• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PRESTASI BELAJAR DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) telah dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PRESTASI BELAJAR DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) telah dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. 1"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, prestasi merupakan sebuah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang.1 Menurut M. Buchori, prestasi cenderung menunjukkan hasil yang nyata dari suatu usaha.2 Sedangkan belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.3

Berdasarkan persepsi tersebut maka belajar itu sangat kompleks sehingga tidak dapat dikatakan dengan pasti apakah sebenarnya belajar itu. Oleh karena itu para ahli pendidikan berbeda pendapat dalam memberikan batasan tentang belajar, berikut ini penulis kemukakan pengertian belajar sebagai berikut

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 895.

2 M. Bukhori, Teknik Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Sumangsih Offset, 2005),

hlm. 35.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), hlm. 59.

(2)

a. Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and

Memory yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi

Belajar berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.4

b. Menurut Witherington dalam buku Educational Psycology yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa: kecakapan, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.5

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dilambangkan oleh mata pelajaran, ditunjukkan oleh nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Muhibbin Syah pengertian prestasi belajar adalah suatu hasil nyata yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti pendidikan atau latihan-latihan tertentu.6

Dari definisi tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa untuk mencapai prestasi yang diinginkan, faktor pengalaman belajarlah yang merupakan pembentuk atau perubah pengetahuan-pengetahuan baru yang

4 Ibid., hlm. 61.

5 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),

hlm. 84.

6

(3)

dikehendaki. Dengan demikian prestasi belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar mengajar.

2. Macam-Macam Prestasi Belajar

Menurut Benjamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh M. Daryanto dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan, menjelaskan bahwa secara garis besar membagi prestasi belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan suatu nilai atua kompleks nilai. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan, yang termasuk dalam ranah psikomotorik diantaranya adalah gerak reflek, gerak fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresi.7

a. Ranah Kognitif

1) Tipe hasil belajar pengetahuan

Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkatan rendah yang paling rendah. Namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman.

7

(4)

2) Tipe hasil belajar analisis

Tipe hasil belajar analisis adalah usaha memilih suatu integritas unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian yang tepat terpadu.

3) Tipe hasil belajar sintesis

Tipe hasil belajar sintesis merupakan jalan satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.

4) Tipe hasil belajar evaluasi

Tipe hasil belajar evaluasi adalah perubahan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain-lain.

Mengembangkan kemampuan hasil belajar yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi suatu evaluasinya.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Selama ini penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe hasil belajar afektif nampak pada siswa dalam berbagai

(5)

tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan-hubungan sosial lainnya.

c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu:

1) Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perceptual 4) Kemampuan bidang fisik 5) Gerakan-gerakan skill

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi. 8 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinue. Dari proses itu akan diperoleh sesuatu hasil yang disebut prestasi belajar. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu seseorang mencapai prestasi yang sebaik-baiknya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja

(6)

a. Faktor Internal 1) Kecerdasan

Intelegensi atau kecerdasaran ialan kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.9 Dalam buku Psikologi Pendidikan karya Ngalim Purwanto, William Stern mengemukakan batasan bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.10

2) Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.11 Dalam belajar hendaknya siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat, hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau interval dan intensif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu

9 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 52. 10 Ibid., hlm. 53.

11 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

(7)

masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat para siswa.

3) Bakat

Bakat adalah potensi atau kemampuan apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.12 Bakat dapat dipengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang study tertentu, setiap murid mempunyai bakat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Apabila bakat itu disalurkan, maka tidaklah mustahil ia akan mencapai prestasi yang tinggi, dalam hal ini orang tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak ke sekolah yang sesuai dengan bakat mereka. Tetapi tidak jarang orang tua menyekolahkan anak mereka ke jalur yang tidak sesuai hanya karena keinginan membantu anak berprestasi sebaik mungkin.13 4) Kondisi Fisik

Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang biasanya sering mengalami kesulitan dalam belajar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan demikian kondisi fisik

12 Muhibbin Syah., Op.Cit., hlm. 213.

13 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT. Remaja

(8)

kita perlu sehat untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan.14

5) Konsentrasi

Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan, kurang konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum di kalangan mahasiswa di dalam belajar. Apakah itu di dalam kelas ataupun di rumah. Diperlukan konsentrasi yang tinggi. Jika dalam mengikuti pelajaran, pikiran kita melayang kemana-mana maka besar kemungkinan kita tidak dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

