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah sikap siswa tentang mata pelajaran. Menurut Harlen “Sikap merupakan
kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu
objek atau situasi tertentu” dalam hal ini, objeknya adalah pelajaran Ekonomi, yaitu
salah satu pelajaran yang struktural di jurusan IPS. Sedangkan Menurut Gerungan
(152:2000) sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju suatu tujuan,
berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan .suatu pengetahuan,
tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan dan kecenderungan bertindak sesuai
dengan pengetahuan itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap siswa meliputi
pengetahuan siswa yang disertai tindakan sesuai dengan pengetahuan itu. Sikap siswa
terhadap pelajaran ekonomi adalah kecenderungan untuk bertindak bagi siswa setelah
siswa mengetahui pelajaran ekonomi, sikap siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar
Lampung terhadap mata pelajaran ekonomi sangat rendah hal tersebut dapat dilihat
dari kurang bersemangatnya siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Faktor ketiga yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar adalah iklim sekolah.
Iklim adalah banyak hal yang dapat mendukung daya konsentrasi siswa saat belajar,
kenyamanan merupakan daya dukung utama setiap individu untuk berkonsentrasi,
sehingga tercipta suasana yang nyaman dan kondusif. Sebagai sarana untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif diperlukan adanya kerjasama dari
dewan guru, staf dan siswa. Iklim sekolah adalah suasana yang tercipta dari pola
hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Menurut
Wiyoko dalam Rofiah, Dewi Nur (2007:10) Jadi, iklim berkaitan dengan sejauh mana
komunikasi siswa dengan guru dan apakah ada interaksi antara guru dan murid di
kelas ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung maupun di luar jam
pelajaran. Interaksi dua arah antara guru dengan murid belum optimal. Hal ini terlihat
dari hampir tidak ada siswa yang bertanya setelah guru menjelaskan materi
pelajarannya. Begitu pula dengan interaksi antar siswa, belum tercipta interaksi yang
maksimal saat mereka melakukan diskusi kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH TINGKAT IQ, SIKAP TERHADAP PELAJARAN EKONOMI, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMAN 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Sebanyak 56,75% nilai semester Ekonomi siswa dibawah KKM (kriteria
ketuntasan minimal).
9
3. Sikap siswa terhadap mata pelajaran ekonomi tergolong rendah. Hal ini dapat
dilihat dari kurangnya perhatian siswa ketika guru menjelaskan dan kurang
aktifnya siswa saat kegiatan belajar mengajar..
4. Iklim sekolah belum kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Karena.seringkali saat jam pelajaran berlangsung beberapa siswa tidak hadir dan
aktivitas siswa yang pasif saat pelajaran.
5. Interaksi dua arah antara guru dengan murid belum optimal.
6. Adanya ketidakjelasan hubungan tingkat IQ dengan hasil belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dibatasi pada permasalahan yang berkaitan dengan tingkat IQ (X1), sikap terhadap
mata pelajaran ekonomi (X2), iklim sekolah (X3) dan hasil belajar ekonomi (Y) pada
siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2012/2013
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas
2. Apakah ada pengaruh sikap terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil
belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2012/2013?
3. Apakah ada pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa
kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?
4. Apakah ada pengaruh, tingkat IQ, sikap terhadap pelajaran, dan iklim sekolah
terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar lampung
Tahun Pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ;
1. Pengaruh tingkat IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS
SMAN 3 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Pengaruh sikap terhadap mata pelajaran ekonomi terhadap hasil belajar
ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar lampung Tahun Pelajaran
2012/2013.
3. Pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS
SMAN 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
4. Pengaruh tingkat IQ, sikap terhadap pelajaran, dan iklim sekolah terhadap hasil
belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung Tahun
11
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
Secara teoritis, memberikan informasi bagi peneliti, dan untuk mengembangkan
pengetahuan khususnya pengetahuan tentang pendidikan.
1. Secara praktis, penelitian ini digunakan bagi:
a. Siswa, yaitu setelah mengetahui prosentase pengaruh tingkat IQ, sikap tentang
mata pelajaran ekonomi, dan iklim sekolah, siswa diharapkan dapat
memperbaiki sikapnya tentang mata pelajaran ekonomi, dan ikut
berpartisipasi menciptakan iklim sekolah yang kondusif.
b. Guru, yaitu diharapakan guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran melalui pemahaman terkait pengaruh
iklim sekolah, sikap terhadap mata pelajaran ekonomi dan tingkat IQ siswa
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
c. Sekolah, yaitu setelah mengetahui prosentase pengaruh tingkat IQ, sikap
tentang mata pelajaran ekonomi, dan iklim sekolah, seluruh komponen
sekolah berperan langsung memperbaiki masalah yang ada sehingga mampu
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup:
1. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah tingkat IQ (X1), sikap siswa
terhadap mata pelajaran ekonomi (X2), iklim sekolah (X3) dan hasil belajar
ekonomi (Y).
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI semester
ganjil.
3. Ruang Lingkup Tempat Penelitian
Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMAN 3 Bandar Lampung.
4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah tahun pelajaran 2012/2013.
5. Ruang Lingkup Ilmu
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah Deskriptif Verifikatif, dengan menggunakan
pendekatan ex post facto dan survey.
Menurut Sugiyono (2010:7) ex post facto merupakan suatu penelitian yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke
belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian
tersebut. Sedangkan metode survey menurut Riduwan (2004) adalah penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan
kejadian- kejadian relatif, distributing, dan hubungan-hubungan antar variabel.
Menurut Sugiyono (2010:13) berdasarkan jenis data yang dianalisis, penelitian ini
tergolong dalam penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berbentuk
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI IPS SMA N 3
Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 3 kelas dengan jumlah
keseluruhan 111 siswa.
Tabel 2.Jumlah Siswa Kelas XI IPS SMA N 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013
No Kelas Jumlah Siswa
1 XI IPS 1 32
2 XI IPS 2 40
3 XI IPS 3 39
Jumlah 111
Sumber: Guru Mata Pelajaran Ekonomi
2. Sampel
Dalam penelitian ini, penentuan besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus T.
Yamane, yaitu:
n= � 1+��2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
�2= tingkat signifikansi (0,05)
(Budi Kustoro dan Basrowi, 2006:205)
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel dalam penelitian
50
N = 111
1 + 111 (0,05)2
= 84,4 (dibulatkan menjadi 84)
Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 84 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability
random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi yang dipilih
untuk menjadi sampel.
Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi
proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional. Hal ini dilakukan
dengan cara:
Jumlah sampel tiap kelas = �� � ℎ�� �
� � ℎ � �� x jumlah siswa tiap kelas
Table 3. Perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas Kelas Perhitungan Pembulata
n
Presentase %
XI IPS 1 32 24 28,58
XI IPS 2 40 30 35,71
XI IPS 3 39 30 35,71
Total 84 100
Penentuan siswa yang dijadikan sampel tiap kelas dilakukan dengan cara undian.
Cara undian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menarik
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas (independen) sering disebut
variabel stimulus atau variabel predictor yaitu ubahan yang menjadi sebab
berubahnya atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel terikat
(dependen) disebut juga sebagai variabel output atau variabel Kriteria yaitu
ubahan yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya pengaruh variabel
independen.
Dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu:
1. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah tingkat IQ (X1), sikap siswa
terhadap mata pelajaran (X2) dan iklim sekolah (X3).
2. Variabel Dependen atau Variable Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi (Y)
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 1. Intelligence Quotient (X1)
a) Definisi konseptual
Inteligensi merupakan kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda
dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar. Herbet Spencer (2001)
b) Definsi operasional
Intelligence Quotient adalah angka yang menunjukkan kemampuan seseorang
52
yaitu, Verbal (bahasa), Numerik (kemampuan angka), dan Visual-spatial
(kemampuan melihat hubungan antar-ruang) yang memerlukan pengertian
maupun penggunaan symbol-simbol, dalam penelitian ini data tingkat
intelligence quotient (IQ) diperoleh dari tes IQ siswa kelas XI IPS SMAN 3
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013..
2. Sikap siswa terhadap pelajaran ekonomi (X2)
a) Definisi konseptual.
Sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui
pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu
terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.
