Bab 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sindikasi secara Umum
Jasa pemberian kredit oleh Bank merupakan salah satu jasa perbankan yang meemerlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus bagi seorang bankir. Dalam pemberian kredit diperlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan analisis terhadap feasibility dan viability proyek yang akan dibiayai.
Kredit Sindikasi mulai tumbuh di pasar modal di Amerika Serikat pada tahun 1950an, sedangkan evolusinya di pasar modal internasional di London terjadi baru kemudian yaitu pada tahun 1960an. Kredit Sindikasi di pasar internasional di London perkembangannya ditunjang oleh kenyataan bahwa kredit dapat diberikan dalam semua mata uang yang convertible, yang berbeda dengan pasar di Amerika Serikat di Wall Street, dimana kredit sindikasi diberikan hanya dalam mata uang dolar Amerika Serikat sekalipun penerima pinjaman adalah pihak asing.
Dalam hal kredit Sindikasi diberikan dalam berbagai mata uang, yaitu yang biasa disebut multicurrency loans, dana disediakan tidak hanya dalam satu mata uang namun dalam beberapa mata uang sesuai dengan pilihan penerima pinjaman.
Hurn (tahun 1990) dalam bukunya Syndicated Loan (A Handbook For Banker and Borrower) memberikan definisi mengenai kredit sindikasi atau syndicated loan sebagai berikut :
” A syndicated loan is a loan made by two or more lending institutions, on similiar terms and conditions, using common documntation and administered by a common agent “
Definsi tersebut diatas mencakup semua unsur unsur yang penting dari suatu kredit sindikasi. Pertama, kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan dalam suatu fasilitas sindikasi. Kedua, definisi tersebut menyatakan bahwa kredit sindikasi adalah kredit yang akan diberikan berdasarkan syarat syarat dan ketentuan ketentuan yang sama bagi masing masing peserta sindikasi.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk hanya ada satu perjanjian kredit antara nasabah dan semua bank peserta sindikasi. Ketiga, definisi tersebut menegaskan bahwa hanya ada satu dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan bagi semua bank peserta sindikasi secara bersama sama. Keempat, sindikasi tersebut diadministrasikan oleh satu agent yang sama bagi semua bank peserta sindikasi. Bila tidak demikian halnya, maka terpaksa harus ada serangkaian fasilitas bilateral (dua pihak), yang sama tetapi mandiri, antara masing masing bank peserta dengan nasabah.
2.2 Sindikasi Perbankan di Indonesia
2.2.1 Definisi Kredit Sindikasi di IndonesiaKredit Sindikasi adalah kredit yang diberikan oleh dua atau lebih bank/lembaga pemberi pinjaman lainnya dengan persyaratan dan kondisi yang telah disepakati bersama antara kreditur dan debitur yang dituangkan dalam satu perjanjian kredit dan diadministrasikan oleh Agen Fasilitas.
Kredit Sindikasi berbeda dengan Club Deal. Club Deal adalah kredit yang diberikan oleh dua atau lebih bank/lembaga pemberi pinjaman lainnya dengan persyaratan dan kondisi yang telah disepakati bersama antara kreditur dan debitur yang dituangkan dalam perjanjian kredit yang terpisah tetapi jaminan yang diberikan saling mengikat dalam satu perjanjian pengikatan jaminan (security sharing agreement).
(Bab 2 mengatur pemberian Kredit Sindikasi karena pemberian kredit melalui mekanisme Club Deal pada dasarnya sama dengan kredit biasa)
2.2.2 Peran Bank Nasional
Peran Bank Nasional dalam pemberian Kredit Sindikasi adalah sebagai berikut.
• Arranger.
• Underwriter.
• Agent.
• Participant.
2.2.2.1 Arranger
Apabila calon penerima kredit menerima offer tersebut, calon penerima kredit tersebut selanjutnya akan mengeluarkan mandate atau mandat, yaitu kewenangan yang diberikan oleh calon penerima kredit kepada bank atau sekelompok bank (bidding group of banks) untuk meng-arrange transaksi tersebut. Dalam tahap ini, bank atau bank bank tersebut disebut Arranger.
