• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Sifat Kualitatif Burung Puyuh Tegalan Loreng Chrisna Mardhani Anugrah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sifat Sifat Kualitatif Burung Puyuh Tegalan Loreng Chrisna Mardhani Anugrah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 IDENTIFIKASI SIFAT- SIFAT KUALITATIF BURUNG PUYUH TEGALAN

LORENG (Turnix suscitator atrogularis)

(Di Daerah Gunung Tilu, Desa Cihonje, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat)

IDENTIFICATION OF QUANTITATIVE TRAITS ON BAREED BUTTON QUAIL (Turnix suscitator atrogularis)

(At Region Of Mount Tilu, Cihonje Village, District of Pengalengan, Bandung regency, West Java Province)

Chrisna Mardhani Anugrah*, Iwan Setiawan**, Dani Garnida**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: nanaitink@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai Identifikasi sifat - sifat kualitatif burung puyuh Tegalan Loreng (Turnix suscitator atrogularis) di Daerah Gunung Tilu, Desa Cihonje, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat telah dilakukan pada bulan Juli 2015. Sampel yang di amati adalah puyuh Tegalan Loreng dewasa sebanyak 30 ekor jantan dan 30 ekor betina. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode Accidental/haphazard sampling, yaitu pengambilan sampel sesaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) warna bulu keseluruhan burung puyuh Tegalan Loreng jantan bertotol kuning cokelat, sedangkan betina bertotol kuning hitam, (2) warna bulu bagian kepala pada jantan bergaris cokelat dan kuning sedangkan betina berbintik putih dan hitam, (3) paruh pada jantan dan betina berwarna kuning, (4) warna bulu bagian leher pada jantan bertotol kuning kecokelatan sedangkan pada betina bertotol hitam, (5) warna bulu pada bagian dada baik jantan maupun betina bertotol cokelat dan hitam, (6) bulu bagian punggung baik jantan maupun betina berwarna cokelat dan hitam, (7) warna bulu bagian perut pada jantan dan betina berwarna kuning, (8) warna bulu bagian sayap pada jantan dan betina bertotol kuning dan hitam, (9) warna bulu bagian ekor pada jantan dan betina cokelat tua, dan (10) shank pada jantan dan betina berwarna kuning. Perbedaan sifat kualitatif yang menonjol antara jantan dan betina terletak pada warna bulu bagian leher dimana jantan bertotol kuning kecokelatan sedangkan betina bertotol hitam.

Kata Kunci : Burung puyuh Tegalan Loreng, Sifat kualitatif

ABSTRACT

Research on the identification of qualitative traits of Bareed Button quail (Turnix

suscitator atrogularis), in area of Gunung Tilu, Cihonje Village, District of Pengalengan,

Bandung Regency, West Java province was conducted in July 2015. The sample was adult quails consicted of 30 males and 30 females. Sample was done using Accidental/haphazard methods. The results showed that (1) overall feathers color of male quail was yellow-brown spotted, while yellow-black spotted on female quail, (2) feathers color on the head of male

(2)

2 quail was striped brown and yellow, while the female quail was speckled white and black, (3) the beak color of male and female quail was yellow, (4) feathers color on the neck of the male was yellow-brown spotted, while on the female was black spotted, (5) feathers color on the chest both male and female quail were brown and black spotted, (6) feathers color on the back both male and female quail were brown and black, (7) feathers color on the abdomen both male and female quail were yellow, (8) feathers color on the wings of male and female quail were yellow and black spotted, (9) feathers color on the tail of male and female quail were dark brown, and (10) the color on shank of male and female quail was yellow. The notable difference of qualitative traits between male and female Bareed Button quail lies on the neck. Feathers color on the neck of male quail was yellow-brown spotted, while on the female was black spotted.

Keywords: Bareed Button quail, qualitative traits

PENDAHULUAN

Burung puyuh adalah salah satu jenis burung yang hidup secara liar di alam bebas, biasanya ditemukan dengan cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak pinggir hutan dan padang rumput. Puyuh ini dapat diburu dengan leluasa karena merupakan burung yang mudah berkembang biak. Hal ini ditandai dengan produksi telurnya yang tinggi dan sifatnya yang pandai mengeram. Burung puyuh memiliki banyak kegunaan bagi masyarakat indonesia, diantaranya telur dan dagingnya dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani. Oleh sebab itu, pada masa kini banyak peternak memelihara burung puyuh baik itu puyuh pedaging maupun puyuh petelur.

