• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU Evangelin F. Bagaray*, Jootje M. L. Umboh*, Paul A. T. Kawatu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi perhatian global. Prevalensi malaria di Indonesia tahun 2013 adalah 6,0%. Di Indonesia terdapat 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria diatas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan, kebiasaan menggunakan kelambu pada saat malam hari, aktifitas keluar rumah pada malam hari, penggunaan baju lengan panjang/celana panjang saat keluar malam hari, keberadaan kandang ternak, konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria. Rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol, lokasi penelitian di Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara, Populasi yaitu seluruh penduduk berusia >15 tahun yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Wakol yang pernah datang berkunjung ke puskesmas. Kasus merupakan pasien positif malaria 38 orang dan kontrol adalah orang yang tidak menderita malaria 38 orang. Penentuan sampel dengan teknik total sampling. Instrumen yaitu kuesioner, analisis bivariat menggunakan chi square. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang malaria dengan kejadian malaria (p=0,037, OR=3,111). Terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria (p=0,005, OR=3,850). Terdapat hubungan antara aktifitas keluar malam hari dengan kejadian malaria (p=0,011, OR=3,375). Terdapat hubungan antara penggunaan baju lengan panjang/celana panjang dengan kejadian malaria (p=0,004, OR=4,167). Terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria (p=0,021, OR=2,979). Terdapat hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria (p=0,020, OR=3,032).

Kata kunci: faktor risiko malaria, malaria.

ABSTRACT

Malaria is a public health problem that is becoming a global concern. The prevalence of malaria in Indonesia in 2013 was 6.0%. In Indonesia there are 15 provinces have malaria prevalence above the national average, mostly in eastern Indonesia. This study aims to analyze the relationship between knowledge, habit of using mosquito nets at night, the activity out of the house at night, use long sleeves / pants while out at night, the presence of cattle sheds, home wall construction with malaria incidence. Observational analytic study design with case control approach in Kei Besar sub-district of Southeast Maluku regency, the population was entire people aged > 15 years who lived in the working area of Wakol health centers who had visit the clinic. Positive malaria cases were 38 patients and controls were 38 people who did not suffer from malaria. The samples with total sampling technique. The instrument was a questionnaire, bivariate analysis using chi square. There was a relationship between knowledge about malaria with malaria incidence (p=0,037, OR=3,111). There was a relationship between the use of bed nets to malaria incidence (p=0,005, OR=3,850). There was a relationship between the activity of the evening out with the incidence of malaria (p=0,011, OR=3,375). There was a relationship between the use of long sleeves / pants with malaria incidence (p=0,004, OR=4,167). There was a relationship between the presence of cattle sheds with malaria incidence (p=0,021, OR=2,979). There was a relationship between the construction of the walls of the house with malaria incidence (p=0,020, OR=3,032).

(2)

2 Pendahuluan

Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi perhatian global. Salah satu target pencapaian dari delapan target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) di tahun 2015 adalah memberantas HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya. Target penurunan beban kasus malaria mencapai 75% di tahun 2015 menurut The World Health Assembly (WHO, 2014).

Beberapa faktor determinan penyakit malaria adalah host (pejamu) yaitu manusia sebagai host intermediate dan nyamuk Anopheles sebagai host definitive, agent (plasmodium) dan lingkungan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Faktor host, agent dan environment memiliki peran yang besar terhadap tingkat kepadatan nyamuk yang berpengaruh pada kejadian malaria yang terjadi (Depkes, 1999).

Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian penyakit malaria masih sekitar 627.000 pada tahun 2012, sebagian besar adalah anak di bawah usia lima tahun di Afrika. Menurut data terbaru angka kejadian malaria menurun 25% di seluruh dunia, dan sebesar 31% di wilayah Afrika. Terjadi penurunan angka kematian akibat malaria yaitu sekitar 42% secara global dan sekitar 49% terjadi di wilayah Afrika. Penurunan angka kematian malaria mulai melambat pada periode tahun 2011 dan 2012

diakibatkan karena keterlambatan pengiriman bednets (kelambu) dan residual spraying ke daerah endemik (WHO, 2013).

Kasus malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia (Kemenkes RI, 2011a). Hal ini dapat dilihat dari data Riskesdas tahun 2013 tentang data penyakit malaria di Indonesia. Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9% menurun dibanding tahun 2007 (2,9%) sedangkan prevalensi malaria tahun 2013 adalah 6,0%. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi penyakit malaria tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%). Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria diatas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur (Kemenkes RI, 2013b).

Angka kejadian malaria pada tahun 2012 di provinsi Maluku adalah sebanyak 1.585 kasus malaria dengan kategori pasien rawat inap dan termasuk dalam 3 golongan penyakit dengan angka kejadian penyakit terbanyak dan malaria menempati urutan ketiga setelah kasus ISPA dan Diare. Untuk kategori rawat jalan penyakit malaria menempati urutan ke empat dengan jumlah kasus sebanyak 1.415 kasus malaria. Provinsi Maluku merupakan daerah endemis malaria,

(3)

3 berdasarkan laporan dari bagian Program

Malaria Bidang P2B Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tahun 2012 jumlah Angka Kesakitan Annual Paracite Incidence (API) tahun 2008 sebesar 12,3/1000 penduduk, tahun 2009 sebesar 7,0/1000 penduduk, tahun 2010 sebesar 10,4/1000 penduduk, pada tahun 2011 sebesar 9,2/1.000 penduduk, dan pada tahun 2012 sebesar 11,1/1000 penduduk. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kasus malaria di Provinsi Maluku mengalami peningkatan.

Berdasarkan peta endemisitas malaria (API) per Kabupaten/Kota tahun 2012 terdapat beberapa kabupaten/kota yang masih tergolong daerah hiperendemi malaria. Salah satunya Kabupaten Maluku Tenggara yaitu di kecamatan Kei Besar dengan jumlah wilayah kerja puskesmas yaitu 4 puskesmas dengan kategori API > 10 0/

00. Jumlah kasus malaria

pada tahun 2012 di Kecamatan Kei Besar sebanyak 181 kasus dan mengalami peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 yaitu sebanyak 192 kasus. Selama tahun 2012 dan 2013 wilayah kerja Puskesmas Wakol merupakan wilayah kerja puskesmas dengan angka kejadian malaria tertinggi yaitu sebanyak 85 kasus pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 101 kasus pada tahun 2013.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan

pendekatan case control. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja puskesmas Wakol Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Desember 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah yang berusia ≥15 tahun yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wakol Kecamatan Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling atau total populasi dengan perbandingan kelompok kasus dan kelompok control 1:1. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 76 terdiri dari kelompok kasus 38 orang dan kelompok kontrol 38 orang. Dalam penelitian ini dilakukan matching variable ras dan umur. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Metode pengambilan data dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat, untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang malaria, penggunaan kelambu, aktifitas keluar rumah malam hari, penggunaan baju lengan panjang/celana panjang, keberadaan kandang ternak, konstruksi dinding rumah terhadap kejadian malaria dengan uji statistic Chi Square dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan karakterisitik jenis kelamin responden yang paling banyak adalah

(4)

4 perempuan (56,6%) dan laki-laki (43,4%).

Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan terakhir paling banyak pendidikan terakhir SMP (38,2%) dan yang paling sedikit Perguruan Tinggi (1,3%). Berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan, paling banyak

adalah petani (73,7%) dan yang paling sedikit adalah wiraswasta (1,3%) dan guru (1,3%). Berdasarkan karakteristik desa tempat tinggal, paling banyak adalah desa Ngat (32,9%) dan paling sedikit pada desa Ngurdu (1,3%).

Tabel 1. Hubungan antara pengetahuan tentang malaria, penggunaan kelambu, aktifitas keluar rumah malam hari, penggunaan baju lengan panjang/celana panjang, keberadaan kandang ternak,

konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria

Faktor Risiko Kejadian Malaria Total p OR CI (95%) Kasus Kontrol n % n % n % Pengetahuan Tentang Malaria Kurang Baik 32 42,1 24 31,6 56 73,3 0,037 3,111 1,043 - 9,281 Baik 6 7,9 14 18,4 20 26,3 Penggunaan Kelambu Tidak Sering 22 28,9 10 13,2 32 42,1 0,005 3,850 1,463 - 10,131 Sering 16 21,1 28 36,8 44 57,9

Aktifitas Keluar Rumah Malam Hari

Sering 27 35,5 16 21,1 43 56,5

0,011 3,375 1,303 -

8,744

Tidak Sering 11 14,5 22 28,9 33 43,4

Penggunaan Baju Lengan Panjang/Celana Panjang Tidak Sering 30 39,5 18 23,7 48 63,2 0,004 4,167 1,522 - 11,404 Sering 8 10,5 20 26,3 28 36,8 Keberadaan Kandang Ternak Ada 22 28,9 12 15,8 34 44,7 0,021 2,979 1,164 - 7,622 Tidak Ada 16 21,1 26 34,2 42 55,3

Konstruksi Dinding Rumah

Tidak Rapat 21 27,6 11 14,5 32 42,1

0,020 3,032 1,174 -

7,831

Rapat 17 22,4 27 35,5 44 57,9

Tabel 1 menunjukan bahwa berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan tentang malaria dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,037 dan OR=3,111, CI 95% (1,043-9,281) yang artinya orang dengan

pengetahuan yang kurang baik lebih beresiko 3,111 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan orang yang punya pengetahuan yang baik tentang malaria. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nurlette dkk (2012) di puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota

(5)

5 Ambon yang menyatakan ada hubungan

antara pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria dengan kejadian malaria (p=0,001). Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Hidayat (2010) di Kecamatan Nongsa dan Galang Kota Batam Kepulauan Riau yang menyatakan bahwa pengetahuan responden tentang malaria, pencegahan dan pengobatan tidak memiliki hubungan dengan kejadian malaria (p=0,936).

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,005 dan OR=3,850, CI 95% (1,463-10,131) yang artinya orang yang tidak sering menggunakan kelambu mempunyai risiko 3,850 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang sering menggunakan kelambu pada waktu tidur malam hari. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Widyasari dkk (2014) di wilayah Puskesmas Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba yang menyatakan tidak ada hubungan antara penggunaan kelambu dengan keberadaan kasus malaria (p=0,605).

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan beraktifitas keluar rumah malam hari dengan kejadian malaria, dengan nilai p= 0,011 dan OR= 3,375, CI 95% (1,303-8,744) yang artinya orang yang sering beraktifitas keluar rumah malam hari mempunyai risiko 3,375 kali lebih besar

terkena malaria dibandingkan dengan orang yang tidak sering beraktifitas keluar rumah malam hari. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hidayat (2010) yang menyatakan aktifitas keluar rumah malam hari pukul 18.00-06.00 mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian malaria (p=0,019) dimana orang-orang yang beraktifitas di luar rumah pada waktu malam hari memiliki resiko tertular malaria sebesar 1,6 kali dibandingkan dengan orang-orang yang tidak beraktifitas di luar rumah pada waktu malam hari.

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara penggunaan baju lengan panjang/celana panjang dengan kejadian malaria dengan nilai p=0,004 dan OR= 4,167, CI 95% (1,522-11,404) yang artinya orang yang tidak sering menggunakan baju lengan panjang/celana panjang lebih beresiko 4,167 kali terkena malaria dibandingkan dengan orang yang sering menggunakan baju lengan panjang/celana panjang pada saat malam hari. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hidayat (2010) di wilayah Kecamatan Nongsa dan Galang Kota Batam Kepulauan Riau yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara cara berpakaian seseorang dengan menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang pada saat keluar rumah malam hari dengan kejadian malaria (p= 0,001 dan OR 1,926).

(6)

6 Berdasarkan hasil analisis bivariat

diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria dengan nilai p= 0,021 dan OR 2,979 (CI: 1,164-7,622) yang artinya responden yang memiliki kandang ternak disekitar rumahnya memiliki risiko 2,979 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan responden yang tidak terdapat kandang ternak disekitar rumahnya. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ristadeli dkk (2013) di wilayah Kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Kalimantan Barat yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria (p=0,001) dimana responden yang memiliki ternak disekitar halaman/rumah memiliki resiko 4 kali lebih besar menderita malaria dibandingkan dengan responden yang tidak

ditemukan adanya kandang ternak disekitar rumah.

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria dengan nilai p= 0,020 dan OR= 3,032 (CI: 1,174-7,831) yang artinya responden yang tinggal dirumah dengan konstruksi dinding yang tidak tertutup rapat memiliki resiko 3,032 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan responden yang tinggal dirumah dengan konstruksi dinding yang tertutup rapat. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nurlette dkk (2012) di wilayah puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon yang menyatakan bahwa ada hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria (p= 0,000).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang malaria dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara aktifitas keluar rumah malam hari dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara

penggunaan baju lengan panjang/celana panjang dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian malaria, terdapat hubungan antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian malaria pada masyarakat di

(7)

7 Daftar Pustaka

Depkes, 1999. Modul Epidemiologi Malaria. Ditjen P2M & PL, Depkes RI, Jakarta.

Hidayat A, 2010. Hubungan Aktifitas Keluar Rumah Pada Malam Hari Dan

Penggunaan Kelambu Dengan

Kejadian Malaria Di Kecamatan Nongsa Dan Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2009. Tesis (S2). Jakarta: Universitas Indonesia.

Kemenkes RI, 2011a. Pedoman Penggunaan

Kelambu Berinsektisida Menuju

Eliminasi Malaria. Kemenkes RI. Kemenkes RI, 2013b. Riset Kesehatan Dasar

2013 (Riskesdas 2013). Badan

Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan RI.

Nurlette FF, Hasanuddin I, Ruslan, 2012. Hubungan Perilaku Masyarakat Dan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon Tahun 2012. Bagian Kesehatan lingkungan FKM Unhas

Makassar, (Online),

(http://repository.unhas.ac.id) diakses pada 28 Mei 2014.

Ristadeli T, Suhartono, Suwondo A, 2013. Beberapa Faktor Resiko Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Kecaatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, (Online), Vol. 12, No. 1, (http://ejournal.undip.ac.id) diakses pada 28 Mei 2014.

Widyasari WR, Ishak H, Birawida AB, 2014.

Hubungan Upaya Pencegahan

Gigitan Nyamuk Dengan Keberadaan

Kasus Malaria Di Puskesmas

Bontobahari. Balai Besar K3

Makassar/Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unhas, (Online), (http://repository.unhas.ac.id) diakses pada 28 Mei 2014.

World Health Organization, 2013. World Malaria Report 2013. (Online), (http://apps.who.int) diakses pada 18 April 2014.

World Health Organization, 2014. Millennium Development Goals 6: Combat HIV/AIDS, Malaria And

Other Diseases, (Online).

(http://www.who.int) diakses pada 20 April 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti dikemukakan, Ibn Hazm dalam hal membaca, menyentuh al-Qur’an, sujud tilawah dan zikir diperbolehkan atas orang dalam keadaan junub dan haid , karena secara eksplisit tidak

Dengan melihat gejala alam yang terjadi pada tanaman selasih, yaitu sering dikerubuti oleh lalat buah di pagi hari (Gambar 1), maka perlu diketahui dan diungkap

Demikian pula para pengkhidmat hendaknya bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengkhidmati para tamu Hadhrat Masih Mau’ud

Segala puji penulis senantiasa panjatkan atas kehadirat Allah Robbul ‘Izzati yang tiada hentinya mencurahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga dengan segala karunia

Usaha meubel kayu di Kecamatan Arga Makmur merupakan salah satu usaha yang cukup baik dan mampu dalam menyerap tenaga kerja, untuk itu diharapkan kepada

Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai modulus elastis (MOE) papan lantai partikel jenis kayu jati lebih tinggi dari pada jenis sengon pada compaction ratio 1,0 (K1), 1,1 (K2) dan

Ukoliko kao kriterij adherencije uzmemo podatak da pacijent zaboravi uzeti tabletu jednom mjese č no ili rje đ e, gledaju ć i rezultate iz Tablice 5 i Slike 7,

Menurut Sagala sebagaimana dikutip oleh Siti Aminah, dlkk., (2015) menjelaskan bahwa tujuan diterapkannya MBS adalah untuk: (a) meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya