• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI KULIT KAYU LANTUNG PADA TAS WANITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPLORASI KULIT KAYU LANTUNG PADA TAS WANITA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI KULIT KAYU LANTUNG PADA TAS WANITA

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Ujian Sidang Sarjana Desain

Program Studi Kriya Tekstil dan Mode

Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia Telkom

Oleh Syahda Nadella NIM: 20910060

PROGRAM STUDI KRIYA TEKSTIL DAN MODE

SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN INDONESIA TELKOM

BANDUNG

(2)

EKSPLORASI KULIT KAYU LANTUNG PADA TAS WANITA

(Exploration of Lantung Bark in Woman Bag)

Syahda Nadella 20910060

ABSTRACT

Lantung bark is one of the natural resources potentially useful as raw material for handicrafts. At first, lantung bark is used as clothes by the Dayak tribe in East Kalimantan and Central Kalimantan. In keeping with the times, the bark is used as a canvas to paint in Irian Jaya and Bali, and can be upgraded to process into value added products such as handicraft such as hats, bag, wallet, pencil case, lamp shade, home appliances, and other more.

The rise of a growing fashion products today, bark into alternative materials that have the potential to meet the needs of the market and has special characteristics that enable the creation of innovative works. Currently, processing of lantung bark occurs mostly in the shape and color of the bark itself. Based on these facts, the authors want to process bark with the coloring.

This final project contains bark processing techniques, staining experiments using natural dyes and synthetic dyes, and exploration techniques to bark that can develop and increase the aesthetic value, use value, selling value, as well as increasing the potential and function of the material by applying it to the fashion products such as woman bag.

(3)

ABSTRAK

Kulit kayu lantung merupakan salah satu Sumber Daya Alam yang potensial dan bermanfaat sebagai bahan baku pembuatan kriya. Pada awalnya, kulit kayu lantung dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pakaian oleh suku Dayak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Sesuai dengan perkembangan zaman, kulit kayu lantung digunakan sebagai kanvas melukis di Irian Jaya dan Bali, serta dapat ditingkatkan nilai tambahnya dengan mengolahnya menjadi cinderamata berupa produk kerajinan seperti: topi, tas, dompet, tempat pensil, kap lampu, peralatan rumah tangga, dan lain-lain.

Semakin maraknya produk fashion yang berkembang dewasa ini, kulit kayu lantung menjadi alternatif bahan yang berpotensi untuk memenuhi keinginan pasar dan mempunyai karakteristik tersendiri yang memungkinkan terciptanya karya-karya inovatif. Saat ini pengolahan kulit kayu lantung kebanyakan terjadi pada bentuk dan warna asli dari kulit kayu itu sendiri. Berdasarkan fakta tersebut, penulis ingin mengolah kulit kayu lantung dengan pewarnaan.

Laporan Tugas Akhir ini berisi tentang teknik pengolahan kulit kayu lantung, eksperimen pewarnaan menggunakan zat pewarna alam dan zat pewarna sintetis, dan teknik-teknik eksplorasi pada kulit kayu lantung yang dapat mengembangkan dan menambah nilai estetis, nilai pakai, nilai jual, serta meningkatkan potensi dan fungsi dari material tersebut dengan cara mengaplikasikannya pada produk fashion berupa tas wanita.

(4)

DAFTAR ISI ABSTRAK…………...i-ii KATA PENGANTAR...iii-v DAFTAR ISI...v-vii DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...ix-xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah…...1

1.2. Rumusan Masalah………...2

1.3. Tujuan dan Manfaat Perancangan...2

1.3.1. Tujuan Perancangan………..……..2

1.3.2. Manfaat Perancangan………..………..2

1.4. Metode Perancangan...3

1.4.1. Pendekatan Konseptual………..3

1.4.2. Pendekatan Operasional………..………..………..3

1.4.3. Teknik Pengumpulan Data……….………3

1.5. Batasan Masalah………...4

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Gambaran Umum Kulit Kayu Lantung…...5

2.1.1. Pengenalan Kulit kayu Lantung...5

2.1.2. Sejarah Kulit Kayu Lantung...6

2.1.3. Proses PembuatanKulit kayu Lantung...8

2.1.4. Sifat dan Komposisi Kayu Lantung...11

2.1.5. Kulit Kayu Lantung sebagai Sumber Daya Alam yang Memiliki Potensi dan Nilai Ekonomi...13

(5)

