• Tidak ada hasil yang ditemukan

A A. = T ij ...(1) A ij. / Y j. atau dalam bentuk matrik adalah: ...(3.2) Apabila persamaan (3.1) dibagi dengan Y, maka diperoleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A A. = T ij ...(1) A ij. / Y j. atau dalam bentuk matrik adalah: ...(3.2) Apabila persamaan (3.1) dibagi dengan Y, maka diperoleh:"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam Tabel 1 terlihat bahwa SNSE dapat menggam-barkan keterkaitan antarsektor, distribusi pendapa-tan (factorial distribution dan income distribution) dan pengaruh dari konsumsi, investasi serta ekspor-impor terhadap pendapatan regional dan kesempa-tan kerja. Dalam perjalan waktu, Thorbecke (2001) mengembangkan neraca-neraca dalam SAM seder-hana menjadi enam tipe neraca, yaitu (1) neraca aktivitas produksi, (2) neraca komoditas, (3) nera-ca faktor produksi, (4) neranera-ca institusi, (5) neranera-ca modal (kapital), dan (6) neraca Rest of The World. Neraca aktivitas produksi merupakan neraca yang berkaitan dengan transaksi pembelian row material, intermediate goods dan sewa faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (komoditas). Pada baris neraca aktivitas (penerimaan aktivitas) meli-puti hasil penjualan komoditas pada pasar domes-tik dan pasar luar negeri, serta penerimaan subsidi ekpor dari pemerintah. Pada kolom neraca aktivitas (pengeluaran aktivitas) meliputi pengeluaran untuk impor, biaya-biaya dari jasa perdagangan dan pem-bayaran pajak tidak langsung.

Neraca institusi oleh Thorbecke (2001) dipecah lagi menjadi tiga neraca, yaitu (1) rumahtangga, (2) perusahaan, dan (3) pemerintah. Baris neraca rumahtangga meliputi penerimaan atas kompensasi tenaga kerja, keuntungan atas modal, transfer an-tara rumahtangga, penerimaan transfer dari peru-sahaan (berupa asuransi), transfer dari pemerintah dan transfer luar negeri. Sedangkan kolom neraca rumahtangga meliputi pengeluaran konsumsi, transfer antarrumahtangga, transfer kepada peru-sahaan, pembayaran pajak langsung dan tabungan pada neraca modal. Selanjutnya baris neraca pe-rusahaan (penerimaan pepe-rusahaan) meliputi laba yang ditahan, transfer dari rumah tangga dan trans-fer pemerintah.

3.3. Kerangka Analisis Pengganda SAM

Analisis pengganda di dalam model SAM dapat diba-gi ke dalam dua kelompok besar, yaitu pengganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda har-ga tetap (fixed price multiplier). Analisis accounting multiplier pada dasarnya sama dengan pengganda dari Leontief Inverse Matrix yang terdapat dalam model I-O. Ini berarti bahwa semua analisis peng-ganda yang terdapat dalam model I-O seperti own multiplier, other linkage multiplier dan pengganda total dapat digunakan dalam analisis SAM. Sedan-gkan analisis fixed price multiplier mengarah pada analisis respon rumahtangga terhadap perubahan neraca eksogen dengan memperhitungkan expendi-ture propensity (Isard et al., 1998).

Selanjutnya apabila diasumsikan bahwa besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, Aij yang merupakan perbandingan antara pengeluaran sek-tor ke-j untuk seksek-tor ke-i dengan total pengeluaran ke-j (Yj), maka:

Aij = Tij / Yj ...(1) atau dalam bentuk matrik adalah:

=

33 32 22 21 13

0

0

0

0

A

A

A

A

A

A

...(3.2)

Apabila persamaan (3.1) dibagi dengan Y, maka di-peroleh:

Y/Y = T/Y + X/Y ...(3) Selanjutnya persamaan (1) disubsitusikan ke persa-maan (2) menjadi: I = A + X/Y I – A = X/Y (I – A)Y = X Y = (I – A)-1 X ...(4) Jika, Ma = (I – A)-1 maka: Y = Ma X ...(5) Dimana A adalah koefisien-koefisien yang menun-jukkan pengaruh langsung (direct coefficients) dari perubahan yang terjadi pada suatu sektor terhadap sektor lainnya. Sementara itu Ma adalah pengganda neraca (accounting multiplier) yang menunjukkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya dari seluruh SNSE.

