• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. pameran, konferensi, seminar, lokakarya, dan lain-lain tidak ada artinya, jika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. pameran, konferensi, seminar, lokakarya, dan lain-lain tidak ada artinya, jika"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Undang-Undang, peraturan, pengawasan, rekomendasi, nasehat, riset, pameran, konferensi, seminar, lokakarya, dan lain-lain tidak ada artinya, jika di tempat kerja tidak ada usaha untuk meningkatkan keselamatan. Perusahaan harus aktif dengan segala organisasinya untuk membuat tempat kerja yang ada lebih selamat (Suma’mur, 2009).

1. Tempat kerja

Tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja sering bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja disini adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubungan dengan tempat kerja tersebut (Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 1 ayat 1), Oleh karena itu pada tiap tempat kerja pasti terdapat sumber bahaya maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di dalam air, maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku di tempat kerja yang merupakan tempat-tempat (Suma’mur, 2009):

a. Dibuat, dicoba, di pakai atau di pergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan, atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran dan peledakan.

(2)

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan yang mudah meledak, terbakar, beracun, menimbulkan infeksi dan bersuhu tinggi.

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan, pengairan atau saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas atau perak, logam atau bijih logam lainnya, atau batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya baik di permukaan atau di dalam bumi, ataupun di dasar perairan.

e. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia baik didaratan melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.

f. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, stasiun dan gudang.

g. Dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.

h. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau permukaan

i. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau suhu yang rendah

(3)

j. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terpelosok, hanyut atau terpelanting.

k. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang

l. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran. m. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan limbah atau sampah.

n. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, kadar, televisi atau telepon.

o. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air

2. Kecelakaan kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa ini tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 2009).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi sebab oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 2009).

(4)

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu (Suma’mur, 2009):

a. Tindakan manusia yang tidak aman (unsafe act), tindakan tidak aman misalnya seperti menghidupkan mesin yang sedang rusak atau dalam kondisi perbaikan atau perawatan tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu akan menyebabkan kecelakaan yang fatal karena bisa menyebabkan peledakan pada mesin tersebut

b. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) misalnya sistem pemipaan yaitu bisa terjadi pipa atau selang pecah karena sudah tua dan rapuh atau bergesekan dengan bagian lain dan dapat juga karena terlepas dari fittingnya. Temperatur pada reservoir hidrolik harus konstan sesuai anjuran dari perusahaan, bila sistem hidrolik terlalu panas yang paling mudah adalah memeriksa oil coolernya, apakah dalam keadaan bersih dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan yang aman sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja.

Kecelakaan disini didefinisikan sebagai suatu kejadian yang mana cedera atau kerusakan terjadi sebagai akibat adanya kontak dengan sumber energi diatas nilai ambang batas tubuh dan struktur bahan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa cedera, sakit atau kerusakan hanya akan terjadi apabila jumlah pelepasan energi yang terjadi tidak terkendali dan kemampuan struktur bahan yang kontak dengan energi. Di bawah ini dapat

(5)

dijelaskan metode dasar mengenai pemindahan energi yang tidak terkendali atau yang selanjutnya disebut sebagai tipe dasar kecelakaan atau tipe potensi bahaya (Tarwaka, 2008):

a. Kontak dengan (Contact With) : Seseorang atau bagian tubuh seseorang kontak dengan sumber energi.

b. Membentur (Struck Against) : Seseorang dengan penuh kekuatan membentur suatu objek atau mesin yang menggunakan sumber energi berbahaya, dimana kekuatan tenaga muncul dari orangnya.

c. Terbentur oleh (Struck By) : Seseorang terbentuk dengan keras oleh objek atau mesin yang menggunaan sumber energi berbahaya, dimana kekuatan tenaga muncul dari objeknya.

d. Jatuh ke bawah (Fall to Below) : Seseorang terjatuh dari level bawah pada saat mereka sedang berdiri atau berjalan di ketinggian.

e. Jatuh ke lantai (Faal to Ground) : Seseorang terjatuh kepermukaan lantai pada level yang sama pada saat mereka sedang berdiri atau beralan

f. Terjepit diantara (Caught Between) : Seseorang atau bagian tubuh seseorang terjepit diantara objek atau mesin yang menggunakan sumber energi yang berbahaya

g. Overstress : Kemampuan seseorang atau mesin melampaui kapasitas kerjanya.

