• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Kota Medan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA

DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

Dikerjakan

Oleh :

JULI TIAJA MANGUNSONG NIM : 082204053

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA

DI KOTA MEDAN

OLEH

JULI TIAJA MANGUNSONG NIM : 082204053

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Jhonson Pardosi, M.Si Drs. Haris Sutan Lubis, MSP

NIP. 19660420 199203 1 003 NIP. 19590907 198702 1 002

Drs. Marzaini Manday, MSPD.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN Oleh : Juli Tiaja Mangunsong

NIM : 082204053

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,

(4)

ABSTRAK

Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah yang tinggi dan wisata alam sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata yang sangat potensial adalah penangkaran buaya Asam Kumbang di daerah Medan Sunggal. Penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya Asam Kumbang ± 2 Ha. Di area penangkaran buaya Asam Kumbang terdapat ± 2.800 ekor buaya yang dirawat dan dilestarikan oleh pihak pengelola. Hingga saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan karena minimnya tingkat kebersihan area penangkaran dan kurangnya upaya promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola. Objek wisata Asam Kumbang ini sangat berpotensi apabila dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang menarik. Kawasan disekitar penangkaran buaya Asam Kumbang masih alami karena penangkaran buaya ini masih jauh dari kebisingan dan polusi kota.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Kota Medan”. Kertas Karya ini merupakan salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi dari Program Ahli Madya Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Kertas Karya ini diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengalaman penulis selama masa perkuliahan dan PKL di Wina Tour and Travel dan di PT. Sriwijaya Air Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan dan penyelesaian Kertas Karya ini. Penulis banyak menemui kesulitan, namun dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan doa, dorongan/semangat, saran maupun bantuan-bantuan yang lain yang berguna bagi penulis karena tanpa bantuannya Kertas Karya ini tidak akan pernah terwujud.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika , S.E, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pariwisata

(6)

3. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan

Kertas Karya ini dengan baik.

4. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP selaku Dosen Pembaca yang telah banyak

memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan

Kertas Karya ini dengan baik.

5. Solahuddin Nasution, SE, MSP selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan

di Wina Tour and Travel dan PT. Sriwijaya Air Medan.

6. Pimpinan, Staf, Karyawan Wina Tour and Travel dan PT. Sriwijaya Air

Medan yang telah membantu penulis selama Praktek Kerja Lapangan.

7. Staf Pengajar pada Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Teristimewa buat kedua orang tuaku S. Mangunsong dan S. br Tambunan,

serta buat seluruh keluarga besar Mangunsong yang menjadi motivasi

terbesar penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini dan telah banyak

memberikan dukungan moril maupun materil hingga penulis dapat

menyelesaikan kertas karya ini.

9. Teristimewa juga buat orang tua asuhku Ompung dan Tante serta adik-adiku

yang selalu mendukung dan memberikan motivasi serta bantuan materil

dari awal hingga akhir penyelesaian kertas karya ini.

10.Special buat yang terkasih kepada “seseorang“ yang selalu memberikan

(7)

11.Buat semua teman-temanku satu angkatan Stambuk 2008 khususnya

Jurusan Usaha Wisata 2008 seperti : Liza, Saripah, Arif, Lily, Nova,

Shabrina, dan juga buat semua teman-teman yang tidak dapat penulis

sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Kertas Karya ini.

Untuk itu penyusun mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk

menyempurnakan Kertas Karya ini. Besar harapan penulis, Kertas Karya ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.

Medan, Juni 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

2.3 Pengertian Pariwisata... 9

2.3.1 Ilmu Pariwisata ... 10

2.3.2 Industri Pariwisata Menurut Para Ahli ... 10

2.3.3 Wisatawan ... 12

2.4 Produk Industri Pariwisata ... 13

2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 16

2.5.1 Objek Wisata ... 16

(9)

Halaman

2.6 Pariwisata Alam ... 20

2.6.1 Pengertian Wisata Alam ... 20

2.6.2 Pengertian Taman atau Konservasi ... 23

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

BAB IV : POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN 4.1 Sejarah Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan ... 39

4.2 Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan ... 42

4.3 Upaya Promosi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Kota Medan ... 44

4.4 Upaya Peningkatan Kebersihan Penangkaran Buaya Asam Kumbang ... 45

4.5 Data KunjunganWisatawan di Penangkaran Buaya Asam Kumbang ... 47

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan 33 Tabel 3.2 Daftar Penduduk Kota Medan Berdasarkan Etnis ... 34 Tabel 3.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru TK, SMP, SMA, SMK Pada

(11)

ABSTRAK

Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah yang tinggi dan wisata alam sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata yang sangat potensial adalah penangkaran buaya Asam Kumbang di daerah Medan Sunggal. Penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya Asam Kumbang ± 2 Ha. Di area penangkaran buaya Asam Kumbang terdapat ± 2.800 ekor buaya yang dirawat dan dilestarikan oleh pihak pengelola. Hingga saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan karena minimnya tingkat kebersihan area penangkaran dan kurangnya upaya promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola. Objek wisata Asam Kumbang ini sangat berpotensi apabila dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang menarik. Kawasan disekitar penangkaran buaya Asam Kumbang masih alami karena penangkaran buaya ini masih jauh dari kebisingan dan polusi kota.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Setelah menurunya potensi sumber daya alam, minyak, dan gas yang menjadi

sumber utama pendapatan negara, belakangan ini pemerintah berusaha mencari

sumber penghasilan lain salah satunya adalah sektor pariwisata. Pariwisata merupakan

salah satu sektor perekonomian yang sangat potensial sebagai sumber pendapatan

dari sektor non migas.

Indonesia adalah negara kepulauan yang disebut juga sebagai nusantara.

Secara geografis Indonesia terletak antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT.

Selain itu, Indonesia juga terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan benua

Australia dan dihubungkan dua samudera yaitu samudera Pasifik dan samudera

Hindia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau yang

besar dan kecil. Ada lima pulau besar yang terletak di Indonesia yaitu pulau Jawa,

pulau Sumatera, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi dan pulau Papua. Sebagai negara

kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa Indonesia beriklim tropis. Indonesia

memiliki potensi alam yang sangat indah, nilai budaya, dan peninggalan sejarah yang

diminati wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancan negara.

Walaupun demikian perlu kiranya potensi wisata yang dimiliki dikemas sedemikian

(13)

Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, sebagai salah

satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Kota Medan terletak antara 27' - 47'

Lintang Utara dan 35' - 44' Bujur Timur dan berada 2,5 – 37,5 meter di atas

permukaan laut. Kota Medan berbatasan Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur

dengan Kabupaten Deli Serdang. Pada dasarnya kota Medan adalah kota yang

tidak memiliki pemandangan alam yang indah akan tetapi memiliki nilai sejarah

yang sangat menarik untuk di pelajari yang tidak ada di kota lain. Ada banyak

bangunan-bangunan tua di kota Medan yang masih menyisakan arsitektur khas

Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air

(yang merupakan ikon kota Medan), Titi Gantung (sebuah jembatan di atas rel

kereta api), Gedung London Sumatera,

rumah

Mariaman (Kampung Keling/Kampung Madrasah). Selain bangunan bersejarah dan

kemajemukan masyarakat yang ada di kota Medan, juga ditemukan penangkaran

buaya. Penangkaran buaya dijadikan sebagai objek wisata yang memiliki daya tersendiri

yang tidak di temukan di daerah lain.