Allport dalam Djaali (2008:114)
b) Definisi operasional
Sikap tentang mata pelajaran adalah kecenderungan siswa untuk bertindak
terhadap mata pelajaran dan memberikan pengaruh kepada respon siswa
tentang mata pelajaran tersebut. Dapat dilihat dari pemahaman, penerimaan
dan penilaian siswa tentang mata pelajaran tersebut.
c) Kisi-kisi
1) Kognisi, berkaitan dengan kemampuan intelektual siswa dalam
berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah.
2) Afeksi, berkaitan dengan watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai.
3) Konasi, berkaitan dengan kemampuan bertindak setelah seseorang
3. Iklim sekolah (X3) a) Definisi konseptual
Iklim sekolah adalah suasana dalam organisasi sekolah yang diciptakan oleh
pola hubungan antar pribadi (personal relationship) yang berlaku. Wiyono,
dkk (dalam Dewi Nur Rofiah 2007:10)
b) Definisi operasional
Iklim sekolah adalah keadaan yang terdapat di sekolah seperti kondisi
bangunan, proses pembelajaran, dan interaksi serta norma-norma/aturan yang
dikembangkan di sekolah yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran
disekolah
c) Kisi-kisi
1) Rasa aman dalam lingkungan sekolah
2) Belajar mengajar (teaching and learning)
3) Hubungan interpersona (interpersonal relationship)
4) Institutional environment
4. Hasil belajar (Y)
a) Definisi konseptual
Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami
proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses
belajar yang dilakukan yang dinyatakan ke dalam ukuran dan data hasil
belajar.
b) Definisi operasional
Hasil belajar adalah ekonomi adalah skor mata pelajaran ekonomi siswa dari
54
disusun berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Skor tersebut
mencerminkan kemampuan ekonomi siswa dalam ranah kognitif dari hasil
belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung. dalam
penelitian ini data hasil belajar diperoleh dari nilai hasil ulangan ekonomi
semester ganjil siswa kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung tahun pelajaran
2012/2013
Tabel 4. Kisi-kisi Angket dan Skala Psikologi
No Variabel Indikator Sub indikator Skala No
Item
1. Sikap siswa
terhadap pelajaran ekonomi (X2)
1. Menerima 2. Merespon 3. Menghargai 4. Bertanggun g jawab 1. Siswa memperhatikan dan mengikuti proses belajar dengan baik
2. Siswa mau
menjawab ketika diberi pertanyaan, menjelaskan, dan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru
3. Siswa mau
berdiskusi dan bertanya ketika menemukan kesulitan dalam proses belajar
Siswa mengerjakan
tugas yang
diberikan dengan penuh tanggung jawab
Ordinal 1,2,3,4, 11 5,6,7,8 9,10,12 .13,14, 15,16,1 7 18,19,2 0
2. Iklim sekolah (X3)
1. Ketertiban anak dalam
1. Aturan yang
ditetapkan oleh
belajar di kelas 2. Keakraban 3. Motivasi dari guru 4. Orientasi tugas 5. Persaingan 6. Kontrol dari guru 7. Inovasi dalam belajar mengajar 8. Hubungan sosial guru
2. Sanksi yang
diberikan untuk melaksanakan ketertiban dikelas
3. Saling bertukar pikiran/ pendapat
4. Memberikan semangat belajar
5. Sering memberi tugas dan latihan
6. Melakukan persaingan dalam belajar
7. Guru melakukan pengawasan pada proses belajar
8. Guru dan siswa mengadakan
perubahan di
dalam mengajar
56
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metode pengumpulan data
antara lain sebagai berikut
1. Skala psikologi
Skala Psikologi adalah instrument pengukuran untuk mengidentifikasi
konstrak psikologis. Seringkali dinamakan dengan tes, namun dalam hal
ini skala psikologis digunakan sebagai istilah untuk atribut afektif,
sedangkan kata tes digunakan untuk atribut kognitif. Pada penelitian ini
digunakan skala psikologi sebagai alat pengumpulan data tentang sikap
siswa tentang mata pelajaran.
2. Angket
Menurut Sugiyono (2011:199) kuisioner/angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada
penelitian ini digunakan angket sebagai alat pengumpulan data tentang
iklim sekolah..
