• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANTING. Journal of Architecture DEWAN REDAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LANTING. Journal of Architecture DEWAN REDAKSI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LANTING

Journal of Architecture

Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

ISSN 2089-8916

DEWAN REDAKSI

Pimpinan Redaksi

Naimatul Aufa, M.Sc.

Sekretaris Redaksi

Dila Nadya Andini, M.Sc.

Anggota:

J.C. Heldiansyah, M.Sc.

Reviewer:

Prof. Dr. Rusdi H. A., M.Sc.

Dr. Budi Prayitno, M.Eng.

Dr.-Ing. Ir. Gagoek Hardiman

Dr. Bani Noor Muchamad, MT.

Dr. Ira Mentayani, MT.

Desain Cover, Setting dan Tata Letak:

J.C. Heldiansyah, M.Sc.

Alamat Redaksi

Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat

Jl. Jalan A. Yani Km.36 Banjarbaru – Kalimantan Selatan 70714

Email: jurnallanting@gmail.com

http://ejournal.unlam.ac.id/index.php/lanting

DITERBITKAN OLEH:

Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Dekan:

Dr. –ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT.

Ketua Program:

Dr. Bani Noor Muchamad, MT.

LANTING Journal of Architecture terbit pertama kali bulan Februari 2012. Dewan Redaksi

menerima sumbangan artikel terpilih di bidang teknik arsitektur untuk dimuat pada

LANTING Journal of Architecture. LANTING Journal of Architecture diterbitkan 2 (dua) kali

dalam 1 (satu) tahun pada bulan Februari dan Agustus. Artikel yang diterbitkan bulan

Februari diterima Dewan Redaksi paling lambat akhir bulan Oktober dan yang diterbitkan

(3)

LANTING

Journal of Architecture

Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

ISSN 2089-8916

DAFTAR ISI

Halaman

EDITORIAL

Student Center Universitas Lambung Mangkurat

Akhmad Deny Mahdi dan J. C. Heldiansyah

70-77

Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Banjarbaru

Fahrina Supianida dan Gusti Novi Sarbini

78-88

Al-Manar Islamic Center Pelaihari

Arif Nurhakim dan M. Tharziansyah

89-100

Perpustakaan Komunitas di Mulawarman

Abidah Sari Khaira dan Yuswinda Febrita

101-109

Desain Galeri Komik di Banjarbaru

Handeni dan Mohammad Ibnu Saud

110-117

Pusat Kegiatan Santri Darussalam Martapura

M. Rajib Sidik dan Rudi Hartono

118-132

Pusat Pelatihan Tenis

Randyna Irvan dan Bani Noor Muchamad

133-141

Tabalong Exhibition Center

Ridha Ansyari dan Akbar Rahman

142 - 149

Resort di Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara (Pendekatan pada

Sustainable Architecture)

Sanaz Ichsan Rizqi dan J. C. Heldiansyah

150-160

Sekolah Gemologi Martapura

Siti Soraya Awalia dan Yuswinda Febrita

161-170

Stasiun Kereta Api Trisakti di Banjarmasin

Tema: Pendekatan Representasi Sejarah Lokal

Suci Artia Arselan dan M. Deddy Huzairin

171-181

Depo Tiara Bangunan

Mutiara Hikmah dan M. Deddy Huzairin

182-191

Kawasan Cagar Budaya Rumah Adat Banjar

Khairul Umam dan Naimatul Aufa

192-206

(4)

Tri Wardhani dan M. Deddy Huzairin

LANTING

Journal of Architecture

Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016

ISSN 2089-8916

EDITORIAL

Seperti diungkapkan pada LANTING Journal of Architecture edisi sebelumnya, LANTING Journal of Architecture kali ini, mewadahi artikel hasil perancangan mahasiswa Tugas Akhir Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat. Konsentrasi kajian jurnal ini tetap difokuskan pada Arsitektur di Lahan Basah. Hal ini terlihat pada empat perancangan pada jurnal jurnal ini, yang mengambil lokasi di Lahan Basah Kalimantan Selatan.

Semoga beberapa artikel yang dihadirkan LANTING Journal of Architecture kali ini dapat menambah referensi pembaca setia Jurnal Lanting. Demikian editorial LANTING Journal of Architecture kali ini. Terimakasih kami ucapkan kepada para kontributor dan pihak-pihak terkait. Sampai jumpa di LANTING Journal of Architecture selanjutnya.