2.2.2.1.a Pengertian Arranger
Jika Bank berperan sebagai Arranger, maka Bank tersebut bertindak sebagai koordinator yang bertanggung jawab dalam pengaturan kredit sindikasi mulai dari penerimaan Mandate Letter dari debitur sampai dengan penandatanganan perjanjian kredit (signing ceremony).
2.2.2.1.b Tujuan Bank Nasional berperan sebagai Arranger
Berikut ini tujuan Bank yang mengambil peran Arranger dalam suatu sindikasi.
• Memaksimalkan pendapatan perbankan (berupa arrangement Fee) dari pelepasan kredit sindikasi.
• Mengambil peran yang lebih besar dalam proses negosiasi syarat dan kondisi kredit (term and condition), pricing, struktur kredit, dan dokumentasi kredit.
2.2.2.1.c Tugas Arranger
Tugas yang harus dilakukan oleh Arranger kredit sindikasi adalah sebagai berikut.
• Melakukan negosiasi dengan debitur dalam penentuan syarat dan kondisi kredit (term and condition), pricing, struktur kredit, dan dokumentasi kredit.
• Mencari para calon kreditur dan mengalokasikan porsi kredit ke masing-masing kreditur.
• Mengkoordinasikan proses pemberian kredit dari para calon kreditur ke debitur sampai dengan penandatanganan akad kredit.
2.2.2.1.d Risiko Arranger
Risiko yang dihadapi oleh Bank sebagai Arranger adalah menurunnya reputasi Bank tersebut jika tidak berhasil menghimpun dana sejumlah yang diharapkan oleh debitur.
Sebagai Arranger, Unit kerja yang terlibat beserta tugasnya yakni sebagai berikut :
• Divisi Corporate Finance.
• Korporasi / Large Commercial Business.
• Divisi Hukum.
• Administrasi Kredit.
2.2.2.1.e Tugas Pokok Unit Sindikasi Arranger/Underwriter meliputi : 1. Mengembangkan hubungan baik (relationship) dengan Institusi / Lembaga
2. Menentukan strategi sindikasi (single step syndication / multiple step syndication, formasi manajemen, bank lain yang terkait, Underwriting Commitment, Target Hold & Sell Down) untuk setiap penjualan kredit sindikasi.
3. Memasarkan kredit sindikasi maupun produk jasa lainnya kepada perusahaan korporasi dan institusi / lembaga keuangan untuk ikut berpartisipasi dalam kredit sindikasi, antara lain :
4. Memberi masukan/informasi kepada Credit Management melalui Divisi Credit Aproval dalam hal analisa market liquidity, market appetite serta Global Underwriting Limits.
5. Mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan dalam penyusunan
Indicative Term Sheet – Offer Letter maupun Final Term Sheet.
6. Menyusun “Syndication Timetable” bersama Credit Management, Divisi Bisnis dan calon debitur.
7. Menyusun “Info Memo” bersama dengan calon debitur.
8. Melakukan launching kredit sindikasi, termasuk mencari kreditur/investor prospektif.
9. Mengajukan proposal pencapaian Target Sale Underwriting kepada VP / Direksi.
10. Mengajukan proposal penjualan “unsold inventories” pada harga pasar terendah saat jatuh tempo batas waktu penjualan (sell down) kepada VP / Direksi, apabila VP / Direksi tidak menyetujui perpanjangan selldown period.
2.2.2.2 Underwriter
2.2.2.2.a Pengertian Underwriter
Jika Bank berperan sebagai Underwriter, maka Bank tersebut bertindak sebagai pihak yang menjamin ketersediaan dana yang dibutuhkan oleh debitur sebesar jumlah yang dijamin dikurangi porsi terjual sampai dengan penandatanganan perjanjian kredit.
2.2.2.2.b Tujuan Bank Nasional berperan sebagai Underwriter
Tujuan Bank mengambil peran sebagai Underwriter dalam suatu sindikasi adalah untuk memaksimalkan pendapatan Bank tersebut (berupa underwriting Fee) dari pelepasan kredit sindikasi.
2.2.2.2.c Risiko Underwriter
Jenis risiko yang dihadapi oleh Bank bila bertindak sebagai Underwriter.
• Risiko karena debitur (borrower risk), berupa penurunan nilai jual kredit karena perubahan kredibilitas dan creditstanding debitur.