3. Faktor kecelakaan kerja

(6)

dan mempengaruhi terjadinya kecelakaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan antara lain (Alkon, 1998):

a. Faktor manusia

Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Pada pelaksanaanya terdapat beberapa pendekatan.

1) Pendekatan pertama berkaitan dengan ciri-ciri psikologi, fisik dan kelainan-kelainan faal seseorang yang cenderung mempunyai pengaruh terhadap kecelakaan.

2) Pendekatan kedua berhubungan dengan faktor-faktor rasa atau emosi.

3) Pendekatan keetiga merupakan cara pendekatan akhir-akhir ini bersangkutan dengan faktor-faktor manusiawi yang dikaitkan terhadap situasi pekerjaan

4) Pendekatan keempat cenderung untuk menilai bagaimana tingkat keserasian tenaga kerja terhadap proses pekerjaan.

b. Peralatan

Faktor ini meliputi perkakas, alat proteksi atau keselamatan, mesin atau peralatan dan lain-lain.

c. Material

Faktor ini meliputi material hasil kegiatan, bahan-bahan penunjang produksi dan lain-lain.

(7)

d. Lingkungan

Lingkungan adalah lingkungan kondisi tempat kerja yang terjadi akibat dari suatu kegiatan perindustrian seperti temperatur, suhu, kelembaban, debu, gas, radiasi, kebisingan, limbah dan lain-lain. Keempat faktor tersebut dapat berdiri sendiri atau bisa saling berinteraksi bersama-sama terlibat mempengaruhi kecelakaan. Dalam melakukan pemeriksaan kecelakaan, empat faktor tersebut harus menjadi dasar pemikiran untuk mencari penyebab kecelakaan serta membuat koreksi dan tindakan pencegahan (Alkon, 1998).

Kecelakaan kerja di industri dapat menyebabkan kerugian baik terhadap sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu aspek ekonomi misalnya biaya kerusakan gedung, biaya pengobatan dan lain-lain serta aspek kemanusiaan misalnya cedera, sakit dan lain-lain (Alkon, 1998).

Selain itu kecelakaan juga bisa disebabkan oleh sistem, keampuhan suatu sistem adalah besarnya kemungkinan bahwa sistem akan berfungsi secara memuaskan menurut maksud dan tujuannya. Secara luas telah di maklumi bahwa jumlah kecelakaan yang lebih dari angka rata-rata terjadi pada keadaan-keadaan yang menyebabkan gangguan proses poduksi atas dasar kerusakan atau kegagalan suatu sistem. Maka dari itu dapat disimpulkan, bahwa peningkatan keampuhan sistem akan berakibat pengurangan peristiwa kecelakaan dan juga meningkatkan produktivitas.

(8)

Upaya harus diarahkan dan tidak hanya memperbaiki standar mesin (Suma’mur, 2009).

Penyebab kecelakaan harus diminimalkan dengan cara pengawas harus mengetahui dengan jelas bahwa selalu ada gejala atau tanda-tanda sebelum terjadinya kecelakan. Perbedaan penyebab langsung dan penyebab dasar harus dipahami agar pengendalian kecelakaan dapat tercapai. Penyelidikan dan perbaikan terhadap penyebab langsung hanya akan menghasilkan pengendalian-pengendalian atau pencegahan yang sifatnya sementara saja. Akan tetapi apabila perbaikan yang diambil berdasarkan atas peyebab dasar yang ditemukan maka akan merupakan pengendalian atau pencegahan kecelakaan yang diharapkan (Suma’mur, 2009).

4. Penyebab kecelakaan kerja

Bird dan Germain, (1990) berdasarkan teori Domino Henrich memperbaiki dan menyempurnakan teori tersebut dengan menggambarkan hubungan langsung antara manajemen dan penyebab kecelakaan. Apabila manajemen tidak memiliki kontrol yang baik terhadap setiap level maka akan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Kurang kendali dari sistem manajemen merupakan sebab utama terjadinya kecelakaan yang dijelaskan dalam teori Domino sebagai berikut (Bird dan Germain,1990): a. Kurangnya sistem pengendalian (Lack Off Control)

Dalam urutan Domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian.