6) Ambisi dan Tekad

Ambisi merupakan tenaga dalam yang sangat besar potensinya. Ambisi dan tekad ini sangat erat hubungannya dengan motivasi. Ambisi perlu dimiliki kalau kita ingin sukses. Tekad sedikit mirip dengan ambisi. Tekad melicinkan ambisi mencapai sukses. Menurut Walter Paule, ada 3 resep mujarab untuk sukses diantaranya: intelegensi, kemauan kerja, konstruktif, dan tekad.15 Ambisi dan tekad untuk sukses merupakan faktor yang sangat menentukan prestasi belajar. Ambisi yang kuat namun tidak berlebihan dapat meningkatkan keyakinan diri. Keyakinan diri ini akan melicinkan jalan mencapai sukses.

14 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 54.

15 Hasbullah Thorony, Pustaka Sukses Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

(9)

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan

a) Lingkungan Alam

Keadaan alam di sekitar tempat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar murid-murid. Keadaan alam yang tenang, sejuk membuat murid merasa nyaman untuk belajar, ia tidak terganggu dengan hawa yang panas, udara yang pengap dan lain-lain, sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi.

b) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial dapat berpengaruh besar terhadap siswa, pengaruh lingkungan dapat berdampak positif ataupun negatif, itu tergantung mana yang kuat.16 Dari lingkungan keluarga, jika keadaan keluarga kurang harmonis, orang tua atau kakak-kakak kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang parah sekali bisa menyebabkan prestasi siswa kurang baik. Lingkungan masyarakat dan teman juga tidak kalah besar pengaruhnya, kalau siswa bergaul dengan orang pandai, dia bisa ikut pandai, tetapi kalau ia bergaul dengan teman-teman yang bermain tanpa mengenal waktu sekolah maka prestasi belajarnya akan terganggu.

16

(10)

2) Faktor Instrumental a) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran sangat mempengaruhi prestasi siswa. Jika bahan pelajaran adalah sesuatu yang sulit bagi siswa, maka siswa akan enggan untuk mempengaruhinya, siswa tersebut akan lambat dalam belajar mengenai mata pelajaran itu, makin sulit sesuatu bahan pelajaran, maka makin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya semakin mudah bahan pelajaran, maka makin cepatlah orang dalam mempelajarinya. Bahan pelajaran yang terlalu panjang juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk belajar. Panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan beberapa interferensi atas bagian-bagian materi yang dipelajari. Interferensi dapat diartikan sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antara kesan lama dengan kesan baru. Kedua kesan itu muncul bertukaran sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak disadari.17

b) Guru/Pengajar

Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus bertanggung jawab atas hasil

17 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

(11)

kegiatan belajar siswa melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. c) Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan di dalam belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa. Jika sudah terpenuhi sarana belajarnya, terpenuhi bisa mencapai prestasi yang baik, kadang justru ada siswa yang keadaan ekonominya terbatas, sehingga ia menggunakan sarana seadanya, akan tetapi tetap giat belajar, jadi tidaklah sulit untuk mencapai prestasi yang baik.

4. Usaha-Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar

Dalam belajar tidak bisa melepaskan diri dari berbagai hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar.18 Syaiful Bahri Djamarah memberikan beberapa usaha-usaha untuk meningkatkan prestasi belajar antara lain:

a. Belajar Dengan Teratur

Belajar yang teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu.19

18 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2000), hlm. 1.

19 Saiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),

(12)

b. Disiplin dan Semangat

Batasan disiplin sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan setertib dan efisien.20

c. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau obyek.21

d. Pengaturan Waktu

Waktu diatur menurut kehendak sendiri. Oleh karena itu pengaturan pembagian waktu belajar, bermain, bekerja dan beristirahat hanya dapat diatur oleh dirinya sendiri.22

e. Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur sangat berguna untuk menghilangkan kelelahan, ketegangan pikiran, ketidak tenangan jiwa dan sebagainya.23

Prestasi belajar seseorang ternyata tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus direncanakan dan diusahakan melalui berbagai cara dan usaha, yang kesemuanya itu tetap bermuara pada satu tujuan yaitu dalam rangka peningkatan prestasi belajar.

5. Cara Evaluasi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang diadakan oleh guru. Yang dimaksud tes hasil belajar adalah tes dipergunakan untuk menilai

20

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: PT. Dunia Pustika Jaya, 2005), hlm. 158.

21 Saiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 15. 22 Thursan Hakim, Op.Cit.i, hlm. 20. 23

(13)

hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswanya, dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu.24

Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar dan mengajar, dapat digunakan dua macam tes, yakni tes lisan dan tes tertulis. Namun pada umumnya seorang guru lebih cenderung menggunakan tes tertulis untuk menguji siswanya. Tes tertulis ini terbagi atas dua, yaitu tes essay dan tes objektif. Tes essay (tes subjektif) merupakan sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan pembahasan atau uraian kata-kata. Soal bentuk essay ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasikan, dan menghubungkan pengertian yang dimiliki. Dengan kata lain, tes essay menuntut siswa untuk mengingat kembali juga harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi.25

Bentuk tes objektif bermacam-macam, antara lain:

a. Tes benar salah (true false) yang soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statemen) jawaban yang diberikan, tinggal menandai pada huruf B atau S.

b. Tes pilihan ganda (multiple choice)

Suatu tes yang terdiri dari keterangan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih dari beberapa kemungkinan jawa ban yang disediakan.

24 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 33.

25 Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

(14)

c. Menjodohkan (matching test)

Yaitu tes yang terdiri atas satu pertanyaan dan satu seri jawaban masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.

d. Tes Isian (completion test)

Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang hilang, bagian yang hilang tersebut harus diisi oleh siswa.26

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.

26

(15)

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan-bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.27

Menurut Saifudin Azwar dalam bukunya yang berjudul Tes

Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pngukuran Prestasi Belajar

merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut:

a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksi atau pengajaran.

c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

d. Tes prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya.

27 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zein, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka

(16)

e. Tes prestasi harus dibuat berkesinambungan mungkin dan harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati.

f. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa.28 Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, aspek kognitif memegang peranan paling utama yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMP dan SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pengukuran ranah efektif, meliputi jenjang kemampuan, yaitu: menerima, menjawab, menilai, organisasi, dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks lain.

Pengukuran ranah psikomotor dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yaitu:

a. Keterampilan motorik, yaitu memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, dan sebagainya.

b. Manipulasi benda, seperti menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.

c. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya.29

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat simpulkan bahwa prosedur penilaian secara keseluruhan dalam satu semester yang dimasukkan dalam raport merupakan gabungan dari berbagai penilaian

28 Saifudin Azwar, Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pngukuran Prestasi Belajar

(Yogyakarta: Liberty, 2007), hlm. 16-19.

29

(17)

yang sudah dilakukan guru, yaitu dari hasil nilai tes semester, tes sumatif maupun subsumatif yang diadakan. Hasil tes-tes tersebut akan menentukan hasil prestasi siswa dalam satu catur wulan atau semester. Namun satu hal yang harus diakui, terkadang nilai raport anak subjektif dimana seorang guru kadang mempertimbangkan keberadaan seorang siswa yang dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.

B. Teams Games Tournament (TGT)

1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu metode

pembelajaran kooperatif yang menggunakan tiga tahap yakni teams, games dan tournament. Salah satu alasan menggunakan Teams Games

Tournament (TGT) sebagai pembelajaran pada siswa karena melalui

pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk bisa berpikir sendiri dengan teman sebayanya sehingga memperoleh informasi atau materi pembelajaran. Selain itu, siswa lebih bisa memahami konsep, menambah pengetahuan serta dapat menemukan kemungkinan solusi dari permasalahan.30

Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif dengan menggunakan game-game akademik dan

30 Robert E. Slavin, Cooperative Learning; Toeri, Riset dan Praktik, Penerjemah Narulita

(18)

menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.31

Dalam pembelajaran menggunakan Teams Games Tournament (TGT) siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) merupakan metode alternatif dalam mendekati

permasalahan, Mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan ketrampilan komunikasi dan social, serta perolehan kepercayaan diri.

Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. Dalam pembelajaran

Teams Games Tournament (TGT) lebih mengutamakan kekompakkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama. 2. Unsur-Unsur Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari tiga macam, yakni:32

a. Teams (tim)

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk

31 Isjoni, Cooperative Learning (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm. 51. 32

(19)

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan game dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam Teams Games

Tournament (TGT). Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah

membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, serta penerimaan terhadap siswa.

b. Games (permainan)

Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa

(20)

nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

c. Tournament (Turnamen)

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen – tiga siswa berperstasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiam meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5); skor tertinggi kedua tetap tinggal

(21)

pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.33

3. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Teams Games Tournament (TGT) a. Karakteristik Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) berbeda dengan strategi

pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari Teams Games

Tournament (TGT).34

Karakteristik strategi Teams Games Tournament (TGT) antara lain:

1) Pembelajaran secara tim

Teams Games Tournament (TGT) adalah pembelajaran

secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk

33 Ibid., hlm. 167. 34

(22)

mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh keberhasilan tim.

2) Didasarkan pada manajemen Teams Games Tournament (TGT) Manajemen mempunyai empat fungsi pokok:

a) Fungsi perencanaan, menunjukkan bahwa Teams Games

Tournament (TGT) memerlukan perencanaan yang matang

agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya.

b) Fungsi pelaksanaan, menunjukkan bahwa Teams Games

Tournament (TGT) harus dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama.

c) Fungsi organisasi, menunjukkan bahwa Teams Games

Tournament (TGT) adalah pekerjaan bersama antar setiap

anggota kelompok, oleh sebab itu perlu ditatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.

d) Fungsi control, menunjukkan bahwa dalam Teams Games

Tournament (TGT) perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik

melalui tes maupun non tes.35

35

(23)

3) Kemauan untuk bekerjasama

Keberhasilan Teams Games Tournament (TGT) ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsipnya bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Teams Games Tournament (TGT). Setiap anggota bukan saja saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. 4) Keterampilan bekerjasama

Kemauan untuk bekerjasama itu kmeudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama.36

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Think Pair Share

Terdapat 4 (empat) prinsip dasar Teams Games Tournament (TGT), antara lain:

1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membangi tugas dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan

36

(24)

tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.37

2) Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)

Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggugn jawab sesuai dengan tugasnya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing-masing-masing.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication).

Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.38

37 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan<

(Jakarta: Rencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 244.

38

(25)

4. Langkah-Langkah Teams Games Tournament (TGT)

Ada beberapa langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengadakan Teams Games Tournament (TGT) antara lain:39

No. Fase Waktu Gagasan

Utama Materi yang dibutuhkan 1. Pengajaran. Menyampaikan pelajaran 1-2 periode kelas Menyampaikan pelajaran Rencana pelajaran Anda 2. Belajar Tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi 1-2 periode kelas Para siswa mempelajari lembar kegiatan dalam tim mereka

Dua lembar kegiatan untuk tiap tim

3. Turnamen. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta. 1 periode kelas Kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan kemampuan homogen` 1. Lembar pembagian meja turnamen yang sudah diisi. 2. Satu kopian lembar permainan dan lembar jawaban (sama seperti lembar kuis dan lembar jawaban kuis) untuk tiap meja turnamen. 3. Satu lembar skor

permainan untuk tiap meja

turnamen. 4. Satu boks kartu

bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan, untuk 39

(26)

tiap meja turnamen. 4. Rekognisi Tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. 1 periode kelas Menentukan skor tim dan mempersiapkan sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya. Siapkan sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya.

Untuk lebih jelasnya pelaksanaan Teams Games Tournament (TGT) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada awal periode permainan, umumkanlah penempatan meja turnamen dan mintalah siswa untuk memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja sebagai meja turnamen. Berikut adalah gambar penempatan meja turnamen:

Gambar 1

Penempatan Pada meja turnamen

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Meja Turnamen

1

Meja Turnamen

2

Meja Turnamen

3.

Meja Turnamen

3

(27)

2. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu meja “atas” dan yang “bawah”. Mintalah salah satu siswa yang Anda pilih untuk membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu nomor, dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut.

Gambar 2 Aturan dan prosedur permainan TGT

3. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama – yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung sesuai waktu di mulai dari pembaca pertama.

4. Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya

Pembaca

1. Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan

2. Bacalah pertanyaannya dengan keras 3. Cobalah untuk menjawab.

Penantang 1

Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya

Penantang II

Boleh menantang jika penantang 1 melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siapa pun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantangnya yang salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada.