• Risiko karena pasar (market risk), berupa perubahan nilai jual kredit karena kondisi pasar (seperti kondisi ekonomi, politik, dan lainnya).
Risiko di atas memungkinkan timbulnya Unsold Portion di perbankan. Apabila Bank akan menjual porsi tersebut untuk mencapai Target Sell Down, maka Bank tersebut akan mengalami kerugian finansial karena harus menjual porsi kredit tersebut secara diskon.
Unit kerja yang terlibat beserta tugasnya
Unit kerja yang terlibat beserta tugasnya dalam pemberian kredit sindikasi di mana Bank berperan sebagai Underwriter adalah sebagai berikut.
• Divisi Corporate Finance.
• Korporasi / Large Commercial Business.
• Divisi Hukum.
• Credit Approval
• Administrasi Kredit
2.2.2.3 Agent
2.2.2.3.a Pengertian Agent
Jika Bank berperan sebagai Agent, maka Bank tersebut bertindak sebagai pihak yang mewakili dan mengatur kepentingan kreditur dalam pemberian kredit kepada debitur sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama.
Meskipun Agent merupakan wakil dari kreditur, Agent harus tetap mempertahankan hubungan baik dengan debitur selama jangka waktu pemberian kredit sindikasi.
2.2.2.3.b Tujuan Bank Nasional berperan sebagai Agent
Tujuan Bank mengambil peran sebagai Agent adalah sebagai berikut.
• Untuk memastikan bahwa pemberian kredit sindikasi berjalan sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2.2.2.3.c Jenis Agent
Dalam kredit sindikasi terdapat berperan sebagai:
• Agen Fasilitas (Facility Agent)
Bertanggung jawab untuk melakukan tugas-tugas administrasi sesuai perjanjian yang disepakati termasuk kegiatan penagihan pokok pinjaman dan bunga, pembebanan biaya, dan pendistribusian informasi/dokumen kepada pihak terkait (debitur, kreditur, dan pihak lainnya).
• Agen Jaminan (Security Agent)
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengikatan jaminan dan dokumentasinya serta pengadministrasian jaminan tersebut sesuai dengan klausula yang tercantum dalam perjanjian yang disepakati.
• Agen Pengelola Rekening Penampungan (Escrow Account Agent)
Bertanggung jawab atas pengelolaan rekening penampungan sesuai dengan klausula yang tercantum dalam perjanjian.
Catatan
• Uraian tugas dan tanggung jawab Agen tergantung pada struktrur pembiayaan sindikasi dan kesepakatan di antara kreditur yang tertuang dalam Perjanjian Keagenan.
• Selain jenis agen di atas, dapat dikembangkan jenis agen lainnya sesuai kebutuhan.
Unit kerja yang teribat beserta tugasnya
Unit kerja yang terlibat beserta tugasnya dalam pemberian kredit sindikasi di mana Bank berperan sebagai Agen adalah sebagai berikut.
• Divisi Corporate Finance.
• Korporasi / Large Commercial Business.
• Divisi Hukum.
• Administrasi Kredit
2.2.2.4 Participant
2.2.2.4.a Pengertian Participant
Jika Bank berperan sebagai Participant, maka Bank tersebut berpartisipasi dengan memberikan pinjaman dalam jumlah tertentu dari total kredit sindikasi yang akan disalurkan ke debitur.
Unit kerja yang terlibat beserta tugasnya
Unit kerja yang terlibat beserta tugasnya dalam pemberian kredit sindikasi di mana Bank berperan sebagai Participant adalah sebagai berikut.
• Divisi Corporate Finance.
• Korporasi / Large Commercial Business.
• Divisi Hukum.
• Credit Approval
2.2.3 Wewenang Umum yang berkaitan dengan Pemberian Kredit Sindikasi di Perbankan Indonesia
jenis wewenang yang berkaitan dengan pemberian kredit sindikasi beserta pejabat pemutusnya.