2.2. Serat………...17 2.2.1. Pengertian Serat………...17 2.2.2. Jenis-jenis Serat………...17 2.2.2.1. Serat Alam………...17 2.2.2.2. Serat Buatan………...22 2.3. Zat Pewarna...23

2.3.1. Zat Pewarna Alam…...23

2.3.2. Zat Pewarna Sintetis.………...24

2.4. Desain………..…………....26

2.5. Fashion dan Produk Fashion………..28

2.5.1. Fashion…...28 2.5.2. Produk Fashion.………...28 2.5.2.1. Busana………...28 2.5.2.2. Aksesoris………...30 2.5.2.2.1. Pengertian Aksesoris……….30 2.5.2.2.2. Penggolongan Aksesoris………....31

BAB III EKSPLORASI DAN ANALISA DATA 3.1. Eksplorasi...40

3.1.1. Teknik Pengolahan Kulit Kayu Lantung...40

3.1.1.1. Scouring (Pemasakan)...40

3.1.1.2. Bleaching (Pengelantangan)...44

3.1.1.3. Pewarnaan (Pencelupan)...47

3.1.1.3.1. Zat Pewarna Alam………..…..47

3.1.1.3.2. Zat Pewarna Sintetis……….……..……...58

3.1.1.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Zat Pewarna….………...……..62

3.1.1.4. Proses Pengeringan Kulit Kayu Lantung...64

3.1.2. Eksplorasi Material...65

(6)

3.1.2.2. Anyaman...67

3.1.2.3. Renggangan Serat...68

3.1.2.4. Teknik Tie-dye (Ikat Celup)...70

3.1.2.5. Teknik Jahit, Motif, dan Sulam...81

3.1.2.6. Teknik Smok...87

3.1.2.7. Teknik Lain...93

3.2. Analisa Data...96

3.2.1. Angket...96

3.2.2. Hasil Perhitungan Angket...96

BAB IV KONSEP DESAIN 4.1. Latar Belakang Konsep Perancangan...99

4.1.1. Image Board...100

4.1.2. Pertimbangan dalam Konsep Perancangan...101

4.2. Tujuan Konsep...104

4.3. Desain Perancangan...104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...141

5.2. Saran...142

DAFTAR PUSTAKA……….………..……….…...143

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Proses Scouring pada Kulit Kayu Lantung………..……….….42

Tabel 3.2 Proses Bleaching pada Kulit Kayu Lantung………..………..….46

Tabel 3.3 Zat Pewarna Alam dengan Tumbuhan Kunyit………...52

Tabel 3.4 Zat Pewarna Alam dengan Tumbuhan Beet………...……...57

Tabel 3.5 Zat Pewarna Sintetis dengan Wantex……….………..…….59

Tabel 3.6 Kelebihan dan Kekurangan Zat Pewarna………....62

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon Lantung………..……….6

Gambar 2.2 Kulit Kayu sebagai Busana Masyarakat Dayak……….7

Gambar 2.3 Proses Pembuatan Kulit Kayu Lantung……….…8

Gambar 2.4 Proses Pemipihan………..10

Gambar 2.5 Proses Pengeringan………..10

Gambar 2.6 Lembaran Kulit Kayu………...11

Gambar 2.7 Lukisan Kulit Kayu Lantung khas Papua……….…...13

Gambar 2.8 Hiasan Dinding dari Kulit Kayu Lantung……….14

Gambar 2.9 Topi dari Kulit Kayu Lantung………..14

Gambar 2.10 Tempat Pensil dari Kulit Kayu Lantung………..14

Gambar 2.11 Tempat Tissue dari Kulit Kayu Lantung……….….15

Gambar 2.12 Note Book dan Memo dari Kulit Kayu Lantung..………....15

Gambar 2.13 Dompet dari Kulit Kayu Lantung………....15

Gambar 2.14 Tas dari Kulit Kayu Lantung………...16

Gambar 2.15 Tas dari Kulit Kayu Lantung………16

Gambar 2.16 Tas dari Kulit Kayu Lantung khas Masyarakat Sentani……….16

Gambar 2.17 Peralatan Rumah Tangga dari Kulit Kayu Lantung………..….17

Gambar 2.18 Jute dan Flax……….18

Gambar 2.19 Rami………18

Gambar 2.20 Sisal……….19

Gambar 2.21 Sabut Kelapa……….19

Gambar 2.22 Kapas dan Kapuk………20

(9)