3.4. Tahapan Penyusunan SNSE-AR

Tahapan penyusunan Sistem Neraca Sosial Ekonomi Antar Regional (SNSE-AR) adalah sebagai berikut: A. Menyusun Tabel I-O Intraregional, Update IO

Propinsi

B. Menyusun Tabel I-O Interregional, Matrik perda-gangan antar Propinsi sbg dasar transaksi inter regional

C. Menyusun Matrik SAM Interregional, Input Data Survai angkatan kerja nasional (Sakernas) guna menyusun matrik tenaga kerja, Input Data Survai sosial ekonomi nasional (Susenas) guna menyusun neraca rumahtangga, Input Laporan Keuangan pemerintah guna menyusun neraca pemerintah, Input Data Survei khusus badan usaha sebagai dasar penyusunan Neraca Perusa-haan, Input Balance of Payment (Bank Indone-sia) sebagai dasar Neraca Luar Negeri

(2)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Justifikasi Pengunaan Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Sejalan dengan kerangka pemikiran yang mengk-aji model analisis SNSE. Model ini dapat memotret seluruh neraca ekonomi baik yang endogen mau-pun eksogen, baik yang intraregional maumau-pun in-terregional. Selain itu model ini juga dapat, (1) menjelaskan keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan, konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi serta perdagangan luar negeri, (2) memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data per-ekonomian wilayah, (3) dapat dihitung multiplier perekonomian wilayah dan menjelaskan pengaruh dari suatu perubahan terhadap produksi, distribusi pendapatan dan permintaan serta pengaruh interre-gional, dan (4) menjelaskan struktur ekonomi intra dan interregional, struktur pendapatan dan penge-luaran rumahtangga intra dan interregional. Dengan model ini akan dapat dianalisis keterkaitan antar-wilayah antar kawasan dalam satu matrik yang kon-sisten dan kompak (Muljono, S.2010)

4.2. Metode Analisis

Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) menggunakan nilai-nilai yang diekstrak dari tabel SNSE-AR; (2) menganalisis keterkaitan sektor-sek-tor produksi baik intra maupun interregional; (3) menganalisis efek multiplier (pengganda) output, nilai tambah, dan distribusi pendapatan institusi baik intra maupun interregional, dan (4) menga-nalisis dampak perubahan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lain (spillover effect) dan terha-dap perekonomian wilayah itu sendiri (self-generate effect), yang muaranya adalah menemukan pola ketergantungan ekonomi antar regional.

Analisis yang diharapkan dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif, antara lain untuk menjawab atau mengetahui multiplier efek pembangunan jalan terhadap perekonomian meliputi pendapatan faktor produksi, pendapatan rumahtangga dan pendapa-tan sektor produksi baik intra maupun interregional yang dilakukan dengan analisis multiplier (penggan-da) SNSE dan untuk mengetahui dampak kebijakan pengembangan infrastruktur jalan Nasional ter-hadap ketimpangan pendapatan rumahtangga baik intra maupun interregional, dan nilai tambah antar regional dapat dilakukan dengan analisis simulasi kebijakan.

4.2.1. Analisis Multiplier Pembangunan Infra-struktur Jalan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi

Pertambahan pendapatan rumahtangga sebagai efek dari pembangunan infrastruktur jalan, bukan saja berasal dari faktor produksi tenaga kerja, na-mun juga dapat bersumber dari kepemilikan lahan

dan modal. Dengan kata lain, stimulus fiskal untuk pembangunan infrastruktur jalan akan memberi efek multiplier terhadap pertambahan pendapatan faktor produksi tenaga kerja, lahan dan modal. Se-luruh fenomena ini dapat dipotret secara kompre-hensif melalui analisis multiplier SNSE-AR, khusus-nya multiplier sektor infrastruktur jalan terhadap faktor-faktor produksi.

4.2.2. Analisis Multiplier Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Rumahtangga Sumber pendapatan rumahtangga berasal dari in-tra dan interregional. Sumber pendapatan inin-tra- intra-regional, yaitu pendapatan berbagai kelompok rumahtangga yang berasal dari berbagai sumber di dalam wilayahnya sendiri, sedangkan pendapatan rumahtangga interregional yakni pendapatan berb-agai kelompok rumahtangga yang berasal dari ber-bagai sumber wilayah lain.

Faktor-faktor produksi berupa tenaga kerja, lahan dan modal seluruhnya dimiliki oleh rumahtangga. Oleh karenanya, segala perolehan pendapatan dari pemanfaatan tenaga kerja, modal dan lahan oleh suatu sektor pembangunan akan di transfer lang-sung ke rumahtangga. Dalam hal ini rumahtangga yang menerima transfer tersebut dapat distratakan menjadi rumahtangga berpendapatan rendah, se-dang dan tinggi, serta dapat dipisahkan menurut wilayah kota dan desa sebagaimana yang dilakukan dalam studi ini.

4.2.3. Analisis Multiplier Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Sektor Produksi

Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di-yakini mampu menggerakkan sektor riil dan memicu kegiatan produksi, yang pada akhirnya akan men-dorong pertumbuhan ekonomi. Untuk mengungkap fenomena ini dapat diperhatikan dari besarnya nilai multiplier sektor infrastruktur jalan dan jembatan terhadap pendapatan sektor-sektor ekonomi.

Menganalisis keterkaitan sektor-sektor produksi baik intra maupun interregional. Analisis keterkaitan antara sektor-sektor produksi dapat dilihat dari dua sisi, keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages). Keter-kaitan ke belakang menunjukkan daya penyebar, artinya kalau terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap suatu sektor tertentu maka sektor terse-but akan mendorong peningkatan output semua sektor dengan kelipatan sebesar nilai multipliernya. Backward linkages menggambarkan keterkaitan an-tarsektor (aktivitas) produksi yang berada di berada di hilir (downstream sectors) dengan sektor-sektor produksi yang berada di hulu (upstream sectors). Sisi pandangnya adalah dari hilir ke hulu, dimana sektor yang berada di hilir sebagai pembeli input yang dihasilkan oleh sektor yang berada di hulu.

(3)

Keterkaitan ke depan (forward linkages) menunjuk-kan derajat kepekaan suatu sektor tertentu terha-dap permintaan akhir semua sektor-sektor lainnya. Dengan kata lain, jika terjadi kenaikan permintaan akhir pada semua sektor produksi maka suatu sek-tor tertentu akan memberikan respon dengan me-naikkan output sektor tersebut dengan kelipatan sebesar koefisien multipliernya. Forward linkages menggambarkan keterkaitan antarsektor (aktivi-tas) produksi yang berada di hulu (up stream sec-tors) dengan sektor-sektor produksi yang berada di hilir (downstream sectors). Sisi pandangnya adalah sebagai penjual input dan koefisisen multipliernya menunjukkan kemampuan menjual sektor hulu tersebut apabila terjadi kenaikan permintaan akhir pada semua sektor ekonomi. Forward linkages akan eksis apabila peningkatan produksi oleh sektor hulu (upstream sector) memberikan dampak eksternali-tas positif terhadap sektor-sektor hilir (downstream sectors).

4.2.4. Analisis Dampak Kebijakan Pengemban-gan JarinPengemban-gan Jalan

Analisis dampak kebijakan pengembangan jarin-gan jalan dapat dilakukan denjarin-gan analisis simu-lasi. Analisis simulasi dilakukan untuk: (1) melihat sensitivitas perekonomian suatu wilayah terhadap perubahan ekonomi wilayah lain, (2) menelusuri struktur ekonomi interregional, dan (3) menemu-kan alternatif kebijamenemu-kan pembangunan ekonomi re-gional yang bermuara pada pemerataan pendapatan rumahtangga intraregional dan interregional.

Simulasi dengan cara merubah variabel eksogen (injeksi) dalam hal ini dengan menambah pan-jang atau membangun infrastruktur jalan terhadap neraca endogen yaitu pendapatan domestik region-al bruto, kesempatan kerja, nilai tambah bruto dan distribusi pendapatan antar atau masing-masing. Skenario kebijakan pembangunan ekonomi regional diarahkan untuk meningkatkan masing-masing re-gion perekonomian agar setara. Analisis simulasi kebijakan digunakan untuk mengetahui dampak kebijakan di sektor infrastruktur jalan dan jembatan terhadap perubahan output sektoral, pendapatan tenaga kerja dan rumahtangga. Perubahan pen-dapatan tersebut yang akan dijadikan dasar untuk melakukan analisis distribusi pendapatan.

Dalam menyusun simulasi-simulasi tersebut, penambahan panjang jalan (km/m) di ekivalenkan terlebih dahulu dalam satuan moneter (Rupiah) yaitu di kalikan dengan estímate harga satuan pen-anganan jalan rata-rata baik untuk masing-masing regional. Hasil simulasi kebijakan berupa penjaba-ran besarnya persentase perubahan pendapatan rumahtangga saat ada injeksi dana stimulus di sek-tor infrastruktur jalan serta perubahan kenaikan pendapatannya dari nilai dasar (baseline).

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Metode pendekatan analisis kuantitatif dengan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi Antar Regional dapat dipakai diantaranya untuk:

A. Menganalisis multiplier efek pembangunan jalan terhadap pendapatan rumahtangga, modal dan lahan baik intra maupun interregional.

B. Menganalisis multiplier efek pembangunan infra-struktur jalan terhadap pendapatan rumahtang-ga baik intra maupun interregional.

C. Menganalisis multiplier efek pembangunan jalan terhadap pendapatan sektor-sektor produksi lainnya di masing-masing regional.

D. Menganalisis dampak kebijakan pengembangan jaringan jalan Nasional terhadap ketimpangan pendapatan rumahtangga intra dan interregional serta nilai tambah interregional.

Analisis dengan metode SNSE-AR tersebut diatas dapat dilakukan dengan berbagai asumsi untuk dis-imulasikan sampai mendapatkan hasil ideal yang di-harapkan yaitu pengembangan jaringan jalan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan berkeadilan. 5.2. Saran

Hasil analisis yang di dapat merupakan potret dari satu titik waktu, di sarankan untuk menggunakan data SNSE dua titik waktu atau lebih, sehingga mampu menjelaskan laju pertumbuhan ekonomi, perubahan kesenjangan ekonomi, perubahan distri-busi pendapatan.

Daftar Pustaka

Achjar, N., G.J.D. Hewings and M. Sonis. (2003). Two-Layer Feedback Loop Structure of the Regional Economies of Indonesia: An Inter-regional Block Structural Path Analysis. The Regional Economics Applications Laboratory (REAL) 03-T-17.(Online), (www.uiuc.edu/ unit/real).

Alim, M.R. (2006). Analisis Keterkaitan dan Kesen-jangan Ekonomi Intra dan Interregional Jawa dan Sumatera. (Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, 2006). Aschauer, A.D. (1991). Transportation Spending and

Economic Growth. American Public Transit As-sociation, Washington, DC.

Babcock, M., W. Emerson and M. Prater. (1997). A Model Procedure For Estimating Economic Impacts of Alternative Types of Highway Im-provement. Transportation Journal, 36 (4): 30–43.

(4)

Departemen Pekerjaan Umum. (2005). Studi Ke-layakan Proyek Jalan dan Jembatan. Pdt-19-2005-B Pedoman Konstruksi Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta Ditjen Bina Marga. (2015). Rencana Strategis

Direk-torat Jenderal Bina Marga Tahun 2015-2019. Ditjen Bina Marga, Jakarta.

Forkenbrock, D.J., and N.S.J. Foster. (1990). Eco-nomic Benefits of A Corridor Highway Invest-ment. Transportation Research, 24A (4): 303–312.

Hadi, S. (2001). Studi Dampak Kebijaksanaan Pem-bangunan terhadap Disparitas Ekonomi An-tarwilayah (Pendekatan Model Analisis Neraca Sosial Ekonomi). Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Holl, A. (2004). Manufacturing Location and Impacts

of Road Transport Infrastructure: Empirical Evidence from Spain. Regional Science and Urban Economics, 34(3): 341-363.

Isard, W., I. J. Azis, M.P. Drennan, R.E. Miller, S. Saltzman and E. Thorbecke. (1998). Methods of Interregional and Regional Analysis. Ash-gate Publishing Company, New York.

Khazanah Nasional. (2006). Proposed Aggregated Trans-Jawa Expressway (TJE). Presentation to the Government of Indonesia, Jakarta.

Muljono, S. (2010). Dampak Pembangunan Infra-struktur Jalan Terhadap Perekonomian dan Distribusi Pendapatan Intra dan Interregional Kawasan Barat dan Timur Indonesia: Suatu Analisis Model Interregional Sosial Accounting Matrix. (Disertasi Doktor. Sekolah Pasca Sar-jana, Institut Pertanian Bogor. 2010).

Ozbay, K., E.D. Ozmen-Ertekin and J. Berechman. (2007). Contribution of Transportation In-vestments to County Output. Transport Policy, New York.

Rahman, I. K. dan S. Utama. (2003). The Inter-regional Impact of Fiscal Decentralization in Indonesia: Interregional Social Accounting Matrix Model. Paper Prepared in the 5th IRSA International Conference, Bandung.

Sadoulet, E dan A de Janvry. (1995). Quantitative Development Policy Analysis. Johns Hopkins University Press, Baltimore, Maryland.

Thorbecke, E. (2001). The Social Accounting Matrix: Deterministic or Stochastic Analysis Concept?. Paper Prepared for a Conference in Honor of Graham Pyatt’s Retirement. Institute of Social Studies, The Hague, Netherlands.

Tjahjati, B. (2009). Strategi Pengembangan Sistem Kota-Kota dalam Rangka Mengurangi Ket-impangan Pembangunan Antar Wilayah di Indonesia. Paper disampaikan pada seminar: Membangun Wilayah dengan Menjaga Kes-eimbangan dan Berkelanjutan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta. Wuryanto, L. E. (1996). Fiscal Decentralization and

Economic Performance in Indonesia: An In-terregional Computable General Equilibrium Approach. (Ph.D Dissertation. Cornell Univer-sity, Ithaca.1996)

(5)

EVALUASI SEBAB KERUSAKAN PERKERASAN LENTUR

LINTAS SELATAN JAWA TENGAH

(RUAS JALAN KUTOWINANGUN-PREMBUN)

Ardian Adhitama

Hary Christady Hardiyatmo

Mahasiswa Magister Sistem dan Teknik Transportasi

1

Dosen Magister Sistem dan Teknik Transportasi

2

1,2

Universitas Gajah Mada

Email: ardianadhitama@gmail.com

1

, hardiyatmo@tsipil.ugm.ac.id

2

Abstract

Evaluation road pavement condition and possibility cause road damage was carried out in the Southern route of Central Java in Kutowinangun - Prembun, Kebumen. This research aim to evaluate pavement con-dition and possible caused road damage. This research is done by testing in the laboratory and testing in the field. Laboratory tests were conducted of the potential of basic soil swelling. Field testing includes soil bearing capacity test with DCP, and observation of environmental conditions. Then followed by analysis of existing pavement structure strength against traffic conditions by using AASHTO (1993). The result of the research shows that the basic soil condition based on the Unified system and the AASHTO system classifies the soil in the segment as sandy clay, inorganic clay with low to moderate plasticity. In addition, the poten-tial for the swelling of soil is generally moderate so that the damage caused by the shrinkage and swelling of the soil contributed to damage road condition. The foundation bearing capacity and the foundation soil using DCP test show some places have below required specification carrying capacity. By analysis using of AASHTO (1993) method, it is found that with the existing layer condition with the foundation support ca-pacity along with the existing base soil have been unable to serve the existing traffic load for the life of the next 10 years plan. So one of the efforts that can be done is by adding a new layer (overlay). Environmental observations also show drainage conditions that interfere with road performance.

Keywords: flexible pavement, evaluation, swelling, overlay, AASHTO Abstrak

Evaluasi nilai kondisi dan sebab kerusakan perkerasan lentur dilaksanakan di jalur lintas selatan Jawa Tengah di ruas Kutowinangun – Prembun, Kebumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi dan penyebab kerusakan jalan. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengujian di laboratorium dan pen-gujian dilapangan. Penpen-gujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui pengaruh besar kecilnya potensi pengembangan tanah dasar. Pengujian dilapangan meliputi test daya dukung tanah dengan DCP, dan pengamatan kondisi lingkungan. Lalu dilanjutkan dengan analisis kekuatan struktur perkerasan eksisting terhadap kondisi lalulintas dengan menggunakan metode AASHTO (1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tanah dasar berdasarkan sistem Unified maupun sistem AASHTO mengklasifikasikan tanah di ruas tersebut sebagai tanah pasir berlempung, lempung tak berorganik dengan plastisitas rendah sampai sedang. Selain itu potensi pengembangan tanah secara umum tergolong sedang sehingga potensi kembang susut tanah berkontribusi terhadap kerusakan jalan di ruas tersebut. Hasil daya dukung pondasi dan tanah dasar dari pengujian DCP menunjukkan sebagian tempat mempunyai daya dukung dibawah yang disyarat-kan. Dengan analisis dengan menggunakan metode AASHTO (1993) didapat bahwa dengan kondisi lapisan eksisting dengan daya dukung lapis pondasi beserta tanah dasar yang ada sudah tidak mampu melayani beban lalulintas yang ada untuk umur rencana 10 tahun mendatang. Sehingga salah satu usaha yang adapat dilakukan adalah dengan penambahan lapisan baru (overlay). Hasil pengamatan lingkungan juga menunjukkan kondisi drainasi yang mengganggu kinerja jalan.

(6)

1. PENDAHULUAN

Secara kuantitas pembangunan jalan yang diwakili dengan bertambahnya jumlah panjang jalan yang dibangun tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Hal ini menyebabkan sebagian kendala yang salah satunya adalah masih terjadinya kerusakan pada jalan sehingga mengganggu kinerja jalan. Jalan lintas selatan termasuk ruas Kutowinan-gun - Prembun adalah salah satu jalur lintas utama di Pulau Jawa Tengah yang mempunyai peran san-gat penting dalam rangka menghubungkan daerah-daerah di wilayah Jawa. Sudah dilakukan upaya un-tuk perbaikan dan pemeliharaan agar kondisi selalu dalam keadaan mantap, namun kerusakan yang ter-jadi masih belum dapat diatasi.

Dari evaluasi penelitian ini diharapkan dihasilkan kemungkinan penyebab-penyebab kerusakan ja-lan dan alternatif penanganan kerusakan jaja-lan se-hingga dapat bermanfaat sebagai masukan untuk penyelenggara jalan dalam usaha menangani dan memperbaiki kondisi jalan yang ada saat ini. Tujuan penelitian terkait dengan rumusan masalah diatas adalah mengevaluasi kondisi lapis perkerasan tanah dasar, mengevaluasi faktor-faktor yang mempen-garuhi kerusakan jalan, menganalisis kondisi jalan eksisting dan evaluasi kebutuhan perbaikannya. 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja secara struktural

Kapasitas dukung perkerasan lentur bergantung pada karakteristik distribusi beban dari sistem lapisan pembentuknya. Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan dengan material yang berkualitas tinggi diletakkan di dekat permukaan. Jadi kekua-tan perkerasan lentur adalah lebih dihasikan dari kerjasama lapisan yang tebal dalam menyebarkan

beban oleh aksi perlawanan pelat terhadap beban (Hardiyatmo, 2015).

