• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSAKA

2.1. Biomassa Kelapa Sawit

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya 30%. Diantara faktor lingkungan, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar mencapai 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas, maka produktivitas yang tinggi tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan mencapai 60-80% biaya produksi (Mariyono dan Romjali, 2007).

Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauanya itu sekitar 60-70%. Namun demikian karena ketersediaannya sangat terbatas maka pengembangan peternakan dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian. Strategi penyediaan pakan ternak dapat dilakukan dengan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agro industri pertanian (Mariyono dan Romjali, 2007).

Industri kelapa sawit beserta produk sampingnya berpotensi sebagai sumber bahan pakan alternatif. Menurut Siahaan (2009), produk samping industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan adalah: pelepah

(oil palm frond/OPF), daun, tandan kosong (empty fruit bunches/EFB), serat

perasan (fiber), lumpur sawit (solid decanter/SD), dan bungkil inti sawit (palm kernel cake/PKC).

Ranjhnan (2001) mengemukakan bahwa produk samping industri kelapa sawit seperti ampas press, serat, lumpur sawit, bungkil inti sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan. Lumpur sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan sampai dengan 10% dari total pakan untuk ternak sapi dan babi.

(2)

Bungkil inti sawit dapat digunakan sebagai sumber protein maupun energi. Menurut Siahaan (2009), daya dukung produk samping kelapa sawit menjadi bahan baku pakan adalah bahan kering pelepah mencapai 37,52 juta ton/tahun dari total tanaman kelapa sawit produktif. Sedangkan produk samping industri kelapa sawit (dalam kg/ha/tahun) adalah bahan kering bungkil inti sawit 470,58 kg, lumpur sawit 264,88 kg, dan serat perasan 2457,84 kg.

2.2. Pakan Ternak Ruminansia 2.2.1. Pakan Konsentrat

Konsentrat adalah pakan yang mengandung kepadatan nutrient tinggi, biasanya kadar serat kasarnya rendah (kandungan serat kasar kurang dari 18% bahan kering) dan kadar Total Digestible Nutrient (TDN) nya tinggi. Konsentrat dapat diberikan sebagai pakan tunggal atau dicampur dalam ransum seimbang untuk tujuan produksi tertentu. Ada dua macam pakan konsentrat, yaitu carbonaceous concentrate dan proteinaceous concentrate.

Carbonaceous concentrate atau pakan sumber energi adalah jenis pakan

dengan kandungan TDN yang sangat tinggi tetapi rendah protein (8 – 11%), contohnya adalah biji-bijian sereal (jagung, oat, barley, gandum).

Proteinaceous concentrate atau bahan pakan sumber protein adalah jenis

pakan yang kandungan proteinnya tinggi (lebih dari 15%) misalnya bungkil kedelai, bungkil kacang, canola, biji bunga matahari, bungkil kelapa, tepung ikan (FAO, 1983). Menurut Mariyono dan Romjali (2007), konsentrat sapi potong tidak selalu berbentuk konsentrat buatan pabrik (komersial), namun dapat berupa bahan pakan tunggal atau campuran beberapa bahan pakan. Introduksi penggunaan konsentrat sapi potong banyak digunakan untuk usaha penggemukan dan pada sapi induk dianjurkan sebesar 1-1,5% bobot badan. Kandungan gizi konsentrat sapi potong yang dibuat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor bekerja sama dengan perusahaan pakan“Yellow Feed” adalah: kadar air maks 13%, protein kasar min 12%,

(3)

lemak kasar maks 5%, serat kasar maks 15%, abu maks 10%, TDN min 63%, Ca 0,9% dan P 0,5% (Mariyono dan Romjali, 2007).

2.2.2. Pakan Lengkap

Complete feed (pakan lengkap) adalah kombinasi konsentrat dan pakan kasar

(roughages) dalam satu ransum (Sunarso, 2011). Pakan lengkap adalah

campuran berbagai bahan pakan menjadi ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrient spesifik sehingga meningkatkan konsumsi nutrient dan efisiensi pakan. Pakan lengkap dapat mengandung pakan kasar maupun tidak (Wright and Lackey, 2008). Bahan penyusun pakan lengkap dapat berasal dari produk pertanian (jagung, gaplek), atau mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami (jerami padi, jerami jagung), dedak padi, bekatul, dapat juga menggunakan limbah industri pertanian seperti bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil kapuk, bungkil kacang, bungkil kedelai, onggok dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut memiliki nilai nutrisi yang cukup untuk diolah sebagai bahan penyusun ransum pakan lengkap yang berkualitas (Soeharsono, 2004). Keuntungan pemberian pakan lengkap yaitu peternak lebih bisa mengontrol program pemberian pakan, menghemat tenaga dan keseluruhan biaya produksi. Semua hijauan, biji-bijian, suplemen protein, mineral dan vitamin telah dicampur menjadi satu dan ternak akan mengonsumsi semuanya karena tidak bisa memilih bahan pakan yang disukai. Nutrien pakan lengkap telah disesuaikan menurut periode produksi, fisiologis ternak dan produksi yang ingin dicapai sehingga tidak berlebih maupun tidak kurang. Pemberian pakan lengkap lebih praktis saat diaplikasikan pada ternak ruminansia karena sudah mengandung hijauan dan konsentrat, sehingga tidak perlu ada interval waktu pemberian konsentrat dan hijauan. Kelemahan pakan lengkap yaitu lebih rumit dalam penyiapannya, ternak harus dikelompokkan berdasarkan produksinya (terutama untuk ternak perah) karena kebutuhan nutriennya berbeda-beda, diperlukan peralatan yang memiliki kapabilitas untuk mencampur seluruh komponen pakan secara akurat (Schroeder and Park, 2010). Menurut Mariyono dan Romjali (2007), teknologi pakan lengkap