Gambar 2.24 Serat Wol dari Bulu Domba/Biri-biri………...21

Gambar 2.25 Asbes………..21

Gambar 2.26 Backpack……….31

Gambar 2.27 Baguette Bag………32

Gambar 2.28 Clutch Bag………..32

Gambar 2.29 Duffel Bag………..33

Gambar 2.30 Field Bag……….…33

Gambar 2.31 Hobo Bag………34

Gambar 2.32 Kelly Bag……….…34

Gambar 2.33 Messenger Bag………..…35

Gambar 2.34 Pouch Bag………..35

Gambar 2.35 Minaudiere……….……..36

Gambar 2.36 Wrislets Bag……….…36

Gambar 2.37 Tote Bag……….……….37

Gambar 2.38 Satchel Bag……….………..37

Gambar 3.1 Soda Ash (NA₂CO₃) dan Teepol……….…..…..40

Gambar 3.2 Proses Scouring (Pemasakan) pada Kulit Kayu Lantung………..….…41

Gambar 3.3 H₂O₂ (Hidrogen Peroksida)……….…44

Gambar 3.4 Proses Bleaching (Pengelantangan) pada Kulit Kayu Lantung……….45

Gambar 3.5 Daun Suji………..….48

Gambar 3.6 Daun Suji Dipotong-potong untuk Diblender………..…48

Gambar 3.7 Daun Suji Diblender………..…………49

Gambar 3.8 Proses Pewarnaan Kulit Kayu Lantung dengan Daun Suji..………...49

Gambar 3.9 Hasil Pewarna Hijau dengan Daun Suji pada Kulit Kayu Lantung……….50

Gambar 3.10 Kunyit (Curcuma)……….…51

(10)

Gambar 3.12 Beet………...54

Gambar 3.13 Beet Dipotong-potong untuk Diblender………..55

Gambar 3.14 Beet Diblender………..55

Gambar 3.15 Penyaringan Air Beet………56

Gambar 3.16 Proses Pewarnaan Kulit Kayu Lantung dengan Beet……….……….…56

Gambar 3.17 Wantex………58

Gambar 3.18 Pewarnaan Gradasi………...61

Gambar 3.19 Proses Pembuatan Bunga………....66

Gambar 3.20 Proses Pembuatan Bunga (Dikerut)………66

Gambar 3.21 Proses Pembuatan Anyaman……….….67

Gambar 3.22 Hasil Renggangan Serat………..68

Gambar 3.23 Hasil Renggangan Serat secara Acak……….69

Gambar 3.24 Hasil Renggangan Serat dengan Cara Disisir Menggunakan Garpu………..69

Gambar 3.25 Proses Tie-dye………...70

Gambar 3.26 Proses Tie-dye………...71

Gambar 3.27 Proses Tie-dye………...73

Gambar 3.28 Proses Tie-dye………...74

Gambar 2.29 Proses Tie-dye………...75

Gambar 3.30 Proses Tie-dye………...77

Gambar 3.31 Proses Tie-dye………...78

Gambar 3.32 Proses Penaburan Bubuk Wantex secara Abstrak………79

Gambar 3.33 Hasil Teknik Tie-dye setelah Kering……….81

Gambar 3.34 Teknik Jahit Tusuk Veston………..81

Gambar 3.35 Teknik Jahit Jelujur (Motif)………...83

(11)

