• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN ANALISIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

63 BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

IV.1. Curah Hujan

IV.1.1. Hasil Perhitungan Curah Hujan dan Analisis Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan ditentukan berdasarkan nilai curah hujan maksimum harian rata-rata. Sedangkan untuk menentukan nilai curah hujan maksimum harian rata-rata dihitung dengan menggunakan metode Rerata Aljabar (rumus 2.2. pada bab 2). Dan hasil data curah hujan harian maksimum rata-rata disajikan dalam tabel 4.1 untuk setiap tahunnya.

Tabel 4.1. Hasil Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata.

Tahun Curah Hujan Maksimum

Harian Rata-rata (mm) 2002 66,555 2003 55,994 2004 69,395 2005 53,852 2006 37,960 2007 53,453 2008 53,391 2009 41,659 2010 47,974 2011 43,864 2012 39,953 2013 49,493

(2)

64

Gambar 4.1. Grafik Curah Hujan Maksimum

Dari tabel 4.1 disajikan data curah hujan maksimum harian rata-rata tahun 2002 sampai 2013. Dapat dilihat curah hujan maksimum disetiap tahun berbeda-beda. Pada gambar 4.1. didapat curah hujan maksimum harian rata-rata paling tinggi pada tahun 2004 yaitu 69,395 mm dan paling rendah yaitu tahun 2006 yaitu 37,960 mm.

Dengan di ketahui curah hujan maksimum harian rata-rata maka dapat di cari intensitas curah hujan setiap tahunnya dengan metode Mononobe (rumus 2.1. paa bab 2). Hasil intensitas curah hujan dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Intensitas Curah Hujan.

Intensitas Curah Hujan

Tahun Durasi (menit)

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720 2002 134,951 84,014 64,877 40,870 31,190 25,746 16,219 12,377 7,797 4,912 2003 182,802 115,158 87,882 55,362 42,249 34,876 21,970 16,766 10,562 6,653 2004 284,924 179,491 136,977 86,290 65,851 54,359 34,244 26,133 16,463 10,371 2005 120,899 76,161 58,122 36,614 27,942 23,065 14,530 11,088 6,985 4,400 2006 85,647 53,954 41,174 25,938 19,794 16,340 10,293 7,855 4,948 3,117 2007 120,598 75,972 57,977 36,523 27,872 23,008 14,494 11,061 6,968 4,389 2008 148,216 93,370 71,255 44,887 34,255 28,277 17,813 13,594 8,564 5,395

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

0 10 20 30 40 50 60 70 80 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13

Curah Hujan Harian Maksimum Rata-rata

Curah Hujan Maksimum

Tahun Curah

Hujan Maksimum (mm)

(3)

65

Tabel 4.2. Hasil Intensitas Curah Hujan. (Lanjutan)

Intensitas Curah Hujan

Tahun Durasi (menit)

5 10 15 30 45 60 120 180 360 720 2009 179,894 113,326 86,484 54,481 41,577 34,321 21,621 16,500 10,394 6,548 2010 145,975 91,958 70,177 44,209 33,737 27,850 17,544 13,388 8,434 5,313 2011 135,557 85,395 65,169 41,054 31,330 25,862 16,292 12,433 7,832 4,934 2012 136,405 85,929 65,576 41,310 31,526 26,024 16,394 12,511 7,881 4,965 2013 184,256 116,074 88,581 55,802 42,585 35,153 22,145 16,900 10,646 6,706

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Gambar 4.2. Diagram Intensitas Curah Hujan

Pada diagram gambar 4.2. bahwa hasil intensitas curah hujan untuk setiap tahunnya didapat hasil yang berbeda. Intensitas tertinggi pada tahun 2004 yaitu 248,924 mm/jam pada durasi 5 menit atau 0,083 jam dan pada durasi 720 menit atau 12 jam di dapat 10,371 mm/jam. Sedangkan hasil paling rendah pada tahun 2006 yaitu 67,647 mm/jam pada durasi 5 menit atau 0,083 jam dan pada durasi 720 menit atau 12 jam di dapat 3,117 mm/jam. Hasil yang berbeda untuk setiap tahunnya di karenakan curah hujan pada setiap harinya di DAS Bogowonto

0.0000 50.0000 100.0000 150.0000 200.0000 250.0000 300.0000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 5 10 15 30 45 60 120 180 360 720 Tahun Durasi

Intensitas Curah Hujan

(4)

66

berbeda. Ini mengakibatkan hasil curah hujan harian maksimum rata-rata dan intensitas curah hujan untuk setiap tahunnya berbeda.