3. Dokumentasi
Menurut Koestroro dan Basrowi (2006: 142) dokumentasi merupakan
suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh
data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil belajar ekonomi dan tes
2012/2013. Dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data sekunder
mengenai jumlah siswa dan keadaan umum SMAN 3 Bandar Lampung..
F. Uji Persyaratan Skala psikologi dan Angket 1. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrument.
Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau
memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut.
Untuk menguji tingkat validitas angket , digunakan rumus korelasi product
moment yaitu :
Keterangan:
Rxy= koefisien korelasi antara variable x dan y
X = skor total X
Y = skor total Y
N = jumlah sampel yang diteliti
(Arikunto S, 2006:275)
Dengan kriteria pengujian, jika dengan taraf kesukaran (=0,05 dan dk = n,
58
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba angket pada variabel X2,
dan X3, kepada 30 orang responden, kemudian dihitung menggunakan
perangkat lunak SPSS. Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan tabel
r Produck Moment dengan 0,05 adalah 0,360, maka diketahui hasil
[image:32.595.149.474.229.529.2]perhitungan sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X2 No rhitung rtabel Kesimpulan Keterangan
1 0,66 .360 rhitung>rtabel Valid 2 0,47 .360 rhitung>rtabel Valid 3 0,53 .360 rhitung>rtabel Valid 4 0,35 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 5 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 6 0,45 .360 rhitung>rtabel Valid 7 0,44 .360 rhitung>rtabel Valid 8 0,67 .360 rhitung>rtabel Valid 9 0,71 .360 rhitung>rtabel Valid 10 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 11 0,46 .360 rhitung>rtabel Valid 12 0,59 .360 rhitung>rtabel Valid 13 0,54 .360 rhitung>rtabel Valid 14 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 15 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 16 0,41 .360 rhitung>rtabel Valid 17 0,38 .360 rhitung>rtabel Valid 18 0,38 .360 rhitung>rtabel Valid 19 0,29 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 20 0,75 .360 rhitung>rtabel Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012
Kriteria yang digunakan adalah jika r hitung > r tabel, maka soal tersebut valid
dan sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 2 soal yang tidak valid
dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop dan tidak digunakan dalam
penelitian. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian
[image:32.595.147.475.235.530.2]berjumlah 18 soal.
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Untuk Variabel X3 (iklim sekolah)
3 0,71 .360 rhitung>rtabel Valid 4 0,43 .360 rhitung>rtabel Valid 5 0,49 .360 rhitung>rtabel Valid 6 0,20 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 7 0,57 .360 rhitung>rtabel Valid 8 0,43 .360 rhitung>rtabel Valid 9 0,46 .360 rhitung>rtabel Valid 10 0,48 .360 rhitung>rtabel Valid 11 0,53 .360 rhitung>rtabel Valid 12 0,42 .360 rhitung>rtabel Valid 13 0,55 .360 rhitung>rtabel Valid 14 0,72 .360 rhitung>rtabel Valid 15 0,40 .360 rhitung>rtabel Valid 16 0,34 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 17 0,76 .360 rhitung>rtabel Valid 18 0,15 .360 rhitung<rtabel Tidak Valid 19 0,41 .360 rhitung>rtabel Valid 20 0,60 .360 rhitung>rtabel Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012
Kriteria yang digunakan adalah jika r hitung > r tabel, maka soal tersebut valid
dan sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 3 soal yang tidak valid
dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop dan tidak digunakan dalam
penelitian. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian
berjumlah 17 soal
2. Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006: 168-169) reliabilitas adalah suatu instrument yang
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu, artinya dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Instrument harus reliable mengandung arti bahwa instrument yang cukup baik
sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk menguji
60
Keterangan:
= reliabilitas instrument
= banyaknya butir soal
= jumlah varian butir
= varian total
(Arikunto, 2002:171)
Dengan kriteria pengujian, apabila dengan taraf siignifikansi 0,05 maka
pengukuran tersebut dinyatakan reliable dan sebaliknya.