Gambar 3.37 Teknik Jahit Isi (Sulam)……….….85

Gambar 3.38 Proses Pembuatan Teknik Smok……….…87

Gambar 3.39 Proses Pembuatan Teknik Smok……….…89

Gambar 3.40 Proses Pembuatan Teknik Smok……….…91

Gambar 3.41 Mix/Gabungan Teknik Sulam dan Anyaman………..…93

Gambar 3.42 Teknik Braiding (Kepangan)……….….94

Gambar 3.43 Teknik Makrame………..….95

Gambar 4.1 Image Board………..…100

Gambar 4.2 Desain Tas 1………..…….104

Gambar 4.3 Persiapan Material Kulit Kayu Lantung dan Pembuatan Pola……….…...105

Gambar 4.4 Proses Scouring……….……….….106

Gambar 4.5 Proses setelah Di-Bleaching………..………..….106

Gambar 4.6 Proses setelah Dicelup dengan Pewarna Tekstil dan Dikeringkan………..…..107

Gambar 4.7 Proses Teknik Tie-dye dan Pewarnaan Gradasi……….…..107

Gambar 4.8 Proses Penempelan Kulit Kayu Lantung……….……108

Gambar 4.9 Proses Jahit/Sulam………...…109

Gambar 4.10 Proses Penjahitan………..110

Gambar 4.11 Hasil Produk………..110

Gambar 4.12 Foto Produk………...112

Gambar 4.13 Desain Tas 2………..……113

Gambar 4.14 Hasil setelah Di-Bleaching……….114

Gambar 4.15 Hasil setelah Diikat Celup (Tie-dye)………115

Gambar 4.16 Hasil setelah Dianyam dan Dicelup Gradasi………..…116

Gambar 4.17 Proses Penempelan……….…116

(12)

Gambar 4.19 Proses Penjahitan………..117

Gambar 4.20 Hasil Produk………..118

Gambar 4.21 Foto Produk………...119

Gambar 4.22 Desain Tas 3………..……120

Gambar 4.23 Proses Scouring……….……….…121

Gambar 4.24 Proses Pewarnaan dan Teknik Anyaman……….122

Gambar 4.25 Proses Pewarnaan dan Teknik Tie-dye………..123

Gambar 4.26 Proses Penempelan dan Teknik Gabungan……….124

Gambar 4.27 Proses Teknik Sulam………...124

Gambar 4.28 Proses Penjahitan Tas dan Hasil Produk………...125

Gambar 4.29 Foto Produk………...126

Gambar 4.30 Desain Tas 4………..……127

Gambar 4.31 Proses Scouring……….……….…128

Gambar 4.32 Proses Pewarnaan dan Perenggangan Serat……….…129

Gambar 4.33 Teknik Tie-dye………....130

Gambar 4.34 Proses Penjahitan……….….130

Gambar 4.35 Hasil Produk………..131

Gambar 4.36 Foto Produk………...132

Gambar 4.37 Desain Tas 5………..……133

Gambar 4.38 Proses Pembuatan Teknik Smok……….…134

Gambar 4.39 Proses Teknik Tie-dye……….…136

Gambar 4.40 Proses Pewarnaan Gradasi dan Perenggangan Serat………..137

Gambar 4.41 Teknik Penggabungan………..……….…138

Gambar 4.42 Proses Penjahitan……….….138

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki aneka ragam Sumber Daya Alam, salah satunya adalah kulit kayu lantung. Lantung adalah pohon sejenis nangka yang tumbuh subur di hutan-hutan Bengkulu. Pohon ini memiliki kulit yang tebal dan kaku. Kulit kayu lantung mempunyai potensi berupa serat yang tidak mudah putus sehingga dapat diolah menjadi suatu produk fashion seperti rompi, tas, dompet, dan sebagainya serta dapat diolah juga menjadi produk rumah tangga seperti tudung saji, tempat tissue, maupun penutup lampu. Di daerah tertentu seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi,dan Irian Jaya, kulit kayu lantung digunakan sebagai bahan pakaian, misalnya untuk pakaian sehari-hari dan upacara adat. Pengolahannya pun masih menggunakan cara yang tradisional. Saat ini kulit kayu lantung banyak digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kerajinan tangan.

Semakin maraknya produk fashion yang berkembang dewasa ini, kulit kayu menjadi alternatif bahan yang berpotensi untuk memenuhi keinginan pasar dan mempunyai karakteristik tersendiri yang memungkinkan terciptanya karya-karya inovatif. Saat ini pengolahan kulit kayu lantung sudah berkembang namun pengolahan kulit kayu kebanyakan terjadi pada bentuk dan warna asli dari kulit kayu itu sendiri. Dengan mengeksplorasi kulit kayu lantung maka dapat mengembangkan dan menambah nilai estetik kulit kayu lantung tersebut. Keserasian penerapan dari hasil eksplorasi kulit kayu lantung akan meningkatkan nilai ekonomi, meningkatkan potensi, dan fungsi dari material tersebut.