(9)

Pengendalian dalam hal ini adalah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu perencanaan, perorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Tanpa manajemen yang kuat, penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor penyebab kecelakaan. Kurangnya pengendalian bisa disebabkan karena faktor (Suma’mur, 2009):

1) Kekurangan pada program

Hal ini disebabkan karena terlalu sedikitnya program yang dilaksanakan

2) Kekurangan pada standar program

Faktor yang menyebabkan kurangnya standar yang ditetapkan tidak cukup spesifik dan kurang tingginya standar yang digunakan 3) Kekurangan pada kepatuhan standar program

Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut.

b. Sebab-sebab dasar (Basic Control)

Sebab-sebab dasar dianggap sebagai akar dari masalah atau penyebab pendukung. Penyebab dasar membantu menjelaskan mengapa terdapat kondisi yang kurang standar, sebab-sebab dasar dibagi menjadi dua, yaitu (Suma’mur, 2009):

(10)

1) Faktor manusia (Personal factor)

a) Kurangnya kemampuan fisik dan mental b) Kurangnya pengetahuan

c) Kuranngnya ketrampilan d) Kurangnya motivasi 2) Faktor pekerjaan (Job factor)

a) Pemimpin kurang tepat b) Engineering kurang memadai c) Maintenance kurang memadai d) APD kurang memadai

e) Standar kerja kurang memadai c. Sebab langsung (Immadiete Causes)

Penyebab langsung dari kecelakaan adalah sesuatu yang secara langsung menyebabkan kontak, yaitu :

1) Tindakan tidak aman (Unsafe act) 2) Kondisi tidak aman (Unsafe condition) d. Kecelakaan kerja (Insident)

Kecelakaan terjadi karena adanya kontak dengan sumber energi. Energi ini dapat berupa energi mekanis, kinetis, kimia, listrik dan sebagainya.

e. Kerugian (Loss)

Jika seluruh urutan yang terjadi akan mengakibatkan kerugian manusia dan atau harta benda.

(11)

5. Kerugian

Menurut Suma’mur (2009) kecelakaan dapat menyebabkan 5 jenis kerugian antara lain yaitu :

a. Kerusakan

b. Kekacauan organisasi c. Keluhan dan kesedihan d. Kelainan dan cacat e. Kematian

Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat, dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu terjadilah kekacauan organisasi dalam proses produksi. Orang yang mengalami kecelakaan akan mengeluh, menderita sedangkan keluarga dan rekan kerja akan bersedih. Kecelakaan tidak jarang mengakibatkan luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan bahkan kematian (Suma’mur, 2009).

Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan bagi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan-kecelakaan besar dengan kerugian-kerugian besar biasanya dilaporkan, sedanngkan kecelakaan-kecelakaan kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya peristiwa kecelakaan kecil menyebabkan kerugian-kerugian yang besar pula, manakala dijumlahkan secara keseluruhan (Suma’mur, 2009). 6. Pencegahan Potensi Bahaya

(12)

adanya pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar pengendalian yang harus diikuti yaitu melakukan tahapan sebagai berikut :

a. Pengenalan potensi bahaya yang ada maupun risiko yang mungkin timbul.

b. Penilaian tingkat risiko yang mungkin timbul.

c. Penentuan dan pemilihan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat dengan menggunakan metode hirarki pengendalian.

d. Penunjukan dan penugasan kepada siapa yang akan diberi tanggung jawab untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian. Tinjauan ulang untuk mengukur efektifitas penerapan sarana pengendalian yang telah diterapkan (Suma’mur, 2009).

Secara prinsip, potensi bahaya dapat dikendalikan melalui dua metode yaitu sarana pengendalian permanen atau pengendalian jangka panjang dan sarana pengendalian sementara atau pengendalian jangka pendek. Sarana pengendalian sementara atau pengendalian jangka pendek, sarana tersebut dapat menggunakan skala prioritas sebagai sebuah sistem, seperti tersebut dibawah ini (Tarwaka, 2008):

a. Pengendalian permanen :

1) Eliminasi atau meniadakan potensi bahaya 2) Mengurangi potensi bahaya pada sumbernya 3) Menutup sumber bahaya

4) Memindahkan pekerja dari sumber bahaya 5) Mengurangi paparan pekerja dari sumber bahaya

(13)

6) Penggunakan alat pelindung diri b. Pengendalian sementara

Daftar skala prioritas pengendalian seperti tersebut diatas, harus selalu dipertimbangkan dan diterapkan secara berurutan, untuk meniadakan atau mengendalikan potensi bahaya yang telah diidentifikasi. Pada sebagian besar operasi di tempat kerja, suatu kombinasi sistem pengendalian harus diambil dan digunakan. Penerapan yang tepat mengenai skala prioritas pengendalian, mensyaratkan bahwa pengendalian jangka pendek sebaiknya tidak dipertimbangkan terlebih dahulu sampai seluruh upaya untuk mengimplementasikan pengendalian jangka panjang menemui kesulitan. Namun demikian, pada kenyataannya, sarana pengendalian yang dipilih dan diterapkan dapat mengalami kegagalan (Tarwaka, 2008).

7. Kecelakaan akibat kerja

Kecelakaan akibat kerja dapat diatasi dan diminimalisir dengan beberapa usaha, seperti (Suma’mur, 2009):

a. Peraturan perundangan

Ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan tata cara peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan pemeriksaan kesehatan

(14)

b. Standarisasi

Penetapan standar-standar resmi, setengah resti atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan umum atau alat-alat pelindung diri

c. Pengawasan

Pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan

d. Penelitian bersifat teknik

Meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyediaan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat pelindung diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya e. Riset medis

Terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan

f. Penelitian psikologis

Penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

g. Penelitian secara statistik

Menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya

(15)

h. Penyidikan

Menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah perniagaan atau kursus pertukangan

i. Latihan-latihan

Latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja

j. Penggairahan

Penggunaan aneka cara penyuluhan atau pedekatan lain untuk menimbulkan sikap selamat.

k. Asuransi

Intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan sangat baik.

8. Lock Out Tag Out

Regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pemakaian sumber energi yang aman pada pekerjaan yang mengacu ke seluruh situasi kerja, termasuk perindustrian dimana tempat ini terdapat ketentuan-ketentuan tertentu dan khusus. Seluruh sistem harus dikonstruksikan dengan benar dan dipelihara dengan baik. Setiap pekerjaan pada sistem harus dilakukan dengan cara yang aman. Perlengkapan sumber energi yang bekerja dilingkungan yang panas harus didesain dan dibangun untuk tahan menghadapinya (John Ridley, 2003).

(16)

Lock Out merupakan penempatan sebuah perangkat penguncian pada sebuah perangkat mengisolasi energi, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, memastikan bahwa perangkat mengisolasi energi dan peralatan yang dikontrol tidak dapat beroperasi hingga perangkat penguncian dilepas. Tag Out (penguncian atau penandaan) merapakan penempatan sebuah perangkat Tag Out (penguncian atau penandaan) pada sebuah perangkat pengisolasi energi, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, untuk menunjukkan bahwa perangkat mengisolasi energi dan peralatan yang dikontrol mungkin tidak beroperasi hingga Tag Out (penguncian atau penandaan) telah dilepas (OSHA, 2007).

Penggembokan (Lockout) adalah metode yang digunakan untuk mengisolasi sumber-sumber energi berbahaya yang diterapkan pada saat tenaga kerja melakukan perbaikan dan pemeliharaan mesin dan peralatan kerja. Pelabelan (Tagout) adalah suatu sistem pemberitahuan atau peringatan yang diberikan kepada orang lain bahwa suatu mesin atau peralatan yang bersumber dari energi berbahaya sedang diisolasi sehingga tidak boleh dioperasikan (Tarwaka, 2012).

PT. Bina Guna Kimia Ungaran mempunyai pengertian tersendiri terkait Lock Out Tag Out (LOTO), pada umumnya yang dimaksud dengan LOTO sudah mencakup penguncian, penandaan, pengosongan dan pemutusan energi, tetapi di PT. Bina Guna Kimia Ungaran yang dimaksud dengan LOTO adalah kegiatan yang terkait dengan masalah penguncian dan penandaan sedangkan yang terkait masalah pengosongan dan

(17)

pemutusan energi disebut dengan Line Breaking (PT. Bina Guna Kimia Ungaran, 2016) :

a. Bentuk dan Sumber Energi

Energi adalah suatu kapasitas untuk melakukan pekerjaan. Energi dapat hadir dalam berbagai bentuk. Dalam konteks pembahasan LOTO, bentuk dan sumber energi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk dan sumber yaitu (Tarwaka, 2012):

1) Energi Potensial

Energi potensial adalah energi yang tersimpan dalam suatu benda yang tidak bergerak.

2) Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh pergerakan atau perputaran suatu benda seperti beban yang terlepas dan pegas yang dilepaskan tekanannya.

3) Energi Flamable

Energi flamable adalah energi yang diubah dari pembakaran gas, liquid, bahan kimia solid dan vapor.

4) Energi kimia

Energi kimia adalah kapasitas suatu bahan untuk melakukan pekerjaan atau menghasilkan panas melalui suatu perubahan dalam komposisinya.

5) Energi Listrik

(18)

perubahan atau konversi bentuk-bentuk lain seperti energi mekanik, panas atau kimia.

6) Energi Panas

Energi panas adalah energi yang ditransfer atau dipindahkan dari suatu bagian benda ke bagian lainnya sebagai akibat dari perbedaan temperatur.

7) Energi Radiasi

Energi radiasi merupakan suatu aliran partikel atom dan sub atom dan gelombang seperti Heat rays, light rays dan X-rays. Macam-macam sumber energi menurut OSHA 1910.147 sumber energi mencakup semua sumber :

1) Kelistrikan 2) Mekanis 3) Hidrolik 4) Pneumatik 5) Kimia

6) Thermal, atau energi lainnya.

Persyaratan LOTO menganjurkan bahwa pihak manajemen harus mengadakan program pengendalian energi di perusahaannya, yang antara lain meliputi (OSHA 1910.147):

1) Dokumentasi prosedur pengendalian energi

2) Program penyelanggaraan training bagi tenaga kerja 3) Inspeksi penggunaan prosedur secara periodik

(19)

b. Potensi Bahaya

Pengunaan energidapat menimbulkan potensi bahaya seperti (PT. Bina Guna Kimia, 2016):

1) Tergores 2) Cidera

3) Terpapar energi bertekanan 4) Terpapar bahan kimia 5) Terjepit mesin

6) Terpotong mesin 7) Tersengat listrik 8) Kebakaran 9) Ledakan

OSHA 1910.147 menyebutkan bahwa “prosedur pengendalian energi wajib diterapkan di tempat kerja yang banyak mengandung energi berbahaya, antara lain energi listrik, energi panas, energi mekanik, energi kimia, energi pneumatika, dan hidrolik” (OSHA, 2007).

Pada saat perbaikan mesin ataupun perawatan mesin, perlu dilakukan penggembokan dan pelabelan untuk mencegah terjadinya potensi bahaya seperti diatas, pada saat melakuakan penggembokan dan pelabelan juga ada potensi bahaya yang bisa terjadi seperti (Jecko Emji, 2014):

(20)

1) Kegagalan untuk menghentikan peralatan

2) Kegagalan untuk memutus aliran energi dari sumbernya 3) Kegagalan untuk menghilangkan sumber energi

4) Secara tidak sengaja mengoperasikan kembali peralatan yang sedang diperbaiki

5) Tidak Membersihkan area kerja sebelum mengoperasikan kembali peralatan yang telah diperbaiki.

c. Pelaksanaan LOTO

Pekerjaan yang mengharuskan LOTO adalah jika (Tarwaka, 2012):

1) Tenaga kerja harus memindahkan ataupun menggeser pengaman mesin atau perlengkapan lainnya, yang mengakibatkan mereka terpapar potensi bahaya pada titik operasi.

2) Tenaga kerja perlu menempatkan bagian anggota tubuhnya kontak dengan titik operasi dari operasi mesin-mesin atau peralatan kerja. 3) Tenaga kerja perlu menempatkan bagian tubuhnya ke dalam suatu

daerah berbahaya yang berkaitan dengan perputaran operasi mesin. Pada situasi seperti diatas, peralatan kerja harus diputuskan energinya dan penggembokan atau pelabelan harus diterapkan terhadap perlengkapan pengisolasian energi. Sebagai tambahan apabila terdapat terdapat tugas-tugas perbaikan lainnya, seperti mengatur peralatan kerja atau membuat penyetelan terhadap

(21)

mesin-mesin, pekerja yang melakukan tugas-tugas tersebut memerlukan implementasi LOTO untuk mengantisipasi terjadinya energi atu mesin yang hidup secara tiba-tiba yang tidak diharapkan (Tarwaka, 2012).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 11 ayat 2 (a) menyatakan bahwa tindakan pengendalian meliputi pengendalian terhadap kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja sekurang-kurangnya mencakup pengendalian terhadap bahan, peralatan, lingkungan kerja, cara kerja, sifat pekerjaan, dan proses kerja.

Menurut OSHA 1910.147 LOTO berlaku untuk kontrol energi selama perbaikan dan/atau pemeliharaan mesin dan peralatan. Seorang tenaga kerjayang diperlukan untuk menghapus atau melewatkan pelindung atau perangkat keselamatan lain; atau seorang tenaga kerjayang diperlukan untuk menempatkan sebagian tubuhnya ke area sebuah mesin atau peralatan di mana pekerjaan ini benar-benar dilakukan di atas materi yang diproses (poin operasi) atau di mana bahaya terkait yang ada selama mesin beroperasi (OSHA, 2007).

Berdasarkan OSHA 3120 tahun 2002 standar LOTO yang berlaku untuk kontrol dari energi berbahaya ketika tenaga kerjayang terlibat dalam perbaikan atau kegiatan perawatan seperti membangun, menginstal, mengatur, penyesuaian, memeriksa, memodifikasi, dan

(22)

mempertahankan atau mesin servis atau peralatan. Kegiatan ini meliputi, membersihkan atau memberi pelumas mesin, dan melakukan penyesuaian alat bantu atau perubahan, di mana para tenaga kerjadapat terkena energi berbahaya. Jika sebuah layanan atau aktivitas pemeliharaan adalah bagian dari operasi produksi normal, tenaga kerja melakukan servis dapat menjadi sasaran dengan bahaya biasanya tidak dikaitkan dengan operasi produksi sendiri. Para pekerja melakukan servis atau kegiatan perawatan selama operasi produksi normal harus mengikuti prosedur LOTO jika mereka (OSHA, 2002): 1) Melepaskan pelindung mesin atau perangkat keselamatan lain 2) Meletakkan sebagian dari tubuh mereka dalam atau di dekat sebuah

mesin operasi dari sudut pandang

3) Meletakkan bagian tubuh mereka dalam zona bahaya dikaitkan dengan operasi alat berat.

d. Tujuan Aplikasi LOTO

Tujuan LOTO menurut OSHA 1910.147 adalah menghendaki atasan untuk mendirikan sebuah program dan memanfaatkan prosedur untuk perangkat penguncian yang sesuai atau Tag Out (penguncian atau penandaan) perangkat ke perangkat mengisolasi energi, dan sebaliknya menonaktifkan mesin peralatan atau untuk mencegah energi tak terduga, mulai dari pelepasan energi yang tersimpan untuk mencegah cedera pada karyawan (OSHA, 2007).

(23)

"Lock Out Tag Out (Penguncian/Penandaan)" merujuk kepada praktik tertentu dan prosedur yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerjadari energi tak terduga atau mesin dan peralatan startup, atau pelepasan energi berbahaya selama perbaikan atau kegiatan perawatan dilakukan (OSHA, 2002).

e. Jenis Peralatan dan Alat Pengisolasi Energi 1) Jenis Peralatan Kerja

a) Peralatan Bersumber Energi Tunggal adalah setiap sumber energi yang dapat diisolasi dan dikontrol dengan satu gembok atau label tunggal

b) Peralatan Bersumber Energi Jamak adalah setiap sumber energi yang tidak dapat diisolasi dan dikontrol dengan satu gembok atau label tunggal, tetapi membutuhkan lebih dari satu gembok atau label dalam mengontrol peralatan untuk meyakinkan bahwa sumber energi tersebut tidak memiliki potensi terhimbun kembali (Tarwaka, 2012).

2) Alat Pengisolasi Energi

Alat pengisolasi energi adalah suatu alat mekanis yang secara fisik mencegah perpindahan atau pembebasan energi, termasuk; pemutus arus, saklar pemutus, pintu luncur atau pintu dorong, kerai, katup saluran, penghalang dan setiap alat yang sejenisnya yang dipakai untuk mengisolasi energi. Alat pengisolasi energi, bagaimanapun juga akan efektif hanya (Tarwaka, 2012):

(24)

a) Apabila alat tersebut digunakan untuk mengamankan peralatan kerja

b) Apabila alat tersebut pada posisi “off’”, “closed” atau “netral” c) Apabila alat tersebut digembok atau diberi label sehingga tidak

satupun peralatan yang secara tiba-tiba hidup.

Pada saat menggunakan pelabelan, maka harus sesuai standar yang berlaku, sebagai tambahan perlu dilakukan training kepada seluruh tenaga kerja khusus yang berkaitan dengan implementasi pelabelan, sebagai berikut (Tarwaka, 2012):

a) Pelabelan merupakan perlengkapan tanda peringatan yang diberikan untuk perlengkapan pengisolasian energi dan tidak menyediakan pengamanan secara fisik seperti penggembokan b) Jika label disertakan pada perlengkapan pengisolasian, maka

label tidak boleh dilepas kecuali oleh orang yang memasangnya c) Label harus legibel dan mudah dimengerti oleh seluruh tenaga

kerja

d) Label dan perlengkapan yang menyertainya harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap kondisi lingkungan di tempat kerja e) Label mungkin dapat menyebabkan suatu persepsi keamanan

yang salah. Label hanya merupakan satu bagian dari keseluruhan program pengendalian energi

(25)

f) Label harus diikatkan secara kuat dan aman terhadap perlengkapan pengisolasian energi sehingga label tidak dapat dipisahkan atau dirobek selama masih digunakan.

3) Perlengkapan dan Peralatan LOTO a) Label Individu

Gambar 1. Label Individu

Sumber : PT. Bina Guna Kimia Ungaran, 2016 b) Alat Gembok Kunci

Gambar 2. Gembok Kunci

Sumber : PT. Bina Guna Kimia Ungaran, 2016 c) Kode Warna Gembok

(26)

Gambar 3. Perlengkapan LOTO

Sumber : PT. Bina Guna Kimia Ungaran, 2016

Tag harus mudah terbaca dan dapat dimengerti oleh semua tenaga kerja yang berwenang, tenaga kerjayang terkena, dan semua tenaga kerjayang berada di lokasi agar efektif. Tag harus terbuat dari bahan-bahan yang akan bertahan dalam kondisi lingkungan yang ditemui di tempat kerja. Tag harus terpasang dengan benar ke perangkat mengisolasi energi sehingga mereka tidak dapat secara sengaja atau secara tidak sengaja dilepas sewaktu digunakan (OSHA, 2002).

f. Training LOTO

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja lampiran II elemen 1.2.5 menyatakan bahwa “petugas yang

(27)

bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat telah ditetapkan dan mendapatkan pelatihan”.

Atasan harus menyediakan pelatihan untuk memastikan bahwa tujuan dan fungsi program kontrol energi ini difahami oleh para tenaga kerjadan pengetahuan keterampilan yang diperlukan untuk aplikasi yang aman, penggunaan, dan penghapusan kontrol energi didapat oleh karyawan. Pelatihan ini akan mencakup hal pelatihan tenaga kerjayang diizinkan dalam pengakuan atas sumber-sumber energi berbahaya yang berlaku, letak dan besarnya energi yang tersedia di tempat kerja, dan metode-metode untuk mengisolasi dan mengontrol energi (OSHA, 2007).

g. Prosedur LOTO

Prosedur kontrol-energi harus menguraikan cakupan, tujuan, authorization, peraturan, dan teknik-teknik yang tenaga kerjayang akan digunakan untuk mengontrol sumber-sumber energi berbahaya, serta sarana yang akan digunakan untuk menegakkan kepatuhan (OSHA, 2002).

Prosedur ini harus memberikan tenaga kerjasedikitnya informasi berikut (OSHA, 2002):

1) Sebuah pernyataan tentang cara menggunakan prosedur

2) Langkah-langkah prosedural tertentu untuk matikan, memisahkan, memblokir dan mesin aman

(28)

penghapusan dan transfer dari perangkat LOTO dan mengenali yang memiliki tanggung jawab untuk perangkat LOTO

4) Persyaratan tertentu untuk mesin pengujian untuk menentukan dan pastikan efektivitas perangkat LOTO, dan energi lain.

Langkah-langkah utama yang harus dilakukan dalam implementasi pengendalian energi adalah (Tarwaka, 2012):

1) Persiapan mematikan mesin

2) Mematikan mesin dan peralatan kerja

3) Pengisolasian mesin dan peralatan kerja dari sumber energi

4) Melakukan penggembokan dan pelabelan terhadap perlengkapan pengisolasian energi

5) Pengendalian energi yang tersimpan

6) Pembuktian pengisolasian mesin dan peralatan kerja sebelum dilakukan kegiatan perbaikan dan perawatan

7) Melakukan pekerjaan perbaikan atau perawatan 8) Pelepasan gembok dan label.

Pengosongan energi ada tahap-tahapnya, yaitu (Tarwaka, 2012): 1) Melakukan pemutusan seluruh energi sehingga mesin atau

peralatan kerja dapat diisolasi dari sumber energinya

2) Memastikan untuk mengisolasi seluruh sumber energi baik suplai energi utama maupun cadangan

3) Jangan pernah memindahkan fuse sebagai pengganti pemutusan sumber energi.

(29)

OSHA 3120 tahun 2002 menyebutkan bahwa “langkah-langkah dalam prosedur pengendalian energi harus meliputi tindakan sebagai berikut dan harus dilakukan dengan urutan sebagai berikut: persiapan mematikan mesin atau peralatan, mematikan mesin atau peralatan (shutdown), mengisolasi mesin atau peralatan dari sumber energi, pemasangan peralatan LOTO, pengendalian energi tersimpan, verifikasi energi, dan pelepasan peralatan LOTO” ( OSHA, 2002).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja lampiran II elemen 6 kriteria 6.5.9 yang menyatakan bahwa “terdapat prosedur yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja atau orang lain yang berada didekat sarana dan peralatan produksi pada saat proses pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan”.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Tramigrasi dan Koperasi Republik Indonesia No. PER.03/MEN/1978 tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja pasal 4 ayat 1 bagian (d) Mengawasi langsung terhadap ditaatinya Undang-undang Keselamatan Kerja beserta peraturan pelaksanaanya termasuk : Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya; Lingkungan; Sifat pekerjaan; Cara kerja; Proses produksi. Bagian (e) Memerintahkan kepada

(30)

pengusaha/pengurus untuk memperbaiki, merubah dan atau mengganti bilamana terdapat kekurangan, kesalahan dalam melaksanakan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja”.

Atasan harus melakukan pemeriksaan secara berkala prosedur kontrol energi sedikitnya per tahun untuk memastikan bahwa prosedur dan syarat-syarat standar ini sedang diikuti. Inspeksi berkala akan dilakukan oleh tenaga kerjaresmi selain dari yang memanfaatkan prosedur kontrol energi yang diperiksa (OSHA, 2007).

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat 1 sampai 3 menyatakan bahwa “pengusaha wajib menyediakan APD lengkap bagi pekerja/buruh di tempat kerja, APD harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku dan APD wajib diberikan cuma-cuma”.

Diterangkan juga pada Pasal 3 yang menyatakan bahwa “APD sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 meliputi: (a) pelindung kepala, (b) pelindung mata dan muka, (c) pelindung telinga, (d) pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, (e) pelindung tangan, dan/atau (f) pelindung kaki”.

(31)

Dikuatkan juga oleh Pasal 4 ayat 1 (b) yang menyatakan bahwa “APD wajib digunakan di tempat kerja dimana dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah”.

(32)

B. Kerangka Pemikiran Proses Produksi Potensi Bahaya Tanpa Pengendalian Pengendalian Risiko Penggunaan Energi

Penerapan LOTO dan Line Breaking Kecelakaan Kerja Pengawasan Kerugian Bahaya Terkendali Aman

Gambar

Gambar 2. Gembok Kunci
Gambar 3. Perlengkapan LOTO

Referensi

Dokumen terkait

Dosis harian yang di anjurkan 25 mg /kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu di berikan dengan dosis 35 mg / kg BB.. Streptomisin (

Pada grafik percobaan menggunakan selang dengan diameter 3/4 tekanan tertinggi mencapai 0.28 pada variasi 7 dimana katup 1 ditutup penuh dan katup 2 ditutup 45 derajat, hal ini

Salah satu sistem yang saat ini di kembangkan yaitu iFacility yang khusus membahas fasilitas di Perguruan Tinggi Raharja, namun pemanfaatan sistem yang berjalan saat

Perangkapan kepemimpinan dapat dengan mudah digunakan pemimpin untuk mengakumulasi kekuasaan dengan alasan demi kepentingan masyarakat, sehingga munculnya

Tujuan dari penelitian ini menguji kualitas air pada sumber air tanah yang ditinjau dari beberapa parameter kimia yaitu suhu, pH dan kandungan Besi (Fe) dimana

Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayat, dan taufiq-Nya sehingga penyusunan Skripsi

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) terhadap Ekspresi IL-1 dan Aktivitas Protease Jaringan Paru pada Tikus (Rattus norvegicus) Model Asma yang diinduksi