Sejarah berdirinya penangkaran buaya Asam Kumbang yang terletak di

Jalan Bunga Raya, Desa Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang tidak

lepas dari seseorang yang bernama Lo Tham Muk. Lo Tham Muk adalah WNI

keturunan Cina dan beliau memiliki ciri khas, sangat sayang binatang terutama buaya.

Lo Than Muk lahir di Aceh Timur pada tanggal 11 Maret 1948. Tahun 1959 beliau

(14)

menemukan seekor buaya di sebuah sungai dan beliau memutuskan untuk

memelihara dan merawat buaya itu hingga besar, karena pada saat itu orang-orang

masih bebas menangkap dan memelihara buaya baik untuk tujuan komersil maupun

untuk dipelihara. Suatu saat, Lho Than Muk memutuskan untuk pindah ke Medan

dan beliau berencana untuk mengembangbiakkan buaya kesayangannya itu.

Lho Than Muk membangun sebuah peternakan buaya dengan biaya sendiri

di daerah Medan Sunggal, tepatnya di Desa Asam Kumbang dengan luas area

2 hektar. Pada awalnya buaya itu berjumlah 12 (dua belas) ekor tetapi setelah sekian

lama jumlah buaya itu semakin bertambah sampai sekarang berjumlah 2800 ekor.

Sebagai objek wisata, peternakan buaya ini dibuka untuk umum dan dipungut biaya

masuk (Entrance Fee) bagi para pengunjung dewasa sebesar Rp. 5.000,-/orang dan

anak-anak Rp. 3.000,-/orang. Dengan dibukanya peternakan buaya ini bagi masyarakat

umum, maka dapat membantu dan menambah dana untuk biaya pemeliharaan

dan perawatan buaya-buaya tersebut. Sampai saat ini belum ada pihak manapun

yang turun tangan dalam menangani upaya pemeliharaan dan perawatan penangkaran

buaya. Menurut informasi yang di dapat, penangkaran buaya membutuhkan dana

yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan makanan buaya setiap hari.

Setiap harinya buaya membutuhkan 1 ton ayam mati atau berkisar Rp. 500.000,- /hari.

Sampai saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan

karena kondisi yang semakin lama semakin pengelola baik itu dari Pemko Medan,

(15)

Penelitian yang membahas tentang penangkaran buaya ini, sudah pernah

dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Tri Rahayu Ningsih, tahun 2007 dengan judul

Prospek Perkembangan Peternakan Buaya Asam Kumbang Sebagai Objek Wisata

di Kota Medan. Peneliti membahas tentang daya tarik peternakan buaya dan arus

kunjungan wisata ke peternakan buaya Asam Kumbang.

Dari uraian-uraian di atas dan penelitian terdahulu, pada kesempatan

ini penulis mengkaji penangkaran buaya Asam Kumbang dari sisi

potensi pengembangannya. Adapun judul penelitian kertas karya ini adalah

“Prospek Perkembangan Peternakan Buaya Asam Kumbang Sebagai Objek Wisata

Kota Medan”.

1.2 Pembatasan Masalah

Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan

pembahasan tentang :

1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pengelola untuk meningkatkan

kebersihan penangkaran buaya Asam Kumbang.

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan promosi

penangkaran buaya Asam Kumbang sebagai salah satu objek wisata

(16)

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kebersihan penangkaran buaya Asam Kumbang

agar lebih diminati dan jumlah wisatawan yang berkunjung semakin

meningkat.

2. Untuk meningkatkan upaya promosi penangkaran buaya Asam Kumbang

sebagi salah satu objek wisata di Kota Medan.

1.4 Manfaat Pembahasan

Adapun manfaat penulisan kertas karya ini adalah :

1. Agar dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca umumnya mengenai penangkaran buaya Asam Kumbang yang

ada di Medan.

2. Agar dapat di jadikan sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa yang

menginginkan bacaan tentang keberadaan penangkaran buaya Asam Kumbang

khususnya bagi mahasiswa D-III Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh non gelar Ahli Madya

program D-III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas

(17)

1.5 Metode Penelitian

Dalam perolehan dan pengumpulan data dan informasi dalam penulisan

masalah ini penulis menggunakan teknik :

1..5.1 Field research (penelitian lapangan)

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai orang-orang

yang terlibat dalam pemeliharaan penangkaran buaya tersebut serta mencari informasi

dari dinas kebudayaan dan pariwisata setempat.

1.5.2 Library research (penelitian perpustakaan)

Pengumpulan data berdasarkan bahan perpustakaan yang berkaitan dengan

objek pembahasan, baik itu berupa buku, majalah, surat kabar, internet dan media

cetak lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membagi pokok-pokok pembahasan

dalam lima bab, dan pembahasan dibagi kedalam sub-sub bab. Sistematika pembahasan

tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi Alasan Pemilihan Judul, Pembatasan Masalah, Tujuan Pembahasan,

Manfaat Pembahasan, dan Metode Penelitian.

BAB II : PEMBAHASAN TEORI

Berisikan tentang potensi pariwisata, pariwisata secara umum,

pengertian pariwisata, produk industri pariwisata, pengertian objek dan

(18)

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

Berisikan tentang kota Medan secara umum, sejarah kota Medan,

letak geografis kota Medan, kependudukan, sarana dan prasarana.

BAB IV : POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN

Menguraikan tentang sejarah penangkaran buaya Asam Kumbang,

potensi penangkaran buaya Asam Kumbang, upaya promosi penangkaran

buaya Asam Kumbang, upaya peningkatan kebersihan, data kunjungan

wisatawan di penangkaran buaya Asam Kumbang.

BAB V : PENUTUP

Meliputi Kesimpulan dari pembahasan yang telah di lakukan.

(19)

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Potensi Pariwisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian kata potensi

adalah kemampuan, daya, kekuatan, kesanggupan yang mempunyai kemungkinan

untuk dapat dikembangkan. Sedangkan kata Pariwisata mempunyai arti segala yang

berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Potensi Pariwisata adalah

kemampuan atau daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan

dengan perjalanan atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan

produk objek dan daya tarik wisata.

2.2 Pariwisata Secara Umum

Pengembangan kepariwisataan dalam suatu negara dapat meningkatkan

devisa bagi negara dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Seiring dengan adanya perkembangan pariwisata saat ini, setiap negara telah

melakukan perubahan yang dapat meningkatkan produk pariwisata yang akan mereka

pasarkan. Pernyataan tersebut didukung oleh teori, UU Nomor 9 Tahun 1969 (Dalam

Yoeti, 1996 : 151) menyatakan : “…Usaha-usaha pengembangan pariwisata di

Indonesia merupakan suatu Industri Parirwisata dan merupakan bagian dari usaha

(20)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan

pengembangan pariwisata di Indonesia, yaitu :

1. Menambah pendapatan (devisa) bagi negara pada umumnya,

perluasan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

Indonesia.

3. Meningkatkan tali persaudaraan dan persahabatan masyarakat nasional

maupun internasional.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa tujuan pengembangan indutri

pariwisata Indonesia adalah untuk meningkatkan devisa atau pendapatan negara.

Jadi, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan parwisata dilakukan untuk

meningkatkan devisa dan kesejahteraan masyarakat.

2.3 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata,

menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana

pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut, sesuai dengan Undang-undang

RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

Dunia pariwisata berhubungan erat dengan masyarakat, terbukti dari adanya

keterlibatan langsung masyarakat terhadap kemajuan pariwisata daerah sekitarnya.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut, dibutuhkan pembinaan mengenai

pengertian dan istilah-istilah yang sering di gunakan dunia pariwisata. Hal tersebut

(21)

2.3.1 Ilmu Pariwisata

Pengertian-pengertian mengenai pariwisata yang menitikberatkan pada

kegiatan berwisata yang bertujuan untuk bersenang-senang dan mendapatkan service

selama dalam perjalanan. Tetapi konsep dalam ilmu pariwisata seharusnya didasari

atas moral sehingga tercipta suatu tata krama yang baik selama melakukan perjalanan

ke suatu Negara atau wilayah. Pernyataan ini didukung oleh pengertian pariwisata

sebagai berikut, Syafei (2009 : 15) menyatakan :

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata “pari” yang berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalananan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata itu menyuguhkan suatu kunjungan secara bertata krama dan berbudi.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pariwisata adalah

ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara suatu negara untuk menyuguhkan

segala keperluan wisatawan yang akan berkunjung melihat keindahan pemandangan

alam, sejarah bangsa dan menikmati seni dan budaya bangsa tersebut dengan bertata

krama.

2.3.2 Industri Pariwisata Menurut Para Ahli

Industri pariwisata adalah salah satu sektor yang memiliki potensi untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan pekerjaan dan

meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara. Selain itu, sebagai sektor

yang kompleks, pariwisata juga dapat membantu industri pendukung lainnya seperti

(22)

Ada beberapa pengertian industri pariwisata menurut para ahli sebagai

pendukung pengertian di atas. Industri pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk menghasilkan produk wisata yang akan digunakan wisatawan baik secara

langsung maupun tidak langsung Damardjati (Dalam Yoeti, 1982 : 141) mengatakan :

“… Industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara

bersama-sama menghasilkan produk-produk, jasa-jasa, layanan-layanan atau services,

yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan

selama perlawatannya”.

Yoeti juga mengemukakan bahwa industri pariwisata merupakan gabungan

dari keseluruhan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk baik berupa

barang maupun jasa yang diperuntukkan untuk wisatawan selama melakukan

perjalanan, Yoeti (1982 : 140) manyatakan : “…Industri Pariwisata adalah kumpulan

dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan produk

barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya

traveler pada umumnya selama dalam melakukan perjalannya”.

Pengertian Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan kegiatan

dalam organisasi pemerintah maupun swasta yang berfungsi untuk memasarkan

hasil produk wisata bagi wisatawan, Kusdianto (1996 : 11) mengatakan :

“… Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan organisasi, baik pemerintah

maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk

(23)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, hampir memiliki kesamaan dalam

pandangan mengenai pengertian pariwisata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Industri Pariwisata adalah suatu industri yang berusaha mengembangkan kualitas dari

produk pariwisata (goods and service) baik dari aspek transportasi, akomodasi dan

cendramata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan

perjalanan. Jadi, kepuasan wisatawan tergantung dari kuwalitas produk dan jasa

yang dijual.

2.3.3 Wisatawan

Wisatawan merupakan pelaku utama dalam dunia pariwisata. Pariwisata merupakan

suatu pengalaman manusia yang menyenangkan dan membantu membuang rasa jenuh

dari kehidupan sehari-hari yang besifat rutin dan membosankan.

Menurut instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 tentang Pedoman

Pengembangan Kepariwisawan Nasional disebutkan bahwa “Wisatawan (tourist)

adalah setiap orang yang berpergian dari tempat asalnya untuk berkunjung ke tempat

lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”. Batasan atau definisi ini

terlalu luas sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan penyusun statistik dan

perancanaan dalam penyusunan kebutuhan akan fasilitas dan akomodasi bagi

wisatawan. Dalam hal ini International of Official Travel Organization (IOTO)

membuat penyeragaman tentang pengertian wisatawan. Istilah umum untuk wisatawan

adalah setiap orang yang datang kesuatu negara selain tempat tinggalnya, dengan maksud

tidak melakukan pekerjaan yang mendapat upah. Berdasarkan uraian di atas,

(24)

1. Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung sementara yang lama tinggalnya

paling sedikit selama 24 Jam di Negara atau daerah yang dikunjunginya

dan tujuan perjanannya dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Pesiar (leiser) seperti untuk keperluan rekreasi, hiburan, kesehatan studi,

keagamaan dan olah raga.

b. Hubungan dagang (bisnis), keluarga, konfrensi, dan misi.

2. Pelancong (excursionist)

Yaitu pengunjung semantara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara

atau daerah yang dikunjunginya termasuk pelancong dengan kapal pesiar.

Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang dinamakan

wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam dari daerah

asal menuju daerah tujuan wisata dengan tujuan bersenang-senang, dimana pada saat

melakukan perjalanan mendapat service atau jasa dari pelaku industri pariwisata dan

akan kembali ke daerah asalnya.

2.4 Produk Industri Pariwisata

Menurut ilmu ekonomi Produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui

proses produksi. Dalam pegertian ini ditekankan bahwa hasil akhir dari suatu proses

produksi adalah suatu barang yang dapat digunakan untuk beberapa tujuan guna

memenuhi kebutuhan manusia.

Di dalam ilmu ekonomi, usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia

(25)

1. Production (Produksi) adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan suatu barang dan jasa dalam bentuk yang diiginkan

(Form Utility).

2. Marketing (Pemasaran) adalah kegiatan dalam rangka penciptaan yang

tidak hanya berhubungan dengan kegunaan tempat (Place Utility) dan kegunaan waktu, tetapi juga penciptaan kegunaan kepemilikan.

3. Consummption (Pemakai/Konsumen) adalah orang yang menggunakan

hasil produksi yaitu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Produk pariwisata adalah produk yang tidak nyata, tetapi berupa jasa.

Terdiri atas rangkaian jasa yang bersifat ekonomis, sosial, psikologis, dan alamiah.

Jadi kesimpulanya, produk pariwisata merupakan rangakaian dari berbagai jasa yang

saling terkait yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi

ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial dan psikologis), dan jasa alam, Suwantoro

(1997 : 48) menyatakan :

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa transportasi, akomodasi, restoran (makanan dan minuman), jasa tour, hiburan dan sebagainya. b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain prasarana

pasilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, dan lain-lain. c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pengunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya. Produk pariwisata ini merupakan gabungan dari 3 (tiga) komponen berikut :

1. Antraksi yang terdapat di suatu daerah tujuan wisata. 2. Fasilitas yang tersedia.

3. Aksesibilitas dari dan ke daerah tujuan wisata.

Industri Pariwisata pada dasarnya sama dengan industri lain yang

menghasilkan produk untuk dijual. Untuk lebih mengenal apa sebenarnya produk

dari industri pariwisata, dapat dilihat dari ciri-ciri produk pariwisata tersebut.

(26)

a. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipindahkan artinya dalam penjualannya produk pariwisata tidak dibawa langsung kepada konsumen akan tetapi, konsumen (wisatawan) yang harus datang untuk mengunjungi dan menikmati langsung produk tersebut setelah dia mengatahuinya melalui promosi yang dilakukan.

b. Produk dan jasa konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk atau jasa maka tidak akan terjadi produksi. c. Produk wisata tidak menggunkan standar ukuran fisik tetapi menggunakan

standar pelayanan yang berdasarkan suatu kriteria.

d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.

e. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin.

f. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.

Produk pariwisata adalah produk nyata (tangible product) dan produk tidak

nyata (intangible product) yang merupakan sekelompok jasa dan memiliki sifat

ekonomis, sosial, dan psikologis yang dapat di nikmati dan menjadi kebutuhan

wisatawan. Produk industri pariwisata terdiri dari berbagai macam produk,

dikemukakan oleh Suwantoro (1997 : 39), antara lain :

1. Biro Perjalanan Wisata

Memberikan informasi tentang objek wisata di suatu daerah tujuan wisata, dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan, serta mengatur rencana perjalanan dan kegiatan pariwisata lainya.

2. Transportasi (darat, laut, dan udara)

Memberikan pelayanan kepada wisatawan sebagai alat transportasi yang membawanya kedaerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

3. Jasa akomodasi (perhotelan), restoran dan pasilitas lainya. 4. Jasa transportasi lokal (Bus, Taksi, Andong, dan lainnya)

Dalam melakukan city sight seeing atau excursion pada objek wisata dan antraksi wisata lainya.

5. Objek wisata (antraksi wisata).

Objek wisata atau antraksi wisata yang ada di daerah tujuan wisata sebagai daya tarik agar orang berkunjung kedaerah tujuan wisata tersebut.

6. Jasa souvenir shop dan handicraft dan shoping center.

(27)

7. Perusahan pendukung lainnya

Seperti post card, perangko, money changer, bank dan lainnya. Menurut suwantoro (1997 : 41), produk industri pariwisata dibagi menjadi dua macam produk, yaitu :

1. Produk nyata (Tangible Product), yaitu :

a. Prasarana pariwisata atau infrastruktur seperti jalan, bandara, pelabuhan, telekomunikasi, dan lain-lainya.

b. Sarana pariwisata atau super struktur seperti hotel, restoran, alat transportasi dan sebagainya.

c. Objek dan daya tarik wisata seperti sumber daya alam, budaya, sejarah, beserta antraksi wisata lainya.

2. Produk tidak nyata (Intangible Product) yaitu :

a. Service atau pelayanan adalah sumber daya manusia yang memiliki

keahlian dalam teknik pelayanan.

b. Sapta pesona yang terdiri dari 7K (keamanan, ketertiban, kebersihan, kenyamanan, keindahan, kesejukan, keramah-tamahan, dan kenangan).

Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat akan

mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra atau image dan kesan perjalanan

seseorang di suatau daerah pada dasarnya tergantung pada produk pariwisata yang

tersedia. Untuk menigkatkan citra dan mutu produk serta pelayanan dalam pariwisata

diperlukan tenaga-tenaga pegelola dan pelaksana yang ahli dan profesional baik

dikalangan industri pariwisata, daerah-daerah tujuan wisata maupun instansi yang

berkaitan dengan industri pariwisata.

2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata 2.5.1 Objek Wisata

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran

wisatawan. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk

(28)

pemerintah, masyarakat dan lainnya guna menunjang perkembangan kepariwisataan.

Menurut Undang-undang kepariwisataan No. 9 Tahun 1990 objek wisata dapat

dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia, yang berwujud seperti museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan taman konservasi.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : mendaki gunung, gua, berburu, tempat belanja, tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-lain.

Suatu daerah tidak dapat dikatakan menjadi daerah tujuan wisata apabila

daerah itu tidak layak untuk di jual. Untuk menentukan sebuah daerah tujuan wisata,

daerah itu harus memiliki kriteria yang berpotensi. Ada tiga kriteria yang menentukan

sebuah objek wisata dapat diminati oleh wisatawan, Yoeti (1985 : 164 ) mengatakan :

1. Something To See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu

yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek wisata tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menarik minat wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tersebut.

2. Something To Do adalah objek wisata tersebut dapat memberikan suatu

kesempatan agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk perasaan senang, relax, dan bahagia berupa fasilitas baik arena permainan atau area makan terutama yang menyajikan makanan khas daerah tersebut sehingga terasa berbeda dari daerah wisata lainnya sehingga mampu membuat wisatawan lebih lama dan nyaman tinggal disana.

3. Something To Buy adalah fasilitas yang disediakan khusus sebagai tempat

(29)

Sebuah daerah objek wisata tidak dapat berkembang tanpa adanya dukungan

dari faktor lain, seperti sarana dan prasarana sebagai pelengkap dalam pengembangan

objek wisata tersebut. Yoeti (1985 : 181), mengatakan : “… Prasarana kepariwisataan

adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup

dan berkembang, sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan

wisatawan yang beraneka ragam”.

Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata

yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari

sarana dan prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga

sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan objek wisata. Prasarana menurut

Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” (1985 : 182), mengatakan :

1. Perhubungan : jalan raya, rel kreta api, pelabuhan udara dan laut dan terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, dan lain-lain.

4. Pelayanan kesehatan, baik puskesmas atau rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan, baik pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan disekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan, baik berupa pusat informasi atau kantor pemandu wisata.

7. Pom bensin. 8. Dan lain-lain.

2.5.2 Daya Tarik Wisata

Menurut Undang-undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 Pasal 1

mengatakan bahwa daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan,

(30)

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa unsur daya tarik sebuah

objek wisata adalah :

a. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan.

b. Daya tarik wisata berupa alam, budaya, dan hasil karya manusia yang

berseni tinggi dan dapat dijadikan menjadi suatu produk.

c. Sasaran utama produk pariwisata adalah wisatawan.

Daya tarik sebuah objek wisata harus di kemas dan dibangun semaksimal

mungkin agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Membangun suatu

objek wisata harus memiliki kriteria dan dirancang sedemikian rupa. Pada umumnya

daya tarik suatu objek wisata mempunyai 6 (enam) kriteria, Suwantoro (1997 : 18)

mengatakan :

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk mengunjunginya. c. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

d. Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang sedang melakukan perjalanan.

e. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan,, dan sebagainya.

f. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus dalam bentuk antraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam buah karya manusia masa lampau.

Dalam membangun suatu objek wisata harus dirancang sesuai dengan

potensi daya tarik yang dimiliki. Suatu pengembangan daya tarik yang berhasil,

(31)

1. Kelayakan Financial

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pengembangan objek wisata tersebut. Dari awal perkiraan untung rugi harus sudah diperhitungkan.

2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun sebuah objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau berusaha, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti : pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Dalam hal ini, pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya secara luas.

3. Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksa diri untuk membangun objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata

4. Layak lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan objek wisata. Pembangunan suatu objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk karkebaikan manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.

2.6 Pariwisata Alam

2.6.1 Pengertian Wisata Alam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) alam adalah segala daya

atau kekuatan yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala

sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan buatan manusia.

Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan

tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.

(32)

Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan

yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial

budaya. Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang-kurangnya memuat

tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,

pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Ada beberapa kriteria untuk penunjukkan dan

penetapan sebagai kawasan taman wisata alam, Marpaung (2000 : 40) mengatakan :

1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik.

2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. 3. Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

4. Perlindungan dan pengamanan 5. Inventarisasi potensi kawasan.

6. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi. 7. Pembinaan habitat dan populasi satwa.

Kawasan wisata alam memiliki banyak fungsi, yang dapat dimanfaatkan baik

secara ekonomi dan untuk kebutuhan sosial. Sesuai dengan fungsinya, taman wisata

alam dapat di kelompokkan dalam empat kelompok, Marpaung (2000 : 42)

mengatakan :

1. Pariwisata alam dan rekreasi

2. Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut)

3. Pendidikan

4. Kegiatan penunjang budaya.

Ada beberapa alasan mengapa alam menarik bagi wisatawan untuk dikunjungi,

(33)

1. Banyak wisatawan yang tertarik dengan kegiatan-kegiatan terbuka, seperti bertualang ke gua-gua, mendaki gunung, arum jeram, dan sebagainya. 2. Mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya nyaman, suasananya

tentram da pemandangan yang bagus dan terbuka.

3. Wisatawan yang tertarik dan menyukai suatu tempat tertentu, setiap ada kesempatan dia akan pergi dan mereka akan kembali ke tempat tersebut. Seperti hutan, pegunungan, daerah pantai dan sebagainya.

4. Alam dapat dijadikan sebagai bahan studi untuk wisatawan budaya, khususnya dalam widya wisata. Untuk keperluan ini yang penting adalah daerah dengan flora dan fauna yang langka dan khas.

Wisata alam dapat dibagi menjadi beberapa bagian, dikemukakan oleh

Marpaung (2000 : 50 ) yaitu :

1. Konservasi

Konservasi adalah kawasan yang didirikan karena adanya keinginan untuk mengembangbiakkan dan menghindari kepunahan flora dan fauna yang sudah langka atau mulai punah.

2. Cagar Alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

3. Suaka Marga Satwa

Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

4. Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.

5. Taman Wisata Alam

Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.

6. Taman Hutan Raya

Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang sbudidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

7. Taman Berburu

(34)

2.6.2 Pengertian Taman atau Konservasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian kata Konservasi

adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam

jumlah yang besar dalam waktu yang lama.

Kata konservasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Conservation yang terdiri

atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai

upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have). Pengertian ini

dikemukakan oleh Theodore Roosevelt yang merupakan orang Amerika pertama

yang mengemukakan konsep konservasi.

Seiring perkembangan zaman, taman atau konservasi pada mulanya

merupakan tempat untuk memelihara hewan atau tumbuhan yang kita punya.

Perkembangan ini semakin meningkat ketika orang-orang mulai memanfaatkan

alam yang ada disekelilingnya. Sehingga konservasi di pandang dari dua segi yaitu

segi ekonomi dan ekologi. Dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba

mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi,

konservasi merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang

akan datang (Marpaung, 2000 : 49)

Jadi dapat di simpulkan bahwa taman konservasi tidak hanya digunakan

sebagai tempat untuk mengembangbiakkan suatu jenis hewan yang akan punah atau

langka, tetapi taman konservasi juga memiliki arti yang besar bagi suatu negara.

(35)

mempertahankan hewan dan tumbuhan yang telah dianggap langka atau hampir

punah dan dapat dijadikan sebagai objek wisata yang lebih dominan menjadi antraksi

wisata yang menarik untuk dikunjungi dan dapat menambah keanekaragaman objek

(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

3.1 Kota Medan Secara Umum

Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara, dan merupakan kota

terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Letak kota Medan yang strategis menjadi daya

tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan datang ke Sumatera Utara melalui angkutan

udara dan laut. Kota Medan memiliki Bandar udara Polonia dan pelabuhan laut

Belawan yang merupakan gerbang utama masuknya wisatawan ke Sumatera Utara

yang datang melalui udara maupun laut untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan

wisata yang ada di berbagai wilayah Sumatera Utara.

Kota Medan merupakan kota yang majemuk atau multikultural yang di

dalamnya terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Akan tetapi hal ini tidak

menjadi halangan bagi masyarakat kota Medan untuk tetap hidup rukun dan damai.

Kota Medan mempunyai fasilitas seperti : Hotel, Restoran, Pasar Swalayan,

tempat hiburan, dan objek wisata, seperti : Istana Maimoon, Mesjid Raya,

Rumah Tjong Afi, Vihara Shri Marriaman, Museum, Penangkaran Buaya Asam Kumbang

(37)

Perekonomian kota Medan ada di berbagai sektor yaitu : pertanian,

penggalian, industri, listrik, gas dan air, bangunan, perdagangan, angkutan dan

komunikasi, bank dan lembaga keuangan serta jasa. Pada tahun 2001 pertumbuhan

ekonomi kota Medan naik sebesar 5,23%. Dengan terjadinya laju pertumbuhan

ekonomi kota Medan menyebabkan rata-rata pertumbuhan ekonomi kota Medan

meningkat sebesar 3,37% mulai tahun 1993 sampai dengan 2001.

Tahun 1918 Medan dijadikan Kota Praja, tetapi tidak termasuk di dalam

kota Maksum dan daerah sungai Kera yang tetap berada di bawah kekuasaan

Kesultanan Deli. Ketika itu, penduduk Medan telah berjumlah ± 43.826 jiwa dan

terdiri dari bangsa Indonesia, Eropa, Cina, dan Bangsa lainnya.

Hari jadi kota Medan diperingati setiap tahunnya, sejak tahun 1970.

Pada awalnya ditetapkan jatuh pada tanggal 1 April 1909. Tetapi tanggal ini

mendapat bantahan yang cukup keras dari kalangan pers dan beberapa ahli sejarah,

karena itu Walikota membentuk Panitia Sejarah Hari Jadi Kota Medan untuk

melakukan penelitian dan penyelidikan.

Berdasarkan hasil penelitian panitia tersebut, dan setelah dibahas beberapa

kali dalam Sidang Pleno DPRD Tingkat II Kotamadya Medan, maka dengan

keputusan Dewan Nomor. 4/DPRD/1975 tanggal 26 Maret 1975, ditetapkan tanggal

11 Juli 1950 sebagai Hari Jadi Kota Medan. Sampai saat ini tanggal jadi tersebut

tidak dapat bantahan dan tetap di terima oleh semua pihak (Bookleat dan Leafleat,

(38)

3.2 Sejarah Kota Medan

Menurut Tengku Lukman Sinar, dalam bukunya (1997 : 71) “Riwayat

Hamparan Perak” yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimbus,

nenek moyang Datuk Hamparan Perak (duabelas kuta) dan Datuk Sukapiring yaitu

dua dari empat kepala suku Kesultanan Deli.

John Anderson, seorang pegawai pemerintahan Inggris yang berkedudukan

di Penang, pernah berkunjung ke Medan pada tahun 1923. Dalam bukunya yang

bernama “Mission to The East Coast of Sumatera ” Edisi Edinburg tahun 1826,

menuliskan bahwa Medan masih merupakan kampung kecil yang berpenduduk

sekitar 200 orang.

Kampung kecil yang pada masa ± 2 (dua) abad dengan pesat berkembang

menjadi sebuah kota, yang sekarang di kenal dengan nama Kotamadya Medan.

Kotamadya Medan berada di satu tanah datar yaitu Medan, di tempat ini juga dikenal

sebagai “Medan Puteri” yang tidak jauh dari jalan Puteri Hijau sekarang.

Menurut legenda, di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli

Lama kira-kira sepuluh kilometer dari kampung Medan tepatnya daerah Deli Tua

sekarang, seorang puteri yang sangat cantik diberi nama Puteri Hijau. Kecantikan puteri

itu tersohor kemana-mana, dari Aceh sampai ujung pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh

cinta pada puteri itu, dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran ini

ditolak oleh kedua saudara laki-lakinya Puteri Hijau. Sultan sangat marah,

karena penolakan itu dianggap sebagai penghinaan terhadap dirinya. Hal ini

(39)

Berdasarkan Legenda di atas, dengan mempergunakan kekuatan gaib,

seorang dari saudara laki-laki Puteri Hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan

seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara

Kesultanan Aceh. Kesultanan Deli mengalami kekalahan dalam peperangan itu,

dan dia kecewa. Karena kejadian tersebut putera mahkota yang menjadi meriam

itu meledak dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian belakangnya terlontar ke

Labuhan Deli yang sekarang menjadi peninggalan sejarah di Istana Maimoon Medan

dan bagian depannya ke dataran tinggi Karo kira-kira ± 5 (lima) kilometer dari Kabanjahe.

Pangeran yang seorang lagi, berubah menjadi seekor ular naga dan

mengundurkan diri melalui suatu salurah dan masuk kedalam sungai Deli yang

berdekatan dengan jalan Puteri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke

Selat Malaka dan dari sini dia meneruskan perjalanannya yang berakhir di

Ujung Jambu Aye dekat kota Lhoksumawe Aceh.

Puteri Hijau ditawan dan dimasukkan ke dalam peti serta dimuat ke dalam

kapal yang seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambe Aye,

Puteri Hijau minta suatu permohonan untuk mengadakan upacara untuknya sebelum

peti diturunkan dari kapal. Atas permintaanya, harus diserahkan sejumlah beras

dan beribu-ribu telur kepadanya. Permintaan tuan Puteri dikabulkan, tetapi baru

saja upacara dimulai, tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang disusul oleh

gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncullah saudara

laki-lakinya yang telah menjelma menjadi ular naga, diambilnya peti tempat puteri

dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini sampai sekarang dikenal

(40)

Deli mulai dikenal namanya setelah orang-orang Belanda yang dipelopori

oleh Nienhuys membuka perkebunan tembakau disekitar Medan. Dalam beberapa

waktu saja Deli dikenal di seluruh dunia karena daun tembakau yang dihasilkannya

tidak ada tandingannya sampai sekarang menjadi daun pembungkus cerutu.

3.3 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu

dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Kota Medan terletak antara 27' - 47' Lintang

Utara dan 35' - 44' Bujur Timur dan berada 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan berbatasan Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten

Deli Serdang. Secara geologi, kota Medan merupakan salah satu dari dua puluh lima

(25) Daerah Tingkat II di Sumatera Utara. Luas wilayah Medan sekitar 265,10 km2 . Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara.

Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan

tempat pertemuan dua sungai yang membelah dua kota Medan yaitu Sungai Babura

dan Sungai Deli (Medan dalam Angka, 2010 : 3).

Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal

21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat dari ukuran semula

menjadi ± 5.130 Ha, meliputi 4 kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Medan

2. Kecamatan medan Timur

3. Kecamatan Medan Barat

(41)

Kemudian melalui Undang-undang Darurat Nomor 7 dan 8 Tahun 1956,

di provinsi Sumatera Utara dibentuk Daerah-daerah Tingkat II, yaitu Kabupaten

Deli Serdang dan Kotamadya Medan. Untuk mengantisipasi perkembangan

Kotamadya Medan secara terkendali dan terencana, disusun suatu kebijaksanaan

membangun Metropolitan MEMBIDANG (Medan, Binjai, dan Deli Serdang).

Kotamadya Medan secara fungsional akan dijadikan sebagai kota inti, sedangkan

Kotamadya Binjai dan 14 (empat belas) Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang

yaitu Deli Tua, Pancur Batu, Namorambe, Tanjung Morawa, Patumbak, Sunggal,

Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Labuhan Deli, Lubuk Pakam,

Pantai Labuh, Pagar Merbau, dan Beringin dikembangkan menjadi kota Satelit atau

hinterland.

Kota Metropolitan MEMBIDANG memiliki luas wilayah ± 163.378 Ha.

Dalam konsep Metropolitan MEMBIDANG dengan kota Medan sebagai pusat

pengembangan, merupakan upaya pengembangan wilayah metropolitan MEMBIDANG

dengan fungsi sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi,

pusat pelayanan keuangan, pusat komunikasi, dan pusat akomodasi kepariwisataan,

serta pusat perdagangan regional dan internasional (Medan dalam Angka, 2010 : 23).

Berdasarkan data statistik di atas, dapat diambil kesimpulan dengan

memperbandingkan luas masing-masing wilayah kecamatan dari yang paling luas

hingga yang terkecil. Data statistik menunjukkan bahwa kecamatan Medan Labuhan

memiliki wilayah yang cukup besar dan Kecamatan Medan Maimun adalah kecamatan

(42)

3.4 Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan

telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria.

Jumlah penduduk wanita sebanyak 1.010.174 jiwa sedangkan jumlah penduduk pria

sebanyak 995.968 jiwa. Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk

tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa,

yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu

kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Berdasarkan

berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan

1.068.659 perempuan. Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta

jiwa dengan dihitungnya jumlakomuter). Sebagian besar penduduk

Medan berasal dari kelompok umur 0 -19 dan 20 -39 tahun (masing-masing 41% dan

37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751

jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan,

rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian,

secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada

berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami

peningkatan.Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan

(43)

peningkatan dari 7.183 jiwa per km2 pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling

banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung.

Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru,

Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada

di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun

angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah

(44)

Tabel 3.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan

No. Kecamatan Luas ( km²)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk Laki-Laki Perempuan Total

(45)

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah

dari

orang Tionghoa cukup banyak (Lihat tabel 3 .2) (Medan dalam Angka, 2010 : 26).

Tabel 3.2

Daftar Penduduk Kota Medan Berdasarkan Etnis No. Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah

dikenal sebagai

(46)

Secara historis, pada tahun

Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan

Indonesia, 8.269 orang berketurunan Tionghoa, dan 139 orang berasal dari ras

Timur lainnya.

3.5 Sarana dan Prasarana 3.5.1 Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah tentunya harus diseimbangi dengan

penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Berikut ini

adalah data statistik yang menunjukkan banyaknya jumlah keseluruhan sekolah,

jumlah murid, dan guru di kota Medan.

Tabel 3.3

Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru TK, SMP, SMA, SMK

Pada Tahun 2010

No. Tingkat Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

1. Taman Kanak-kanak 290 21.299 1.499

2. Sekolah Dasar 847 277.604 11.904

3. SMP 870 130.702 9.941

4. SMA 226 85.570 6.648

5. SMK 134 41.796 3.603

(47)

Pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), jumlah sekolah pada

tahun 2009 ada sebanyak 290 buah dengan jumlah guru sebanyak 1.499 orang dan

murid 21.299 orang. Jumlah Sekolah Dasar ada sebanyak 847 sekolah dengan jumlah

guru 11.904 orang dan jumlah murid sebanyak 277.604 orang. Sementara jumlah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada sebanyak 870 sekolah dengan jumlah guru

sebanyak 9.941 orang dan jumlah murid sebanyak 130.702 orang. Pada tahun yang

sama jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) ada sebanyak 226 sekolah dengan

jumlah guru 6.648 orang dan murid sebanyak 85.570 orang, dan untuk Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) ada sebanyak 134 sekolah dengan jumlah guru sebanyak

3.603 orang dan murid sebanyak 41.796 0rang. (Medan dalam Angka, 2010 : 80)

Melalui data statistik di atas, bila dihubungkan dengan kepariwisataan

khususnya wisata alam, para siswa baik TK, SD, SMP, SMA seharusnya mendapat

pengetahuan tentang alam yang di sekitarnya. Mereka harus dikenalkan tentang alam

dan potensi yang dimiliki. Padahal sebuah objek wisata yang dapat dijangkau dengan

jarak yang dekat dan harga yang ekonomis dapat memberikan pengetahuan tentang

hewan yang sudah langka ini yang merupakan penangkaran buaya terbesar di dunia.

3.5.2 Transportasi

Kota Medan dapat diakses melalui tiga jalur yaitu jalur darat, udara dan laut.

Sebagai kota yang letaknya strategis karena merupakan gerbang utama masuknya

wisatawan menuju Provinsi Sumatera Utara. Di kota Medan kita dapat menemukan

Bandara Polonia tepatnya di daerah Medan Polonia dan Pelabuhan Belawan yang

(48)

Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota Medan

berjumlah 2.708.511 kendaraan. Dari tahun 2004 hingga 2009 menunjukkan kenaikan

23,82% per tahun. Pertumbuhan yang sangat signifikan nampak pada sepeda motor

rata-rata pertumbuhan 31,23% per tahun.

Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota

dan Becak Bermotor atau Becak Sepeda. Terminal Bus terbesar di Kota Medan

terdapat di Medan Amplas yang disebut dengan nama terminal Amplas, yang merupakan

titik awal hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.

Tabel 3.4

Jenis Sarana Angkutan di Kota Medan

No. Nama Sarana Angkutan Kendaraan

1. Mobil Penumpang 222.891

2. Mobil Gerobak 144.865

3. Bus 22.123

4. Bus Pariwisata -

5. Taksi dengan argometer 2.125

6. Taksi tanpa argometer 2.631

7. Sepeda Motor 2.318.632

8. Sepeda 32.031

9. Becak 26.980

10. Andong atau Dokar atau Odong-odong -

11. Lain lain 9.054

(49)

Berdasarkan data statistik di atas kecenderungan orang yang akan

menggunakan becak sangat tinggi, akibat semakin banyaknya jumlah becak

yang bertambah. Tetapi untuk berwisata di kota Medan dengan menggunakan

becak kurang nyaman. Karena berdasarkan SK Walikota Medan Nomor

551.21/482.K/2004, tanggal 23 April 2004, di tetapkan ada beberapa ruas jalan

yang menjadi larangan operasional beca bermotor yaitu Jl. Raden Saleh, Jl Pattimura,

Jl. S. Parman, Jl. Kejaksaan, Jl. Pengadilan, Jl. Zainul Arifin, Jl. Diponegoro,

Jl. Palang Merah, Jl. Imam Bonjol, Jl. Cut Nyak Dine, dan Jl. Sudirman.

Salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya objek wisata dalam

satu daerah adalah lancarnya sarana transportasi. Wisatawan pada umumnya lebih

senang mengguakan jenis angkutan tradisional yang menjadi ciri khas dari suatu

daerah. Dari data statistik di atas, jumlah andong (dokar) dan odong-odong sudah

tidak ada lagi. Wisatawan asing atau lokal lebih senang menggunakan alat angkutan

tradisional seperti becak, sado, andong, odong-odong dan lain-lain. Akan tetapi

(50)

BAB IV

POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA

DI KOTA MEDAN

4.1 Sejarah Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan

Sejarah berdirinya penangkaran buaya Asam Kumbang yang terletak di

Jalan Bunga Raya, Desa Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang tidak lepas

dari seseorang yang bernama Lo Tham Muk. Lo Tham Muk adalah WNI keturunan

Cina dan beliau memiliki ciri khas, sangat sayang binatang terutama buaya. Lho Than Muk

lahir di Aceh Timur pada tanggal 11 Maret 1948. Tahun 1959 beliau masih bekerja

sebagai supir truk di Aceh. Pada suatu hari Lho Tham Muk menemukan seekor buaya

di sebuah sungai dan beliau memutuskan untuk memelihara dan merawat buaya

itu hingga besar, karena pada saat itu orang-orang masih bebas menangkap dan

memelihara buaya baik untuk tujuan komersil maupun untuk dipelihara. Suatu saat,

Lho Than Muk memutuskan untuk pindah ke Medan dan beliau berencana untuk

mengembangbiakkan buaya kesayangannya itu.

Lho Than Muk membangun sebuah peternakan buaya pada tahun 1959

dengan biaya sendiri di daerah Medan Sunggal, tepatnya di Desa Asam Kumbang

dengan luas area 2 hektar. Pada awalnya buaya itu berjumlah 12 (dua belas) ekor

tetapi setelah sekian lama jumlah buaya itu semakin bertambah sampai sekarang

(51)

yaitu setiap jam 5 sore. Waktu makan buaya ini menjadi salah satu daya tarik bagi

wisatawan yang berkunjung, karena pada saat buaya makan pengunjung dapat

menyaksikan langsung antraksi buaya yang makan dengan buasnya, terutama buaya

yang ada di kolam utama atau kolam rawa. Makanan yang diberikan setiap harinya

habis sebanyak satu ton daging yang berkisar ± Rp. 500.000,-/hari. Makanan buaya

dewasa dan bayi buaya berbeda, untuk buaya dewasa diberi makan daging itik, ayam,

ikan dan lain-lain, sedangkan bayi buaya diberi makan udang. Biasanya buaya yang

sudah mendapat makanan atau kenyang tidak akan merebut makanan buaya lain.

Sifat ini memudahkan pihak pengelola untuk mengetahui mana buaya yang sudah

makan dan yang belum makan.

Buaya hanya mengadakan musim kawin atau hubungan kelamin pada saat

bulan purnama, baik di dalam air maupun di darat. Buaya berkembangbiak pada saat

musim hujan yaitu bulan September hingga Februari. Setelah tiga bulan musim

kawin, buaya naik ke darat dan membuat lubang sedalam 10-30 cm sebagai tempat

penyimpanan telur. Setelah itu lubang-lubang tersebut ditutupi dengan jerami,

rerumputan dan ranting sebagai alat pelindung dari mangsanya. Seekor buaya betina

mampu menghasilkan 30-90 butir telur per tahun dan telur itu di simpan dalam tanah

hingga menetas. Buaya mengerami telurnya selama 75-95 hari dan selama buaya

betina mengerami telurnya, buaya jantan berjaga-jaga disekitar buaya betina sebagai

(52)

Telur-telur yang berhasil menetas hanya 30% - 80% saja dari seluruh jumlah

telur yang dihasilkan, sedangkan yang lainnya rusak atau busuk akibat faktor cuaca.