Banjarbaru, 1 Agustus 2016 Ketua Redaksi

KAWASAN CAGAR BUDAYA RUMAH ADAT BANJAR (Sumber: Umam, 2016)

(5)

110

LANTING Journal of Architecture, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2016, Halaman 110 - 117

ISSN 2089-8916

DESAIN GALERI KOMIK DI BANJARBARU Handeni

Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Nick.haneul@gmail.com

Moh. Ibnu Saud

Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat ibnusaud@gmail.com

Abstrak

Galeri Komik adalah tempat untuk mempromosikan komik. Tujuan tersebut dicapai dengan cara membuat orang-orang memahami komik. Sehingga, Galeri Komik yang akan dirancang adalah arsitektur yang bisa berkomunikasi dan memiliki sebuah story telling. Permasalahan ini dijawab menggunakan metode analogi arsitektur. Analogi mengubah sistem sebuah komik menjadi wujud arsitektur. Sistem sebuah komik bekerja dengan dua aspek penting, yaitu panel dan closure. Dalam arsitektur, panel diibaratkan sebuah ruang dan closure diibaratkan sebuah sirkulasi. Panel dan closure akan membentuk ruang dan sirkulasi dalam Galeri Komik. Ruang dan sirkulasi akan diselubungi oleh bentuk yang dihasilkan dari analisis ikon, warna, dan garis dalam komik.

Kata kunci : galeri, komik, analogi, panel, closure. Abstract

Comic Gallery is the place to promote comics. The goal is achieved by making people understand the comic. Thus, the Gallery Comics will be designed is an architecture that can communicate and have a story telling. These issues are answered using the analogy of architecture. The analogy of a comic turn the system into a form of architecture. System of a comic work with two important aspects, that is panels and closure. In architecture, the panel like the space and closure like the circulation. Closure panel and will form the space and circulation in Comic Gallery. Space and circulation will be masked by the form resulting from the analysis of icons, colors, and lines in the comics.

Keywords: gallery, comics, analogy, panels, closure.

PENDAHULUAN

Komik adalah gambar-gambar serta lambang-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan tertentu yang bertujuan untuk menyampaikan informasi dan menghasilkan respon yang estetik dari pembaca. (McCloud, Understanding Comic, 1999).

Sepanjang sejarang komik di Indonesia, banyak yang berpendapat komik adalah racun masyarakat, buku murah yang dapat mengalihkan perhatian seseorang dari kegiatan belajar. (Boneff, 1998).

Gambaran buruk terhadap pengaruh bacaan komik tentu saja tidak semuanya disepakati oleh para pakar. Seperti dinyatakan oleh psikolog Heny Supolo

Tapakpu, komik tidak berbahaya dan tidak merusak minat baca anak-anak. Bahkan sebaliknya, menurutnya komik dapat memperkaya kecerdasan visual serta mengembangkan daya imajinasi mereka. (Tapakpu, 1998).

Menurut (Rahadian, 2012) Komik saat ini tidak hanya digunakan sebagai media penghibur, tapi juga dapat digunakan sebagai media pendidikan, informasi, kritik, komikalisasi puisi, dan lain-lain.

Dibalik keindahan komik Indonesia, ada kendala yang harus diselesaikan agar komik di Indonesia bisa sesukses komik diluar negeri. Kendala yang dimiliki

Konsumen komik adalah sulitnya

(6)

111

didapatkannya, karena penerbitan dan

distribusi komik yang yang kurang update . Komikus memiliki satu kendala yang mendasar, yaitu sulitnya bagi komikus untuk mempublikasikan komiknya. Kendala yang dihadapi distirbutor komik Indonesia adalah menyempitnya rak komik ditoko buku, penjualan online yang sedikit repot karena memerlukan “nama” dan kepercayaan konsumer, jualan di even yang tidak bisa terjadi setiap hari, dan menjamurnya situs membaca komik gratis. (Rahadian, 2012).

Solusi untuk kendala konsumen komik adalah sebuah wadah yang bisa menyediakan komik-komik yang diinginkan oleh konsumen dengan update yang teratur dan lengkap. Solusi untuk kendala komikus

adalah sebuah wadah yang bisa

memberikan pembelajaran bagaimana komik yang baik dan dapat memberikan referensi, inspirasi, serta publikasi karya-karya mereka. Solusi untuk kendala distributor adalah sebuah wadah yang bisa menjual komik dengan leluasa, berarti dengan tempat dan fasilitas yang memadai, dan tentunya mudah untuk menarik konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA

Galeri adalah tempat memajangkan, memamerkan, dan menjual suatu karya seni .

Galeri Komik adalah sebuah tempat memajangkan, memamerkan, dan menjual koleksi komik yang ada di Indonesia, baik komik karya komikus indonesia maupun komik terjemahan. Selain itu Galeri Komik merupakan tempat untuk mengenal, memahami, dan mengetahui berbagai hal dengan komik.

Galeri Komik sebagai tempat yang mewadahi kegiatan transferisasi komik dari komikus kepada konsumen. Transferisasi tersebut dilakukan dengan beberapa tahap yaitu : Memberitahukan informasi tentang komik, membuat orang paham komik, membuat orang menyukai komik, membuat orang menjadi fanatik komik, dan terakhir membuat orang terus menerus membeli komik. Batasan dan Ruang Lingkup Galeri Komik

Batasan galeri komik adalah sebagai wadah mempromosikan dan menjual komik di Indonesia (komik karya indonesia dan komik terjemahan) serta wadah even-even yang berkaitan dengan komik. Ruang Lingkup galeri komik adalah siapapun dan dari manapun, baik fanatik, penggemar komik maupun pemula.

METODE

Dalam perancangan galeri komik,

metode yang digunakan untuk

menyelesaikan masalah adalah metode yang mampu mengkonversi understanding

comics menjadi sebuah media arsitektur

(ruang, bentuk, dan estetika). Diketahui, metode yang memenuhi kriteria tersebut adalah metode analogi.

Analogi adalah identifikasi hubungan harfiah yang mungkin diantara benda-benda. Sebuah pendekatan dengan cara mengidentifikasi sifat khas dan sistem yang bekerja dalam sebuah benda. Berbeda dengan metode metafora yang langsung berkaitan dengan peminjaman bentuk suatu benda, analogi lebih kepeminjaman sistem suatu benda.

Dalam perancangan Galeri Komik Indonesia, analogi yang digunakan adalah analogi simbolik. Komik sebagai simbolnya. Desain Galeri Komik Indonesia akan meminjam sistem sebuah komik, yaitu bagaimana cara komik bekerja terhadap pembaca, maka setiap ruang, bentuk, dan estetika didalam desain dibuat mempunyai sebuah story telling (bercerita) seolah bagaimana komik bekerja, bukan dari bentuk komiknya seperti metode metafora. Metode analogi akan mewujudkan sebuah galeri seolah menjadi komik, yang bisa bercerita kepada pengguna arsitektur.

PEMBAHASAN A. Analisis

Fungsi utama galeri komik adalah membantu masyarakat memahami komik

untuk mempromosikan komik,

mempromosikan untuk menjual komik.

Untuk membuat memahami komik,

diperlukan desain yang bisa bercerita (memiliki story telling). Maka diputuskan membuat desain galeri komik yang seolah menjadi komik itu sendiri.

(7)

112

Mewujudkan galeri komik sebagai

komik, diawali dengan analogi beberapa aspek penting komik, karena dari tinjauan terhadap aspek-aspek tersebutlah akan ditemukan fungsi-fungsi yang diperlukan dalam galeri komik. Aspek tersebut adalah

story, closure, dan paneling ( jukstapose).

1. Pengaruh Konsep Terhadap Fungsi Fungsi utama galeri komik adalah membantu masyarakat memahami komik

untuk mempromosikan komik,

mempromosikan untuk menjual komik.

Untuk membuat memahami komik,

diperlukan desain yang bisa bercerita (memiliki story telling). Maka diputuskan membuat desain galeri komik yang seolah menjadi komik itu sendiri.

Mewujudkan galeri komik sebagai komik, diawali dengan analogi beberapa aspek penting komik, karena dari tinjauan terhadap aspek-aspek tersebutlah akan ditemukan fungsi-fungsi yang diperlukan dalam galeri komik. Aspek tersebut adalah

story, closure, dan paneling ( jukstapose).

a. Alur

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. (Siswanto, 2008).

Gambar 1. Alur Komik

Pada gambar dapat dilihat alur cerita yang umumnya dirasakan oleh seseorang ketika menikmati sebuah cerita. Sama halnya dengan alur tersebut, dalam galeri komik menginginkan setiap pengunjung merasakan pengalaman dramatis seperti alur tersebut. Pertanyaannya adalah bagaimana arsitektur dapat mewakili tiap poin dalam alur seperti dalam gambar? Selanjutnya di bagi kelompok fungsi sesuai dengan sekuen seperti pada gambar.

Alur pertama, Opening adalah bagian dimana mulai memperkenalkan latar zaman, dunia, dan keadaan yang ada di dalam cerita tersebut.

Alur kedua pengenalan, Pada bagian ini mulai diperkenalkan karakter utama dan karakter pendukung. Sifat, kebiasaan, tujuan, serta impian karakter mulai diungkapkan di bagian ini.

Alur ketiga, Titik konflik (Point of

conflict) adalah bagian ketika munculnya

masalah, ancaman, dan bahaya yang berhubungan atau mengganggu tujuan (impian) karakter utama. Namun masalah disini belum diketahui penyebabnya.

Alur keempat, engembangan

(development) adalah bagian yang mulai mengarahkan karakter tokoh utama masuk ke dalam masalah yang telah dia perkenalkan sebelumnya. Perlahan-lahan masalah semakin kompleks, dan akar masalah mulai teriungkap sedikit-demi sedikit.

Alur keempat adalah Titik krisis, Akar masalah terungkap ketika memasuki bagian ini, penyebab masalah sudah diketahui, namun justru masalah sudah mencapai puncak krisisnya, dan solusi harus segera ditemukan untuk memecahkan masalah. Bagian ini adalah bagian yang paling tegang dalam alur.

Alur kelima, Pengurangan adalah dimana solusi untuk memecahkan masalah mulai di cari dan ditemukan sedikit demi sedikit. Di bagian ini juga di coba berbagai cara untuk memecahkan masalah, namun kegagalan terjadi berkali-kali sampai ditemukan solusi yang benar.

Alur keenam, Kesimpulan cerita merupakan bagian alur dimana solusi pemecahan masalah ditemukan, kadang di bagian ini masih ada sisa-sisa serpihan masalah yang belum terselesaikan, sehingga perlu usaha lagi untuk memecahkannya.

Alur ketujuh, Penyelesaian, tahap dimana semua masalah sudah bersih, dan tujuan (impian) karakter utama terwujud karena masalah yang menghalanginya sudah tidak ada.

Alur kedelapan, penutup

(8)

113

menjalani kehidupan ketika impiannya

sudah terwujud.

b. Panel

Panel adalah susunan bingkai yang membatasi antar gambar dalam komik. Panel adalah sesuatu yang mutlak atau mendikte, jika didalam panel terdapat gambar tangan maka tanganlah yang harus dipikirkan oleh pembaca.

c. Closure

Closure adalah fenomena mengamati

bagian-bagian tetapi memandangnya secara keseluruhan. Closure menghubungkan tiap panel yang dipisahkan oleh suatu ruang di antara panel, yang disebut disebut “parit”(gutter). Panel komik memisahkan waktu dan ruang menjadi suatu peristiwa yang tidak halus atau jomplang, terputus-putus, serta tidak berhubungan. Closure

memungkinkan kita menggabungkan

peristiwa-peristiwa tersebut dan menyusunnya menjadi suatu peristiwa yang utuh dalam pikiran.

d. Karakter

Didalam komik, karakter adalah unsur yang menghidupkan cerita. Biasanya setiap karakter dimunculkan secara bertahap demi terbangunnya sebuah cerita, seorang karakter akan muncul pada sikuen yang tepat dalam alur.

e. Penggoda (teaser)

Penggoda (teaser) adalah semacam bocoran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya di dalam komik, penggoda (teaser) dimaksudkan agar pembaca semakin penasaran untuk mengetahui lanjutan komik.

f. Alur mundur (flashback)

Alur mundur adalah teknik penceritaan yang kembali ke waktu sebelumnya. Alur mundur (flashback) biasanya dimaksudkan untuk menceritakan rahasia yang ditunggu-tunggu oleh pembaca komik.

g. Cover Story

Cerita sampul (cover story) adalah cerita yang terpisah dari cerita utama namun masih berkaitan. Semakin bagus cover story

maka semakin kaya cerita yang diterima pembaca komik.

a. Penyusunan fungsi

Langkah pertama untuk menyusun didalam galeri komik fungsi adalah dengan cara memadukan alur dengan teaser,

flashback, dan cover story. Kemudian

langkah terakhir adalah memasukan fungsi (baca: analogi dari karakter) kedalam alur tersebut.

Gambar 2. Urutan alur Galeri Komik

Gambar 3. Urutan fungsi Galeri Komik 2. RUANG

Fungsi-fungsi yang sudah ditemukan ditahap sebelumnya, perlu ditentukan ruang apa yang cocok untuk mewadahinya.

(9)

114

Tabel 1. Fungsi dan Ruang

Fungsi Ruang

cosplay Publik open space

action figure Toko action figure pameran temporer Pameran temporer Komik update

Toko komik update, rental komik

understanding comic koridor, tangga, lobby, komik dunia

Ruang koleksi (pameran) komik dunia

sejarah komik indonesia koridor, tangga, lobby, komik indonesia

Ruang koleksi (pameran) komik indonesia

future comic

Ruang Pertunjukan future comic

reinventing comic

Ruang Pertunjukan reinventing comic

peralatan komik Toko Peralatan Komik restoran & cafe restoran & cafe 3. TAPAK

Desain galeri komik diawali dengan menganalisis fungsi, yang kemudian dilanjutkan analisis ruang. Sehingga ketika memasuki analisis tapak, maka tapak yang dipilih harusnya memiliki kriteria yang dapat menyesuaikan dan mendukung hasil analisis fungsi dan ruang. Kriteria tersebut adalah :

 Tapak memiliki lahan yang cukup luas untuk menampung kebutuhan ruang dalam dan ruang luar Galeri Komik.  Tapak berada ditengah atau didekat

keramaian kota, untuk mendapatkan daya tarik terhadap desain.

 Tapak tidak berada di jalan dengan jalur cepat dan diharapkan jalan yang memiliki pedestrian, untuk menarik pengendara dan pejalan kaki.

 Memiliki banyak pohon eksisting untuk dimanfaatkan untuk menunjang fasilitas publik open space.

 Galeri Komik memerlukan Basemen, jadi tapak harus memiliki tanah yang keras, dan berada didaerah yang bagus drainasenya.

 Alokasi tapak sesuai dengan peraturan yang ada (RTBL, RTRW, dan RTDK)  Desain harus memiliki 2 site enterance

yang berbeda arah, sehingga tapak harus berada di antara minimal 2 jalan yang mengelilinginya.

 Memiliki bentuk tapak yang sesuai (mirip) dengan model alur yang terpilih di analisis fungsi.

 Tapak bisa mengekspos kegiatan cosplay, sehingga view keluar (out) diharapkan cenderung terbuka.

 Tapak memiliki bagian yang paling tenang, demi mendukung beberapa fungsi dalam galeri komik.

 Tapak memiliki kebisingan di area tertentu, area yang diletakan fungsi yang tidak diinginkan pengunjung terus-terusan disana, dan beranjak menuju fungsi lain. Namun area ini tidak boleh terlalu banyak.

 Tapak memiliki tiga area yang berbeda dalam hal distribusi cahaya alami. Area terang, area redup, dan area gelap. Hal ini untuk mendukung analogi alur komik dalam desain galeri.

 Tapak memiliki area tersembunyi, untuk fungsi dalam galeri komik yang memerlukan kerahasiaan dan tidak bisa ditebak.

Terdapat 2 alternatif tapak yang sama-sama terletak di Jl. Panglima Batur dan sama-sama dekat dengan pusat keramaian kota Banjarbaru, yaitu Lapangan Murjani dan sekitarnya. Alternatif 1 berada diarah barat dari murjani, sedangkan alternatif dua berada diarah timur. Namun, alternatif manapun yang akan terpilih nanti akan menjadi kutub baru yang menjadi daya tarik di Jln. Panglima Batur.

Alternatif 1

Lokasi alternatif 1 berada pada Jl. Panglima Batur. Tapak merupakan lahan yang relatif kosong, hanya ada sedikit bangunan eksisting didalam tapak. Pada RTBL

kawasan merupakan kawasan yang

diperuntukan sebagai komersial. Daerah yang cukup tenangdan lingkungan sangat segar dan sehat.

(10)

115

Gambar 4. Alternatif site 1

 Lokasi Tapak : Jln. Panglima Batur, Banjarbaru, Kalimantan Selatan

 Batas Utara : Jln. Panglima Batur  Batas Timur : SMA

 Batas Selatan : Pemukiman

 Batas Barat : Jln. Citra Megah raya III  Luas Lahan : 1,8 Ha (18100 m2)  Kontur : Datar  KDB : 60 %  KLB : 1-4 lantai  GSB : 20 m

 Bangunan Eksisting : Rumah

penduduk Alternatif 2

Lokasi alternatif 2 berada pada Jl. Panglima Batur. Tapak berada didaerah kawasan perumahan, perkantoran, komersil, dan juga pendidikan. Pada RTBL kawasan merupakan kawasan yang diperuntukan sebagai komersial. Tetapi kondisi pada eksisting terdapat rumah tinggal kalangan menengah keatas.

Gambar 5. Alternatif site 2

 Lokasi Tapak : Jln. Panglima Batur, banjarbaru, Kalimantan Selatan

 Batas Utara : Jln. Panglima Batur  Batas Timur : Permukiman dan Sekolah Dasar

 Batas Selatan : Museum Lambung Mangkurat

 Batas Barat : Komet

 Luas Lahan : 2,1 Ha (21.000 m2)

 Kontur : Datar

 KDB : 60 %

 KLB : 1-4 lantai

 GSB : 20 m

 Bangunan Eksisting : Rumah

penduduk

Berdasarkan analisis terhadap kriteria, alternatif kedua terpilih menjadi tapak desain galeri komik karena memiliki kualitas yang lebih bagus dari alternatif pertama jika dinilai dari kriteria tapak untuk galeri komik.

B. Konsep Program

Tujuan utama adalah memahami dan mempromosikan komik. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sebuah wadah yaitu galeri komik. Galeri yang bisa menjawab tujuan tersebut adalah adalah galeri yang bisa bercerita (memiliki story

(11)

116

Dengan permasalahan arsitektur sebuah rancangan galeri yang mempunyi

story telling versi komik. Konsep yang bisa

memecahkan masalah tersebut dan membantu untuk mencapai tujuan adalah “comic as architecture and architecture as

comic”, komik sebagai arsitektur dan

arsitektur sebagai comic.

Gambar 6. Konsep programatik

Konsep comic as architecture and

architecture as comic didetailkan menjadi 4

bagian, bisa dilihat pada gambar 4.1, 4 bagian tersebut adalah story line, warna komik, ikon komik, dan garis komik. Yang paling utama dari semuanya adalah story

line komik yang akan menjadi konsep dalam

pembentukan ruang dan sirkulasi, hal ini sudah mulai dilakukan dalam analisis fungsi pada bab 3. Sedangkan 3 bagian lainnya akan menjadi konsep dalam pembentukan bentuk dan fasade.

C. Konsep Desain

Setelah melewati proses yang panjang di tahap programming, sebuah strory telling berupa sebuah alur komik berhasil dianalogikan menjadi sebuah desain arsitektur. Tatanan masa dibentuk berdasarkan alur sirkulasi yang hendak diterapkan pada pengunjung. Desain akan memberikan pengalaman bagi pengunjung seolah merasakan pengalaman membaca komik. Hal ini diwujudkan dengan tatanan masa yang dinamis, dapat dilihat pada desain yang tidak memiliki tatanan masa yang menerus (linier) dan membosankan, tetapi sirkulasi yang penuh kejutan.

Gambar 7. Konsep Desain

Gambar 8. Konsep Desain

KESIMPULAN

Sebuah desain Galeri Komik yang mempunyai story telling (bisa bercerita) bisa terwujud dengan menggunakan metode analogi. Komik dianalogikan menjadi sebuah desain arsitektur dengan cara meminjam sistem komik itu sendiri, bukan bentuk komik melainkan bagaimana sebuah komik bekerja sehingga mampu bertutur cerita terhadap pengamat. Secara garis besar komik bekerja dengan 2 unsur penting yaitu panel dan closure. Jika dalam arsitektur panel diibaratkan sebuah ruang dan closure adalah sirkulasi.

Berangkat lebih jauh komik di analogikan yang lebih detail yaitu dengan sebuah storyline. Dari analisis stoyline tersebut didapatkanlah fungsi-fungsi yang dibutuhkan oleh Galeri Komik. Kemudian fungsi-fungsi tersebut dikonversi menjadi ruang. Setelah didapatkan daftar ruang dan alur sirkulasi Galeri Komik, maka dipilihlah alternatif-alternatif tapak yang sesuai dengan kriteria yang mendukung dan sesuai dengan ruang dan sirkulasi. Tapak yang

(12)

117

terpilih dipadukan dengan ruang dan

sirkulasi sehingga melahirkan bentuk Galeri Komik.

Bentuk galeri komik didetaikan dengan analogi dari aspek-aspek komik lainnya seperti ikon, garis dan warna. Sehingga setiap bentuk, fasade, dan interior akan memiliki karakter kekomikan yang kuat untuk membuat pengamat merasakannya.

Pada akhirnya, desain Galeri Komik terwujud dengan bangunan bermassa banyak. Setiap masa terhubung dalam satu alur liner walaupun massa-massa tersebut tersusun cluster. Alur menerus (linier) yang menghubungkan antar massa tidak lain adalah analogi dari storyline komik.

DAFTAR PUSTAKA

A., Y. J. (2007). Galeri Medan.

Boneff, M. (1998). Komik Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Claude Shannon dan Warren Weaver. (1949). The Mathematiccal Theory of Communication. University of Illionis Press.

Eisner, W. (1996). Graphic Storytelling.

Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson. (2007). Human Communication. Mc Graw- Hill Higher Educatione.

Kroll, A. (2010). AD Classics: Jewish Museum, Berlin / Daniel Libeskind. http://www.archdaily.com.

Maloky, A. (2010). Galeri Seni Rupa di Yokyakarta. Yokyakarta: Universitas Atmajaya Yokyakarta.

McCloud, S. (1999). Understanding Comic. Jakarta: Gramedia.

McCloud, S. (2001). Understanding Comics. Jakarta: Gramedia.

Rahadian, B. (2012). Canda Kopi. Bandung: Gramedia.

Rahardian, B. (2015). Keindahan Komik Indonesia. Keindahan Komik Indonesia , http://www.bengrahadian.com.

Rohaeni, D. (1995). Bacaan Anak-anak Bercorak Komik: Analisis Deskriptif atas Minat Baca Anak-anak pada Komik Elex Media Komputindo. Jakarta: FSUI.

(13)

PETUNJUK PENULISAN 

1. Setiap  artikel  yang  dikirimkan  dapat  berupa  'laporan'  suatu  penelitian  yang  telah  dilaksanakan  sebelumnya  atau  berasal  dari  hasil  review  sebuah  buku.  Artikel  minimal  mengandung  materi  dan  urutan:  1)  judul  artikel  dalam  bahasa  Indonesia  dan  bahasa  Inggris;  2)  nama  pengarang,  lembaga,  dan  alamat  untuk  dihubungi;  3)  abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; 4) pendahuluan; 5) metodologi; 6) temuan dan kajian atas  temuan yang diperoleh; 7) kesimpulan dan atau rekomendasi; 8) ucapan terima kasih (jika diperlukan); dan 9)  kepustakaan. Artikel menggunakan bahasa ilmiah baku, baik dalam bahasa Inggris atau Indonesia. 

2. Naskah diketik dalam satu spasi, menggunakan font Arial; ukuran 11 inch; dan menggunakan program Word  for Windows, maksimal 15 halaman, dengan ukuran kertas A4 (210 x 297 mm). 

3. Judul  artikel  ditulis  dengan  huruf  kapital  rata  tengah,  menggunakan  font  Arial  ukuran  12  pt  bold.  Judul  dirangkai  dalam  13  kata  dalam  bahasa  Indonesia  dan  10  kata  dalam  bahasa  Inggris.  Nama  penulis  ditulis  di  bawah  judul  dengan  menggunakan  font  Arial  ukuran  11  pt  bold,  sedangkan  gelar  penulis  tidak  perlu  dicantumkan,  tetapi  harus  mencantumkan  instansi  tempat  penulis  bekerja  atau  melakukan  penelitian,  serta  alamat untuk dihubungi. 

4. Abstrak  merupakan  intisari  dari  isi  artikel,  sehingga  di  dalam  abstrak  harus  tercantum  secara  jelas  latar  belakang penelitian, tujuan penelitian, metodologi dan analisis, serta kesimpulan akhir. Abstrak dan keywords  ditulis  dengan  spasi  tunggal,  huruf  yang  digunakan  adalah  arial,  ukuran  huruf  10  pt  dan  ditulis  miring  atau  dengan format Italic dan ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. 

5. Sub  Judul  dan  artikel  menggunakan  format  dua  kolom  dengan  jarak  antar  kolom  0.5  cm.  Sub  judul  ditulis  dengan huruf kapital menggunakan font Arial ukuran 11 pt bold dengan format center. Artikel ditulis dengan  format  rata  kanan  kiri,  menggunakan  first  line  1  cm,  serta  menggunakan  font  Arial  ukuran  11  pt.  Format  margin  yang  digunakan  adalah  margin  atas  25,4  mm,  margin  bawah  25,4  mm,  margin  kanan  25,4  mm,  dan  margin kiri 25,4 mm. Spasi yang digunakan spasi satu dengan format dua kolom. 

6. Judul tabel/ gambar harus lengkap tetapi tidak boleh terlalu panjang, maksimal 13 kata. Judul tabel/gambar  harus mengandung beberapa unsur, yaitu: jenis, letak/ lokasi, dimensi waktu, serta rincian mengenai satuan,  wilayah,  serta  keterangan  lain.  Penulisan  judul  tabel/gambar  menggunakan  huruf  tebal  dan  besar,  dengan  alignmen  rata  tengah.  Judul  tabel  diletakkan  di  atas  tabel,  sedangkan  Judul  Gambar  diletakkan  di  bawah  gambar. Jarak antara tabel/ gambar dengan paragraf sebelumnya maupun sesudahnya adalah 1 spasi. Huruf di  dalam  tabel/gambar  berukuran  lebih  kecil  yaitu  10  pt.  Penulisan  sumber  pada  tabel/gambar  menggunakan  ukuran  huruf  yang  sama  yaitu  10  pt  diletakkan  di  bawah  tabel  pada  tepi  batas  kiri  tabel,  sedangkan  untuk  gambar diletakkan dibawah gambar sebelum judul gambar dengan alignmen tengah. Jenis font yang digunakan  tetap sama yaitu Arial. 

7. Untuk  kutipan,  pada  akhir  kutipan  diberi  nomor  kutipan  sesuai  dengan  catatan  kaki  yang  berisi  referensi  kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip) 

8. Rumus‐rumus  hendaknya  ditulis  sesederhana  mungkin  untuk  menghindari  kesalahan  pengetikkan.  Ukuran  huruf dalam rumus paling kecil 10 pt. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam  daftar notasi. Daftar notasi diletakkan sebelum daftar pustaka 

9. Daftar pustaka ditulis dengan spasi tunggal menggunakan font Arial dengan ukuran 10 pt. Jarak antara pustaka  yang  satu dengan  lainnya adalah  1  spasi.  Jika  satu  judul buku  penulisannya  lebih  dari  satu  baris,  maka  baris  kedua  dan  seterusnya  penulisannya  masuk  ke  dalam  (indent)  sebesar  1  centimeter.  Susunan  untuk  satu  referensi : Nama. (Tahun). Judul. Kota Terbit, Penerbit. 

10. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam bentuk file digital dengan format *.doc atau *.docx  11. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain. 

12. Redaksi  berhak  menolak  dan  mengedit  naskah  yang  diterima.  Naskah  yang  tidak  memenuhi  kriteria  yang  ditetapakan akan dikembalikan. 

(14)

Gambar

Gambar 1. Alur Komik
Gambar 2. Urutan alur Galeri Komik
Tabel 1. Fungsi dan Ruang
Gambar 5. Alternatif site 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk analisis jumlah pelayanan pada pintu kedua di pos kota Terminal Terboyo yaitu jurusan Demak, dapat dilakukan perbaikan sistem antrian dengan menambah saluran

Berdasarkan hasil penelitian judul tesis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan dan penelitian tesis dengan judul “Pertanggung Jawaban Hukum Kasir (Teller)

Berdasarkan hasil kajian analisis sistem dan anlisis pasar yang telah dilakukan serta memfokuskan pada peranan koperasi bagi anggotanya, maka pada masa akan

Peng- gunaan iradiasi sinar gamma pada benih tembesu segar yang relatif baru diunduh dengan dosis maksimal 30 Gy dapat meningkatkan persen tumbuh bibit,

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini diaplikasikan albumin dan gelatin dengan beberapa konsentrasi sebagai penjernih sari buah salak pondoh (Salacca

Pemberian Pandanus conoideus Lam selama tujuh hari dengan dosis 0,05 ml / hari tidak dapat mencegah penurunan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada mencit Swiss yang

a. Berwujud atau memiliki bentuk secara fisik. Aktiva tetap harus memiliki wujud yang nyata, sehingga jika ada harta yang dianggap memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun namun

Hal tersebut mungkin dapat disebabkan oleh ventilasi udara yang buruk dari lokasi I dan II (indoor parking), dimana di lokasi tersebut jumlah ventilasi udara hanya sedikit dan tidak