Untuk pembuatan Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) di perlukan intensitas curah hujan periode ulang. Dari hasil intensitas curah hujan kemudian di hitung intensitas curah hujan periode ulang, yaitu 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Hasil intensitas curah hujan periode ulang disajikan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Intensitas Curah Hujan Periode Ulang. Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

Periode Ulang Durasi (menit) 5 10 15 30 45 60 120 180 360 720 2 Tahun 376,785 215,981 155,281 79,638 62,219 44,164 26,584 16,656 9,672 4,857 5 Tahun 525,063 309,390 226,565 121,286 96,489 70,401 44,405 29,269 18,239 10,255 10 Tahun 602,548 358,203 263,816 143,050 114,398 84,111 53,717 35,861 22,717 13,075 25 Tahun 685,140 410,232 303,522 166,249 133,486 98,725 63,644 42,886 27,489 16,081 50 Tahun 737,971 443,514 328,921 181,088 145,697 108,073 69,994 47,380 30,541 18,004 100 Tahun 786,399 474,021 352,202 194,691 156,889 116,642 75,814 51,500 33,339 19,767

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Kemudian dari hasil intensitas curah hujan periode ulang dibuat kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dan kurva IDF dapat dilihat dalam gambar 4.3.

Gambar 4.3. Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) 0.0000 100.0000 200.0000 300.0000 400.0000 500.0000 600.0000 700.0000 800.0000 0 200 400 600 800 2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 25 Tahun 50 Tahun 100 Tahun Intensitas Curah Hujan (mm/jam) Durasi (menit)

(5)

67

Berdsarkan pada kurva IDF gambar 4.3. bahwa Intensitas Curah Hujan paling tinggi pada periode ulang paling lama yaitu pada periode ulang 100 tahun nilainya sebesar 786,399 mm/jam. Sedangkan intensitas curah hujan paling rendah pada periode ulang paling cepat yaitu 2 tahun dengan nilainya sebesar 376,785 mm/jam. Tetapi untuk durasi hujan intensitas paling tinggi durasi paling cepat yaitu 5 menit dengan intensitas sebesar 376,785 mm/jam, sedangkan intensitas paling rendah pada durasi paling lama yaitu dengan durasi 720 menit dengan nilai intensitas sebesar 4,857 mm/jam.

IV.2. Penggunaan Lahan

IV.2.1. Hasil Perubahan Penggunaan Lahan

Sebelum ditentukan penilaian koefisien debit puncak dan perhitungan debit puncak, perlu dilakukan perhitungan terhadap luas tata guna lahan. Perhitungan terhadap luas tata guna lahan ini menggunakan fungsi calculate geometry dan measure tools pada Argis10. Perhitungan tata guna lahan Das ini akan mempengaruhi hasil analisis akhir dari penelitian ini, apakah dengan adanya perubahan lahan dan penggunaan lahan apa yang meningkat terbanyak sehingga debit air sungai bisa meningkat. Perubahan tata guna lahan DAS dilakukan secara keseluruan di seluruh DAS. Perubahan ini mencakup berkurang atau bertambahnya luasan suatu jenis tata guna lahan yang ada di DAS yang terjadi antara tahun 2002 sampai 2013 di kawasan DAS Bogowonto. Luas penggunaan lahan tahun 2002, 2008 dan 2013 disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Luas Penggunaan Lahan

No. Tata GunaLahan

Tahun 2002 2008 2013 Ha % Ha % Ha % 1 Sawah 8380,214 19,94 8339,523 19,84 8289,327 19,71 2 Tegalan 1643,483 3,91 1553,608 3,70 1522,294 3,62 3 Pemukiman 6463,340 15,38 6465,108 15,38 6468,302 15,38 4 Hutandan Perkebunan 22936,777 54,57 22971,164 54,65 23021,641 54,74 5 LahanKosong 36,166 0,09 61,634 0,15 72,415 0,17

(6)

68

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Luas Penggunaan Lahan (Lanjutan)

No. Tata GunaLahan Tahun 2002 2008 2013 Ha % Ha % Ha % 6 Tambak dan Danau 572,740 1,43 630,903 1,58 669,523 1,67 Jumlah 40032,720 100 40032,720 100 40032,720 100

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Dari Tabel 4.4 disajikan data penggunaan lahan DAS 2002, 2008, dan 2013. Berdasarkan tabel diatas terjadi perubahan pada beberapa tata guna lahan. Pada tabel 4.4. terjadi pengurangan luas sawah, dan luas Tegalan. Pada tahun 2002 sawah luasnya 8380,214 Ha, pada tahun 2008 luas sawah turun menjadi 8339.523 Ha, dan pada tahun 2013 luas sawah turun 8289,327 Ha. Pada tahun 2002 tegalan luasnya 1643,483 Ha, pada tahun 2008 luasnya turun menjadi 1553,608 Ha dan pada tahun 2013 luasnya turun menjadi 1522,294 Ha.