Dari seluruh hasil buaya yang menetas, hanya beberapa ekor saja yang bertahan

hidup, hal ini disebabkan pemangangsa buaya oleh binatang lain dan induknya

sendiri. Seekor buaya mampu bertahan hidup hingga 100 tahu. Sedangkan masa

produksi betina mulai dari umur 12-40 tahun dan berat buaya bisa mencapai

100 kilogram atau 1 ton.

Sebagai objek wisata, peternakan buaya ini dibuka untuk umum dan dipungut

biaya masuk (Entrance Fee) bagi para pengunjung sebesar Rp. 5.000,-/orang untuk

dewasa, sedangkan untuk anak-anak Rp. 3000,-/orang. Dengan dibukanya peternakan

buaya ini bagi masyarakat umum, maka dapat membantu dan menambah dana untuk

biaya pemeliharaan dan perawatan buaya-buaya tersebut. Sampai saat ini belum

ada pihak manapun yang turun tangan dalam menangani upaya pemeliharaan dan

perawatan penangkaran buaya. Menurut informasi yang di dapat, penangkaran buaya

membutuhkan dana yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan makanan buaya

setiap hari. Setiap harinya buaya membutuhkan 1 ton ayam mati atau berkisar

Rp. 500.000,- /hari.

Di penangkaran buaya Asam Kumbang, ada dua jenis buaya yang dilestarikan

disini yaitu :

1. Buaya Ikan (False Gavial / Tumistuna Schlegelli)

Jenis buaya ini biasanya hidup di rawa-rawa dan sungai, bentuk mulutnya

kecil dan panjang, warna kulitnya kecoklat-coklatan. Jenis buaya ikan ini

(53)

2. Buaya Muara (Crocodillus Forossus)

Jenis buaya ini hidup di muara sungai, warna kulitnya kehitam-hitaman,

dan berbintik-bintik putih dengan bentuk mulut yang pendek dan lebar.

Jenis buaya ini adalah buaya yang buas dan sangat berbahaya.

Di penangkaran buaya ini selain dapat menemukan buaya, pengunjung juga

dapat melihat beberapa ekor binatang yang lain seperti ular sanca, anjing, monyet,

burung, dan banyak burung bangau putih yang secara alami hinggap dan bebas

beterbangan di sekitar penangkaran buaya ini dan hal ini menjadi daya tarik

tersendiri yang dapat menanmbah keindahan kolam buaya bagi setiap pengunjung.

Menurut informasi yang penulis dapatkan dari pengelola penangkaran buaya

Asam Kumbang, suasana sore hingga malam hari penangkaran buaya ini lebih indah,

adanya suara kicauan burung dan cahaya warna burung bangau yang putih

menghiasi kolam buaya. Tetapi peamandangan ini tentunya tidak dapat dinikmati

oleh pengunjung karena waktu kunjungan wisatawan hanya dimulai jam 09.00 WIB

s/d 18.00 WIB.

4.2 Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan

Penangkaran buaya Asam Kumbang terletak di Jalan Bunga Raya II No. 59

Desa Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang yang berjarak ±10 Kilometer

dari pusat kota Medan. Penangkaran buaya ini memiliki potensi sebagai salah satu

(54)

Penangkaran buaya Asam Kumbang merupakan penangkaran buaya

terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya ini ± 2 Ha. Di dalam area

penangkaran buaya ini, terdapat sebuah danau hijau dan 78 bak untuk tempat

buaya. Sedangkan jumlah buaya yang dirawat dan dilestarikan ± 2800 ekor.

Apabila potensi ini dikelola dan kembangkan dengan baik, maka penangkaran

buaya ini akan menarik minat wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara datang

berkunjung

Sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang telah ditetapkan sebagai

objek wisata unggulan, penangkaran buaya ini memiliki fungsi yang lain.

Penangkaran buaya ini dimanfaatkan sebagai daerah konservasi binatang yang

langka dan dilindungi. Karena pemerintah telah menetapkan buaya sebagai binatang

yang langka dan dilindungi oleh Undang-undang. Sehingga buaya tidak diizinkan

untuk diperdagangkan secara bebas untuk diolah dan dijadikan sebagai produk

makanan atau sebagai bahan produk konveksi.

Selain itu, penangkaran buaya ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan.

Sebagai sarana pendidikan, penangkaran buaya ini dapat dijadikan menjadi

daerah observasi atau penelitian, yang akan menambah wawasan. Selain itu,

penangkaran buaya ini dapat di jadikan sebagai edukasi dan menjadi area bermain

bagi anak-anak.

Pada tahun 1984 pengelola penangkaran buaya ini medapat piagam

penghargaan pada “Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia” Provinsi Dati I

(55)

Asam Kumbang diundang untuk menghadiri acara musyawarah Internasional

di Jakarta Utara tepatnya di Pantai Mutiara PPL Pluit Jakarta Utara dan mendapat

piagam penghargaan.

4.3 Upaya Promosi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Kota Medan

Sebagai salah satu objek wisata yang berpotensi, penangkaran buaya

Asam Kumbang menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan baru pada program

Indonesia Visit Year 2008. Pada program ini, Departemen Budaya dan Pariwisata

(Debudpar) menetapkan penangkaran buaya Asam Kumbang sebagai destinasi

pariwisata unggulan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke

penangkaran buaya Asam Kumbang, pengelola harus meningkatkan sumber daya

yang dimiliki. Upaya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, pihak pengelola

harus melakukan pengembangan terutama upaya promosi. Ada beberapa cara atau

upaya yang harus dilakukan pengelola dalam meningkatkan promosi penangkaran

buaya ini, antara lain :

1. Mengadakan event atau acara ramah tamah terhadap masyarakat yang ada

di sekitar daerah kota Medan maupun luar kota Medan.

2. Mengadakan seminar tetang peduli akan lingkungan, terutama hewan

langka seperti buaya yang dilestarikan di penangkaran buaya Asam

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru
Tabel 3.4 Jenis Sarana Angkutan di Kota Medan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terdapatnya berbagai macam objek wisata khususnya di Kota Medan, Kuil Shri Mariamman merapakan salah satu objek wisata yang cukup diminati banyak wisatawan, karena berbeda

Adapun yang menjadi modal suatu objek wisata agar lebih menarik minat wisatawan dalam berekreasi adalah daya tarik wisata yang disediakan, aksesibilitas menuju

HUBUNGAN DAYA TARIK OBJEK WISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KAMPUNG LADANG KABUPATEN SUMEDANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Aplikasi ini didukung dengan fotografi panorama yang dapat menarik minat wisatawan asing dan domestik untuk berkunjung ke objek wisata Kabupaten Lumajang. Selain navigasi

Ditinjau dari hasil analisis terhadap setiap parameter yang digunakan, bahwa potensi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kecamatan Waluran dipengaruhi oleh

Penelitian ini meninjau tentang proses pembuatan batik yang kini menjadi trend Wisata Minat Khusus di Kota Yogyakarta yang diminati oleh wisatawan menambah daya tarik wisata baru

Kekuatan (Strenghts) yang menjadi kekuatan dari daya tarik wisata Bali Zoo Park diantaranya (1) atraksi satwa yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung sehingga

Banyak destinasi unggulan yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung kesana, jika kita lihat dari banyak nya jumlah objek wisata yang ada di desa kabupaten