• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yang memutuskan batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia. Pengakuan yang diberikan pada 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak penting untuk eksistensi batik di dunia internasional. Dalam rentang waktu sangat panjang batik hadir di bumi Nusantara. Batik sudah ada sejak zaman nenek moyang Indonesia. Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang bermakna 'titik'. Indonesia percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Dengan pengakuan UNESCO dan ditetapkannya Hari Batik Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tidak hanya sebagai budaya Indonesia, tapi merupakan jati diri dan indentitas bangsa.1

Dari sisi ekonomi, batik juga banyak mendukung pengembangan ekonomi dan pariwisata. Usaha menumbuh kembangkan industri pariwisata di Indonesia didukung dengan UU No.9 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa “Keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan rasa cinta lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat”. Perkembangan suatu daerah pada dasarnya selaras dengan tingkat perkembangan penduduk dan kegiatannya yang merupakan elemen-elemen penunjang dalam perkembangannya.2 Sebagai contoh, di Jawa Tengah memiliki beberapa

peninggalan kesenian yaitu kesenian tari, kesenian wayang kulit, upacara adat maupun kesenian batik. Diantara peninggalan tersebut, kesenian batik

1http://www.tempo.co/read/news/2013/10/02/110518313/Ini-Sejarah-Panjang-Batik-Indonesia/1/1 2http://penelitianekonomi.blogspot.com/2013/05/obyek-wisata-batik-pekalongan.html

(2)

2 merupakan kesenian yang memiliki nilai sejarah tinggi. Batik merupakan karya seni Indonesia sebagai salah satu negara terkemuka penghasil kain tradisional yang halus di dunia. Di Kota Pekalongan Lebih dari Rp.100 miliar perputaran uang dari bisnis batik setiap tahunnya. Di sepanjang jalan raya hingga pelosok dan sudut Kota Pekalongan, nuansa batik begitu terasa. Aktivitas bisnis di kota ini sebagian besar juga digerakkan oleh bisnis yang bersinggungan dengan batik, mulai dari penyediaan bahan baku kain mori, malam, canting, kompor, hingga berdirinya sejumlah butik eksklusif yang secara khusus memajang pakaian bermotif batik.3 Hal tersebut juga dapat ditemukan di beberapa kota seperti Cirebon, Tegal, Semarang, Pati, Cilacap, Yogyakarta dan Solo bahkan akhir-ahkir ini berkembang hingga di luar Jawa.

Industri batik di Indonesia umumnya merupakan industri/usaha kecil menengah (UKM) yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat. Pada tahun 2009, Departemen Perindustrian memperkirakan ada 48.287 UKM batik di Indonesia yang mempekerjakan sekitar 792.285 tenaga kerja. Suksesnya perdagangan batik di Indonesia sayangnya menimbulkan persoalan lingkungan tersendiri. Menurut riset, industri batik setiap tahunnya memproduksi kadar emisi CO2 tertinggi jika dibandingkan dengan sektor UKM lainnya yang

umumnya merupakan hasil dari ketergantungan industri tersebut akan bahan bakar (minyak tanah) yang tinggi. Sejumlah besar UKM batik juga masih menggunakan lilin, pewarna kimia serta pemutih secara berlebihan yang di mana semua itu memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.4

Kementerian Lingkungan Hidup secara konsisten telah mengidentifikasi UKM batik sebagai salah satu penyebab pencemaran sungai terburuk di Indonesia. Penggunaan air secara berlebihan oleh UKM batik juga mengakibatkan kelangkaan air bersih selama musim kemarau, dan seringkali membuat pelaku UKM beralih pada penggunaan air bersih yang membutuhkan pasokan energi lebih besar sehingga meningkatkan biaya produksinya. Di sisi lain, ketersediaan air bersih merupakan isu utama

3 Strategi Pengembangan Obyek Wisata Batik Kota Pekalongan 4 http://www.cleanbatik.com/index.php?id=33

(3)

3 pembangunan di banyak pulau di Indonesia. Ini merupakan dampak dari pertumbuhan pesat akan kebutuhan air di sektor lain yang hadir secara bersamaan (seperti pertanian, pariwisata, perindustrian, penggunaan domestik, dan lain-lain), sementara persediaan air bersih terbatas. Disisi lain kurangnya kesadaran lingkungan di kalangan pengguna/konsumen produk batik ikut menyebabkan belum adanya faktor pendorong bagi UKM batik untuk beralih pada metode produksi yang lebih bersih/efisien dalam mengkonsumsi air dan bahan lainnya.