Seiring dengan perkembangan jaman, burung puyuh telah mengalami domestikasi dan telah diternakkan oleh manusia secara komersil untuk menghasilkan daging dan telur. Rasa khas burung ini menjadikan daging puyuh memiliki penggemar tersendiri, begitupula rasa telurnya yang tidak dapat disamakan dengan telur ayam biasa. Burung puyuh yang banyak dikembangbiakan diantaranya jenis coturnix-coturnix japonica, sedangkan jenis burung puyuh liar masih jarang dikembangbiakan. Burung puyuh liar di Indonesia terdapat cukup banyak antara lain Coturnix chinensis (Puyuh batu), Genus Arborophilla yang dikenal dengan Puyuh genggong (Arborophilla javanica), dan puyuh pohon (Arborophilla hyperythra). Selain itu ada dari jenis turnix yaitu puyuh Tegalan Loreng (Turnix suscitator atrogulari).

Burung Puyuh Tegalan Loreng (Turnix suscitator atrogularis) yang berasal dari marga

turnix ini merupakan sumber daya hewani asli negara indonesia, Burung puyuh ini dikatakan

sudah hampir punah dikarenakan jumlah populasinya belum dapat diketahui dengan jelas dan kurang nya pengetahuan masyarakat akan kegunaan dan manfaat burung puyuh tersebut, baik sebagai petelur maupun pedaging. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti sifat kualitatif pada burung puyuh Tegalan Loreng (Turnix suscitator atrogularis).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Objek penelitiaan yang digunakan yaitu puyuh Tegalan Loreng dewasa sebanyak 30 ekor jantan (Turnix suscitator atrogularis) dan 30 ekor betina (Turnix suscitator atrogularis) yang berasal dari daerah Gunung Tilu, Desa Cihonje, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung , Provinsi Jawa Barat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) kamera digital untuk mengambil gambar, (2) format pengumpulan data sifat kualitatif, (3) alat tulis: pensil, kertas, penggaris, dan bolpoin, dan (4) seperangkat laptop untuk mengolah data.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel sesaat (Accidental/haphazard sampling), yaitu suatu metode pengambilan sampel dimana satuan sampel dipilih seadanya. Puyuh Tegalan Loreng (Turnix suscitator atrogularis)

(3)

3 merupakan hewan langka yang sulit ditemui dan tidak diketahui secara jelas populasinya di alam bebas, sehingga jumlah puyuh yang diambil untuk sampel seadanya sesuai dengan jumlah yang dapat ditangkap.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Warna Bulu Keseluruhan

Warna bulu keseluruhan puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Warna Bulu Kesuluruhan Puyuh Tegalan Loreng

Warna Bulu Keseluruhan

Jantan Betina

Jumlah Frekuensi

Relatif Jumlah Frekuensi Relatif

Ekor % Ekor %

Bertotol Kuning Cokelat 30 100 30 100 Bertotol kuning Hitam

Berdasarkan Tabel 1, proporsi warna bulu keseluruhan pada puyuh Tegalan Loreng jantan bertotol kuning cokelat dan betina bertotol kuning hitam berbeda dengan warna bulu keseluruhan pada puyuh coturnix-coturnix japonica dengan warna bulu coklat kemerahan pada jantan dan coklat tua kehitaman pada betina (Listyowati dan Roospitasari, 2000). Frekuensi relatifnya masing-masing 100% bertotol kuning cokelat pada jantan dan betina bertotol kuning hitam. Hal ini menunjukkan bahwa warna bulu keseluruhan burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam, tidak muncul warna lain selain bertotol kuning cokelat pada jantan dan bertotol kuning hitam pada betina.

Secara umum burung puyuh memiliki warna bulu bercak-bercak coklat (Sunarno, 2004). Pheomelanin merupakan pigmen dasar suatu makhluk hidup yang memberikan warna merah-cokelat, salmon, dan buff (kekuning-kuningan) pada bulu unggas, dan bagian yang tak terpisahkan dari melanin sebagai unsur pembangun pigmen tubuh (Smyth, 1993) dikutip oleh Suparyanto dkk., (2005). Pola dan warna bulu sangat menentukan kemurnian suatu bangsa unggas, variasi warna dan corak bulu disebabkan oleh peran aktif berbagai gen (Campo, 1997).