2.2. Tanah Dasar (Subgrade)

Hardiyatmo (2012) menyatakan bahwa tanah lem-pung ekpansif (expansive soil) adalah istilah yang digunakan pada material tanah atau batuan yang mempunyai potensi penyusutan atau pengemban-gan oleh pengaruh kadar air. Tanah-tanah lempung yang banyak mengandung mineral montmorillonite mengalami perubahan volume yang signifikan ke-tika air berubah. Pengurangan kadar air menyebab-kan lempung menyusut dan sebaliknya bila kadar air bertambah menyebabkan lempung mengembang. Perubahan volume tanah yang besar dapat merusak perkerasan jalan. Perubahan bentuk permukaan ta-nah akibat adanya pengembangan akan menghasil-kan permukaan yang tidak beraturan dan temenghasil-kanan pengembangan yang dihasilkan dapat mengakibat-kan kerusamengakibat-kan serius pada perkerasan jalan yang berada di atasnya. Soedarsono (2010) menyatakan bahwa lapisan tanah dasar adalah bagian terpent-ing dari konstruksi jalan yang berfungsi untuk men-dukung beban lapis perkerasan dan beban lalulin-tas yang ada dialalulin-tasnya. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan, tanah yang ditu-angkan dari tempat lain dan dapat dipadatkan atau distabilsisasi dengan kapur atau bahan lainnya 3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan pada lokasi ruas jalan Kutowi-nangun - Prembun, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah di Km 70+250 sampai Km 69+250 dengan panjang 2 Km. Adapun lokasi penelitian dapat dilhat pada Gambar 1.

(7)

3.2. Metode pengumpulan data

Sebagai bahan evaluasi penelitian maka dilakukan pengumpulan data primer berupa penyelidikan ta-nah dasar dan kemudian dicari karakteristik tata-nah dasarnya di laboratorium, Pengambilan sampel ta-nah di sekitar lokasi daerah penelitian dengan jum-lah 10 buah untuk bahan pengujian di laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan di bahu jalan dengan menggunakan tabung dari besi yang berukuran pan-jang 40 cm dan berdiameter 7 cm. Tabung tersebut ditanamkan ke dalam tanah dari kedalaman 50 cm sampai dengan 70 cm tergantung dari kondisi lokasi di lapangan. Pengujian daya dukung tanah kan dengan pengujian DCP. Langkah yang dilaku-kan adalah menentudilaku-kan titik setiap jarak 200 meter digali sampai permukaan lapis perkerasan paling bawah. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung lapis pondasi jalan, dilakukan di 10

tempat di tempat lokasi penelitian Data sekunder berupa profil jalan data data lalulintas dari pihak P2JN PUPR sebagai bahan pendukung evaluasi. 3.3. Metode Evaluasi

Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor pe-nyebab kerusakan dengan evaluasi karakteristik tanah dasar, daya dukung, kondisi lingkungan dan kondisi struktural eksisting apakah masih mampu melayani kondisi lalulintas saat ini dengan anali-sis AASHTO (1993). Laporan penelitian dirangkum setelah evaluasi selesai dilakukan dan akan disa-rankan alternatif penanganan kerusakan jalan yang dapat dilakukan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik tanah dasar

Rangkuman hasil pengujian pendahuluan dapat dili-hat pada Tabel 1. Menurut Chen (1975) tanah

ter-masuk dapat ter-masuk kategori tanah expansif jika indeks platisitasnya > 35 %, sehingga berdasarkan uji tidak langsung dari hasil laboratorium dapat di-kategorikan dalam tanah tidak expansif. Berdasar-kan sistem klasifikasi Unified diperoleh hasil bahwa tanah dasar pada jalan Kutowinangun-Prembun Km 71+250 sampai dengan Km 69+250 tergolong ta-nah SC dan CL. Tata-nah SC tata-nah pasir berlempung adalah kondisi tanah berpasir yang mengandung lempung, sedangkan tanah CL adalah lempung tak berorganik dengan plastisitas rendah sampai se-dang, lempung berkerikil, lempung berpasir, lem-pung berlanau, lemlem-pung kurus. Berdasarkan sistem AASHTO dihasilkan ke klasifikasi ke tanah jenis A 6 dan A 7-6. Tanah A 6 adalah adalah tanah berlem-pung dengan tingkatan tanah sedang sampai buruk sedangkan A 7-6 adalah tanah lempung dengan ba-tas plastisiba-tas rendah.