Jika alat instrument tersebut reliable, maka selanjutnya dilihat kriteria
penafsiran mengenai indeks koefisien korelasi (r) sebagai berikut:
0,80 - 1,00 = sangat tinggi
0,60 - 0,79 = tinggi
0,40 - 0,59 = cukup
0,20 - 0,39 = rendah
0,00 - 0,19 = sangat rendah
Tabel 7. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Skala Psikologi Untuk Variabel X2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.806 18
Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha
disimpulkan bahwa Skala Psikologi atau alat pengukur data tersebut bersifat
reliabel. Dengan demikian, semua pernyataan untuk variabel X2 dapat
digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Dilihat dari kriteria
penafsiran diatas harga koefisien alpha sebesar 0, 806 tergolong kriteria
sangat tinggi.
Tabel 8. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X3
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.830 17
Berdasarkan informasi di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha
hitung untuk variabel iklim sekolah (X3) > 0,360, maka dapat disimpulkan
bahwa angket atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan
demikian, semua pernyataan untuk variabel X3 dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Dilihat dari kriteria penafsiran diatas
harga koefisien alpha sebesar 0, 830 tergolong kriteria sangat tinggi
G. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda
1. Syarat Pengujian Statistik Parametrik
Menurut Sugiyono (2010: 210), penggunaan statistic parametris memerlukan
terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi utama adalah data yang dianalisis harus
berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes
mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogenitas
62
parametris syaratnya adalah skala penelitian harus berupa skala interval
dalam penelitian ini data dalam skala interval dengan pendekatan rating
scale.
a. Uji Normalitas
Menurut Sudarmanto (2005:104-123), untuk menggunakan alat analisis
parametric diperlukan dua persyaratan yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
instrument yang digunakan sebagai alat pengumpulan data berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji Lilifors. Di mana data yang dinyatakan normal apabila nilai
Assymp. Sig (2-tailed) > nilai alpha yang digunakan yaitu 5% dan
sebaliknya data dinyatakan tidak normal apabila nilai Assymp sig.
(2-tailed) < nilai alpa yang digunakan yaitu: 5%
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel
yang diambil dari populasi itu bervarians homogen atau tidak. Pengujian
homogenitas dilakukan dengan membandingkan nilai Significancy, dengan
ketentuan jika nilai Sig > alpha (0,05)maka data bersifat homogen. Uji ini
menggunakan uji Bartlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung varians gabungan dari semua sampel dengan
menggunakan rumus : S2 =
b. Menghitung harga satuan B dengan rumus:
c. Menggunakan uji chi kuadrat untuk Uji Bartlett yaitu:
X2= (1n1o) ( 1−1) log�21
Dengan 1n1o = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan 10. Dengan
taraf kesalahan = 0,05
Kriteria pengujian: jika X2hitung < X2tabel maka variable bersifat homogen,
sedangkan jika X2hitung > X2tabel maka variable tidak homogen. Didapat dari
distribusi chi kuadrarat dengan peluang (1-) dan dk = (k-1) dengan taraf
nyata 0,05.
(Sudjana, 2005:263)
2. Uji Asumsi Klasik untuk Regresi Ganda
Menurut Sudarmanto (2005:124), untuk menggunakan regresi linier ganda
sebagai alat analisis perlu dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu, apabila
persyaratan tersebut terpenuhi, maka regresi linier ganda dapat digunakan.
Beberapa persyaratan yang perlu diujikan sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Uji Linieritas Garis Regresi
Menurut sudarmanto (2005:124),uji linieritas garis regresi digunakan
untuk mengambil keputusan dalam memilih model regresi yang akan
digunakan. Selanjutnya menurut Sudarmanto (2005:135) kriteria
pengujian yang diterapkan untuk menyatakan kelinieran garis regresi
adalah dengan menggunakan harga koefisien signifikansi dan
64
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Sudarmanto (2005: 136-138), uji asumsi tentang
multikolonearitas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada
tidaknya yang linier antara variable bebas (independen) yang satu dengan
variable bebas lainnya. Ada atau tidaknya korelasi antar variabel
independen dapat diketahui dengan memanfaatkan statistik korelasi
product moment dari Pearson.
c. Autokorelasi
Menurut sudarmanto (2005:142-143), pengujian autokorelasi
dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data
pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan
penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji t tidak dapat
digunakan, karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada atau
tidaknya autokorelasi, yaitu apabila nilai statistic Durbin-Watson
mendekati angka 2, dapat dinyatakan bahwa data pengamatan tidak
memiliki autokorelasi.
d. Heteroskedastisitas
Menurut sudarmanto (2005:147-148), uji heterokedastisitas dilakukan
untuk mengetahui apakah varian residual absolute sama atau tidak sama
untuk semua pengamatan. Pendekatan yang digunakan untuk mendeteksi
H. Tehnik Analisis Data
1. Pengujian Hipotesis secara parsial (sendiri-sendiri)
Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga dalam penelitian ini
digunakan uji t dengan model regresi linier sederhana, yaitu:
Untuk nila a dan b dicari dengan rumus:
Keterangan:
Untuk nila a dan b dicari dengan rumus:
� = subjek dalam variabel yang diprediksikan
a = konstanta
b = koefisien arah regresi penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan
nilai peningkatan atau penurunan variable Y
X = subyek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu
(Sudjana, 2005:325)
Selanjutnya untuk uji signifikansi digunakan uji t dengan rumus:
Dengan kriteria uji adalah,“Tolak Ho dengan alternative Ha diterima jika thitung
>Ttabel dengan taraf signifikan 0,05 dan dk n-2” (Sugiyono,2010: 184).
66
2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (serentak/bersama-sama)
Untuk pengujian hipotesis keempat menggunakan statistic F dengan model
regresi linier multiple. Menurut Sudarmanto (2005:160-161), persamaan
regresi ganda untuk populasi menggunakan simbol Y yang menunjukan pada
hasil pengamatan dari populasi, dengan persamaan berikut.
Keterangan :
= subjek dalam variabel yang diprediksikan
a = konstanta
b1b2b3 = koefisien arah regresi
X1X2X3= variabel bebas
Dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien korelasi ganda (uji F), dengan
rumus:
JKreg dicari dengan rumus:
Keterangan:
JKreg = Jumlah kuadrat regresi
JKres = Jumlah kuadrat residu
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel
Kriteria pengujian hipotesis adalah tolak Ho jika Fhitung >Ftabel dan jika Ftabel >
Fhitung dan terima Ho, dengan dk pembilang = K dan dk penyebut = n – k – 1
dengan α = 0,05. Sebaliknya diterima jika Fhitung < Ftabel.
II . TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar
1.1 Pengertian Belajar
Secara sederhana belajar dapar diartikan sebagai proses dari tidak tahu menjadi
tahu. Menurut Asri (2004) ada beberapa teori belajar yang bersumber dari teori
atau aliran-aliran psikologi.
1. Teori Behaviorisme
Menurut teori ini dalam Asri (2004: 19) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
2. Teori Kognitive
kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak.
3. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik (2004: 68), proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. oleh sebab itu, teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Berdasarkan beberapa teori belajar di atas disimpulkan bahwa pengertian
belajar adalah perubahan tingkah laku yang berasal dari perubahan persepsi
dan pemahaman sebagai akibat dari proses stimulus dan respon yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
1.2 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2004: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut
Kingsley dalam Sudjana (2004: 22) membagi tiga macam hasil belajar mengajar :
(1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan,(3)sikap dan
cita-cita.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah
ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
15
Muhammad (2004: 14), mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan
perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam
proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan
dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru.
Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang
sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal)
dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau
pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri
individu.
Pendapat lain yang mengemukakan tentang faktor yang mempengaruhi hasil
belajar diungkapkan oleh Sumadi (2008: 48), bahwa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah:
1. faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar terdiri dari:
a. faktor non sosial meliputi keadaan cuaca, suhu udara, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.
b. faktor sosial meliputi faktor-faktor manusia seperti lingkungan sosial siswa baik lingkungan rumah, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
2. faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar terdiri dari:
a. faktor fisiologis meliputi kondisi jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
b. faktor psikologis meliputi sikap, cara, minat, bakat dan motivasi.
Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani diri individu itu sendiri, biasanya
berhubungan erat dengan fungsi-fungsi fisik misalnya kesehatan, panca indra,
dan lain- lain. Faktor psikologis berhubungan erat dengan hal- hal yang bersifat
psikis misalnya motivasi, minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial
yang dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu
ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung
hadir. Faktor non-sosial boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya, sebagai
contoh antara lain yaitu keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, dan alat-alat
17
Slameto (2003), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern.
Berikut ini uraian penjelasan secara garis besar dari masing- masing faktor
tersebut.
a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor intern ini dapat dibagi lagi menjadi tiga faktor yakni: Faktor
jasmaniah, factor psikologis, dan faktor kelelahan.
1) Faktor jasmani. Faktor jasmaniah terbagi menjadi dua, yakni: faktor
kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu
yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh,misalnya : buta, tuli, dan lain- lain.
2) Faktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong
kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor-
faktor tersebut adalah:
a. inteligensi.
inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-
konsep yang abstrak, secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap
tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.
Cherniss (2000) dalam penelitiannya mengatakan bahwa dalam dunia
kerja IQ bukan prediktor utama dalam memprediksikan performansi
karyawan. Hunter dan Hunter (dalam Cherniss, memperkirakan IQ
hanya menyumbang sekitar empat sampai sepuluh persen terhadap
kinerja karyawan).
b. perhatian
seorang siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Maka
dari itu usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan
cara mengusakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakat siswa.
c. minat
minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang (dalam
waktu lama). Berbeda dengan perhatian, minat selalu diikuti dengan
perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasaan.
d. bakat
bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
19
dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang
kurang atau tidak berbakat dibidang itu.
e. motif
motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau
menunjang belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar,
didalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan
adanya latihan- latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh
lingkungan yang memperkuat.
f. kematangan
kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk
berjalan, tangan dengan jarijarinya sudah siap untuk menulis, dengan
otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan
belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus
menerus, untuk itu diperlukan latihan- latihan dan pelajaran. Dengan
kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil jika anak
g. kesiapan
kesiapan adalah kesedian untuk memberi response atau bereaksi.
Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam
proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat disebabkan
oleh aktivitas siswa yang terlalu banyak, sehingga menyebabkan siswa
jatuh sakit. Sedangkan kelelahan rohani, dapat terjadi pada siswa, karena
siswa mengalami berbagai masalah sehingga menjadi beban pikirannya.
b. Faktor-faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri individu yang sedang
belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat di
kelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
21
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar belakang
budaya. Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap
belajar si anak. Pola asuh orang tua yang terbaik dalam mengasuh anak
adalah dengan penuh bijaksana. Orang tua yang bijaksana adalah orang
tua yang tahu mempergunakan situasi dan kondisi untuk mendidik anak.
Orang tua yang demikian adalah orangtua yang mampu bersikap dominan
atau membebaskan anak sesuai dengan situasi dan kondisi anak tersebut.
Orang tua harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis yang
memberikan keamanan dan kebebasan psikologis bagi anak untuk
berprestasi.
Perlu adanya upaya menumbuhkan motivasi belajar anak sehingga dapat
menunjang prestasi belajar di sekolah, yaitu orang tua harus mampu
menanamkan kepercayaan diri kepada anak bahwa mampu berprestasi,
dan selanjutnya orangtua harus mampu menghargai apapun prestasi yang
dicapai anak. Untuk itu orangtua harus mengenali dahulu sifat, perilaku,
kebutuhan dan kebiasaan anak. Orangtua harus selalu mengadakan
komunikasi dengan anaknya sehingga orangtua akan benar-benar
mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dan sebaliknya, anakpun
mengetahui apa yang diharapkan orangtua darinya. Tentunya hal ini
memerlukan kematangan pribadi dari orangtua.
Apabila orang tua telah berhasil menanamkan rasa percaya diri dan
kedua yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan dukungan dari
segi teknis belajar pada anak. Orang tua harus mendorong anak untuk
selalu menyukai pelajarannya, dan memberikan bimbingan belajar yang
efektif serta efisien bagi anak.
Setelah anak menyukai pelajarannya dan dapat belajar secara efektif,
maka anak akan termotivasi untuk berprestasi dibidang pelajaran tersebut.
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting dalam belajar.
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang
sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar
anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang
tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram
selain anak kerasan atau betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar
dengan baik.