B. Warna Bulu Kepala

Warna bulu kepala puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina hasil pengamatan disajikan pada Tabel 2.

(4)

4 Tabel 2. Warna Bulu Kepala Puyuh Tegalan Loreng.

Berdasarkan Tabel 2, proporsi warna bulu kepala pada puyuh Tegalan Loreng betina berbintik putih dan hitam 100 % sedangkan pada jantan bergaris cokelat dan kuning 100%, hal ini sesuai dengan pernyataan Delacour (1946) bahwa burung puyuh turnix suscitator

antrogularis memiliki kepala orange hitam dengan tanda putih berbintik-bintik hitam berbeda

dengan Listiyowati dan Roospitasari (2009) Arborophila Javanica (Chesnut bellied Partridge) pada kepalanya terdapat tanda berbentuk cincin yang berwarna hitam. Warna bulu bagian kepala burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam, karena tidak muncul kombinasi warna lain.

C. Warna Paruh

Warna paruh burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina hasil penelitian disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Warna Paruh Puyuh Tegalan Loreng Jantan dan Betina.

Warna Bagian Paruh

Jantan Betina

Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif

Ekor % Ekor %

Kuning Hitam 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 3, proporsi warna bagian paruh pada puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina, masing-masing 100 % berwarna kuning hitam. Hasil ini menunjukkan bahwa paruh burung puyuh Tegalan Loreng baik jantan maupun betina seragam berwarna kuning hitam. Morfologi paruh dan tarsus merupakan karakter yang dapat mengalami evolusi karena karakter-karakter tersebut dipengaruhi oleh adaptasi terhadap perubahan pola makan dan pakanannya (Herrera, 1978; Michalak, 1995).

D. Bagian Leher

Warna bulu leher puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina hasil penelitian disajikan pada Tabel 4.

Warna Bulu Bagian Kepala

Jantan Betina Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif Ekor % Ekor %

Berbintik Putih dan Hitam 30 100

(5)

5 Tabel 4. Warna Bulu Leher Puyuh Tegalan Loreng Jantan dan Betina.

Berdasarkan Tabel 4, proporsi warna bulu leher pada puyuh Tegalan Loreng jantan bertotol kuning kecokelatan 100 % sedangkan warna pada puyuh betina bertotol hitam 100%, hal ini sesuai dengan pernyataan Harper (1986) bahwa burung puyuh tegalan loreng jantan berwarna krem dan betina memiliki warna leher hitam yang dipengaruhi oleh pigmen melanin. Menurut pendapat Brumbaugh dan Moore ( 1968) yang dikutip oleh Tarigan (2010) bahwa warna hitam dan warna kuning pada bulu di pengaruhi oleh pigmen eumelanin. Warna bulu leher dapat dijadikan perbedaan karakteristik antara jantan dan betina pada burung puyuh Tegalan Loreng. Hal ini sesuai dengan pernyataan Listiyowati dan Roospitasari (2009 ) pada puyuh coturnix-coturnix japonica betina dewasa warnanya mirip dengan jantan, kecuali bulu pada leher dan pada dada bagian atas warna coklat muda lebih terang, dihiasi totol-totol coklat tua.

E. Bagian Dada

Warna bulu bagian dada pada puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Warna Bulu Bagian Dada Puyuh Tegalan Loreng Jantan dan Betina.

Warna Bulu Bagian Dada Jantan Betina Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif Ekor % Ekor % Bertotol Cokelat dan Hitam 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 5, proporsi warna bulu bagian dada pada puyuh Tegalan Loreng jantan maupun betina masing-masing bertotol cokelat dan hitam 100 %. Hal ini menunjukkan warna bulu leher burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam. Pada puyuh coturnix-coturnix japonica Jantan dewasa didentifikasikan dengan bulu-bulu berwarna coklat muda pada bagian atas kerongkongan dan dada yang merata. Betina dewasa

Jantan Betina

Warna Bagian Leher Jumlah

Frekuensi

Relatif Jumlah

Frekuensi Relatif

Ekor % Ekor %

Bertotol Kuning Coklat 30 100

(6)

6 warnanya mirip dengan jantan, kecuali bulu pada kerongkongan dan pada dada bagian atas warna coklat muda lebih terang, dihiasi totol-totol coklat tua (Listiyowati dan Roospitasari, 2009).

