• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

DOSEN MUDA

GAMBARAN PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DITINJAU DARI JENIS LENSA, POLA

PEMAKAIAN, WAKTU DAN IRITASI YANG DITIMBULKAN

OLEH

RATNA IDAYATI,S.Si.MT

dr. FIRDALENA MEUTIA,Sp.M.M.Kes.

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Dosen Muda Tahun anggaran 2015 Nomor 624/UN11/S/LK-PNBP/2015

tanggal 02 Juli 2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

NOVEMBER, 2015

(2)

1. Judul : Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Ditinjau dari Jenis Lensa, Pola Pemakaian, Waktu dan Iritasi yang ditimbulkan

2. Bidang Ilmu Penelitian : Kesehatan 3. Ketua Peneliti

a. Nama lengkap : Ratna Idayati, S.Si., M.T b. Jenis kelamin : Perempuan

c. NIP : 19741227 199903 2 003

d. Pangkat/ golongan : Penata / III c e. Jabatan fungsional : Lektor f. Jabatan Struktural : Penata

g. Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Pendidikan Dokter

h. Alamat Rumah : Jl. Kemuning I No.3 Sektor Timur Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh

i. Telepon/HP/fax/email : -/085277975480/-/ratnaidayati@ymail.com 4. Mata kuliah yang diampu : Fisiologi

5. Penelitian terakhir : Klasifikasi Data USG Tumor Payudara dengan

Menggunakan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System

(ANFIS) 6. Jumlah anggota peneliti : 1 orang

a. Nama anggota I : dr. Firdalena Meutia,Sp.M.M.Kes

7. Lokasi penelitian : Universitas Syiah Kuala, Kota Banda Aceh 8. Waktu penelitian : 6 bulan

9. Jumlah Biaya yang diusulkan : Rp. 15.000.000,-

Mengetahui, Banda Aceh, 28 November 2015

Dekan Fakultas Kedokteran Ketua Peneliti,

(DR. dr. Mulyadi, Sp.P(K) (Ratna Idayati, S.Si.M.T)

NIP.196208191990021001 NIP. 197412271999032003

Menyetujui,

Ketua Lembaga Penelitian,

(Prof. Dr. Ir. H. Hasanuddin,MS) NIP. 196011141986031001

(3)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala ditinjau dari jenis lensa, pola pemakaian, waktu dan iritasi yang ditimbulkan. Sebuah studi deskriptif cross sectional telah dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sebanyak 193 mahasiswa yang menggunakan lensa kontak telah diwawancara dan mengisi kuisioner. Mahasiswa Unsyiah paling banyak menggunakan lensa jenis soft lens (99,48%) dengan pola pemakaian harian (97,93%). Jangka waktu pemakaian terbesar pada kategori 1-6 bulan (53,4%) dengan lama waktu telah menggunakan lensa kontak terbanyak yaitu 6 bulan-1 tahun. Penggunaan cairan tetes mata lebih dari 1 x perhari. Kebersihan responden dalam menggunakan lensa kontak cukup bersih (49,74%). Kejadian mata merah pada responden akibat penggunaan lensa kontak mencapai 65% dan lama keluhan akan hilang kurang dari 1 hari (63,73%). Kejadian mata merah yang disertai adanya keluhan mata lain sekitar 57% dan 83,42% responden yang mengalami iritasi mata tidak pernah berkonsultasi ke dokter. Penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Unsyiah lebih banyak dalam kategori cukup. Dengan penelitian ini diharapkan kejadian iritasi mata akibat penggunaan lensa kontak dapat dikurangi sehingga kerusakan mata yang bersifat permanen tidak terjadi.

(4)

SUMMARY

The aim of this study was to know the use of the contact lenses by students in Syiah Kuala University based on lense types, the pattern of use, time and the irritation resulted. A cross sectional study was carried out among students in Syiah Kuala University, banda Aceh. The number of students participated was 193 which had been interviewed using questioner. The lense type used most frequently was soft lense (99,48%) and used daily (97,93%). The duration of contact lense use 1-6 month (53,4%) dan most student had used the lense from 6 month to 1 years. The frequency of application ear drop solution was more than once in the dy. the hygiene of using can be categorized in to sufficient (49,74%). The incident of red eye caused by the use of contact lense was about 65% and the effect would disappear in less than 1 day (63,73%). The irritation experienced with other unpleasant effects was 57% and 83,42% respondents never consulted with health professionals. The utilization of contact lenses by students was classified as sufficients. Hopefully, this study could inform the use of contact lenses so that the use could be damage to eyes would not happen.

(5)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tim dapat menyusun laporan akhir penelitian yang berjudul ”Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala ditinjau dari Jenis Lensa, Pola Pemakaian, Waktu dan Iritasi yang ditimbulkan”. Selama melakukan kegiatan, tim banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini tim menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Menteri Riset, Teknologi dan pendidikan Tinggi

2. Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. selaku Rektor Universitas Syiah Kuala 3. Prof. Dr. Ir. H. Hasanuddin, MS selaku Ketua Lembaga Penelitian Unsyiah

4. Dr. dr. Mulyadi, Sp.P(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sehingga penelitian ini telah terlaksana dengan baik

5. Staf administrasi di Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan keuangan

6. Seluruh staf pengajar dan admintrasi di Fakultas Kedokteran Unsyiah yang telah membantu kegiatan ini.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada tim senantiasa mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya tim berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, klinisi di lingkungan Fakultas kedokteran, para medis dan bagi masyarakat umum lainnya. Atas segala bantuan yang telah diberikan tim mengucapkan terima kasih. Amin.

Banda Aceh, 28 November 2015

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN …………... iii

SUMMARY ………... iv

PRAKATA ………. ... v

DAFTAR ISI ………. ... vi

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ……… ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. PERUMUSAN MASALAH... 2

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 18

BAB V. METODE PENELITIAN ... 19

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik sampel ... 22

Tabel 4.2 Jenis Lensa Kontak ………..…... 22

Tabel 4.3 Pola penggunaan Lensa Kontak ………..…... 23

Tabel 4.4 Cara pemakaian Lensa Kontak ………..…... 23

Tabel 4.5Lama waktu pemakaian lensa kontak………..…... 24

Tabel 4.6 Perawatan Lensa Kontak ………..…... 24

Tabel 4.7 Kebersihan Lensa Kontak ………..…... 25

Tabel 4.8 Lama waktu keluhan mata merah………..…... 25

Tabel 4.9 Keluhanlain yang menyertai mata merah.…………..…... 26

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian ...……… 21

Gambar 4.1. Jangka waktu pemakaian lensa kontak...…. 23

Gambar 4.2. Penggunaan cairan tetes mata pada pemakai lensa kontak...…. 23

Gambar 4.3. Kejadian mata merah ...…. 25

Gambar 4.4 Kejadian mata merah disertai keluhan lain...…. 26

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Instrumen penelitian... 20

Personalia penelitian... 22

Buku catatan harian penelitian... 27

(10)

BAB I. PENDAHULUAN

Lensa kontak merupakan alat bantu penglihatan agar kita dapat melihat tanpa menggunakan kacamata. Dengan kata lain lensa kontak dapat digunakan sebagai pengganti kacamata untuk mengoreksi kelainan refraksi dan kelainan akomodasi. Namun, sekarang lensa kontak juga banyak digunakan dalam terapi maupun untuk kepentingan kosmetik (Weinstock, 2008).

Seiring dengan perkembangan teknologi, lensa kontak yang digunakan saat ini jauh berbeda dengan lensa kontak yang pertama kali dibuat pada awal abad ke-19. Hidrogel silikon dan rigid gas permeable lenses merupakan bahan baku lensa kontak yang terbaru. Bahan ini terasa sangat nyaman di mata dan memungkinkan masuknya asupan oksigen yang dibutuhkan oleh kornea dengan lebih maksimal. Bahkan masalah potensial yang dahulu dapat ditimbulkan pada penggunaan lensa kontak, yaitu infeksi oleh mikrooorganisme, kini sudah merupakan hal yang dapat dihindari dengan penggunaan bahan baku yang lebih aman (Key, 2007).