Kondisi keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak selanjutnya. Beberapa kondisi keluarga yang mempengaruhi
munculnya kenakalan remaja adalah dukungan orang tua, pola asuh, dan
kontrol yang longgar. Hal tersebut meliputi pengawasan anak, disiplin
keluarga, pendidikan yang berkaitan dengan pemecahan masalah, dan
perhatian terhadap aspek keterampilan sosial anak. Ini juga menunjukkan
bahwa pola asuh orang tua dalam mendidik anak dapat menjadi sebab
23
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Metode
mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam
mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu
dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran, sehingga guru tersebut menyajikannya tidak
jelas.
Selain itu juga sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu
sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran
ataupun gurunya dan akibatnya siswa malas untuk belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang
setepat, efisien dan efektif mungkin. Sejalan dengan pendapat tersebut
Darling-Hammond mengatakan bahwa kualifikasi guru memegang
peranan penting dalam prestasi belajar siswa. Bagaimana siswa belajar
sangat ditentukan oleh kualifikasi seorang guru.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran
itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar
siswa. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu
padat, diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat, dan
perhatian siswa.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata
tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula,
selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin
didalam belajar baik di sekolah, di rumah, dan di perpustakaan, dan
kondisi tersebut harus didukung dengan disiplin dari guru beserta staf
yang lainnya.
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,
waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari dan sangat
berpengaruh didalam belajar. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di
sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan karena siswa
harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka
mendengarkan pelajaran sambil mengantuk, sukar berkonsentrasi dan
sebagainya. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi
25
Metode belajar siswa adalah faktor ekstern dalam keberhasilan belajar
siswa. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang tidak efektif. Dalam
hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang efektif akan
meningkatkan prestasi belajar siswa, dan juga dalam pembagian waktu
untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau
terusmenerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa
akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu
belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,
memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan
hasil belajar.
3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam
kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi,
belajarnya akan terganggu, lebih- lebih jika tidak bijaksana dalam
mengatur waktunya. Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam
masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin
memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan itu misalnya kursus
Selain hal-hal tersebut, kebiasaan belajar dan pengisian waktu luang
adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam kemajuan dan juga
menurunnya prestasi belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang
efektif dan pengisian waktu luang yang bermanfaat akan memperoleh
prestasi belajar yang tinggi. Faktor-faktor yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh tersebut di atas sangat besar pengaruhnya dalam prestasi
belajar, karena prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri maupun dari luar diri siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri
(internal) dan dari luar diri (eksternal) individu yang belajar.
2. Inteligensi Quotient.
Inteligensi Quotient merupakan salah satu faktor intern yang mempengaruhi
hasil belajar. Perkembangan inteligensi seseorang itu dipengaruhi 2 faktor
yaitu genetik dan lingkungan. Faktor genetik diturunkan sedangkan
lingkungan adalah semua faktor diluar kita.
Menurut Piaget dalam Alder (2001: )perkembangan intelektual itu terbentuk
27
Stephen J. Gould dalam Alder (2001: ) inteligensi adalah kemampuan untuk
menghadapi masalah dengan sikap yang tidak di program (kreatif) dan
menurut Herbet Spencer dalam Alder (2001: ) inteligensi merupakan kualitas
bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh
melalui belajar sedangkan menurut D. Wechsler dalam Alder (2001: )
inteligensi adalah kecakapan untuk bertindak secara sengaja, berpikir secara
rasional, dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan. Dari ketiga
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah kualitas bawaan
sejak lahir yang berupa kemampuan atau kecakapan dalam menghadapi
masalah dengan sikap yang kreatif, bertindak secara sengaja, berfikir rasional
dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan namun berbeda dari
kemampuan yang diperoleh melalui belajar.
Ada beberapa teori mengenai inteligensi, salah satunya adalah teori Gardner.
Menurut Gardner dalam Djaali (2008: 73) inteligensi manusia memiliki tujuh
dimensi yang semiotonom, yaitu linguistic, music, matematik, logis, visual
special, kinestetik fisik, sosial interpersonal, dan intrapersonal. Setiap dimensi
tersebut, merupakan kompetensi yang eksistensinya berdiri sendiri dalam
system neuron. Artinya memiliki organisasi neurologis yang berdiri sendiri
bukan hanya terbatas pada ranah intelektual.
Inteligensi berasal dari kata intelligence yang artinya menghubungkan atau
menyatukan satu sama lain. Menurut Stern dalam Soemanto (2006: 143)
mempergunakan alat-