F. Warna Bulu Bagian Punggung

Warna bulu bagian punggung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Warna Bulu Bagian Punggung Puyuh Tegalan Loreng

Warna Bulu Punggung Jantan Betina Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif Ekor % Ekor % Bertotol Coklat dan Hitam 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 6, proporsi warna bulu bagian punggung pada puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina adalah 100% bertotol cokelat dan hitam. Hal ini menunjukkan warna bulu bagian punggung burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam. Warna tersebut sesuai dengan puyuh Arborophila orientalis (Grey Bellied Partridge) yang memiliki punggung berwarna coklat dengan garis-garis hitam (Listiyowati dan Roospitasari, 1992).

G. Warna Bulu Bagian Perut

Warna bulu bagian perut puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Warna Bulu Bagian Perut Puyuh Tegalan Loreng

Warna bulu perut

Jantan Betina

Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif

Ekor % Ekor %

Kuning 30 100 30 100

Coklat Muda

Berdasarkan Tabel 7, proporsi warna bulu bagian perut pada puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina 100 % berwarna kuning coklat muda berbeda dengan puyuh Coturnix

chinensis yang memiliki perut berwarna garis kecoklatan dan puyuh Arborophila orientalis (Grey Bellied Partridge) yang memiliki perut berwarna keputih-putihan (Listiyowati dan

Roospitasari, 1992). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa warna bulu bagian perut burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam.

(7)

7 H. Warna Bulu Bagian Sayap

Warna bulu bagian sayap burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8.Warna Bulu Bagian Sayap Puyuh Tegalan Loreng

Warna bulu sayap Jantan Betina Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif Ekor % Ekor % Bertotol Kuning dan Hitam 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 8, proporsi warna bagian sayap pada puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina 100% berwarna totol kuning dan hitam. Hal ini menunjukkan warna bulu sayap burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam. Menurut Listiyowati dan Roospitasari (1992) burung puyuh Arborophila orientalis (Grey Bellied Partridge) dan

Arborophila javanica (Chesnut bellied partridge) memiliki sayap berwarna kecoklatan bertotol

hitam.

I. Warna Bulu Bagian Ekor

Warna bulu bagian ekor burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Warna Bulu Bagian Ekor Puyuh Tegalan Loreng Jantan dan Betina.

Warna bulu ekor Jantan Betina Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif Ekor % Ekor % Coklat Tua 30 100 30 100

Berdasarkan Tabel 9, proporsi warna bulu bagian ekor pada puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina 100% cokelat tua. Hal ini menunjukkan warna bulu ekor burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam. Berbeda dengan Arborophila

javanica (Chesnut bellied Partridge) ekornya melengkung ke bawah berwarna keabu-abuan

(Listiyowati dan Roospitasari, 2009).

(8)

8 Warna bulu bagian shank burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina hasil penelitian disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Warna Bulu Bagian Shank Puyuh Tegalan Loreng Jantan dan Betina.

Warna Bulu Shank Jantan Betina Jumlah Frekuensi Relatif Jumlah Frekuensi Relatif Ekor % Ekor % Kuning 30 100 30 100 Abu-abu

Berdasarkan Tabel 10, proporsi warna bagian shank pada puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina 100% kuning abu-abu. Hal ini menunjukkan warna shank burung puyuh Tegalan Loreng jantan dan betina masing-masing seragam. Munculnya perbedaan warna shank dipengaruhi oleh tiga faktor di antaranya struktur shank, pigmen utama yang terkandung dalam shank dan faktor genetik (Lanam, 2013). Adanya pigmen lipokrom pada epidermis dan pigmen melanin pada dermis menyebabkan shank berwarna kuning (Saputra, 2010 ).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) warna bulu keseluruhan burung puyuh Tegalan Loreng jantan bertotol kuning cokelat, sedangkan betina bertotol kuning hitam, (2) warna bulu bagian kepala pada jantan bergaris cokelat dan kuning sedangkan betina berbintik putih dan hitam, (3) paruh pada jantan dan betina berwarna kuning, (4) warna bulu bagian leher pada jantan bertotol kuning kecokelatan sedangkan pada betina bertotol hitam, (5) warna bulu pada bagian dada baik jantan maupun betina bertotol cokelat dan hitam, (6) bulu bagian punggung baik jantan maupun betina berwarna cokelat dan hitam, (7) warna bulu bagian perut pada jantan dan betina berwarna kuning, (8) warna bulu bagian sayap pada jantan dan betina bertotol kuning dan hitam, (9) warna bulu bagian ekor pada jantan dan betina cokelat tua, dan (10) shank pada jantan dan betina berwarna kuning.

Perbedaan sifat kualitatif yang menonjol antara jantan dan betina terletak pada warna bulu bagian leher dimana jantan bertotol kuning kecokelatan sedangkan betina bertotol hitam. Saran

Perlu dilakukan penelitian sejenis pada puyuh Tegalan Loreng ( Turnix suscitator

atrogularis) di daerah lain di Jawa Barat agar hasil penelitian lebih komprehensif.

(9)

9 Amar-Singh, H.S.S., Dato' Dr. 2010. Barred Buttonquail in territorial fight. Bird Ecology

Study Group website. Retrieved 16 Feb. 2011.

Campo, J.L. 1997. The hypostatic genotype of the recessive white prat of chicken. Poult. Sci. 76: 432 436.

Desfontaines. 1789. Tutnix sylvaticus. IUCN Red List Of Threatened Species. Version 2012.1. International Union for Conservation of nature

Gmelin. 1789. Bird of East Asian: eastern China, Ttaiwan, Korea, Japan, eastern Russia. Christopher Helm, London.

Harper,D.1986. Pet Birds for home and garden London : Salamander Books Ltd..

Hardjosubroto. W, Maria, J. A., dan Warwick, E. J. 1995. Pemuliaan ternak. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Jull, M. A. 195. Prultry Husbandry. 3rd Ed. Mc Graw-Hill Book Company, Inc New York. Herrera CM. 1978. Individual dietary differences associated with morphological variation in

Robin Erithracus Rubecula. Ibis 120 : 542-545.

Lanam, A. 2013. Identifikasi Kaakteristik Kualitatif Persilangan Itik Padjajaran Betina dan

Itik Peking Jantan Kasus Kelompok Peternak Famili Di Desa Paguyuban Kecamatan

Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fkultas Peternakan, Universitas Padjajaran. Sumedang.

Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 2009. Beternak Puyuh secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Listiyowati, E dan K. Roospitasari, 1992. Puyuh tata Laksana Budidaya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

Listiyowati, E dan K. Roospitasari 2000. Puyuh Tata Laksana Seara Komersial. Cetakan XI PT. Penebar Swadaya.

Marhiyanto, b., 1999, peluang bisnis beternak lebah, gitamedia press, Surabaya.

Mansjoer.1981. Studi Sifat-Sifat Ekonomis yang Menurun pada Ayam Kampung. Laporan Penelitian No. 15/Penelitian. PUT/IPB?1979-1980. Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Nugroho dan Mayun. 1986. Beternak Burung Puyuh (Quail). Cetakan I. Semarang: Eka Offset..

Saputra, J. 2010. Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Arab, Pelung dan Kampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sunarno. 2004. Potensi Burung Puyuh. Majalah Poultry indonesia Edisi Pebruari hal.61. Sinurat, A. P. 1999. Penggunaan Bahan Pakan Lokal Dalam Pembuatan Ransum Ayam

Buras. Wartazoa. Balai Penelitian Ternak. Bogor. 9(1):18.

Sugiarto dan Dergibson, S. 1999. Metode Statistika. Gramedia. Jakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Alvabeta. Bandung. Tarigan. 2010. Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Ayam Walik di Sumedang dan

Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Warwick, E.J., Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Silika-kitosan bead yang telah halus selanjutnya digunakan untuk penentuan pH, waktu kontak, dan konsentrasi optimum penyerapan ion logam Cd(II) dan Ni(II)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik

Sibagure (Sidarhombifolia) merupakan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh responden di Kampung Pagaran Lambung untuk mengobati demam dan penurun panas, yaitu bagian

Akan tetapi mengalami penurunan nilai rata-rata kekuatan tarik sebesar 36.1 MPa atau 5.65 % dari nilai rata-rata kekuatan tarik pengelasan back chipping dengan kedalaman alur

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

Menurut Andersone dan Ievins (2002) penurunan aktivitas PPO menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas morfogenik. Artinya praperlakuan cekaman manitol 0,4 M selama

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian beberapa dosis ekstrak daging buah kurma (Phoenix dactylifera L.) terhadap

Nilai dominasi ini juga didukung oleh kecilnya konsentrasi nitrat pada saat kepadatan tertinggi (hari ke-4) di tambak tanpa pemberian pupuk, dimana pada ekosistem air laut,