Meningkatnya keamanan dan kenyamanan dalam pemakaian lensa kontak ini menyebabkan meningkatnya angka pengguna lensa kontak. Selain itu, perkembangan lensa kontak yang kini bisa dibuat dalam berbagai desain juga membuat peminat lensa kontak semakin banyak. Di seluruh dunia tercatat 125 juta pemakai lensa kontak baik itu untuk kepentingan alat bantu penglihatan, terapi, maupun kosmetik. Penggunaan lensa kontak yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat yang mencapai 25 juta pengguna, dan di Inggris mencapai 1,65 juta pengguna (Key, 2007).

Walau bagaimanapun, lensa kontak tetaplah benda asing yang diletakkan di mata dan tetap bisa menimbulkan berbagai keluhan. Iritasi mata dan penglihatan kabur adalah keluhan yang sering disampaikan oleh pemakai lensa kontak (Rumpakis, 2010). Keluhan akibat pemakaian lensa kontak juga bisa berkembang menjadi infeksi dan gangguan pada bagian-bagian mata seperti konjungtiva dan kornea (Ventocilla, 2010).

Iritasi mata ditandai dengan adanya mata merah yang bisa hilang saat melepaskan lensa kontak ataupun yang menetap. Kemerahan pada mata yang disertai sensitif terhadap cahaya, nyeri pada mata, serta penglihatan kabur juga merupakan tanda-tanda iritasi mata yang mungkin saja mengarahkan pada masalah mata yang lebih serius seperti infeksi (Weinstock, 2008).

(11)

Iritasi mata dapat terjadi karena pemakaian lensa kontak yang terlalu lama, lensa kontak yang sudah melewati batas kadaluwarsa, kurangnya perawatan lensa kontak, cara pemakaian yang salah, intoleransi pada cairan pembersih, ataupun infeksi sekunder akibat pemakaian lensa kontak. Maka sangat diperlukan pengetahuan tentang lensa kontak, cara pemakaian, dan cara perawatannya bagi pengguna lensa kontak untuk mencegah iritasi mata yang dapat terjadi (Weinstock, 2008).

Berdasarkan studi awal yang dilakukan, banyak mahasiswa di Fakultas Ekonomi menggunakan lensa kontak mengingat kepraktisan yang ditawarkan oleh penggunaan lensa kontak dibandingkan kacamata. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Penggunaan Lensa Kontak pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.”

BAB II. PERUMUSAN MASALAH

Aktivitas mahasiswa yang terkadang menghabiskan waktu seharian membuat penggunaan lensa kontak menjadi berlebihan dan berkurangnnya kesempatan untuk melakukan perawatan pada lensa kontak yang akan sangat terkait dengan beberapa masalah kesehatan mata. Namun, masalah ini kadang tidak dihiraukan oleh sebagian besar mahasiswa pengguna lensa kontak padahal efek yang ditimbulkan nantinya dapat merugikan mereka. Sejauh ini pun masih belum ada data atau hasil penelitian mengenai berapa banyak mahasiswa yang menggunakan lensa kontak dan mengalami iritasi mata akibat penggunaan lensa kontak. Berbagai pemasalahan yang muncul akibat penggunaan lensa kontak di kalangan mahasiswa , jenis lensa kontak apa yang digunakan, bagaimana pola pemakaiannya, jangka waktu pemakaian, dan seberapa besar iritasi yang terjadi akibat penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian ini telah menjawab permasalahan-permasalahan tersebut.

(12)

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Mata

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan jaringan khusus. Mata menangkap pola iluminasi dalam lingkungan sebagai suatu gambaran optik pada sebuah lapisan sel peka cahaya, yaitu retina, seperti sebuah kamera menangkap bayangan pada film (Sherwood, 2001). Adapun struktur mata terdiri atas: a). Kelopak mata. Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang berbentuk film air mata di depan kornea. Palpebra berfungsi untuk menutup mata sehingga dapat melindungi melindungi bola mata terhadap trauma, sinar, dan kekeringan bola mata (Ilyas, 2004). b) Konjungtiva : Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin yang dihasilkan bersifat membasahi bola mata terutama bagian kornea (Ilyas, 2004). Konjungtiva berhubungan dengan kulit pada tepi kelopak dan dengan epitel kornea di limbus (Vaughan dkk., 2000).

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus. Konjungtiva bagian ini sukar digerakkan dari tarsus.

- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya karena melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali.

- Konjungtiva fornises atau konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga memungkinkan bola mata mudah bergerak (Ilyas, 2004).

c). Bola Mata; Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior maksimal 24 mm. Bagian depan bola mata (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam.

Menurut Ilyas (2004), bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu : a. Sklera

(13)

Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata. Sklera juga merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

b. Jaringan uvea

Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan yang disebut perdarahan suprakhoroid.

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, korpus siliaris, dan khoroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh tiga susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.

1. Iris

Iris adalah perpanjangan korpus siliaris ke anterior. Iris berupa suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, yang disebut pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior yang masing-masing berisi humor akuous (Vaughan dkk., 2000).

Iris mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik (Vaughan dkk., 2000).

2. Korpus siliaris

Korpus siliaris, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris. Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombak-ombak yang disebut pars plikata dan zona posterior yang datar disebut pars plana. Processus siliaris berasal dari pars plikata. Processus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler-kapiler vena yang berrmuara ke vena-vena korteks. Kapiler-kapilernya besar dan berlubang-lubang sehingga dapat membocorkan fluorescein yang disuntikkan secara intravena. Ada dua lapisan epitel siliaris: satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari lapisan epitel pigmen retina. Processus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk humor aquaeus (Vaughan dkk., 2000).

(14)

Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Khoroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh darah terletak di dalam khoroid, maka semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah khoroid dikenal sebagai khoroidkapilaris. Darah dari pembuluh darah khoroid dialirkan melalui empat vena vorteks, satu di masing-masing kuadran posterior. Khoroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan di sebelah luar oleh sklera (Vaughan dkk., 2000).

c. Retina

Lapisan ketiga pada bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan khoroid sehingga retina dapat terlepas dari khoroid yang disebut ablasi retina (Ilyas, 2004).

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membran bruch, khoroid, dan sklera (Vaughan dkk., 2000).

d). Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea orang dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm (Vaughan dkk., 2000).

Menurut Vaughan dkk. (2000), dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda, yaitu:

a. Epitel

- Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.

- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom

(15)

dan makula okluden. Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.

b. Membran Bowman

- Terletak di membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. c. Stroma

- Mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.

- Terdiri atas lamella yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur, sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang. Pembentukkan serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma.

- Lamella terletak di dalam suatu zat dasar proteoglikan hidrat bersama dengan keratosit yang menghasilkan kolagen dan zat dasar.

d. Membran Descement

- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea, yang dihasilkan oleh sel endotel dan merupakan membran basalnya.

- Membran ini bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

e. Endotel

- Endotel berasal dari mesotelium yang mempunyai satu lapisan. Endotel berbentuk heksagonal dan berukuran 20-40 µm. Endotel melekat pada membran descement melalui desmosom dan zonula okluden.

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan pertama dari nervus kranialis V (trigeminus). Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya, dan deturgensinya (Vaughan dkk., 2000).

2.1.5 Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliaris. Di sebelah anterior

(16)

lensa terdapat humor aquaeus, sedangkan di sebelah posteriornya terdapat humor vitreus (Vaughan dkk., 2000).

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (Ilyas, 2004).

3.2 Lensa Kontak

3.2.1 Definisi lensa kontak

Lensa kotak adalah lapisan lensa plastik tipis yang digunakan sebagai pengganti kacamata. Lensa kontak digunakan untuk mengoreksi kelainan refraksi pada mata, baik itu miopia; hipermetropia; maupun astigmatisma, dan dapat juga mengoreksi kelainan akomodasi. Lensa kontak juga dapat dipakai untuk penanganan beberapa gangguan lain mata misalnya penggunaan bebat pada mata. Lensa kontak untuk kepentingan kosmetik digunakan dengan tujuan mengubah warna mata (Weinstock, 2008).

Lensa kontak terbuat dari kaca ataupun plastik yang diletakkan di permukaan depan kornea. Lensa-lensa ini tetap ditempatnya kerena ada lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata (Guyton dan Hall, 2007).