Wewenang untuk .... Diputuskan oleh ...
memutuskan peran Bank A sebagai Arranger tanpa partisipasi
Vice President / Direktur Bank A yang membidangi bisnis
korporasi memutuskan peran Bank A sebagai
Arranger dengan partisipasi
pejabat pemutus kredit sesuai dengan wewenang memutus kredit yang dimiliki
menentukan jumlah komitmen penjaminan (Underwriting Amount) dan nilai partisipasi kredit (Target Hold)
pejabat pemutus kredit sesuai wewenang memutus kredit yang dimiliki
perpanjangan sell down period VP / Direktur yang membidangi
bisnis korporasi dan Direktur yang membidangi analisa risiko kredit
menentukan penjualan komitmen penjaminan beserta harga jualnya
VP / Direktur yang membidangi bisnis korporasi dan Direktur yang membidangi analisa risiko kredit
menyetujui penjualan komitmen yang akan menyebabkan kerugian bagi Bank
pejabat yang pertama kali memutuskan kredit tersebut
menyetujui exit strategy Direktur yang membidangi bisnis
korporasi dan Direktur yang membidangi analisa risiko kredit Menyetujui peran Bank sebagai
Agen
Direktur yang membidangi bisnis korporasi
menentukan Fee yang akan dibebankan kepada debitur
VP / Direktur yang membidangi bisnis korporasi
2.2.4 Fee Kredit Sindikasi
Jenis Fee yang dibebankan kepada debitur atas penyaluran kredit sindikasi.
Jenis Fee Pengertiannya Ketentuan pembebanan *)
Arrangement Fee Fee yang dibayarkan oleh debitur kepada Arranger
Dibebankan sekali di muka pada saat penandatangan perjanjian kredit atau tanggal lain yang disepakati
Underwriting Fee Fee yang dibayarkan oleh debitur kepada Underwriter sehubungan dengan
kesanggupannya untuk
menyediakan dana dalam jumlah tertentu
Dibebankan sekali di muka pada saat penandatangan perjanjian kredit atau tanggal lain yang disepakati
Participation Fee Fee yang dibayarkan oleh debitur kepada bank yang bertindak sebagai Participant dalam kredit sindikasi
Dibebankan sekali di muka untuk medium dan long term loan atau setiap tahun (tiap tanggal tertentu) untuk short term loan.
Commitment Fee Fee yang dibayar oleh debitur kepada bank anggota kredit sindikasi atas sejumlah dana yang tidak digunakan sampai dengan berakhirnya availiability period.
• Dihitung berdasarkan jumlah komitmen yang tidak digunakan. • Dibebankan pada bulan
berikutnya (in-arrear) dengan periode tertentu. Facility Agent Fee Fee yang dibayarkan oleh
debitur kepada Agen Fasilitas atas jasanya dalam
pengadministrasian kredit sindikasi
Dibebankan setiap tahun (tiap tanggal tertentu).
Security Agent Fee
Fee yang dibayarkan oleh debitur kepada Agen Jaminan atas jasanya dalam
pengadministrasian jaminan kredit sindikasi.
Dibebankan setiap tahun (tiap tanggal tertentu).
Escrow Acount Agent Fee
Fee yang dibayarkan oleh debitur kepada Agen atas jasanya dalam pengelolaan rekening penampungan
Dibebankan setiap tahun (tiap tanggal tertentu).
Catatan : Dalam kondisi tertentu pembebanan Fee kepada debitur bisa berbeda dari ketentuan di atas tergantung pada hasil negosiasi dengan debitur.
2.2.5 Istilah istilah dalam Kredit Sindikasi :
“Arrangement Fee”
Fee yang akan dibayar oleh debitur hanya kepada Arranger Bank dan hanya dipungut sekali.
“Bank A sebagai Arranger” :
Bank A sebagai pengatur dan koordinator kredit sindikasi bagi calon debitur.
“Bank A sebagai Underwriter” :
Bank A sebagai penjamin komitmen sindikasi atas jumlah tertentu.
“Commitment Fee”
Fee yang akan dibayar oleh debitur kepada bank-bank anggota sindikasi atas sejumlah dana yang belum digunakan oleh debitur sampai dengan berakhirnya availability period.
“Commitment Letter” :
Surat kesanggupan investor untuk ikut serta dalam pemberian kredit sindikasi dengan nominal tertentu.
“Confidentiality Letter” :
Surat pernyataan kesanggupan dari bank/investor yang berminat untuk merahasiakan seluruh informasi mengenai calon debitur dan kredit yang akan diberikan.
“Facility Fee”
Fee yang dibayar oleh debitur atas penyediaan kredit sindikasi tersebut kepada para penyedia dana.
“Facility Agency Fee”
Fee yang akan dibayar oleh debitur kepada Facility Agent Bank untuk mengadministrasikan fasilitas kredit sindikasi. Fee ini dibayar tahunan.
“Front End Fee”
Fee yang akan dibayar oleh debitur kepada seluruh bank (sesuai dengan fungsinya) sehubungan dengan peran bank-bank tersebut dalam kredit sindikasi. Fee ini dipungut hanya sekali dimuka.
“Indicative Term Sheet” :
Usulan syarat & kondisi pembiayaan kredit sindikasi yang disampaikan oleh arranger/lead manager kepada calon debitur yang hanya memuat hal-hal pokok, antara lain :
- Jumlah & jenis fasilitas - Jangka waktu
- Suku bunga & biaya administrasi - Jadwal pembayaran
- Jaminan
“Info Memo” :
Dokumen yang memuat rincian mengenai calon debitur serta pinjaman yang diberikan, seperti : - Jenis usaha - Sejarah perusahaan - Kondisi keuangan - Kondisi pasar - Prospek usaha
- Latar belakang pemberian pinjaman sindikasi - Terms and conditions pinjaman sindikasi
- Feasibility study atas proyek yang akan dibiayai
“Mandate Letter” :
Kewenangan yang diberikan oleh calon debitur kepada bank yang ditunjuk sebagai arranger untuk membentuk suatu sindikasi kredit yang terdiri dari bank-bank yang akan menyediakan pembiayaan yang dibutuhkan oleh calon debitur.
“Multiple Step Syndication”
Jenis sindikasi dimana bank setelah menerima mandat berdasarkan underwriting basis, membentuk sebuah management group atau sub-underwriting group untuk mengurangi underwriting commitments yang telah dijamin oleh arrangers / underwriters.
“Participation Fee”
Fee yang dibayar oleh debitur kepada participant bank yang ikut dalam kredit sindikasi tersebut.
“Security Agency Fee”
Fee yang akan dibayar oleh debitur kepada Security Agent Bank untuk mengadministrasikan jaminan kredit sindikasi. Fee ini dibayar tahunan.
“Selldown Period” :
Target masa penjualan Underwriting Commitment, yaitu selama 90 hari sejak Underwriting Commitment Letter dikirim ke calon debitur.
“Single Step Syndication” :
Jenis sindikasi dimana bank atau beberapa bank yang telah diberikan mandat langsung melakukan proses sindikasi kepada pasar sindikasi tanpa membentuk sebuah management group atau sub-underwriting group terlebih dahulu.
“Syndication Time Table” :
jadwal pelepasan kredit sindikasi yang terdiri atas : Jenis pekerjaan yang harus dilakukan
Penanggung jawab (Bank yang ditunjuk dan/atau calon debitur) dan; Kapan tugas tersebut harus selesai.
“Target Hold” :
jumlah target partisipasi Bank tersebut dalam kredit sindikasi.
“Target Sale” :
Batas waktu perolehan Commitment Letter dari bank/investor yang berminat untuk berpartisipasi dalam kredit sindikasi dan/atau termasuk bagian dari Underwriting Commitment.
“Underwriting Commitment” :
Jumlah dana yang di-underwrite (dijamin ketersediaannya) oleh underwriter, dimana apabila ternyata tidak ada pihak lain yang berminat untuk berpartisipasi dalam penyediaan dana tersebut, maka underwriter harus membiayai sendiri penyediaan dana tersebut.
Underwriting Commitment tersebut harus sudah dijual kepada bank/investor yang berminat sebelum Target Sale.
“Underwriting Fee”
Fee yang dibayar oleh debitur kepada underwriter sehubungan dengan kesanggupan underwriter tersebut menjamin ketersediaan dana bagi calon debitur.
“Unsold Inventories” :
Underwriting Commitment yang belum berhasil dijual kepada pihak ketiga/kreditur sampai dengan jatuh tempo sell down period .
2.3 Analisa Kredit
Tujuan utama analisa kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan Bank Sindikasi.
2.3.1 Analisa Ratio dan Cash Flow
(i) Current Ratio minimum 1,1 X
(Current Ratio berarti perbandingan antara total aktiva lancar Debitur terhadap total pasiva lancar Debitur, yang dihitung sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia).