Dari eksplorasi tersebut, penulis ingin menggali potensi alam berupa kulit kayu lantung dengan mengaplikasikannya pada produk fashion aksesoris berupa tas wanita melalui teknik pengolahan dengan cara scouring (pemasakan/pembersihan) yang bertujuan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada kulit kayu, bleaching (pemutihan) yang

(15)

bertujuan untuk menghilangkan kandungan zat-zat yang tidak dapat dihilangkan oleh proses pemasakan sehingga serat akan lebih murni dan bersih karena hilangnya pigmen alam dan zat kotoran lainnya. Proses bleaching ini juga bertujuan untuk memudahkan pada proses pencelupan/pewarnaan. Dan proses terakhir yaitu pewarnaan pada kulit kayu dengan zat pewarna sintetis yang kemudian dilanjutkan dengan teknik eksplorasi seperti teknik tie-dye, teknik smok, teknik jahit/sulam, dan teknik perenggangan serat.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengolah kulit kayu lantung agar menghasilkan suatu inovasi dalam pembuatan produk fashion aksesoris berupa tas wanita?

2. Bagaimana cara mengaplikasikan kulit kayu lantung dengan teknik tie-dye, teknik smok, teknik jahit/sulam, dan teknik perenggangan serat?

1.3. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1.3.1. Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan inovasi baru dalam mengolah kulit kayu lantung dengan mengaplikasikannya pada produk fashion aksesoris berupa tas wanita.

2. Untuk menggali potensi alam berupa kulit kayu dan mengembangkannya agar menambah nilai kulit kayu lantung melalui proses-proses seperti scouring (pemasakan/pembersihan), bleaching (pemutihan), dan proses pewarnaan pada kulit kayu dengan zat pewarna sintetis dilanjutkan dengan teknik tie-dye, teknik smok, teknik jahit/sulam, dan teknik perenggangan serat.

(16)

1.3.2. Manfaat Perancangan

Perancangan ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan tekstil khususnya mengenai proses pengolahan pada bahan alam serta meningkatkan inovasi dalam mengolah potensi alam seperti kulit kayu lantung.

1.4. Metode Perancangan 1.4.1. Pendekatan Konseptual

Data yang diperoleh dapat menjadi acuan teori terkait pada pengolahan kulit kayu

lantung untuk produk fashion aksesoris berupa tas wanita dengan menggunakan teknik dan proses-proses seperti scouring (pemasakan/pembersihan), bleaching (pemutihan), pencelupan/pewarnaan dengan pewarna sintetis, dan teknik eksplorasi yang digunakan.

1.4.2. Pendekatan Operasional

Kulit kayu lantung sebelumnya digunakan sebagai pakaian oleh masyarakat Kalimantan

Timur dan Sulawesi Tengah. Sekarang kulit kayu lantung ini pada umumnya digunakan sebagai bahan dasar membuat kerajinan tangan. Namun, melalui proses-proses tertentu, kulit kayu lantung ini dapat dikembangkan dan menambah nilai estetisnya.

1.4.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: 1. Data Kualitatif

Metode yang digunakan antara lain: a. Eksperimen

Pada tahap ini penulis melakukan beberapa percobaan melalui proses-proses tertentu untuk mengolah kulit kayu lantung, yaitu melalui proses scouring (pemasakan/pembersihan) dengan merebus kulit kayu lantung selama ± 60 menit (1 jam) dengan bahan kimia berupa Soda Ash (NA₂CO₃) dan Teepol. Dilanjutkan dengan proses bleaching (pemutihan) di mana kulit kayu lantung tersebut direbus dengan bahan kimia H₂O₂ (Hidrogen Peroksida). Kemudian proses selanjutnya adalah proses pencelupan warna dengan menggunakan pewarna sintetis. Proses pewarnaan bisa

(17)

menggunakan 1 warna, gradasi warna, maupun teknik tie-dye. Dan teknik terakhir adalah eksplorasi dengan mengolah struktur kulit kayu tersebut dengan teknik jahit/sulam, teknik smok, teknik tie dye, maupun teknik perenggangan serat.

b. Studi Literatur

Tahap ini lebih menekankan pada pencarian dan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan judul topik yang bersangkutan seperti mengumpulkan referensi yang diambil dari buku-buku, laporan tugas akhir, maupun situs internet.

2. Data Kuantitatif

Metode yang digunakan adalah melalui penyebaran angket/kuesioner kepada 30 orang responden wanita remaja-dewasa di lingkungan kampus dan salah satu Sekolah Menengah Atas di kota Bandung.

1.5. Batasan Masalah

Permasalahan ini dibatasi sampai tahap surface design (desain permukaan) yang mengolah permukaan kulit kayu lantung melalui proses-proses seperti scouring (pemasakan/pembersihan), bleaching (pemutihan), dan proses pewarnaan atau pencelupan dengan zat pewarna sintetis dan structure design (desain struktur) yang mengolah struktur kulit kayu melalui teknik smok dan teknik perenggangan serat.

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Semakin maraknya produk fashion yang berkembang dewasa ini, kulit kayu lantung menjadi alternatif bahan yang berpotensi untuk memenuhi keinginan pasar dan mempunyai karakteristik tersendiri yang memungkinkan terciptanya karya-karya baru yang inovatif. Kulit kayu lantung dapat diolah menjadi sesuatu yang mempunyai nilai estetis, daya pakai dan daya jual tinggi. Kulit kayu merupakan serat pohon yang bersifat alami karena mengandung selulosa sehingga untuk mengolahnya diperlukan proses-proses tertentu.

Proses-proses tersebut meliputi proses scouring di mana proses ini berfungsi untuk membersihkan segala kotoran yang menempel pada kulit kayu, proses bleaching yang bertujuan unuk menghilangkan kandungan zat-zat yang tidak dapat dihilangkan oleh proses scouring (pemasakan) sehingga serat akan lebih murni dan bersih karena hilangnya pigmen alam dan zat kotoran lainnya. Oleh karena itu, proses bleaching sering disebut proses pemutihan. Selain itu, proses bleaching ini memudahkan pada saat proses selanjutnya, yaitu pewarnaan.

Proses pewarnaan di sini dilakukan dengan menggunakan zat pewarna sintetis seperti pewarna tekstil (wantex) karena warnanya yang lebih variatif, lebih praktis, dan tidak mudah luntur serta awet dan tahan lama dibandingkan dengan zat pewarna alam yang warnanya sangat terbatas dan penggunaannya kurang praktis karena memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkan warna.

Teknik eksplorasi dilakukan dengan cara teknik tie-dye, smok, anyaman, sulam, dan renggangan serat. Melalui penggabungan teknik tersebut, maka kulit kayu dapat diolah menjadi produk fashion aksesoris seperti tas yang lebih menarik dan mempunyai nilai estetis, nilai pakai,

(19)

dan nilai jual yang tinggi. Namun pembuatan produk dengan material kulit kayu lantung mempunyai kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan menggunakan kulit kayu lantung sebagai bahan baku pembuatan produk adalah tersedia dalam bentuk lembaran seperti kain sehingga mudah diolah dan di bentuk menjadi berbagai macam produk, kulit kayu lantung kuat dan tidak mudah robek dalam keadaan kering serta tahan terhadap panas maupun serangga. Namun, kekurangan menggunakan kulit kayu lantung sebagai bahan baku pembuatan produk yaitu mudah rusak, rapuh, dan robek dalam keadaan basah serta keterbatasan bahan baku sehingga sulit menemukan material kulit kayu di pasaran.

5.2. Saran

Di daerah tertentu seperti Bengkulu dan Yogyakarta, sering ditemukan berbagai kerajinan tangan khususnya kerajinan tangan yang terbuat dari bahan-bahan alam seperti kulit kayu lantung. Biasanya para pengrajin membuat produk seperti tas, topi, peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Kebanyakan dari mereka belum mengembangkan bahan baku yang dipakai. Pengolahan biasanya hanya terjadi pada bentuk dan warna asli dari bahan baku yang dipakai.