4.2. Hasil pengujian pengembangan

Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah direct method dengan bantuan alat uji Oe-dometer. Pengujian ini menghasilkan nilai potensi pengembangan yang bervariasi. Beban yang digu-nakan saat pengujian menggudigu-nakan beban yang disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu sebe-sar 13 kPa sehingga berdasebe-sarkan klasifikasi dera-jat ekspansif menurut Snethen dkk (1962) pada penelitian ini dapat ditunjukkan dalam Tabel 2. Ada 2 sample yang nilainya jauh diatas rata rata yaitu di lokasi Km 70+150 dan Km 69+550 yang mempu-nyai potensi derajat pengembangan sangat tinggi. Besarnya tekanan pengujian pengembangan ini di-ukur berdasarkan kondisi beban yang diterima ta-nah di lapangan dengan perhitungan. Nilai rata-rata tekanan pengembangan dalam keseluruhan pen-gujian ini sebesar 284,1 kPa. Hal ini berarti bahwa tekanan minimal yang dibutuhkan agar tanah tidak mengembang rata–rata membutuhkan tekanan

No Sample 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Properties Km 71+150 Km 70+950 Km 70+750 Km 70+550 Km 70+350 Km 70+150 Km 69+950 Km 69+750 Km 69+550 Km 69+350

Kadar Air Asli (%) 36,02 29,4 22,61 30,24 36,11 41,06 35,52 30,39 44,82 39,01 Berat Jenis 2,70 2,65 2,70 2,67 2,64 2,67 2,71 2,61 2,70 2,70 Analisa Ukiran Butiran Kerikil (%) 1,66 2,04 0,86 1,41 0 0 0,60 0,70 0 10,28 Pasir (%) 54,70 54,29 54,22 55,39 29,41 35,57 53,08 49,52 39,88 46,24 Lempung (%) 43,64 43,67 44,92 43,20 70,59 64,43 46,32 49,78 60,12 43,48 Lolos no 4 98,34 97,96 99,14 98,59 100 100 99,40 99,30 100 89,72 Lolos no 40 67,84 70,38 80,35 79,85 94,69 90,04 81,36 84,57 85,29 66,59 Lolos no 200 43,64 43,67 44,92 43,20 70,59 64,43 46,32 49,78 60,12 43,48 Batas-Batas Atterberg Batas Cair (%) 45,74 44,22 35,41 33,26 46,39 38,28 52,25 32,78 45,15 45,10 Batas Plastis (%) 26,78 24,33 22,58 22,05 24,42 23,02 27,91 19,93 26,51 27,33 IP (%) 18,95 19,89 12,82 11,21 21,96 15,26 24,34 12,85 18,64 17,76 Batas Susut (%) 14,89 25,12 24,10 7,68 18,65 19,66 19,81 20,35 19,09 21,52 Klasifikasi Tanah Unified SC SC SC SC CL CL SC SC CL SC AASHTO A 7-6 A 7-6 A 6 A 6 A 7-6 A 6 A 7-6 A 6 A 7-6 A 7-6

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Tabel 1. Hasil Pengujian Pendahuluan Tanah Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu pemerintahan daerah dituntut bisa menerapkan sistem ICT dalam berbagai pelayanan publik dan pembangunan yang berbasis pada partisipasi warga masyarakat,

[r]

Demikian juga perhitungan debit dengan metode Hidrograf Satuan Terukur (HST), dimana phi indeks yang didapat lebih besar dibandingkan dengan intensitas hujan,

Dengan harapan penilaian yang dilakukan akan memperoleh sebuah gambaran lengkap mengenai kondisi jaminan hukum, aktor dan praktek dari tata kelola kehutanan di

Jika ya maka akan terjadi proses penyimpanan data dan proses berakhir, dan jika tidak maka proses simpan data hasil edit akan di batalkan kemudian akan kembali

a. Faktor eksternal, adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah: 1) tugas-tugas/task baik yang bersifat fisik (tata

Setelah melalui proses evaluasi dan analisa mendalam terhadap berbagai aspek meliputi: pelaksanaan proses belajar mengajar berdasarkan kurikulum 2011, perkembangan

Nilai skoring tingkat kesiapan aksesibilitas lokal berdasarkan jaringan transportasi umum, kepuasan terhadap akses dan kualitas transportasi umum adalah tujuh(7)