Sementara Pemukiman, Hutan dan Perkebunan, Lahan Kosong, serta Tambak dan Danau mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 luas pemukiman 6463,340 Ha, pada tahun 2008 luasnya meningkat menjadi 6465,108 Ha, dan pada tahun 2013 luasnya meningkat menjadi 6468,302 Ha. Pada tahun 2002 luas hutan dan perkebunan 22936,777 Ha, pada tahun 2008 luasnya meningkat menjadi 22971,164 Ha, dan pada tahun 2013 luasnya meningkat menjadi 23021,641 Ha. Pada tahun 2002 luaas lahan kosong 36,166 Ha, pada tahun 2008 luasnya meningkat menjadi 61,634 Ha, dan pada tahun 2013 luasnya meningkat menjadi 72,415 Ha. Pada tahun 2002 luas tambak dan danau 572,740 Ha, pada tahun 2008 luasnya meningkat menjadi 630,903 Ha, dan pada tahun 2013 luasnya meningkat menjadi 669,523 Ha.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 4.4. Grafik Perubahan Lahan DAS Bogowonto pada tahun 2002, 2008 dan 2013.

(7)

69

Gambar 4.4. Grafik Perubahan Tata Guna Lahan.

Pada gambar 4.4. disajikan grafik perubahan luas Tata Guna Lahan tahun 2002, 2008, dan 2013. Dari grafik tersebut yang mengalami peningkatan adalah pemukiman, hutan dan perkebunan, lahan kosong, serta tambak dan danau. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu sawah dan tegalan.

IV.2.2. Analisis Hasil Perubahan Lahan

Setelah dilakukan perhitungan nilai dan luasan pada masing-masing tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai Bogowonto pada tahun 2002, 2008 dan 2013

0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000 2002 2008 2013 Luas Penngunaan

Lahan (Ha) Tahun

(8)

70

bahwa jenis-jenis penggunaan lahan yang mengalami pengurangan yaitu Sawah dan Tegalan. Pengurangan lahan tersebut berdampak sebaliknya meingkatnya kawasan pemukiman, hutan dan perkebunan, lahan kosong serta tambak dan danau. Dalam tabel 4.5. ditunjukan presentase kawasan penggunaan laham yang mengalami peningkatan dan kawasan yang mengalami pengurangan untuk setiap tahunnya.

Tabel 4.5.Presentase Perubahan Pengunaan Lahan

No Tata Guna Lahan Perubahan Tahun 2002-2008 Rata-rata Tiap Tahun (%) Perubahan Tahun 2008-2013 Rata-rata Tiap Tahun (%) Ha % Ha % 1. Sawah -40,691 -0,10 -0,01 -50,195 -0,14 -0,03 2. Tegalan -89,875 -0,22 -0,03 -31,314 -0,08 -0,02 3. Pemukiman 1,767 0,01 0,00 3,194 0,00 0,00 4. Hutan dan Perkebunan 34,387 0,10 0,01 50,476 0,10 0,02 5. Lahan Kosong 25,467 0,06 0,01 10,780 0,03 0,01 6. Tambak dan Danau 58,162 0,15 0,02 38,620 0,10 0,02

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Berdasarkan pada tabel 4.5. bahwa yang bertanda minus mengalami pengurangan. Pengunaan lahan untuk tegalan mengalami pengurangan yang paling besar pada tahun 2002 sampai 2008, walaupun pengurangannya tidak signifikan. Pada tahun 2002 sampai 2008 tegalan mengalami pengurangan sebesar 89,875 Ha, dan pada tahun 2008 sampai 2013 tegalangan mengalami pengurangan sebesar 31,314 Ha. Pada tahun 2002 sampai 2008 sawah mengalami pengurangan sebesar 40,6913 Ha, dan pada tahun 2008 sampai 2013 sawah mengalami pengurangan sebesar 50,195 Ha..

Sedangkan tambak dan danau mengalami peningkatan yang paling besar pada tahun 2002 sampai 2008 walaupun peningkatannya tidak signifikan. Pada tahun 2002 sampai 2008 tambak dan danau mengalami peningkatan sebesar 58,162 Ha, dan pada tahun 2008 sampai 2013 tambak dan danau mengalami

(9)

71

peningkatan sebesar 38,620 Ha. Pada tahun 2002 sampai 2008 pemukiman mengalami peningkatan sebesar 1,767 Ha, dan pada tahun 2008 sampai 2013 mengalami peningkatan sebesar 3.1941 Ha. Pada tahun 2002 sampai 2008 hutan dan perkebunan mengalami peningkatan sebesar 34,387 Ha, pada tahun 2008 sampai 2013 mengalami peningkatan sebesar 50,476 Ha. Pada tahun 2002 sampai 2008 lahan kosong mengalami peningkatan sebesar 25,467 Ha, dan pada tahun 2008 sampai 2013 mengalami peningkatan sebesar 10,780 Ha.

IV.2.3. Analisis Terhadap Validasi Penggunaan Lahan

Survei lapangan dilakukan pada saat proses digitasi, dengan melakukan validasi antara data tahun terakhir yang digunakan, yaitu tahun 2013 dan dicocokan dengan keadaan sekarang tahun 2014. Tidak terlalu banyak perubahan yang berpengaruh yang terjadi antara citra 2013 dan keadaan tahun 2014. Proses survey lapangan, dilakukan dengan membagi wilayah DAS berdasarkan kecamatan, dari 6 kecamatn diambil 10 titik untuk dijadikan sampel pada tiap-tiap kecamatan. Jika ditotal diambil 60 titik untuk menjadi sampel sebagai validasi data 2013 dari proses digitasi.

Pada tabel 4.6. hasil validari lapangan dari 60 titik sampel untuk penggunaan lahan sawah diambil 19 titik sampel, sedangkan penggunaan lahan tegalan diambil 2 titik sampel. Penggunaan lahan pemukiman diambil paling banyak yaitu 21 titik sampel, sedangkan penggunaan lahan untuk lahan kosong diambil paling sedikit yaitu 1 sampel, dan penggunaan lahan tambak dan danau diambil 6 titik sampel.

(10)

72

Tabel 4.6. Hasil Validasi Lapangan

Hasil Validasi Lapangan

Penngunaan Lahan

Sawah Tegalan Pemukiman Hutan dan Perkebunan Lahan Kosong Tambak dan Danau Sawah 19 0 0 0 0 0 Tegalan 0 2 0 0 0 0 Pemukiman 0 0 21 0 0 0 Hutan dan Perkebunan 0 0 0 11 0 0 Lahan Kosong 0 0 0 0 1 0 Tambak dan Danau 0 0 0 0 0 6 Jumalah 19 2 21 11 1 6

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Tabel 4.7.Komersi Penggunaan Lahan

Penngunaan Lahan

Validasi Lapangan

Sawah Tegalan Pemukiman Hutan dan Perkebunan Lahan Kosong Tambak dan Danau Sawah 89% 0 0 0 0 0 Tegalan 0 50% 0 0 0 0 Pemukiman 0 0 95% 0 0 0 Hutan dan Perkebunan 0 0 0 91% 0 0 Lahan Kosong 0 0 0 0 100% 0 Tambak dan Danau 0 0 0 0 0 83%

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

IV.2.4. Analisis Terhadap Perhitungan Koefisien Debit (Q)

Debit ditentukan dari nilai koefisien tiap tata guna lahan dan luas penggunaan lahan dari jenis tata guna lahan tersebut. Perhitungan koefisien debit menggunakan nilai dari perhitungan koefisien setimbang dikarenakan DAS memiliki lebih dari satu jenis tata guna lahan, sehingga perlu koefisien setimbang.

(11)

73

Pada saat melakukan perhitungan, ada beberapa daerah yang sulit ditentukan nilai C nya. Nilai C ditentukan berdasarkan interval, penggunaan lahan dan jenis tanah serta kelerengan daerah. Setelah ditentukan nilai koefisien pada masing-masing jenis tata guna lahan pada tabel 3.11, pada bab 3 lalu dapat ditentukan nilai koefisien tertimbang pada DAS dengan menggunakan rumus 2.29. pada bab 2. Sehingga setelah dihitung dapat dihasilkan koefisien tertimbang DAS Bogowonto yang dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Koefisien C

Tahun Koefisien C

2002 0,3114

2008 0,3104

20013 0,3099

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Pada tabel 4.8. disajikan bahwa koefisien debit mengalami penurunan dari tahun 2002 sampai 2013. Debit tertinggi pada tahun 2002 dengan nilai koefisien 0,3114 dan koefisien terendah pada tahun 2013 dengan nilai koefisien 0,3099.

Hal ini disebabkan karena besarnya perubahan penggunaan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Bogowonto. Perubahan luas penggunaan lahan sawah, dan tegalan mengalami pengurangan dan pemukiman, hutan dan perkebunan, lahan kosong, dan tambak danau mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik di gambar 4.3. Pada grafik 4.3. dapat dilihat lebih jelas penurunan nilai koefisien debit pada DAS Bogowonto tahun 2002-2008-2013.

(12)

74

Gambar 4.5. Diagram Nilai Koefisien Debit DAS Bogowonto

Berdasarkan diagram gambar 4.5. bahwa penurunan koefisien debit pada tahun 2002 nilainya 0,3114, sedangkan tahun 2008 nilai koefisien debitnya menjadi 0,3104 dan tahun 2013 mengalami penurunan lagi koefisien debitnya menjadi 0,3099. Koefisien debit ini menandakan bahwa nilai dari curah hujan yang jatuh dikawasan DAS tersebut, tidak akan terserap oleh tanah sebesar dari koefisien itu. Berdasarkan nilai dari koefisien debit ini nantinya akan mempengaruhi besarnya debit, semakin besar koefisien debit maka semakin besar pula nilai debit DAS tersebut dimana debit inilah yang menjadi dasar untuk menentukan kerawanan banjir di di daerah aliran sungai tersebut.

IV.2.5. Analisis Terhadap Perhitungan Debit (Q)

Perhitungan nilai debit menjadi perhitungan yang terpenting dalam penelitian ini untuk menjadi penghubung dan analisis adanya pengaruh perubahan lahan terhadap tingkat kerawanan banjir dari nilai debit DAS. Perhitungan debit dalam penelitian ini adalah dengan metode Rasional, dimana nilai koefisien dari tata guna lahan sangat berpengaruh terhadap nilai debit.

0.3090 0.3095 0.3100 0.3105 0.3110 0.3115 0.3120 2002 2008 2013

Koefisien C

Koefisien C Tahun Nilai Koefisien C

(13)

75

Selain nilai koefisien debit pada tabel 4.8, metode rasional (2.28) dipengaruhi oleh curah hujan dan luas DAS Bogowonto itu sendiri. Dengan meningkatkan koefisien debit pada DAS (pada tabel 4.8.) dan intensitas curah hujan maksimum berdasarkan data harian pada tabel 3.7. maka nilai debit di kawasan DAS Bogowonto akan meningkat. Untuk jelasnya, hasil perhitungan debit disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Tabel Nilai Debit Pada DAS

Debit (Q)

Durasi Tahun 2002 Tahun 2008 Tahun 2013

5 4673,666 5116,089 6349,287 10 2944,225 3222,934 3999,800 15 2246,864 2459,559 3052,419 30 1415,436 1549,425 1922,903 45 1080,179 1182,432 1467,450 60 891,668 976,076 1211,353 120 561,716 614,889 763,104 180 428,669 469,248 582,358 360 270,045 295,608 366,862 720 170,117 186,221 231,108

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Berdasarkan perhitungan dalam tabel 4.9. bahwa DAS mengalami peningkatan debit tahun 2002 sampai 2013. Dapat dilihat pada durasi 5 menit dari tahun 2002 nilai debitnya 4673,666 m³/dt meningkat pada tahun 2008 menjadi 5116,089 m³/dt dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 6349,287 m³/dt. Pada durasi 10 menit dari tahun 2002 debitnya 2944,225 m³/dt meningkat pada tahun 2008 menjadi 3222,934 m³/dt meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 3999,800 m³/dt. Pada tahun 2002 durasi 15 menit debitnya 2246,864 m³/dt meningkat pada tahun 2008 menjadi 2459,559 m³/dt dan meningkat lagi pada tahun 2013 nilai debitnya menjadi 3052,419 m³/dt. Durasi 30 menit pada tahun 2002 nilai debitnya 1415,436 m³/dt, meningkat pada tahun 2008 nilai debitnya menjadi 1549,425 m³/dt, dan meningkat lagi pada tahun 2013 nilai debitnya

(14)