3.2.2 Sejarah Lensa Kontak

Lensa kontak pertama kali diproduksi pada tahun 1887 oleh Friedrich Anton Muller dalam bentuk semacam kapsul dari kaca yang diletakkan pada kornea yang berfungsi sebagai pengganti kacamata dalam mengoreksi kelainan refraksi. Lensa kontak yang sesuai dengan kornea pertama kali diperkenalkan pada permulaan tahun 1930, yaitu lensa kaku skleral. Awalnya lensa kaku skleral terbuat dari bahan kaca, tetapi kemudian pada tahun 1938 mulai dibuat dari bahan plastik. Lensa ini disebut lensa skleral karena bentuknya lebar yang tidak hanya menutupi kornea, tetapi menutupi semua bagian mata.

Pada tahun 1947 berkembang lensa kornea yang terbuat dari bahan plastik yang sama dengan lensa kaku skleral, yaitu Polymethylmethacrylate (PMMA). Lensa ini disebut lensa kornea karena ukurannya kecil sesuai dengan ukuran kornea mata (Contact Lens

Manufacturers Association, 2010).

Pada permulaan tahun 1960, dr. Otto Wichterle dari Czechoslovakian National

Academy dan dr. Drahoslav Lim, mengembangkan bahan baru untuk penbuatan lensa

(17)

Hydroxyethylmethacrylate (HEMA). Plastik HEMA inilah yang selanjutnya digunakan

sebagai bahan untuk membuat lensa kontak.

Pada tahun-tahun berikutnya para ahli mengadakan penelitian dan pengembangan, baik pada desain lensa kontak maupun aplikasi penggunaannya (Eye Topic, 2010).

3.2.3 Fungsi Lensa Kontak

Lensa kontak dapat berfungsi sebagai berikut: 1. Alat bantu penglihatan

Lensa korektif didesain untuk mengoreksi kelainan refraksi pada mata dan kelainan mata lainnya sehingga akan memperbaiki penglihatan, seperti halnya kacamata. Pada banyak orang, ketidakseimbangan antara kemampuan refraksi mata dengan panjang mata akan menyebabkan kelainan refraksi. Lensa kontak akan memperbaiki ketidakseimbangan ini dan membuat cahaya jatuh tepat di atas retina. Kondisi-kondisi yang dapat diperbaiki dengan menggunakan lensa kontak adalah miopia, hipermetropia, astigmatisma, dan presbiopia (Weinstock, 2008).

Sifat khusus dari lensa kontak ialah menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi di permukaan anterior kornea. Keadaan di atas disebabkan karena air mata mempunyai indeks bias hampir sama dengan kornea. Permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai bagian dari sistem optik mata, sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan penting. Pembiasan oleh lensa ini menggantikan fungsi yang biasanya dilakukan oleh kornea. Hal ini penting terutama pada kelainan pembiasan mata yang disebabkan oleh abnormalitas bentuk kornea, misalnya bentuk kornea yang menonjol yang disebut keratokonus. Tanpa lensa kontak, kornea yang menonjol menimbulkan kelainan pembiasan yang hebat sehingga hampir tidak ada kacamata yang dapat mengoreksi penglihatan dengan memuaskan. Dengan menggunakan lensa kontak, pembiasan kornea dihilangkan, dan sebagai gantinya pembiasan dilakukan oleh permukaan anterior lensa (British Contact Lens Association, 2010).

Lensa kontak mempunyai beberapa keuntungan lain, yaitu:

a. Memberikan penglihatan jelas dengan lapangan pandang yang lebih luas dibanding kacamata karena ikut serta dengan pergerakan mata.

b. Berpengaruh kecil terhadap ukuran objek yang dilihat seseorang melalui lensa. Sedangkan kacamata yang diletakkan beberapa sentimeter di depan mata mempengaruhi besar bayangan selain mengoreksi pembiasan (Guyton dan Hall, 2007).

(18)

Pada penderita buta warna, lensa kontak dengan jenis X-chrom lens dapat dipakai untuk membantu penglihatan. Meskipun begitu, lensa kontak X-chrom tidak dapat mengembalikan penglihatan warna secara normal, namun setidaknya membantu penderita buta warna untuk membedakan warna lebih baik dari sebelumnya (BCLA, 2010).

2. Kosmetik

Lensa kontak untuk kepentingan kosmetik didesain untuk merubah warna dan penampilan mata. Lensa jenis ini sebenarnya bisa juga berfungsi untuk memperbaiki penglihatan, namun terkadang desain maupun warna dari lensa kontak jenis ini bisa saja membuat pandangan menjadi kabur ataupun tidak jelas. Lensa kontak non-korektif untuk kepentingan kosmetik ini sering disebut dengan decorative contact lenses ataupun plano

cosmetic.

Lensa kontak kosmetik efektif untuk mengubah warna dan penampilan mata, dan juga digunakan dalam aplikasi berbagai terapi seperti pembebatan pada mata. Lensa mata kosmetik juga sering digunakan untuk menciptakan efek khusus di industri film. Walaupun untuk kepentingan kosmetik, namun biokompabilitasnya tetap harus diperhatikan sama halnya dengan lensa kontak konvensional lainnya karena lensa kontak kosmetik biasanya membuat oksigen yang dapat masuk ke mata lebih sedikit daripada lensa kontak korektif. Hal tersebut dapat mengganggu dan menimbulkan kerusakan pada mata (BCLA, 2010).

3. Terapetik

Lensa kontak sering digunakan dalam pengobatan dan menangani kelainan non-refraksi pada mata. Bebat lensa kontak dapat melindungi kornea yang sakit atau cedera dari gesekan akibat kedipan kelopak mata yang terus menerus. Lensa kontak juga berguna dalam pengobatan pada keadaan-keaadaan seperti ulkus kornea, erosi kornea, keratitis, mata kering, edema kornea, descematocele, ektasis kornea, ulkus Mooren, distrofi kornea anterior, bulosa keratopati, dan keratokonjungtivitis neurotropik (BCLA, 2010). Lensa kontak yang sekaligus memberikan obat untuk mata juga telah dikembangkan (Fontanazza, 2005).

3.2.4 Jenis-Jenis Lensa Kontak

Berdasarkan bahan pembuatnya, lensa kontak dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Soft Contact Lens

Soft contact lens atau yang disebut lensa kontak lunak, sesuai dengan namanya

mempunyai struktur yang lunak, menyerupai potongan plat film, membuatnya nyaman dipakai. Lensa kontak lunak memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan rigid

(19)

gas-permeable contact lenses, sehingga melapisi seluruh bagian iris, kornea, dan sebagian

dari sklera mata. Lensa kontak lunak adalah jenis lensa kontak yang paling banyak dipakai akhir-akhir ini (BCLA, 2010).

Lensa kontak lunak dibuat dari berbagai macam material, dalam berbagai ukuran, dan desain untuk mengoreksi hampir sebagian besar kelainan penglihatan.

Lensa jenis ini terbuat dari plastik HEMA yang mengandung lebih banyak air, dan seperti halnya spons, lensa jenis ini harus disimpan di dalam cairan khusus agar mencegah lensa menjadi kering. Kemajuan dalam material pembentuk lensa kontak telah memperkenalkan lensa kontak lunak generasi baru untuk memperbaiki kinerja lensa kontak dan memenuhi persyaratan kesehatan mata yang disebut silicone hydrogel lenses. Silicone

hydrogel lenses memungkinkan lebih banyak oksigen yang dapat masuk ke dalam kornea

daripada jenis lensa kontak lunak berbahan dasar konvensional, membuat lensa kontak lunak lebih aman untuk mata (BCLA, 2010).

Walaupun ukurannya lebih besar daripada lensa kontak kaku, lensa kontak lunak lebih nyaman digunakan dan membuat kita membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk beradaptasi (Tatham, 2009).

Lensa kontak lunak sering dibedakan berdasarkan frekuensi dan lama penggunaan. Lama pemakaian bisa sehari, setiap 2 minggu, bulanan, setiap tiga bulan ataupun lebih. (BCLA, 2010)

Lensa kontak jenis ini tidak hanya dibuat untuk memperbaiki penglihatan penderita miopia dan hiperopia, tetapi juga untuk memperbaiki penglihatan penderita astigmatisma dan presbiopia. Bahkan, lensa kontak lunak juga digunakan dalam beberapa aplikasi medis yang khusus dan dapat digunakan untuk kasus-kasus yang tidak biasa dan kompleks (BCLA, 2010).

2. Hard Contact Lens / Rigid Gas-Permeable Contact Lenses

Hard contact lenses atau yang disebut dengan lensa kontak kaku sudah lebih dahulu

ada daripada lensa kontak lunak, walaupun banyak perbaikan yang telah dilakukan selama ini untuk memungkinkan lebih banyak oksigen dapat masuk melewati bahan lensa kontak (BCLA, 2010). Lensa kontak kaku dibuat dari bahan plastik dan tidak mengandung air. Bahan yang paling sering digunakan adalah fluorosilicone acrilate. Kekakuan lensa jenis ini berarti secara umum membuatnya lebih mudah dipakai daripada lensa kontak lunak. Lensa jenis ini berukuran lebih kecil daripada lensa kontak lunak dan biasanya hanya menutupi sebagian kornea mata (Tatham, 2009).

(20)

Gas-permeable lenses dibuat dalam berbagai pilihan material, ukuran, dan desain.

Meskipun terjadi penurunan dalam penggunaan lensa kontak kaku, beberapa praktisi lensa kontak percaya bahwa gas-permeable lenses memberikan pilihan yang lebih sehat untuk penggunaan jangka panjang daripada lensa kontak lunak. Lensa kontak jenis ini juga lebih baik dalam memperbaiki penglihatan pada mata yang berbentuk tidak teratur (keratokonus ireguler) daripada lensa kontak lunak, dan lebih tahan lama sehingga relatif lebih ekonomis dibandingkan lensa kontak lunak (BCLA, 2010).

3.2.5 Pola Penggunaan Lensa Kontak

Hingga tahun 1979, penggunaan lensa kontak mengharuskan pengguna melepas dan membersihkan lensa kontak setiap malam (Jakarta Eye Center, 2009). Menurut Tatham (2009), kini penggunaan lensa kontak mempunyai dua macam pola tergantung pada kadar lalu oksigen masing-masing jenis lensa kontak sesuai dengan bahan, kadar air, desain, dan ketebalannya, yaitu:

1. Penggunaan harian

Penggunaan harian artinya lensa kontak tidak diperbolehkan digunakan lebih dari 24 jam sehari tanpa dilepas. Lensa harus dilepas setiap malam, selanjutnya lensa kontak harus dicuci dan direndam dalam larutan untuk perawatan lensa selama beberapa jam, baru kemudian dapat dipakai lagi.

2. Penggunaan tidak terbatas

Lensa kontak dengan pola penggunaan ini dapat digunakan lebih dari satu malam tanpa dilepas dan dicuci walaupun saat tidur. Namun, meski dinamakan sebagai pemakaian tanpa batas, biasanya lensa juga hanya dapat dipakai selama maksimal tujuh hari berturut-turut tanpa dilepas. Setelah seminggu berturut-turut dipakai, lensa harus dilepas, dicuci, serta direndam dalam larutan selama beberapa jam, setelah itu dapat dipakai kembali (American Academy of Optometry, 2008).

3.2.6 Jangka Waktu Penggunaan Lensa Kontak

Lensa kontak didesain untuk penggunaan jangka pendek maupun jangka panjang. Lensa jangka pendek ataupun yang biasa disebut lensa kontak sekali pakai artinya penggunaan lensa kontak hanya diperbolehkan selama satu hari, seminggu, atau beberapa minggu saja; sedangkan lensa kontak jangka panjang dapat digunakan selama sebulan, beberapa bulan, setahun, hingga beberapa tahun sesuai dengan jangka waktu penggunaan

(21)

masing-masing lensa kontak. Setelah itu lensa kontak tersebut harus diganti dengan lensa kontak yang baru (Tatham, 2009).

3.2.7 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak

Menurut Amra (2007), penggunaan lensa kontak dapat dibedakan berdasarkan beberapa indikasi, yaitu:

1. Perbaikan Penglihatan: Pengganti kacamata, astigmatisma ireguler, keratokonus, miopia tinggi, dan afakia.

2. Medik:

- Melindungi kornea: coloboma kelopak mata, trichiasis, keratitis sicca (dengan menggunakan lensa kontak khusus untuk mata kering)

- Pengganti perban: keratopati bulosa, ulkus kornea, descematocele 3. Preventif: mencegah terjadinya simbleparon

4. Diagnostik: penggunaan gonioskopi, elektroretinografi

5. Operasi: digunakan selama operasi goniostomi pada glaukoma kongenital 6. Kosmetik: pada parut kornea untuk menutupi makula maupun leukoma luas 7. Pekerjaan: olahragawan, pilot, aktor

3.2.8 Kontra Indikasi Penggunaan Lensa Kontak 1. Kontra Indikasi Absolut:

Lensa kontak tidak dapat digunakan pada keadaan peradangan, bleparitis, konjungtivitis akut, dan keratitis.

2. Kontra Indikasi Relatif:

Lensa kontak sebaiknya tidak digunakan pada keadaan-keadaan seperti dry eye

syndrome, blep setelah operasi glaukoma, penderita gangguan kekebalan tubuh,

kelainan-kelainan palpebra; kalazion, trikiasis, entropion, koloboma, kelainan konjungtiva; pterigium, pinguekula (Amra, 2007).

3.3 Perawatan Lensa Kontak

Perawatan lensa kontak adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Kurangnya perawatan lensa kontak akan menyebabkan berbagai masalah pada mata, termasuk infeksi dan bahkan bisa menyebabkan kebutaan. Sebenarnya, perawatan lensa kontak tidaklah sulit. Apalagi, kini perawatan dengan sistem satu jenis cairan saja dan lensa kontak sekali pakai

(22)

membuat perawatan lensa hanya memerlukan waktu, biaya, dan permasalahan yang lebih sedikit (Amra, 2007).

Cara Perawatan Lensa Kontak 1. Perawatan Harian

- Bila lensa telah dilepas atau akan dipasang, segera bilas dengan NaCl 0,9%.

- Simpan lensa kontak dalam kotak penyimpanan yang telah diisi 2/3 bagiannya dengan cairan desinfeksi.

2. Perawatan Mingguan

Setiap satu minggu, gunakan tablet penghilang protein untuk menghilangkan endapan protein pada lensa yang berasal dari air mata (Amra, 2007).

3.4 Komplikasi pada Penggunaan Lensa Kontak

Kasus komplikasi pada pemakaian lensa kontak terjadi pada sekitar 5% pengguna lensa kontak setiap tahunnya (Jones, 2010). Komplikasi lensa kontak memerlukan diagnosis dan pengobatan yang cepat untuk mencegah kebutaan. Pemakaian lensa kontak yang berlebihan, terutama pada pemakaian seharian atau sangat terkait dengan sebagian besar masalah kesehatan mata (Ventocilla, 2010). Masalah-masalah yang disebabkan oleh pengunaan lensa kontak biasanya terjadi pada kelopak mata, konjungtiva, maupun kornea. Dan bahkan bisa terjadi di selaput air mata yang melapisi bagian luar dari mata (Jones, 2010). 1. Kelopak mata

- Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)

Giant papillary conjunctivitis adalah komplikasi yang umum terjadi pada

pemakaian lensa kontak lunak. Penggunaan lensa kontak kaku jarang bisa menimbulkan komplikasi ini karena kemungkinan kecil lensa kontak kaku bisa berpindah posisi dari kornea ke forniks superior seperti yang sering terjadi pada penggunaan lensa kontak lunak (Ventocilla, 2010).

Apabila terjadi perpindahan posisi lensa kontak ke forniks superior, lensa dapat mengikis konjungtiva dan masuk ke dalam jaringan lunak pada kelopak mata yang biasanya relatif tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, perpindahan posisi tersebut juga bisa membuat jaringan di sekitar lensa kontak menjadi iritasi dan meradang, dan menghasilkan abses steril. Lensa yang merupakan benda asing juga dapat memicu pembentukkan jaringan granulasi di sekitar lensa dan mengkapsul membentuk struktur seperti kista (Ventocilla, 2010).

(23)

- Ptosis

Ptosis mekanis dapat muncul akibat dari massa lensa kontak, bekas luka, dan jaringan fibrosa pada kelopak mata. Lensa kontak yang tertanam pada mata juga bisa menimbulkan bekas luka dan kontraksi otot-otot kelopak mata sehingga menghasilkan dampak retraksi kelopak mata. Ptosis juga dapat terjadi akibat adanya giant papillary

conjunctivitis yang parah.

Terkadang, ptosis dapat terjadi pada penggunaan lensa kontak tanpa adanya peradangan, pergeseran lensa kontak, ataupun penyebab pasti lainnya. Pemakaian lensa kontak kaku mungkin mengalami ptosis akibat terjadinya levator aponeurosis disinsertion oleh karena peregangan kelopak mata yang berulang pada saat melepaskan lensa kontak. Mekanisme lainnya dalam terjadinya ptosis adalah karena adanya trauma berulang akibat gesekan tepi lensa kontak dengan konjungtiva palpebra yang menimbulkan peradangan kronis dan edema pada kelopak mata (Ventocilla, 2010).

2. Lapisan air mata

Lapisan air mata berfungsi memelihara kelembaban yang penting bagi mata, menyediakan oksigen untuk sel epitel, serta mempertahankan agar permukaan mata tetap lembut dan transparan. Air mata juga mengandung imunoglobulin, komplemen, dan protein-protein lain yang membantu melindungi mata dari infeksi. Kesehatan permukaan mata sepenuhnya tergantung pada jumlah dan kualitas lapisan air mata, yang keduanya mungkin saja berkurang akibat pemakaian lensa kontak.

Kehadiran lensa kontak pada mata, baik itu lensa kontak kaku maupun lensa kontak lunak, secara substansial mengurangi pertukaran air mata pada permukaan mata. Bahkan pada lensa kontak lunak, semakin besar diameter lensa kontak yang dipakai maka semakin besar pula penurunan jumlah pertukaran air mata.

Selain pertukaran air mata, kandungan air mata juga bisa berubah dengan adanya kehadiran lensa kontak pada mata. Penggunaan lensa kontak semalaman dapat meningkatkan kandungan protein pada air mata (Ventocilla, 2010).

3. Konjungtiva - Contact allergy

Reaksi hipersensitivitas berupa dermatitis kontak dapat disebabkan karena salah satu dari sejumlah bahan kimia yang terkandung dalam cairan pembersih lensa kontak. Reaksi yang umum terjadi adalah injeksi, rasa terbakar, kemerahan, mata berair, produksi

(24)

lendir, dan terkadang kemosis. Selain itu, kelopak mata juga bisa menjadi edem dan eritem (Ventocilla, 2010).

- Giant Papillary Conjunctivitis (GPC)

Sekitar 1-3% pemakai lensa kontak mengalami gejala kompleks dari konjungtivitis papil raksasa yang berupa injeksi konjungtiva, produksi lendir, gatal, mata berair, pergeseran lensa yang berlebihan, hingga penglihatan kabur.

Etiologi dari GPC adalah multifaktorial dan diawali dengan pembentukan deposit pada permukaan lensa. Trauma konstan akibat kedipan mata yang menimbullkan gesekan pada permukaan lensa membuat sejumlah deposit menuju ke sistem limfe dari konjungtiva. Antigen dan deposit memicu respon imun dari konjungtiva. Kondisi ini dapat terjadi pada setiap trauma kronis akibat gesekan benda asing pada konjungtiva tarsal, seperti pada prostetik okular, jahitan yang menggunakan bahan nilon, penggunaan

gas-permeable contact lenses, namun paling sering dikaitkan dengan penggunaan lensa kontak

lunak (Ventocilla, 2010).

- Keratokonjungtivitis limbik superior

Keratokonjungtivitis limbik superior merupakan rekasi imunologik pada konjungtiva perifer akibat penggunaan lensa kontak yang gejalanya mirip seperti pada konjungtivitis theodore limbik superior. Kedua kelainan ini ditandai dengan penebalan konjungtiva, eritema, dan sejumlah pewarnaan fluorescein pada konjungtiva bulbar superior.

Epitel berkeratin kehilangan banyak sel goblet dan diinvasi oleh neutrofil. Gejala khas dari keratokonjungtivitis limbik superior adalah sensasi benda asing pada mata, fotofobia, berair, rasa terbakar, gatal, dan penurunan ketajaman penglihatan. Kelainan ini dapat disebabkan karena pergerakan lensa kontak yang berlebihan ataupun sensitivitas terhadap thimerosal (Ventocilla, 2010).

4. Kornea a. Epitel

- Abrasi kornea

Lensa kontak adalah benda asing pada mata yang akan menggesek dan menekan lapisan epitel kornea setiap kali berkedip, ribuan kali setiap harinya. Hal ini dapat menimbulkan abrasi kornea. Abrasi kornea akibat penggunaan lensa kontak menunjukkan trauma kronis pada epitel kornea. Gangguan pada epitel dapat memungkinkan bakteri

(25)

untuk masuk menembus kornea, mengakibatkan infeksi stroma. Trauma kronis epitel kornea dapat merangsang fibrosis subepitel tanpa adanya infeksi. Pola abrasi yang spesifik sering memberikan petunjuk penting yang diperlukan untuk mengetahui masalah-masalah yang bisa diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien.

Kesalahan dalam memakai dan melepaskan lensa kontak dapat melukai epitel dan menghasilkan abrasi yang terasa nyeri. Kotoran yang terkumpul di bawah lensa kontak ataupun di air mata pada tepi lensa kontak dapat menyebabkan abrasi lengkung yang dramatis.

Epitel yang terbelah merupakan temuan yang umum ditemukan dalam pemeriksaan tanpa gejala pada penggunaan lensa kontak lunak. Temuan ini sering diabaikan pada pemeriksaan rutin karena biasanya tidak menimbulkan gejala yang parah dan bisa saja ditutupi oleh kelopak mata atas. Terbelahnya epitel biasanya horizontal, linier, dan berwarna putih yang biasanya tanpa diikuti oleh gejala klinis selama memakai lensa kontak dan hanya menimbulkan sensasi benda asing setelah melepaskan lensa kontak (Ventocilla, 2010).

- Erosi kornea

Berbagai macam bahan kimia dalam cairan pembersih lensa kontak dapat menimbulkan berbagai gangguan pada epitel ditandai dengan adanya erosi. Cairan pembersih surfaktan yang tersisa pada lensa setelah dibersihkan biasanya menyebabkan nyeri, kemerahan, fotofobia, dan mata berair selama pemasangan lensa kontak.

Jika hidrogen peroksida terkena pada mata, maka akan menyebabkan gelembung gas intraepitel dan subepitel. Gelembung gas ini memiliki penampilan yang dramatis dan bisa menyebabkan penurunan penglihatan yang signifikan namun bersifat sementara. Walaupun gejala akan hilang dalam hitungan jam, namun hidrogen peroksida dapat menyebabkan kelainan refraktif yang permanen akibat perubahan bentuk kornea (Ventocilla, 2010).

- Hipoksia

Kebutuhan oksigen dari kornea dipenuhi dengan cara difusi langsung oksigen dari permukaan kornea. Pemakaian lensa kontak yang menjadi penghalang akhirnya akan mengurangi jumlah oksigen yang tersedia. Pemakaian lensa kontak, khususnya apabila dipakai saat tidur, dapat menyebabkan hipoksia akut. Jika ringan, hipoksia hanya akan menyebabkan edema epitel dan pandangan kabur yang bersifat sementara. Namun pada kasus yang berat, hipoksia dapat menyebabkan kematian sel epitel dan deskuamasi. Pasien

(26)

biasanya akan merasa tidak nyaman dan segera melepaskan lensa kontaknya sebelum hipoksia akut berkembang menjadi lebih parah.

Hipoksia kronis dapat menjadi penyebab penurunan sensitivitas kornea yang terjadi pada pemakaian lensa kontak dalam jangka waktu lama . Hal ini juga bisa menyebabkan penipisan epitel kornea, penurunan tingkat penggantian epitel, peningkatan ukuran sel, dan peningkatan pengikatan Pseudomonas aeruginosa ke permukaan sel. Semua efek ini dapat menurunkan ketahanan kornea terhadap infeksi bakteri (Ventocilla, 2010).

a. Stroma

- Keratitis infeksi

Beberapa lapisan epitel mempunyai pertahanan terhadap infeksi mikroorganisme. Selain itu ada juga saraf-saraf yang menginervasinya yang akan merespon apabila terjadi infeksi, peradangan, dan kelainan pada epitel. Namun, dengan pemakaian lensa kontak, seluruh pertahanan tersebut menjadi tidak berfungsi dengan baik. Pemakaian lensa akan mengurangi ketebalan epitel, mengurangi laju pergantian sel dan deskuamasi, serta meningkatkan kemampuan bakteri untuk menginvasi sel epitel.