(4)

murah telah dikembangkan dan diadopsi secara komersial oleh pabrik pakan Prima Feed di Pasuruan, Jawa Timur sejak tahun 2002. Kandungan nutrisi pakan lengkap yang dikembangkan tersebut adalah: kadar air maks 15%, protein kasar 9-12%, lemak kasar maks 4%, serat kasar 20%, abu maks 10%, TDN min 60%, Kalsium 1,0% dan P 0,5%. Pakan tersebut banyak digunakan untuk penggemukan dan pembibitan sapi di wilayah yang tidak tersedia pakan hijauan sepanjang tahun seperti di daerah Nusa Tenggara.

2.2.3. Pakan Berbasis Biomassa Kelapa Sawit

Bahan pakan lengkap ternak ruminansia berbasis biomassa kelapa sawit hasil formulasi PPKS terdiri atas rajangan pelepah kelapa sawit, bungkil inti sawit, dedak padi halus, molasses, garam, mineral, dan urea (Rahutomo, 2012). Komposisi bahan pakannya bervariasi tergantung peruntukannya, untuk penggemukan berbeda dengan untuk pembiakan seperti terlihat pada Tabel 2.1. berikut ini.

Tabel 2.1. Komponen pakan lengkap ternak ruminansia berbasis biomassa kelapa sawit untuk penggemukan dan pembiakan sapi

No Komponen Penggemukan Pembiakan

1 Rajangan pelepah (%) 50 78 2 Bungkil inti sawit (%) 18 10 3 Bedak padi halus (%) 27 8,5

4 Molases (%) 1,5 1,5 5 Garam (%) 0,8 0,4 6 Mineral (%) 1 0,5 7 Urea (%) 0,4 0,2 Sumber :Rahutomo, (2012) 2.3. Formulasi Pakan

(5)

2.3.1. Bungkil Inti Sawit

Bungkil Inti Sawit (BIS) merupakan hasil sampingan pengolahan inti sawit (kernel) menjadi minyak inti sawit yang jumlahnya cukup banyak dan berpotensi mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi dan telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Selain itu bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. Bungkil kelapa sawit ini termasuk dalam jenis pakan konsentrat atau pakan penguat. Yang mana mempunyai manfaat sebagai sumber energi, protein, vitamin, dan mineral. Kandungan nutrisi BIS cukup baik, protein kasar 15-20%, lemak kasar 2.0-10.6%, serat kasar 13-21.30%, NDF 46.7-66.4% ADF 39.6-44%, energi kasar 19.1-20.6 MJ/kg, abu 3-12%, kalsium 0.20-0.40% dan fosfor 0.48-0.71%. Variasi kandungan nutrisi tersebut disebabkan adanya perbedaaan dan proses pengolahan inti sawit, yaitu pengolahan secara kimiawi atau fisik (Alimon, 2006).

2.3.2. Molasses

Molasses pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk berbagai produk

samping yang berasal dari tanaman dengan kandungan gula yang tinggi, berbentuk cairan kental serta berwarna coklat gelap. Akan tetapi istilah tersebut saat ini lebih banyak digunakan sebagai produk samping dari tanaman tebu atau bit (perez, 1983). Di Indonesia, molasses hasil pengolahan gula tebu tersebut dikenal dengan nama tetes tebu. Molasses mengandung sukrosa, glukosa, fruktosa, dan rafinosa dalam jumlah yang besar serta bahan organik non gula (Baker, 1981; Valli, 2012). Molasses memiliki kandungan mineral kalsium (Ca), kalium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), klor (Cl), dan sulfur (S) yang tinggi tetapi posfor (P) serta protein kasar sangat rendah (Chapman, 1965; Curtin, 1973, Senthilkumar, 2016). Dengan demikian, meskipun kekurangan p, molasses tetap merupakan sumber energi dan mineral yang baik jika digunakan sebagai suplemen pakan ternak. Selain itu, molasses sering ditambahkan kedalam ransum untuk meningkaran

(6)

palatabilitas (Verma, 1997), Aktivitas mikroba rumen, sintesis protein mikroba dan menurun kan jumlah unsur debu dalam pakan kering (Perry, 1999; daCosta, 2015).

2.3.3. Ampas Tebu

Salah satu hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan adalah ampas tebu. Menurut sutardi (1980), hasil samping penggilingan tebu dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Pangestu (2003) menyatakan hasil sampingan tebu dapat dijadikan sebagai pakan karena toleran terhadap musim panas, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah tersedia pada musim kemarau saat pakan hijauan kurang tersedia. Ampas tebu mengandung protein kasar 5,85%, serat kasar 36,75%, lemak kasar 1,7%, abu 0,48%, Ca 1,41%, F 0,49%, TDN 42,76%, hemiselulosa 17,92%, selulosa 46,07%, lignin 10,76% (tarmidi, 2010).

2.3.4. Kawul Jagung

Salah satu limbah tanaman pangan yang cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia adalah limbah tanaman jagung. Bagian tanaman jagung kira-kira 50% merupakan limbah yang ditinggalkan setelah panen. Presentase masing-masing limbah yaitu 50% tangkai, 20% daun, 20% tongkol dan 10% klobot (Furqaanida, 2004). Kawul jagung adalah limbah yang diperoleh ketika biji jagung dirontokan dari buahnya sehingga diperoleh jagung pipilan sebagai produk utama dan sisa buah yang disebut kawul.

2.3.5. Darah Sapi

Darah sapi merupakan limbah hasil ikutan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan penyusun ransum ternak. Selama ini limbah darah di rumah pemotongan hewan (RPH) dibuang percuma dan pemanfaatannya tidak dilakukan secara maksimal. Padahal dengan pengolahan yang benar akan dihasilkan pakan ternak tambahan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Penggunaan darah sebagai bahan pakan ternak juga bisa mengurangi

(7)

pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh darah yang belum dimanfaatkan. Menurut komposisiya 80% darah terdiri atas air. Darah terdiri atas plasma darah dan sel darah yang hanya dapat dipisahkan melalui proses sentrifugasi. Plasma darah menempati 60-70% dari total volume darah. Plasma darah kaya akan senyawa protein dengan penyusun 2 utama berupa albumin, globulin dan fibrinogen (Jamila, 2012). Menurut Khalil dan Yuniza (2011), kandungan darah segar yaitu bahan kering 20,20%, protein dalam bahan kering 95,70%, abu 4,10%, lemak 0,20%, kalsium 0,89%, fosfor 0,25%.

2.4. Fermentasi

Menurut Iglesias (2014), fermentasi merupakan proses yang memanfaatkan mikroba dengan tujuan merubah substrat menjadi produk tertentu sesuai yang diharapkan. Menurut Chilton (2015), definisi pakan fermentasi adalah pakan yang diberikan perlakuan dengan penambahan mikro-organisme atau enzim sehingga terjadi perubahan biokimiawi dan selanjutnya akan mengakibatkan perubahan yang signifikan pada pakan.

Tabel 2.2 SNI Mutu Pakan Ternak

No. Kandungan Nutrisi

Ternak Sapi

Penggemukan Induk Pejantan

1. Kadar Air (maks) (%) 14 14 14 2. Protein Kasar (min) (%) 13 14 12 3. Lemak Kasar (maks) (%) 7 6 6 4. TDN (min) (%) 70 65 65 5. Abu (maks) (%) 12 12 12 6. Kalsium (Ca, %) 0,8-1,0 0,8-1,0 0,5-0,7 7. Phospor (P, %) 0,6-0,8 0,6-0,8 0,3-0,5

Gambar

Tabel  2.1.  Komponen  pakan  lengkap  ternak  ruminansia  berbasis  biomassa  kelapa sawit untuk penggemukan dan pembiakan sapi
Tabel 2.2 SNI Mutu Pakan Ternak  No.  Kandungan Nutrisi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) information attainment berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen; (2) price comparison berpengaruh negatif terhadap

Sementara itu dalam penafsiran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan feminis, yang ditujukan sebagai reaksi atas penafsiran yang patriarkal, didasarkan atas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kinerja dan harapan pasien terhadap kualitas pelayanan jasa di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang, maka

Kelompok usaha ini berkeinginan ada penerapan teknologi yang dapat mengolah limbah pertanian seperti, jerami, tongkol jagung untuk dapat diolah menjadi silase atau

Praktak hearing akan menjadi suatu pengalaman yang mengasyikkan bagi peserta training apabila segala sesuatunya sudah disiapkan dengan baik.. Salah satu persiapan penting

Teori Interaksi simbolik dapat diterapkan sebagai pisau analisis film pendek Indonesia bejudul Kuncup, Grieving Dreams (Anak Lanang), dan Dewi Goes Home (Dewi

Pada pemaparan di atas, penulis menemukan kecemasan yang dialami oleh tokoh Icih Prihatini dalan naskah drama monolog Wanci karya Imas Sobariah. Kecemasan

Komposit dengan 10% Kitosan memiliki sifat fisik dan sifat mekanik yang memenuhi standar material sebagai kandidat material pengganti tulang untuk tulang cancellous..