(28)

adalah pilihan berganda. Misalnya, seorang siswa yang mengambil kartu nomor 21 membaca dan menjawab soal nomor 21.

5. Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak jika dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa (bukan hanya si pembaca) harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang.

6. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang kedua punya jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah.

7. Apabila semua peserta punya jawaban, ditantang atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban salah, dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam boks.

(29)

8. Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri: penantang pertama mnejadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut, seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berakhir atau jika kotaknya telah kosong.

9. Apabila permainan sudah berakhir, maka pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan pada kolom untuk Game 1. jika masih ada waktu, para siswa mengocok kartu lagi dan memainkan game kedua sampai akhir periode kelas, dan mencatat nomor kartu-kartu yang dimenangkan pada game 2 pada lembar skor. 10. Semua siswa harus memainkan game ini pada saat yang sama.

Sementara mereka bermain, bergeraklah dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menjawab pertanyaan dan pastikan bahwa semua siswa memahami prosedur permainan tersebut. Sepuluh menit sebelum akhir periode kelas, ucapkan kata “Waktu” dan mintalah para siswa berhenti dan menghitung kartu mereka. Selanjutnya mereka harus mengisi nama, dan skor mereka pada lembar skor permainan.

11. Mintalah para siswa menambahkan skor yang mereka peroleh dalam tiap game (jika mereka memainkan lebih dari satu game) dan mengisi total perolehan hari itu. 40

40

(30)

Gambar 3

Contoh menghitung poin-poin turnamen TGT

12. Anda boleh memberikan sertifikat kepada tim-tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan menerima ucapan selamat di dalam kelas. Selain sebagai tambahan sertifikat tim, Anda boleh juga menampilkan tik seukses pada papan buletin mingguan, tempatkan foto dan nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apapun yang Anda lakukan untuk merekognisi tim berprestasi, tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar.

5. Keunggulan dan Kelemahan Teams Games Tournament (TGT) a. Keunggulan Teams Games Tournament (TGT)

1) Melalui Teams Games Tournament (TGT), siswa tidak terlalu menggantungkan kepada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.41

41

Ibid., hlm. 175.

PEMAIN TIM Game 1 Gam 2 Game 3

Total skor hari itu Poin turnamen Eric A 5 7 12 20 Lisa A. B 14 10 24 60 Darryl C 11 12 23 40

(31)

2) Teams Games Tournament (TGT) dapat mengembangkan kemampuan mengungkap ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Teams Games Tournament (TGT) dapat membantu anak untuk

respek pada orang lain dan menyadari akan segala keberbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Teams Games Tournament (TGT) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Teams Games Tournament (TGT) merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.

6) Melalui Teams Games Tournament (TGT) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7) Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar asbtrak menjadi nyata (riil).

(32)

8) Interaksi secara Teams Games Tournament (TGT) berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. b. Kelemahan Teams Games Tournament (TGT)

1) Untuk memahami dan mengerti filosofis Teams Games

Tournament (TGT) memang butuh waktu.

2) Ciri utama dari Teams Games Tournament (TGT) adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa guru yang aktif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan dalam Teams Games Tournament (TGT) didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

4) Keberhasilan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi pembelajaran ini.

5) Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui Teams Games

(33)

Tournament (TGT) selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga

harus belajar bagaimana membangun kepercayaan ciri.42

42

Gambar

Gambar 2 Aturan dan prosedur permainan TGT

Referensi

Dokumen terkait

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

[r]

Beberapa anggota Team bola basket putra Universitas Katolik Soegijapranata Semarang di dalam aktivitas latihan dan waktu luang menunjukan ciri-ciri kohesivitas yang

Berdasarkan penjelasan pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 dapat diambil kesimpulan bahwa pengobatan dengan cara transplantasi organ dari pasien mati

Locus of control adalah variabel kepribadian yang mengukur seberapa jauh seseorang memandang kemungkinan adanya hubungan antara perbuatan yang dilakukan dengan hasilnya

Hal lain yang memeberikan motivasi bagi penulis untuk melakukan kegiatan penelitian ini adalah sejauh mana zat- zat alternatif dapat dioperasikan dengan baik di

• Biasanya pemeriksaan pendahuluan dilakukan oleh majelis panel hakim  namun dapat juga oleh majelis hakim pleno untuk perkara yang sangat penting dan harus segera diputus..