Gejala-gejala keratitis infeksi adalah nyeri pada mata, fotofobia, mata berair, produksi lendir, dan penurunan penglihatan (Ventocilla, 2010).

- CLARE (Contact Lens Acute Red Eye)

Sebuah lensa kontak kadang-kadang bisa melekat terlalu erat pada mata dan menyebabkan peradangan difus stroma dan reaksi bilik anterior. Keadaan tersebut menghasilkan gejala-gejala seperti nyeri pada mata, fotofobia, injeksi, dan mata berair yang biasanya bersifat akut dan parah (Ventocilla, 2010).

- Keratokonus

Kemungkinan hubungan sebab-akibat antara keratokonus dengan pemakaian lensa kontak masih kontroversial. Bukti paling kuat untuk mendukung hipotesis ini adalah bahwa pemakaian lensa kontak dapat menyebabkan keratokonus pada individu-individu yang rentan seperti pada usia tua dan kornea mata datar. Konsep bahwa perubahan struktural dalam stroma dapat terjadi akibat lensa kontak terhadap korelasinya mengurangi ketebalan epitel, perubahan kelengkungan, dan perubahan lain pada struktur kornea akibat penggunaan lensa kontak (Ventocilla, 2010).

b. Endotel kornea

Pemakaian lensa kontak juga bisa mempengaruhi endotel kornea. Pemakai lensa kontak akan mengalami perubahan ukuran sel endotel menjadi bervariasi dan peningkatan frekuensi sel non-heksagonal. Seiring dengan perubahan dramatis dalam morfologi sel

(27)

endotel, penurunan kepadatan sel endothelial juga terjadi pada pemakaian lensa kontak baik itu lensa kontak lunak maupun lensa kontak kaku (Ventocilla, 2010).

BAB IV. TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN

4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui gambaran penggunaan lensa kontak .pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala

2. Mengetahui jenis lensa kontak yang paling banyak digunakan mahasiswa Universitas Syiah Kuala. 3. Mengetahui pola pemakaian lensa kontak yang digunakan mahasiswa Universitas Syiah Kuala. 4. Mengetahui berapa lama jangka waktu pemakaian lensa kotak pada mahasiswa Universitas Syiah

Kuala.

5. Mengetahui ada atau tidaknya iritasi yang terjadi karena penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala.

(28)

4.2.1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi mahasiswa Universitas Syiah Kuala yang menggunakan lensa kontak agar lebih disiplin dalam menggunakan dan merawat lensa kontak, karena dampak negatif penggunaan lensa kontak yang keliru dapat menimbulkan iritasi bahkan kerusakan mata yang permanen. Keadaan ini tentu saja dapat berpengaruh pada aktivitas mahasiswa dan prestasi akademik di kampus. Jika mahasisw Unsyiah ada yang mengalami iritasi mata berat sangat diharapkan untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Sedangkan bagi mahasiswa yang ingin menggunakan lensa kontak agar dapat menggunakan sesuai aturan dan menjaga kebersihan.

4.2.2. Manfaat Teoritis

Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan penelitian ini adalah manfaat teoritis yaitu dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran dan untuk memberikan data ilmiah tentang gambaran penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Unsyiah ditinjau dari jenis lensa, pola pemakaian, jangka waktu pemakaian dan iritasi yang ditimbulakan.

(29)

BAB V. METODE PENELITIAN

A Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional study yaitu suatu cara pengumpulan data melalui pemberian angket dan

pengukuran variabel yang dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2005).

B. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan dari data primer yaitu langsung dari responden. Setelah penentuan sampel sesuai dengan kriteria sampel, responden diberikan informasi tentang tujuan penelitian dan diminta kesediaannya untuk menandatangani lembar informed consent. Responden yang bersedia langsung dibagikan kuesioner untuk diisi. Isi kuesioner meliputi : 1). Identitas responden

Identitas responden terdiri dari : nama, umur, pekerjaan, status pendidikan dan penghasilan

2). Kuesioner pemakaian lensa kontak (terlampir)

C. Definisi Operasional

1. Mahasiswa adalah Mahasiswa aktif yang terdaftar pada bagian akademik masing masing Fakultas yang terdapat di Universitas Syiah Kuala pada tahun 2015 dan mahasiswa yang sedang ataupun pernah memakai lensa kontak. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, cara ukur dengan angket, hasil ukur ; jenis kelamin : Wanita/ pria, skala ukur nominal

2. Jenis lensa kontak adalah jenis lensa kontak berdasarkan bahan utama pembuatannya (BCLA, 2010), Alat ukur kuesioner, cara ukur: angket hasil ukur Soft Contact Lens atau Hard Contact Lens, skala ukur nominal

3. Pola penggunaan lensa kontak adalah Jenis penggunaan lensa kontak yang bergantung kepada kadar lalu oksigen masing-masing jenis lensa kontak sesuai dengan bahan, kadar air, desain, dan ketebalannya (Tatham, 2009). Alat ukur kuesioner, cara ukur angket. Hasil ukur Penggunaan harian atau Penggunaan tidak terbatas, skala ukur nominal

4. Jangka waktu penggunaan lensa kontak adalah Lama maksimal penggunaan masing- masing jenis lensa kontak, alat ukut kuesioner, cara ukur : angket, hasil ukur : harian, 1-3 mingguan, 1-6 bulan, > 6 bulan – tahunan, skala ukur: ordinal.

(30)

5. Iritasi mata adalah keadaan yang ditandai oleh adanya mata merah yang disertai sensitif terhadap cahaya, nyeri pada mata, serta penglihatan kabur yang mungkin saja mengarahkan pada masalah mata yang lebih serius seperti infeksi (Weinstock, 2008). Alat ukur kuesioner, Cara ukur : angket, hasil ukur : positif (+) atau negatif (-), skala ukur nominal.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

accidental sampling. Pengambilan sampel secara accidental dilakukan dengan memilih siapa

yang kebetulan ada/ dijumpai pada saat pengambilan data.

Besar Sampel

Jumlah sampel yang diambil adalah mahasiswa yang memunuhi kiteria inklusi dan ekslusi penelitian dalam rentang waktu 10 Oktober s.d 20 November 2015. Mahasiswa berasal dari Fakultas yang berada di lingkungan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih aktif dan sedang ataupun pernah menggunakan lensa kontak.

Kriteria Sampel Penelitian

1. Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang masih aktif dan sedang ataupun pernah menggunakan lensa kontak.

2. Bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar persetujuan.

Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner kepada sampel. Setiap pertanyaan pada kuesioner diberi skor atau nilai jawaban masing-masing berdasarkan mean (nilai rata-rata) yang diperoleh dari jawaban responden.

E. Analisis Data Penelitian

Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan tiap variabel, baik variabel dependen maupun independen. Hasil analisis data univariat akan ditampilkan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi, dan persentase.

(31)

F.Alur Penelitian

Gambar 3.1. Prosedur Pen Menyebarkan kuesioner

Mengumpulkan data

Menganalisa data

Wawancara dan meminta persetujuan responden Mendata jumlah mahasiswa yang memakai lensa kontak yang

(32)

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

Responden penelitian yang telah mengisi kuisioner berjumlah 200 orang namun yang memenuhi kriteria inkslusi sampel hanya 193 orang. Karakteristik responden disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

Fakultas /Prodi Frekuensi (n) Persen (%)

Ekonomi 39 20.21

Teknik 19 9.84

Pertanian 24 12.44

Keguruan dan ilmu Pendidikan 37 19.17

Kedokteran 37 19.17 Keperawatan 22 11.40 Psikologi 13 6.74 Kedokteran Gigi 2 1.04 Jenis Kelamin Laki-laki 1 0.52 Perempuan 192 99.48 Usia < 20 tahun 74 38.34 20-25 tahun 118 61.14 > 25 tahun 1 0.52 Pekerjaan Orangtua IRT 3 1.55 Petani 9 4.66 Wiraswasta 67 34.72 Karyawan Swasta 26 13.47 PNS/BUMN/TNI/Polri 82 42.49 Pensiunan 6 3.11