Namun, di zaman yang modern seperti ini, masih banyak masyarakat yang kurang menyukai bahkan kurang menghargai hasil karya buatan negeri sendiri. Bahkan banyak pengrajin yang hanya menjual karya mereka dengan harga murah. Untuk itu perlu pengembangan agar masyarakat menjadi lebih berminat dan tertarik terhadap hasil karya buatan negeri sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya para pengrajin khususnya pengrajin dengan bahan baku material alam seperti kulit kayu lantung harus bisa mengembangkan dan mengolah bahan baku agar lebih mempunyai nilai estetis, nilai pakai, dan nilai jual yang tinggi serta tidak kalah dengan karya-karya lainnya.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Brackmann, Holly. 2006. The Surface Designer’s Handbook. United States of America: Interweave

Peacock, John. 2010. Fashion Accessories. London: Thames & Hudson Ltd Riegelman, Nancy. 2006. Colors for Modern Fashion. USA: 9 Heads Media

Rizali, Nanang. 2006. Tinjauan Desain Tekstil. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS

Sasari, Agus. 2003. Pengenalan Bahan Tekstil. Bandung: Aksara Bandung Soriell, Katherine. 2006. The Book of Crafts. Australia: Parragon Books Limited Sri Hastutie, Ratu. 2006. Ragam Sulam Benang. Surabaya: Trubus Agrisarana

Sugiarto Hartanto, N dan Shigeru Watanabe. 1993. Teknologi Tekstil. Jakarta: PT Pradnya Paramita

Wolff, Colette. 1996. The Art of Manipulating Fabric. United States of America: Krause Publications

Zubaidi, Santoso, dkk. 2006. Penelitian Proses Pemasakan (Scouring) dan Pengelantangan (Bleaching) pada Kain campuran Rami. Bandung: Balai Besar Tekstil

Skripsi:

Winnie Najoan, Angela. 2002. Fashion Kulit Kayu. Skripsi pada Jurusan Kria Tekstil Institut Teknologi Bandung

(21)

Aldilla Eka Putri, Friska. 2011. Perancangan Produk Fashion dengan Menggunakan Teknik Pengolahan Serat dari Limbah Rambut Palsu. Skripsi pada Jurusan Kriya Tekstil dan Mode Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia

Batubara, Ridwanti. 2008. Kimia Kulit Kayu, Potensi, dan Peluang Pemanfaatannya. Skripsi pada Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara

Kus Prativya, Ardhisa. 2012. Mengawung Lantung dalam Busana Panggung Remaja Putri. Skripsi pada Jurusan Fashion Universitas Diponegoro Semarang

Nugraha, Rika. 2002. Pemanfaatan Kulit Jagung untuk Tekstil Interior Apartemen. Skripsi pada Jurusan Desain Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia

Website:

Anonim. 2007. Kain Kulit Kayu Kerajinan Khas Masyarakat Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. [online]. (http://melayuonline.com/, diakses tanggal 17 September 2012, 7:18:04 PM)

Souvernir, Djogja. 2011. Tas Kulit Kayu Lantung. [online]. (http://djogja-souvenir.com/, diakses tanggal 15 Oktober 2012, 6:50:42 PM)

Anonim. 2012. Souvernir Kulit Kayu Lantung Khas Bengkulu. [online]. (http://img.antaranews.com/, diakses tanggal 15 Oktober 2012, 6:54:48 PM)

Fitrihana, Noor. 2008. Pengetahuan Tekstil. [online]. (http://batikyogya.com/2008/08/21/pengetahuan-tekstil/, diakses tanggal 27 Oktober 2012, 2:04:59 PM)

Fitrihana, Noor. 2008. Zat Warna, Obat Bantu dan Metode Pencelupan di Industri Tekstil. [online]. (http://batikyogya.com/2008/08/19/zat-warna-obat-bantu-dan-metode-pencelupan-di-industri-tekstil/, diakses tanggal 27 Oktober 2012, 2:05:20 PM)

Fitrihana, Noor. 2008. Klasifikasi Serat Tekstil. [online]. (http://batikyogya.com/2008/08/19/klasifikasi-serat-tekstil/, diakses tanggal 27 Oktober 2012, 2:06:58 PM)

(22)