Dimana Current Ratio termasuk didalam rasio likuiditas, dimana tujuan digunakannya pendekatan ini adalah untuk mengetahui kemampuan jangka pendek perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan tersebut. Apabila hasil rasio tersebut dibawah 1,1 X, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki risiko likuiditas dalam periode jangka pendek.
(ii) Debt Service Coverage Ratio minimum 1,25 X
(Debt Service Coverage Ratio berarti perbandingan antara (i) pendapatan operasional atau laba usaha sebelum dibebankan atau diperhitungkan dengan bunga, pajak dan
depresiasi serta amortisasi terhadap (ii) hutang pokok ditambah dengan bunga yang timbul dari kewajiban utang Debitur).
Pendekatan ini dipakai perbankan untuk mengetahui berapa kemampuan perusahaan secara riil untuk membayar pokok dan bunga kewajiban hutang sesuai dengan yang telah ditentukan bersama. Semakin tinggi EBITDA akan semakin baik pula untuk perusahaan karena hal tersebut berarti perusahaan memiliki kemampuan bayar kewajiban semakin baik pula.
(iii) Debt to Equity Ratio maksimum 2,0 X
(Debt to Equity Ratio berarti perbandingan antara total kewajiban (liabilities) Debitur dikurangi pinjaman yang disubordinasikan (Subordinated Loan) terhadap total equity Debitur, yang dihitung sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia). Pendekatan ini dipakai perbankan untuk menganalisa berapa besar porsi hutang bank dibandingkan dengan modal yang disetor perusahaan. Pendekatan ini dipakai selain untuk mengetahui porsi hutang, juga dapat dipakai untuk mengetahui seberapa besar partisipasi / dukungan grup terhadap anak peruasahaannya ini (PT EI).
(iv) Interest Service Coverage Ratio minimum 2,5 X
(Interest Service Coverage Ratio berarti perbandingan antara (i) pendapatan operasional atau laba usaha sebelum dibebankan atau diperhitungkan dengan bunga,
pajak dan depresiasi serta amortisasi terhadap (ii) bunga yang timbul dari kewajiban utang Debitur).
Pendekatan ini berfungsi untuk mengetahui berapa besar kemampuan perusahaan dalam mengembalikan kewajiban bunga setiap periodenya. Semakin besar EBITDA akan semakin baik karena hal tersebut dapat berarti kemampuan bayar kewajiban bunga perusahaan semakin baik atau perusahaan dapat memiliki confidence untuk meminta tambahan kewajiban baru lagi.
2.3.2 Agreement Loan Approach
Merupakan Pendekatan dari sisi legal, karena semua tindakan Bank Sindikasi dan debitur harus tercermin didalam Perjanjian Kredit Secara Sindikasi selama dalam masa Fasilitas Bank. (Perjanjian Kredit secara Sindikasi terdapat dilampiran)
2.3.3 The Component of a Company’s Macroenvironment
Thinking Strategically about a Company’s Macro-Environment
A company’s macro-environment includes all relevant factors and influences outside its boundaries
Pendekatan ini memperhitungkan semua relevansi eksternal yang dapat mempengaruhi arah perusahaan secara siginfikan
Diagnosing a company’s external situation involves assessing strategically
important factors that have a bearing on the decisions a company’s makes
Î Direction (Arah manajemen dalam membawa perusahaan) Î Objectives (Objektivitas perusahaan)
Î Strategy (Strategi perusahaan dalam memposisikan diri)
Î Business model (Model Bisnis yang diterpkan perusahaan dalam beradaptasi terhadap pengaruh luar)
Requires that company managers scan the external environment to Î Identify potentially important external developments
Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui potensi potensi perkembangan kondisi lapangan yang dapat mempengaruhi perusahaan
Î Assess their impact and influence
Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan dampak dari perubahan / pengaruh eksternal.
Î Adapt a company’s direction and strategy as needed
Pendekatan ini untuk mengetahui posisi peruashaan dalam beradaptasi terhadap perubahaan tersebut, dimana apakah perusahaan merespon secara aktif atau pasif. Serta dapat diketahui strategi yang diperlukan untuk menghadapi kondisi eksternal yang dapat merubah arah perusahaan.
2.3.4 Syndication Approach