Jenis lensa yang paling banyak digunakan mahasiswa diperlihatkan oleh tabel berikut

Tabel 4.2 Jenis lensa kontak yang digunakan mahasiswa

No Jenis lensa kontak Frekuensi (n) Persen (%)

1 Soft Contact Lenses 192 99.48

2 Hard Contact Lenses 1 0.52

(33)

Pada tabel di atas terlihat bahwa jenis lensa yang paling banyak digunakan adalah soft lens. Sedangkan pola pemakaian lensa kontak yang paling banyak digunakan mahasiswa adalah pola harian seperti diperlihatkan pada tabel berikut

Tabel 4.3 Pola Pemakaian Lensa kontak

No Pola Pemakaian Frekuensi (n) Persen (%)

1 Harian 189 97.93

2 Tidak terbatas 4 2.07

Penggunaan lensa kontak berdasarkan seberapa sering lensa kontak dilepaskan setelah dipakai dapat dilihat pada tabel di bawah

Tabel 4.4 Cara pemakaian lensa kontak

No Waktu pemakaian Frekuensi (n) Persen (%)

1 > 1 bulan 21 10.88 2 1 x / bulan 30 15.54 3 1 x /minggu 70 36.27 4 Setiap hari 72 37.31 Total 193 100

Pada tabel di atas terlihat bahwa mahasiswa lebih banyak memakai lensa kontak dengan cara melepasnya setiap hari, sedangkan yang paling sedikit dengan cara melepasnya lebih dari sebulan.

Berdasarkan jangka waktu pemakaian lensa kontak, mahasiswa lebih banyak menggunakan lensa dengan masa pemakaian 1-6 bulan dan yang paling jarang digunakan adalah pemakaian dengan masa

lebih dari 6 bulan, lebih jelas diperlihatkan pada gambar berikut:

(34)

Pada Tabel 4.5 diperlihatkan berapa lama mahasiswa telah menggunakan lensa kontak.

Pemakaian paling lama terdapat pada kategori 1 bulan s.d 1 tahun pemakaian. Lebih jelas lama pemakaian lensa kontak baik sebagai alat bantu penglihatan ataupun sebagai fashion pada table berikut:

Tabel 4.5 Lama waktu mahasiswa telah menggunakan lensa kontak

No Lama pemakaian Frekuensi (n) Persen (%)

1 < 1 bulan 36 18.65 2 1 bulan -1 tahun 81 41.97 3 1-3 tahun 47 24.35 4 > 3 tahun 29 15.03

Gambar di bawah ini memperlihatkan seberapa sering mahasiswa menggunakan cairan tetes mata saat memakai lensa kontak

Gambar 4.2 Penggunaan cairan tetes mata pada pemakai lensa kontak

Pada gambar di atas terlihat bahwa mahasiswa lebih sering mengunakan cairan tetes mata lebih dari satu kali dalam sehari dibandingkan yang tidak pernah sama sekali. Gambaran perawatan lensa kontak dengan cara membersihkan lensa diperlihatkan pada tabel di bawah ini

(35)

Tabel 4.6. Perawatan lensa kontak

No Perawatan Frekuensi (n) Persen (%)

1 > 1 x/hari 114 59.07 2 1-3 hari sekali 57 29.53 3 3-7 hari sekali 15 7.77 4 > 7 hari sekali 7 3.63

Pada tabel di atas terlihat bahwa mahasiswa lebih dominan membersihkan lensa kontak lebih dari sekali dalam sehari yaitu sebesar 59,07% sedangkan perawatan paling sedikit terdapat pada kategori lebih dari 7 hari sekali. Ditinjau dari segi keberihan mahasiswa diperoleh seperti Tabel 4.7

Tabel 4.7. Kebersihan lensa kontak

No Kebersihan Lensa Frekuensi (n) Persen (%)

1 Sangat Bersih 87 45.08 2 Cukup Bersih 96 49.74 3 Kurang Bersih 10 5.18

Berdasarkan Tabel 4.7 kebersihan mahasiswa dalam menggunakan lensa kontak lebih banyak dalam kategori cukup (49,74%), sedangkan kurang bersih hanya 5,18%.

Kejadian mata merah akibat penggunaan lensa kontak pada mahasiswa diperlihatkan pada gambar berikut ini

Gambar 4.3 Kejadian mata merah

Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa mahasiswa yang menggunakan lensa kontak lebih banyak mengalami kejadian mata merah. Sedangkan lama waktu keluhan mata merah yang dialami

(36)

mahasiswa akan hilang setelah melepas lensa kontak diperlihatkan pada tabel di bawah ini Tabel 4.8 Lama waktu keluhan mata merah akan hilang

No Lama keluhan Frekuensi (n) Persen (%)

1 Tidak Jawab 49 25.39 2 <= 1 hari 123 63.73 3 > 1 hari 21 10.88

Kejadian mata merah pada mahasiswa yang disertai adanya keluhan mata lain yang menyertai dapat dilihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Kejadian mata merah yang disertai keluhan mata lain

r 4.4 Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa keluhan lain yang terjadi pada mata merah lebih banyak dibandingkan muncul jika dibandingkan dengan yang tidak mengalami keluhan. Keluhan mata lain yang menyertai mata merah ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 4.9 Keluhan lain yang menyertai mata merah

No Keluhan lain Frekuensi (n) Persentase (%)

1

Tidak Jawab 83 43.01

2

Gatal 21 10.88

3

Gatal dan Berair 48 24.87

4 Gatal, Berair, dan Keluar

Kotoran 22 11.40

5

Pandangan Kabur 19 9.84

Keluhan lain yang dirasakan mahasiswa pada saat mata merah terjadi lebih banyak mata gatal dan berair dan keluhan paling sedikit adalah pandangan kabur . Responden yang pernah berkonsultasi ke dokter karena keluhan mata yang terjadi lebih sedikit dibandingkan yang

(37)

tidak.

Hal ini diperlihatkan pada tabel di bawah:

Tabel 4.10 Konsultasi ke dokter akibat mata merah dan keluhan lain

No Konsultasi dokter Frekuensi Persentase (%)

Pernah

32 16.58

Tidak pernah

161 83.42

Berdasarkan jawaban kuisioner responden, secara umum penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala diperlihatkan pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Unsyiah

Pada gambar di atas terlihat bahwa penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Unsyiah lebih banyak dalam kategori cukup, kategori baik sekitar 28% responden dan yang buruk hanya 1,6%.

Secara umum penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Unsyiah dengan cara penggunaan yang baik terdapat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Pertanian sedangkan

penggunaan dengan kategori buruk juga ditemukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsyiah.

Berdasarkan kelompok usia, penggunaan lensa dengan kategori baik diperoleh Pada kelompok usia 20 -25 tahun. Lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3

b. Pembahasan

Penelitian ini menyajikan data penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala. Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 200 orang, namun yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 193 responden. Responden terdiri dari

(38)

mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan Unsyiah, yaitu Fakultas kedokteran, Fakultas Keperawatan, Fakultas Ekonomi, Fakul Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan .

Pada penelitian ini diperoleh mahasiswa yang menggunakan lensa kontak lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebesar 192 orang (99,48%) dengan alasan lebih praktis dan tidak merubah bentuk wajah, responden laki-laki (0,52%) justru merasa bahwa

penggunaan lensa kontak membutuhkan waktu dan perawatan yang lebih daripada kacamata

Penelitian ini sejalan dengan Tajusinah, dkk (2008) yang dilakukan di Universitas Malaya,

Malaysia, dengan 106 pengguna (87,6%) penggun perempuan dan 15 pengguna laki-laki.

Berdasarkan usia, mahasiswa pengguna lensa kontak lebih banyak pada kelompok usia 20-25 tahun yaitu 118 (61,14%). Peneltiian ini juga didukung oleh penelitian Tajunisah (2008) yang memperoleh pengguna lensa kontak lebih bnayak pada usia > 18 tahun. Hal in dikarenakan populasi penelitian adalah mahasiswa yang usianya lebih 18 tahun. Berdasarkan jenis lensa, pengguna lensa kontak lebih banyak menggunakan lensa dengan jenis lensa lunak (99,98%) dibandingkan lensa kontak kaku (0,52%). Hal ini disebabkan karena lensa kontak lebih mudah didapat daripada lensa kontak kaku. Selain itu lensa kontak lunak juga lebih ekonomis dan mudah digunakan sehingga lebih namyak dipilih oleh mahasiswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lee dkk, (2000) yang mendapatkan penggunaan lensa kontak lunak (80%) sedangkan lensa kontak kaku (20%).

Berdasarkan pola pemakaian, pada penelitian ini diperoleh 189 orang (97,93%) mahasiswa menggunakan pola pemakaian harian sedangkan pola tidak terbatas hanya 4 orang (2,07%). Hal ini dikarenakan lensa kontak dengan pola pemakaian harian lebih nyaman digunakan dibandingkan lensa kontak dengan pola pemakaian tidak terbatas bisa tetap digunakan saat tidur. Hal ini membuat sebagian besar pengguna lensa kontak khawatir apabila tetap menggunakan lensa kontak saat tidur, lensa kontak akan melukai mata mereka. Selain itu lensa kontak dengan pola pemakaian harian lebih mudah didapat di pasaran dibandingkan lensa kontak dengan pola tidak terbatas.

(39)

lensa kontak dengan masa pemakaian 1-6 bulan (53,6%) dan yang paling sedikit jangka waktu > 6 bulan (6,2%). Menurut sebagian besar responden, alasan mereka memilih menggunakan lensa kontak dengan jangka waktu penggunaan 1-6 bulanan adalah karena lebih praktis daripada lensa kontak dengan jangka waktu harian maupun 1-3 minggu karena tidak perlu terlalu sering membeli lensa kontak baru. Selain itu lensa kontak dengan penggunaan 1-6 bulan juga lebih aman digunakan daripada jangka waktu penggunaan 6 bulan – tahunan, semakin lama jangka waktu penggunaan lensa kontak maka tingkat kebersihan dan kenyamanan lensa kontak juga akan semakin rendah.Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Tajunisah dkk,(2008), dari 121 responden , 100 orang (82%) menggunakan lensa kontak dengan jangka waktu 1-6 bulan dan 21 orang (1850 menggunakan lensa kontak dengan jangka waktu > 6 bulan. Berdasrkan perawatan dan tingkat kebersihan lensa kontak, mahasiswa lebih dominan membersihkan lensa kontak lebih dari sekali dalam sehari yaitu sebesar 59,07% sedangkan perawatan paling sedikit terdapat pada kelompok > 7 hari. Berdasarkan tingkat kebersihan, pengguna lensa kontak lebih banyak memiliki kebersihan lensa kontak kategori cukup bersih yaitu 96 orang (49,74%), Perawatan lensa akan berkaitan dengan iritasi mata yang akan muncul,

Berdasarkan iritasi yang terjadi, dari 193 responden, 120 diantaranya mengalami mata merah (57%) dan keluhan lain yang menyertai mata merah didominasi oleh mata gatal dan berair sebesar 48 orang (24,87%) dan keluhan penyerta yang paling sedikit adalah pandangan kabur sebesar 19 orang (9,84%). Iritasi mata yang terjadi pada pengguna lensa kontak paling sering terjadikarena kurangnya perawatan lensa kontak. Selain itu iritasi mata juga dapat terjadi karena kurangnya kebersihan saat menggunakan lensa kontak, tempat dan alat bantu penggunaan lensa kontak yang kurang hygienis, maupun kebiasaan buruk dari pengguna itu sendiri, misalnya tetap menggunakan lensa kontak selama tidur. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ky dkk (1998) bahwa 80% dari seluruh respondennya mengalami iritasi mata yang merupakan akibat langsung dari penggunaan lensa kontak. Penelitian Tajunisah dkk, (2008) memperoleh 64% responden mengalami iritasi mata akibat penggunaan lensa kontak yang ditandai dengan mata merah saat memakai lensa kontak.

(40)

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN

. Dari hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala dalam kategori cukup. Mahasiswa Unsyiah lebih banyak menggunakan lensa dengan jenis lensa kontak lunak dengan pola pemakaian bersifat harian, jangka waktu penggunaan lensa 1-6 bulan, dan iritasi yang sering terjadi pada mahasiswa adalah mata merah dengan keluhan penyerta mata gatal dan perih. Kejadian iritasi mata pada mahasiswa pengguna lensa kontak lebih disebabkan karena kurangnya perawatan lensa, kebersihan dan kebiasaan hidup yang tidak hygienis.

(41)

JADWAL PELAKSANAAN

NO KEGIATAN BULAN KE

1 2 3 4 5 6

1. Penyiapan Draft Proposal

2. Pengumpulan Data 3. Data Entry 4. Analisis Data 5. Penyusunan Laporan 6. Seminar Hasil 7. Laporan Akhir

(42)

BAB. VII PERSONALIA PENELITIAN

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Ratna Idayati, S.Si,M.T

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 19741227 199903 2003

d. Disiplin Ilmu : Fisika Kedokteran/ Fisiologi e. Pangkat/Golongan : Penata / III/c

f. Jabatan Fungsional : Lektor g. Jabatan Struktural : -

h. Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Prodi Pendidikan Dokter i. Alokasi Waktu : 10 jam/minggu

2. Anggota Peneliti I

a. Nama Lengkap : dr. Firdalena Meutia M.Kes.Sp.M

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. NIP : 19641115 201212 2 003

d. Disiplin Ilmu : Farmakologi Klinik/ Mata

e. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I/ III/b f. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

g. Jabatan Struktural : -

h. Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Prodi Pendidikan Dokter i. Alokasi Waktu : 10 jam/minggu

3. Tenaga Laboran/Teknisi : -

4. Pekerja Lapangan/Pencacah : 4 orang 5. Tenaga Administrasi : 1 orang

(43)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Optometry. 2008. Continous and Extended Wear Contact Lenses. http://www.aaopt.org/content/docs/imagesPOSITION_PAPERS_CL/AAO%20Position %20Paper%20Extended%20and%20Continuous%20Wear%20032008.pdf [diakses pada : 15 September 2010].

Amra, Aryani A. 2007. Lensa Kontak.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3500/1/09E01371.pdf [diakses pada: 20 oktober 2010].

Barr, Joseph T. 2010. Caring for Soft Contact Lenses. http://www.allaboutvision.com/contacts/caresoftlens.htm [diakses pada: 17 Juni 2010]. British Contact Lens Association. 2010. Silicone Hydrogel Lenses.

http://www.bcla.org.uk/en/consumers/consumer-guide-to-contact-lenses/silicone-hydrogel-lenses-.cfm [diakses pada 15 september 2010].

British Contact Lens Association. 2010. Types of contact lenses. http://www.bcla.org.uk/en/consumers/consumer-guide-to-contact-lenses/types-of-contact-lenses.cfm [diakses pada: 29 September 2010].

Contact Lens Manufacturers Association. 2010. A Brief History of Contact Lenses. http://www.contactlenses.org/timeline.htm [diakses pada: 17 Oktober 2010].

Eye Topic. 2010. The History of Contact Lenses.

http://www.eyetopics.com/articles/18/1/The-History-of-Contact-Lenses.html [diakses pada 17 oktober 2010].

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur Pen Menyebarkan kuesioner
Tabel 4.4 Cara pemakaian lensa kontak
Gambar di bawah ini memperlihatkan seberapa sering mahasiswa menggunakan cairan tetes mata saat  memakai lensa kontak
Tabel 4.7. Kebersihan lensa kontak
+5

Referensi

Dokumen terkait

Darul Hadayah Kampung Tangah VII Koto Sei.. Luhur Kalampaian Ampalu VII

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa rancangan tes dan evaluasi fisika yang informatif dan komunikatif yang dikembangkan untuk

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif ( Non- exclusive Royalty – Free

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai keabsahan atau kesahihan hukum penahanan terhadap tersangka yang diduga melakukan tindak pidana

Dengan di implementasikannya sistem informasi penjualan buku agama islam berbasis website pada TokoBuku Al-Barkahmenggunakanbahasapemograman PHP dan MYSQL ini,

Diunduh dari situs lpse.jatengprov.go.id dengan ini kami mengundang perusahaan Saudara untuk diadakan klarifikasi dan verifikasi Dokumen Penawaran serta Pembuktian

Sedangkan data produksi perusahaan penerbangan dikumpulkan dari Direktorat Lalu Lintas Angkutan Udara - Kementerian Perhubungan.. PERUBAHAN YANG TERJADI DARI