Anonim. 2009. Pengertian dan Definisi Desain. [online]. (http://carapedia.com/, diakses tanggal 4 November 2012, 11:54:48 AM)

Wahyu Widyaningsih, Sri. 2012. Kreasi Kulit Lantung. [online]. (http://sriwahyuwidyaningsih.com/2012/02/kreasi-kulit-lantung.html, diakses tanggal 4 November 2012, 12:38:14 PM)

Anonim. 2012. Bengkulu: Oleh-oleh dari Hutan dan Kebun. [online]. (http://www.memobee.com/, diakses tanggal 17 November 2012, 5:53:28 PM)

Aleng, Michael. 2012. Lukisan Kulit Kayu Khombouw Khas Masyarakat Kampung Asei. [online]. (http://michxstudio.wordpress.com/, diakses tanggal 17 November 2012, 6:11:02 PM)

Ismayanto, Darma. 2012. Kain Kulit Kayu. [online]. (http://historia.co.id/rubrik/budaya.html, diakses tanggal 17 November 2012, 6:17:06 PM)

Anonim. 2008. Kerajinan Kulit Kayu Lantung Khas Bengkulu. [online]. (http://rokokdankopi.com/, diakses tanggal 17 November 2012, 6:25:48 PM)

Karina, Airin. 2012. Definisi Serat dan Jenis-jenisnya. [online]. (http://dektiyin.wordpress.com/, diakses tanggal 17 November 2012, 6:39:18 PM)

Dzali, Muhammad. 2011. Textile Fibers. [online]. (http://dzali.noiaenterprise.com/author/dzali/html/, diakses tanggal 17 November 2012, 6:45:08 PM)

Anonim. 2010. Zat Warna Tekstil. [online]. (http://letshare17.com/2010/10/zat-warna-sintetis-bagian2.html, diakses tanggal 19 November 2012, 2:47:42 PM)

Arifin, Ahmad. 2009. Mengenal Zat Warna Tekstil. [online]. (http://smk3ae.wordpress.com/, diakses tanggal 19 November 2012, 2:50:08 PM)

Anonim. 2011. Definisi Aksesoris. [online]. (http://b1hatachie.com/, diakses tanggal 19 November 2012, 2:50:40 PM)

Laode, Syamri. 2011. Definisi Fashion menurut Para Ahli. [online]. (http://id.shvoong.com/tags/pengertian-fashion-menurut-para-ahli, diakses tanggal 19

Gambar

Gambar 4.44  Foto Produk…………………………………………………………………………………………………...140

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian kandungan zat ekstraktif kulit kayu Medang hitam (C. porrectum) berdasarkan letak ketinggian kulit kayu yang dilakukan pada batang.. dengan menggunakan empat

Zat warna alam dari ekstrak kayu tersebut dapat diaplikasikan pada berbagai jenis kulit seperti kulit ikan kakap, kulit kaki ayam, kulit ular, kulit biawak, kulit

Pengolahan Air Asam Tambang Batubara dengan Bioreaktor Berisi Limbah Kulit Kayu dan Bakteri Desulfotomaculum orientis ICBB 1220, dibawah bimbingan DWI ANDREAS SANTOSA dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut terhadap ekstrak kulit kayu bakau, kemudian mengetahui pengaruh ekstrak kulit kayu bakau terhadap

Berdasarkan hasil pewarnaan dengan variasi konsentrasi larutan zat warna ekstrak kulit manggis untuk pewarna swing arm hasil anodizing pada table 1 ditunjukkan bahwa warna yang

Hasil uji kesukaan warna kain satin yang dicelup dalam zat warna kulit kayu galam dengan metode ekstraksi teknik soxhlet pada umumnya oleh panelis lebih disukai

Teknik pengolahan bengkel kayu yang dapat diterapkan pada papan yaitu pemotongan jenis pisau belah dan potong, Pengeboran mata bor spur bits dan holesaw,

LAPORAN KERJA PRAKTEK “SISTEM KERJA CONVEYOR BELT PADA PENGOLAHAN KULIT KAYU MANIS” DI PT.CASSIA CO-OP KERINCI, JAMBI OLEH : ALWI AZIS HUSIEN.R 3204171146 JURUSAN TEKNIK