76

menjadi 1922,903 m³/dt. Durasi 45 menit pada tahun 2002 nilai beditnya 1080,179 m³/dt, meningkat pada tahun 2008 nilai debitnya menjadi 1182,432 m³/dt, dan meningkat lagi pada tahun 2013 nilai debitnya menjadi 1467,450 m³/dt. Durasi 60 menit pada tahun 2002 nilai debitnya 891,668 m³/dt, meningkat pada tahun 2008 nilai debitnya menjadi 976,076 m³/dt, dan meningkat lagi pada tahun 2013 nilai debitnya menjadi 1211,353 m³/dt. Durasi 120 menit pada tahun 2002 nilai debitnya 561,716 m³/dt, meningkat pada tahun 2008 nilai debitnya menjadi 614,889 m³/dt, dan meningkat lagi pada tahun 2013 nilai debitnya menjadi 763,104 m³/dt. Durasi 180 menit pada tahun 2002 nilai debitnya 428,669 m³/dt meningkat pada tahun 2008 nilai debitnya menjadi 469,248 m³/dt dan meningkat lagi pada tahun 2013 nilai debitnya menjadi 582,358 m³/dt. Durasi 360 menit pada tahun 2002 nilai debitnya 270,045 m³/dt, meningkat pada tahun 2008 menjadi 295,608 m³/dt, dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 366,862 m³/dt. Serta durasi 720 menit pada tahun 2002 nilai debitnya 170,117m³/dt, meningkat pada tahun 2008 nilai debitnya menjadi 186,221 m³/dt, dan meningkat lagi pada tahun 2013 nilai debitnya menjadi 231,108m³/dt,. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 4.6. diagram peningkatan debit.

Gambar 4.6. Diagram Peningkatan Debit Pada DAS 0.0000 1000.0000 2000.0000 3000.0000 4000.0000 5000.0000 6000.0000 7000.0000 5 10 15 30 45 60 120 180 360 720 2002 2008 2013 Durasi (Menit) Nilai Debit (m³/dt) Tahun

(15)

77

Berdasarkan diagram pada gambar 4.6. dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan perubahan lahan yang menyebabkan daerah penyerapan air berkurang menyebabkan debit pada DAS bertambah. Nilai debit inilah yang dapat menyebabkan banjir. Semakin besar nilai debit, maka kerawanan banjir akan semakin besar dan kerawanan DAS Bogowonto mudah terkena banjir. Untuk nilai debit DAS Bogowonto dapat dilihat grafik kenaikan pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Grafik Peningkatan Nilai Debit

Dari gambar 4.7. dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2002 hingga 2013, mengalami kenaikan nilai debit. Kenaikan berawal dari 4673,666 m³/dt pada tahun 2002 meningkat pada tahun 2008 menjadi 5116,089 m³/dt dan meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 6349,287 m³/dt. Kenaikan ini diakibatkan perubahan penggunaan lahan yang dapat dilihat pada perhitungan sebelumnya (tabel 4.4.) nilai debit ini juga menggunakan perhitungan intensitas curah hujan pertahunnya. Apabila dilihat pada bab sebelumnya, bahwa intensitas curah hujan di kawasan DAS Bogowonto juga besar. Itulah yang menyebabkan DAS Bogowonto termasuk DAS yang berpontensi banjir.

0.0000 1000.0000 2000.0000 3000.0000 4000.0000 5000.0000 6000.0000 7000.0000 2002 2008 2013

Debit (Q) Durasi 5 Menit

Debit (Q)

Tahun Nilai

Debit

(16)

78 IV.2.7. Pengaruh Intensita Curah Hujan terhadap Debit Air

Berdasarkan seluruh proses pengolahan data sehingga didapatkan hasil dan analisis, mulai dari pengolahan data curah hujan, pembuatan peta Tata Guna Lahan, perhitungan luas tata guna lahan, menganalisis intensitas curah hujan serta menghitung koefisien debit sehingga di dapat nilai debit yang semakin meningkat setiap tahunnya. Dapat dilihat Tabel 4.10. hasil intensitas curah hujan dan debit air.

Tabel 4.10. Hasil Intensitas Curah Hujan dan Debit Air.

2002 2008 2013

Durasi Intensitas Debit Intensitas Debit Intensitas Debit 5 134,951 4673,667 148,216 5116,089 184,256 6349,287 10 84,014 2909,592 93,370 3222,934 116,074 3999,800 15 64,877 2246,864 71,255 2459,559 88,581 3052,419 30 40,870 1415,436 44,887 1549,425 55,803 1922,903 45 31,190 1080,179 34,255 1182,432 42,585 1467,450 60 25,746 891,668 28,277 976,076 35,153 1211,353 120 16,219 561,716 17,813 614,889 22,145 763,104 180 12,377 428,669 13,594 469,248 16,900 582,358 360 7,797 270,045 8,564 295,608 10,646 366,862 720 4,912 170,117 5,395 186,221 6,707 231,108

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Berdasarkan pada tabel 4.10 pada tahun 2002, 2008, dan 2013 hasil intensitasnya meningkat. Pada tahun 2002, 2008, dan 2013 hasil debit airnya meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 4.8 grafik pengaruh intensitas curah hujan terhadap debit air.

(17)

79

Gambar 4.8. Pengaruh Intensitas Curah Hujan Terhadap Debit Air

Berdasarkan pada gambar 4.8. pengaruh intensitas curah hujan dan debit air. Intensita curah hujan dan debit airnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 hasil intensitas curah hujannya 134,951 mm/jam, sedangkan hasil debit airnya 4673,667 m³/dt. Pada tahun 2008 inetensitasnya meningkat menjadi 148,216 mm/jam, dan debit airnya meningkat menjadi 5116,089 m³/dt. Pada tahun 2013 intensitasnya meningkat menjadi 184,256 mm/jam, dan debit airnya meningkat menjadi 6349,287 m³/dt.

Gambar 4.9. Grafik Validasi Debit Air 0.0000 1000.0000 2000.0000 3000.0000 4000.0000 5000.0000 6000.0000 7000.0000 0.0000 50.0000 100.0000 150.0000 200.0000 Pengaruh Intensitas Curah Hujan Terhadap

Debit Air (Durasi 5 Menit)

2008 2002

2013

Intensitas Curah Hujan (mm/jam) Debit Air (m³/dt) 0.0000 1000.0000 2000.0000 3000.0000 4000.0000 5000.0000 6000.0000 7000.0000 0.0000 200.0000 400.0000 2002 2008 2013

Intensitas Curah Hujan Periode Ulang 2 Tahun (mm/jam) Debit Air

(18)

80

Berdasarkan pada gambar 4.10 pada tahun 2002, 2008 dan 2013 nilai debitnya meningkat terhadap intensitas curah hujan pada periode ulang 2 tahun. Pada periode ulang 2 tahun untuk durasi 5 menit nilai intensitasnya 376,7859 mm/jam, pada tahun 2002 nilai debitnya 4673,667 m³/dt. Pada tahun 2008 nilai debitnya meningkat menjadi 5116,089 m³/dt. Pada tahun 2013 nilai debitnya meningkat menjadi 6349,2879 m³/dt.

IV.2.7. Pengaruh Intensita Curah Hujan terhadap Penggunaan Lahan

Tabel 4.11. Hasil Intensitas Curah Hujan dan Penggunaan Lahan.

2002 2008 2013 Intensitas Penggunaan Lahan Intensitas Penggunaan Lahan Intensitas Penggunaan Lahan Sawah 422,958 8380,214 465,631 8339,523 578,851 8289,327 Tegalan 422,958 1643,484 465,631 1553,608 578,851 1522,293 Pemukiman 422,958 6463,340 465,631 6465,108 578,851 6468,301 Hutan dan Perkebunan 422,958 22936,777 465,631 22971,164 578,851 23021,640 Lahan Kosong 422,958 36,1662 465,631 61,634 578,851 72,414 Tambak dan Danau 422,958 572,730 465,631 630,903 578,851 669,523

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Berdasarkan pada tabel 4.11 pada tahun 2002, 2008, dan 2013 hasil intensitasnya meningkat. Pada tahun 2002, 2008, dan 2013 hasil penggunaan lahan hutan dan perkebunan meningkat. Untuk lebih jelasnya disajikan gambar 4.9. grafik pengaruh intensitas curah hujan terhadap penggunaan lahan hutan dan perkebunan.

(19)

81

Gambar 4.10. Pengaruh Debit Air Terhadap Penggunaan Lahan Hutan dan Perkebunan.

Disajikan pada gambar 4.9. pengaruh debit air dan penggunaan lahan hutan dan perkebunan. Debit air dan penggunaan lahan hutan dan perkebunan mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 hasil debit airnya 14647,957 mm/jam, sedangkan luas penggunaan lahan hutan dan perkebunan 22936,776 Ha. Pada tahun 2008 debitnya meningkat menjadi 16072,248 mm/jam, dan luasnya meningkat menjadi 22971,164 Ha. Pada tahun 2013 debitnya meningkat menjadi 19946,649 mm/jam, dan luasnya meningkat menjadi 23021,641 Ha.

Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh perunahan lahan terhadap debit air dan curah hujan, menggunakan analisis regresi linier. Analisis regresi linier adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dengan persamaan :

Y = a + bX+ ... (4.1) Keterangan : .. …... (4.2) ... (4.3) 22930.0000 22940.0000 22950.0000 22960.0000 22970.0000 22980.0000 22990.0000 23000.0000 23010.0000 23020.0000 23030.0000 0.000 5000.000 10000.000 15000.000 20000.000 25000.000

Pengaruh Debit Air Terhadaap Penggunaan Lahan Hutan dan Perkebunan

Penggunaan Lahan (Ha) Debit Air (m³/dt) 2002 2008 2013 2 2 ) ( ) ( ) )( ( ) ( X X n Y X XY n b n X b Y a ( )

(20)

82

Dari persamaan 4.1 dapat di hitung untuk penggunaan lahan sawah, tegalan, pemukiman, hutan dan perkebunan, lahan kosong, tambak dan danau. Dari masing masing penggunaan lahan di cari nilai b dan a nya. Hasil perhitungan b dan a serta persamaan regresi linier dapat di lihat pada tabel 4.11. dan 4.12.

Tabel 4.12. Persamaan Regresi Linier Intensitas Curah hujan dan Debit Air. Pengaruh Intensitas Curah Hujan terhadap

Penggunaan Lahan Hutan dan Perkebunan

B A Persamaan

Sawah -0.55436 8607.518 Y = 8607.518 + (-0.55436 X) + Tegalan -0.67467 1903.142 Y = 1903.142 + (-0.67467 X) + Pemukiman 0.031086 6450.378 Y = 6450.378 + (0.031086 X) + Hutan dan Perkebunan 0.52416 22720.14 Y = 22720.14 + (0.52416 X) + Lahan Kosong 0.204358 3350.244 Y = 3350.244 + (0.204358 X) + Tambak dan Danau 0.563457 348.7754 Y = 348.7754 + (0.563457 X) +

Sumber : Hasil Perhitungan 2014

Berdasarkan pada tabel 4.12. persamaan regresi linier intensitas curah hujan dan penggunaan lahan sawah memiliki persamaan Y = 8607,518 + (-0,55436 X) + . Pada penggunaan lahan tegalan memiliki persaaan Y = 1903,142 + (-0,67467

X) + . Pada penggunaan lahan pemukiman memiliki persaaan Y = 6450,378 + (0,031086 X) + . Pada penggunaan lahan hutan dan perkebunan memiliki persaaan Y = 22720,14 + (0,52416 X) + . Pada penggunaan lahan untuk lahan kosong memiliki persamaan Y = 3350,244 + (0,204358 X) + . Pada penggunaan lahan tambak dan danau memiliki persaamaan Y = 348,7754 + (0,563457 X) + .

Gambar

Tabel 4.1. Hasil Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata.
Tabel 4.2. Hasil Intensitas Curah Hujan.
Gambar 4.2. Diagram Intensitas Curah Hujan
Tabel 4.3. Hasil Intensitas Curah Hujan Periode Ulang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengelompokkan data dilakukan untuk mengelompokkan data dan menggunakan fungsi and dan or dari fuzzy, dimana bertujuan untuk memilih nilai yang nantinya

Jika kita membaca sebuah riwayat dari salah seorang imam, maka kita tidak tahu apakah sang imam mengucapkan sabdanya dalam keadaan taqiyah atau tidak hal ini penting

Meningkatkan peran komite sekolah dalam membangun kemitraan untuk pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 3 (tiga) kemitraan

Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rumini pada tahun 2015 yang berjudul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tema Berbagai Pekerjaan Melalui

Dari hasil analisis data tersebut dapat dikatakan bahwa fungsi humor yang berfungsi sebagai alat untuk memperbaiki situasi tegang dan kaku menempati urutan

Seperti disebutkan di atas, biaya agensi yang berkaitan dengan kontrak utang dan kompensasi manajemen dan badan, informasi, dan biaya kontrak lain yang terkait dengan proses politik

1) Memberikan jasa konsultasi kepada emiten dalam rangka penawaran umum. Penjamin emisi merupakan mitra dalam membuat perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian proses emisi,

Sedangkan untuk museum yang berupa museum of science and technology atau pusat peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Kota Surakarta belum ada. Dengan