• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN 2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan - Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN 2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan - Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu usaha untuk mempromosikan daya tarik suatu objek wisata agar menjadi berkembang sesuai dengan visi dan misi. Pengembangan pariwisata hendaknya tidak terlepas dari arah pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Dengan kata lain,dalam keadaan nasional itulah hendaknya terletak landasan bagi kebijakan pengembangan pariwisata. Kementrian kebudayaan dan pariwisata RI menyatakan sebagai visinya bahwa pembangunan kebudayaan bangsa, meningkatkan peradaban dan persatuan bangsa, serta meningkatkan persahabatan antarnegara.

(2)

pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (accountable). Demikian pandangan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI.

Pengembangan pariwisata Indonesia harus didahului dengan pemahaman mengenai berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata Indonesia tersebut. Sedikitnya ada tiga tantangan yang dapat dikemukakan di sini, sebagai berikut:

Pertama, dunia pariwisata Indonesia masih selalu menghadapi tantangan berupa tuntutan dan selera wisatawan dan investor asing di bidang pariwisata yang tidak seiring dengan tujuan menjaga kelestarian unsur-unsur budaya masyarakat setempat maupun ekologi atau linkungan alam setempat.

Kedua, masih adanya kenyataan bahwa nilai-tambah ekonomi dari pengembangan pariwisata lebih besar jatuhnya ke tangan investor asing daripada kepada rakyat setempat.

Ketiga, masih adanya pola pikir “searah” yang melandasi hubungan antara pihak “tuan rumah” (pemda dan penduduk) dan pihak “tamu” (wisatawan dan investor), padahal yang seharusnya adalah yang bersifat “timbal-balik”.

(3)

2.2. Pengertian Pariwisata

2.2.1. Pengertian Pariwisata Dari Berbagai Para Ahli

Arti dari istilah pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan pariwisata di Indonesia.

Yang jelas kata pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta , terdiri dari dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling.

Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan. (Sinaga, 2010:12).

(4)

pagelaran seni budaya). Usaha dan sarana wisata berupa: usaha jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain:

1. Defnisi pariwisata yang dikemukakan oleh World Tourism Organization (WTO) memfokuskan pada sisi demand dan dimensi spesial,dengan menetapkan dimensi waktu dengan perjalanan yang dilakukan wisatawan yaitu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut.

2. Menurut Soetomo (1994;25) yang didasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent) wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri.

(www.world-tourism.org)

3. E. Guyer Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut : “…Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang

didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian

yang sadar dan menumbuhakan cinta terhadap keindahan alam dan pada

khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan

kelas manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, serta

(5)

4. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

5. Menurut Karyono (1997:15) memberikan dua macam definisi pariwisata yaitu dalam arti yang bersifat umum dimana pariwisata diartikan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan dan dalam arti yang lebih teknis dimana pariwisata berarti rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnyayang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

(6)

7. Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta (dalam A.Yoeti,1992;8) Pariwisata adalah gabungan gejalah dan hubungan yang timbal balik dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

8. Richardson and fluker (2004) comprises the activities or persons,travelling to and staying in place outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure,bussines and other purpose. 9. Franklin (2003) Tourism becomes absolutely everyting associable with acts of

tourist,or put into it’s proper tantological form “tourism is tour”.

2.2.2. Jenis-Jenis Pariwisata dan Unsur-Unsur Pariwisata A. Jenis-Jenis Pariwisata

Host and Guest (1989) dalam Kusumanegara (2009:3) mengklasifikasikan jenis pariwisata sebagai berikut:

1. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.

2. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

(7)

4. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

5. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

6. Resort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya.

7. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.

B. Unsur-unsur Pariwisata

Unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut (Nyoman Pendit, 1994):

1. Akomodasi, tempat seseorang untuk tinggal sementara.

(8)

3. Transportasi dan Jasa Angkutan, industri usaha jasa yang bergerak di bidang angkutan darat, laut dan udara.

4. Atraksi Wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan atau pengunjung.

5. Cinderamata (Souvenir), benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk dibawa oleh wistawan pada saat kembali ke tempat asal.

6. Biro Perjalanan, badan usaha pelayanan semua proses perjalanan dari berangkat hingga kembali.

2.3. Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Objek wisata dan atraksi wisata (Tourism resources) adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata yang seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan secara prinsipil. Menurut (Yoeti, 1996 : 172) menjelaskan bahwa di luar negeri terminologi objek wisata tidak dikenal,disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan nama Tourist Attraction sedangkan di negara Indonesia keduanya dikenal dan keduanya memiliki pengertian masing-masing.

(9)

dilihat, dirasakan, dinikmati, dan dimiliki oleh wisatawan,yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan.