Dari aspek penggunaan bahan kimia, industri batik merupakan industri yang potensial menghasilkan limbah yang mengandung logam berat yang dikategorikan sebagai limbah berbahaya, sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Seiring dengan peningkatan produksi batik, maka permasalahan lingkungan juga akan semakin meningkat. Permasalahan tersebut terutama disebabkan karena proses produksi seringkali mengakibatkan pemborosan material dan energi serta akibat pembuangan limbahnya yang akan membebani lingkungan dan biaya pengolahan limbah semakin meningkat.

Dengan demikian, sangat penting bagi para pengrajin (UKM) batik untuk memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam tiap proses agar dapat mencegah terjadinya pemborosan bahan dan energi serta mampu menciptakan keserasian dengan lingkungan sekitarnya. Agar memenuhi batas aman pembuangan limbah batik pada lingkungan yang ditetapkan, maka harus dilakukan pengolahan terhadap limbah sehingga memenuhi baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan atau sungai.

Secara keseluruhan, sumber utama air limbah industri batik berasal dari proses yang berkaitan dengan proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan.

(4)

4 Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri batik umumnya merupakan senyawaorganik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Salah satu contoh zat warna yang banyak dipakai industri batik dalah remazol black, red dan golden yellow. Dalam pewarnaan, senyawa ini hanya digunakan sekitar 5% sedangkan sisanya yaitu 95% akan dibuang sebagai limbah. Senyawa ini cukup stabil sehingga sangat sulit untuk terdegradasi (terurai) di alam dan berbahaya bagi lingkungan apalagi dalam konsentrasi yang sangat tinggi karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen Demand).5 Hal ini tentu saja dapat merusak keseimbangan ekosistem lingkungan yang ditandai dengan matinya organisme perairan di sekitar lokasi pembuangan limbah sehingga perlu pengolahan lebih lanjut agar limbah batik ini aman bagi lingkungan.

Adapun efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan oleh perajin batik adalah risiko terkena kanker kulit. Ini terjadi karena saat proses pewarnaan, umumnya para perajin tidak menggunakan sarung tangan sebagai pengaman, kalaupun memakai, tidak benar-benar terlindung secara maksimal. Akibatnya, kulit tangan terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia berbahaya seperti Naptol yang lazim digunakan dalam industri batik. Bahan kimia yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit. Selain itu, limbah pewarna yang dibuang sembarangan, juga bisa mencemari lingkungan. Ekosistem sungai rusak. Akibatnya, ikan-ikan mati dan air sungai tidak dapat dimanfaatkan lagi. Lebih dari itu, air sungai yang telah tercemar meresap ke sumur dan mencemari sumur yang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “KAJIAN YURIDIS TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH BATIK DI KOTA YOGYAKARTA”.

5

(5)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa sajakah dasar hukum dalam pengendalian limbah batik?

2. Bagaimanakah upaya pengendalian limbah batik di Kota Yogyakarta? 3. Apakah kendala yang dihadapi dalam pengendalian limbah batik di di

Kota Yogyakarta?

C. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengamatan dan sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah ada penelitian maupun karya-karya ilmiah sejenis yang secara spesifik membahas dan menganalisis permasalahan yang sama dengan penelitian ini. Beberapa penelitian dan karya ilmiah yang ada hanya membahas sebagian unsur penelitian ini dengan sasaran kajian yang berbeda, adapun penelitian tersebut diantaranya adalah:

1. “Potensi Dampak Industri Batik Terhadap Lingkungan Hidup (Studi Aspek Yuridis Industri Rumah Tangga Kerajinan Batik di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul)”. Penulis Sophia P. Ombara, 2011. Penulisan hukum ini memiliki kemiripan tema yang diangkat yaitu permasalahan mengenai dampak pencemaran limbah industri. Akan tetapi terdapat perbedaan obyek dan subyek yang diteliti. Pada penulisan yang dilakukan oleh Sophia P. Ombara obyeknya adalah Potensi pencemaran terhadap lingkungan hidup dan yang menjadi subyek penelitian oleh Sophia P. Ombara adalah Industri Kerajinan Batik di Bantul.

2. “Telaah Hukum Terhadap Limbah Industri Kain Sasirangan Skala Kecil (Studi Aspek Yuridis Industri Rumah Tangga Kampung Sasirangan Kelurahan Seberang Mesjid Kota Banjarmasin)”. Penulis Muhammad Ridho Nurdiansyah. Dalam penulisan hukum ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan industri rumah tangga kerajinan kain sasirangan di Kampung Sasirangan, kelurahan Seberang Mesjid, kecamatan Banjarmasin Tengah, kota Banjarmasin berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dalam tahapan proses pewarnaan, karena dalam proses pewarnaan para pengrajin

(6)

6 masih menggunakan zat pewarna sintetis. Adanya limbah cair tersebut yang berupa bahan kimia tidak dapat terdegradsi oleh mikroorganisme, sehingga dapat mencemari lingkungan tertutama air karena limbah kerajinan kain sasirangan.

3. “Kajian Yuridis Pengaruh Pencemaran Limbah Rumah Tangga Terhadap Kualitas Air Sungai Gadjahwong”. Penulis Barokah. Dapat disimpulkan adanya pencemaran sungai Gajahwong dijelaskan bagaimana peran penting pemerintah Kabupaten Sleman dan Stake Holder dalam penanggulangan dan pencemaran air sungai Gajahwong. Penulis tersebut menuliskan bahwa air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak akan dicapai dari penelitian ini pada dasarnya adalah:

1. Untuk mengetahui dasar hukum dalam pengendalian dan pengelolaan limbah batik.

2. Untuk mengetahui upaya pengendalian dan pengelolaan limbah batik di Kota Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengendalian dan pengelolaan limbah batik di Kota Yogyakarta.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan peneliti tentang perkembangan industri batik skala kecil di kota Yogyakarta dalam penelitian ini.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pengembangan dan pengawasan terhadap laju kegiatan dari industri batik dalam industri kecil untuk tujuan kebudayaan, Pariwisata dan perekonomian kota Yogyakarta.

(7)

7 3. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian berikutnya, serta menambah pengetahuan masyarakat pada umumnya.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini terdiri atas 5 (lima) bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Penutup.

Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah yang berkaitan dengan Industri batik, asal mula batik, makna batik juga dilihat dari segi ekonomi, penulis menguraikan mengenai UKM batik serta limbah batik yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Penulis juga merumuskan masalah penelitian, membuat pernyataan jaminan keaslian penelitian, menyebutkan tujuan dan manfaat penelitian, serta menuangkan penelitian dalam sistematika penulisan yang terstruktur. Dalam latar belakang masalah, penulis juga menuangkan sedikit gagasan-gagasan secara sederhana tentang upaya pengendalian dan pengelolaan limbah batik, kendala yang dihadapi dalam pengendalian dan pengelolaan limbah batik serta peraturan perundang-undangan.

Bab II Tinjauan Pustaka merupakan bab dimana penulis lebih banyak mengemukakan azas pengelolaan lingkungan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup. Dimana dijelaskan tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pokok-pokok permasalahan yang diajukan penulis juga menjelaskan mengenai pasal tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Sasaran Pengelolaan Lingkungan Hidup, Hak Kewajiban Peran Serta Masyarakat, wewenang pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup, Limbah Industri Batik, Industri batik, Pengaruh Limbah Batik Terhadap Lingkungan.

Bab III Metode Penelitian berisi tentang metode penelitian yang dapat digunakan, pendekatan penelitian berisi tentang metode penelitian

(8)

8 yang digunakan, pendekatan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif, obyek penelitian, jenis data yang dikumpulkan, metode pengumpulan data dan metode analisi data.

Bab IV berisi tentang penyajian data dan analisa hasil penelitian. Pada bab ini penulis akan menganalisa tentang pengendalian dan pengelolaan limbah batik, yaitu upaya dalam pengendalian dan pengelolaan limbah batik, serta kendala yang dihadapi dalam pengendalian dan pengelolaan limbah batik di Kota Yogyakarta.

Bab V Penutup merupakan penutup dari penelitian dan penulisan yang telah penulis lakukan. Pada bab ini memuat tentang kesimpulan yang didapatkan oleh penulis dari hasil penelitian serta saran-saran atas permasalahan yang diteliti dan telah penulis simpulkan melalui kajian-kajian terhadap teori pendapat para ahli hukum serta hasil analisa data. Pada bab ini juga penulis akan merekomendasikan hal-hal yang dirasa perlu untuk menambah atau mendukung dan melengkapi kesimpulan atau jawaban dari permasalahan yang diajukan.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengukur keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan prioritas pembangunan, Kecamatan Negara telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU)

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

From Incidental News Exposure to News Engagement: How Perceptions of the News Post and News Usage Patterns Influence Engagement with News Articles Encountered on

Hasil uji statistik diperoleh p-value post test adalah 0.00 pada kelompok intervensi, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya bahwa ada pengaruh Performance

Ia juga mengajak relawan dari mahasiswa IPB University terutama yang tinggal di dalam kampus untuk bersama-sama membantu memberikan makan kucing secara

Pihak sekolah menganggap bahwa layanan kesehatan mental bagi anak berkebutuhan khusus sangat penting diselenggarakan di sekolah dan perlu adanya suatu perencanaan

Ukuran kinerja dari Bundaran Adipura Nganjuk dapat diperkirakan untuk beberapa kondisi yang terkait dengan geometri, lingkungan dan lalu lintas dan juga beberapa

Pada prinsipnya pengukuran resistansi atau tahanan adalah mengukur besaran arus yang akan mengalir pada suatu rangkaian, maka bila disaat pengukuran terdapat suatu jalur