Mengenai pengertian objek wisata, maka dapatlah dilihat dari beberapa sumber acuannya, antara lain :

a) Peraturan Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia,tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan dalam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. b) SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98/PW.102/MPPT-87 menjelaskan

bahwa objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Obyek atau Daya Tarik Wisata dapat dibedakan menjadi tiga:

a) Obyek Wisata Alam: seperti, laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.

b) Obyek Wisata Budaya: seperti, upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem, dll. c) Obyek Wisata Buatan: seperti, sarana dan fasilitas olehraga, permainan

(10)

Suatu daerah yang menjadi DTW (daerah tujuan wisata) yang baik agar objek tersebut dapat diminati pengunjung harus memiliki 3 (tiga) kriteria, yaitu :

a) Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di objek tersebut.

b) Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sanabisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax yang berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan yang khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal disana.

c) Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja, yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga dapat dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti,1985;164).

Dari ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

a) Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain.

(11)

c) Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

d) Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan tingkat-tingkat yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realitis dan proporsional. Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menari, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan objek wisata karena prasarana kepariwisataan merupakan semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayananan kepada wisatawan,baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

(12)

menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk meningkatkan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata maupun pemerintah daerah.

2.4. Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.4.1. Sarana Kepariwisataan

Sarana kepariwisataan yang dimaksud disini adalah kegiatan pariwisata yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan,mulai dari wisatawan berangkat menuju daerah tujuan wisata, hingga kembali lagi ke negara asalnya. Menurut Pendit Nyoman. S. Dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Pariwisata”, dalam dunia kepariwisataan dikenal 3 (tiga) sarana yang saling melengkapi yaitu :

1. Sarana pokok kepariwisataan (main tourism suprastructures),

Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwisataan adalah “perusahaan-perusahaan yang hidup dalam kehidupannya sangat bergantung kepada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya”. Fungsinya adalah memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi yang kedatangan wisatawan . Adapun perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini yaitu :

(13)

b) Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan ke mana wisatawan akan pergi yang biasa disebut “Residential Tourist Plan” misalnya hotel, hostel, cottage dan sebagainya.

2. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supplementing Tourism suprastructure), Yaitu kegiatan usaha pariwisata yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok tetapi dapat membuat wistawan merasa betah dan ingin tinggal lebih lama di daerah wisata. Termasuk di dalamnya adalah sarana olah raga lapangan tenis, lapangan golf, kolam renang dan lain-lain.

3. Sarana penunjang kepariwisataan “(Supporting Tourism Supractructure)”. Yaitu kegiatan usaha pariwisata yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yang mempunyai fungsi untuk membuat wisatawan merasa terhibur dan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya, misalnya toko-toko souvenir, night club, casino, discotic dan lain-lain.

2.4.2. Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructures)

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.

(14)

a. Prasarana perhubungan, meliputi: jalan raya, jembatan dan terminal bus, rel kereta api dan stasiun, pelabuhan udara (airport) dan pelabuhan laut

(sea port/harbour)

b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih. c. Instalasi penyulingan bahan bakar minyak.

d. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan dan perkebunan.

e. Sistem perbankan dan moneter.

f. Sistem telekomunikasi seperti telepon, pos, telegraf, faksimili, telex, email, dan lain.

g. Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat. h. Prasarana, keamanan, pendidikan dan hiburan.

Dan seorang para ahli pariwisata, Lothar A. Kreck dalam bukunya yang berjudul “International Tourism” membagi prasarana atas 2 (dua) bagian yaitu :

1. Prasarana perekonomian seperti pengangkutan, komunikasi, perbankan, dan lain-lain.

2. Prasarana sosial seperti sistem pendidikan, faktor keamanan, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

Sedangkan Prof. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “Tourism Management”, membagi prasrana dalam 3 (tiga) bagian yaitu :

(15)

2. Prasarana kebutuhan masyarakat, seperti rumah sakit, kantor polisi, kantor pos, dan lain-lain.

3. Prasarana kepariisataanyaitu kegiatan usah yang memberikan pelayanan kepada wisatawan diantaranya :

a) Reseptive Tourist Plan (badan usaha yang mengurus kedatangan wisatawan),

b) Residental Tourist Plan (fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk menampung wisatawan),

c) Recreative and Supportive Tourist (semua fasilitas untuk berolah raga).

Dalam pengembangan pariwista diperlukan aspek-aspek untuk mendukung pengembangan pariwisata tersebut.

Adapun aspek-aspek yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Aspek fisik menurut UU RI No. 23 tahun 1997 dalam Marsongko (2001), lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk dalam lingkungan fisik berdasarkan olahan dari berbagai sumber, yaitu :

a. Geografi

(16)

b. Topografi

Merupakan bentuk permukaan suatu daerah khusunya konfigurasi dan kemiringan lahan seperti dataran berbukit dan area pegunungan yang menyangkut ketinggian rata-rata dari permukaan laut, dan konfigurasi umum lahan.

c. Geologi

Aspek dari karakteristik geologi yang penting dipertimbangkan termasuk jenis material tanah, kestabilan, daya serap serta erosi dan kesuburan tanah.

d. Klimatologi

Termasuk temperatur udara, kelembaban, curah hujan, kekuatan tiupan angin, penyinaran matahari rata-rata dan variasi musim.

e. Hidrologi

Termasuk di dalamnya karakterisrik dari daerah aliran sungai, pantai, dan laut seperti arus, sedimentasi, dan abrasi.

f. Visability

Visability adalah pemandangan terutama dari ujung jalan yang kanan-kirinya berpohon (barisan pepohonan yang panjang).

g. Vegetasi dan Wildlife

(17)

tanaman rendah (termasuk padang rumput) beserta spesies-spesies flora dan fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan, konservasi, maupun komersial.

2. Aspek daya tarik wisata dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena tempat pada dasarnya karena tempat tesebut memiliki daya tarik yang mampu mendorong wisatawan untuk datang mengunjunginya. Murray (1993) di dalam Gunn (1979;50) menyebutkan bahwa :

“….a thing or featurewhich draws people by appealing to their desires,

taste, etc. Especially an interesting or amusing exchibilition which ‘draws’

crowds”.

Gunn (1979;48) juga berpendapat bahwa :

“Attraction are the on-location places in region that not only provide the things for

tourist to see and do but also offer the lure to travel”.

3. Aspek aksesibilitas salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi adalah aksesibilitas. Aksesibilitas menurut Bovy dan Lawson (1998;107), “….should be possible by public transport and bicycle trails, by pedesterian paths (from neighborhoods) and by cars (mainly families, with

an average of three persons/cars)”.

(18)

menyangkut jalan, kelengkapan fasilitas dalam radius tertentu,frekuensi transportasi umum dari terminal terdekat. Menurut Bovy dan Lawson (1998;202), jaringan jalan memiliki dua peran penting dalam kegiatan pariwisata, yaitu :

a) Sebagai alat akses, transport, komunikasi antara pengunjung atau wisatawan dengan atraksi rekreasi atau fasilitas.

b) Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing) dan menemukan suatu tempat yang membutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang dapat dilihat selama perjalanan. Pada peran kedua, menunjukan aspek non-fisik yang juga merupakan faktor penting dalam mendukung aksesibilitas secara keseluruhan, dapat berupa keamanan sepanjang jalan, dan waktu tempuh dari tempat asal menuju ke destinasi.

Lebih lanjut Bovy dan Lawson (1998;203) membagi jalan untuk kepentingan wisatawan menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a) Jalan utama yang menghubungkan wilayah destinasi utama dengan jaringan jalan nasional atau jalan utama di luar kawasan.

b) Jalan pengunjung, yaitu jalan sekunder yang biasanya beraspal (makadam) ataupun gravel yang menghubungkan dengan fasilitas wisata yang spesifik seperti resort, hotel yang terpisah, restaurant, atau atraksi rekreasi lainnya. c) Sirkuit pengunjung,untuk kegiatan melihat-lihat dengan pemandangan yang

(19)

4. Aspek aktifitas dan fasilitas, dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan adanya fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik (1974;133), fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat mensitimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktifitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi. Di samping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya disertai dengan keramahtamahan yang menyenangkan wisatawan, dimana keramahtamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi wisata. Bovy dan Lawson (1979;9) menyebutkan bahwa fasilitas adalah atraksi buatan manusia yang berbeda dari daya tarik wisata yang lebih cenderung berupa sumber daya.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Sehat selain sebagai salah satu hak dasar manusia, juga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

Studi ini lebih dikonsentrasikan pada konsumen wanita karena berdasar pada penelitian Fotopoulos dan Krystallis (2000) dan Davies, Titterington, dan Cochrane (1995) menunjukkan

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan tanah adalah 0.15 ha/HK, sedangkan untuk kegiatan pemupukan daun 0.014 ha/HK Beberapa alat yang digunakan dalam kegiatan

Kesimpulan dari penelitian ini pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah mayoritas berpengetahuan baik dengan sikap negatif sedangkan dari tabulasi silang

Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai konduktivitas hidrolik jenuh (K s ) mortar arang sekam padi (ASP) sebagai sarana irigasi bawah permukaan tanah (subsurface

Dengan mengintroduksikan teknologi inovasi spesifik lokasi yang di dalamnya sudah mencakup teknik pengendalian parasit dan penyakit ternak, maka kawasan tipologi lahan

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar informan mengakui bahwa tugas camat dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan pada umumnya sudah dapat

Strategi $& - Berbantuan Interaktif Kelas X”. Pemilihan materi suhu dan kalor, dikarenakan hasil pantauan di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik