ANALISIS BAHAYA PADA PEKERJA BAGIAN WORKSHOP PT. X MEDAN TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH
SITI WIDYA NAZHRAH NIM : 111000137
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS BAHAYA PADA PEKERJA BAGIAN WORKSHOP PT. X MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
SITI WIDYA NAZHRAH NIM : 111000137
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Semua pekerjaan telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin, selain dapat membuat keuntungan yang cukup besar, namun juga daapat menimbulkan kerugian karena bisa rusak dan menyebabkan kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan menganalisis setiap bahaya yang ada di lingkungan kerja. Salah satu metode untuk melakukan analisis bahaya adalah Hazard and Operability Study (HAZOPS). HAZOPS merupakan metode mengidentifikasi dan menganalisis bahaya dari suatu unit proses bila menyimpang dari seharusnya.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan hasil identifikasi dan analisis bahaya dengan menggunakan metode HAZOPS pada suatu proses kerja. Objek yang diteliti adalah proses yang terdapat di workshop yaitu loading/ unloading, disassembly, machine repair, engine repair, washing, dan painting di PT. X tahun 2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahaya yang terdapat pada proses loading/ unloading adalah bekerja pada ketinggian dan tali pengikat yang tidak stabil. Pada proses disassembly terdapat bahaya lantai licin, tali pengikat tidak stabil, kurang kontrol crane dan forklift. Pada proses machine repair terdapat bahaya dalam pengelasan dan pengetukan. Pada proses engine repair terdapat bahaya sikap dan cara kerja tidak aman serta bekerja pada ketinggian. Pada proses washing terdapat bahaya kontak dengan solar dan lantai licin. Pada proses painting terdapat bahaya terhirup cat dan kebakaran.
Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen PT. X untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan upaya pengendalian bahaya pada setiap proses yang terdapat di workshop.
ABSTRACT
All the work has been helped by tools that can facilitate the work of man, for example the engine, but can make a considerable profit, but also cause losses due could be damaged and cause accidents. Accident prevention can be done by analyzing any existing hazards in the working environment. One method is to conduct a hazard analysis Hazard and Operability Study (HAZOPS). HAZOPS is a method of identifying and analyzing the danger of a process unit when deviating from it should be.
This research is a descriptive survey that describes the results of hazard identification and analysis using method HAZOPS in a work process. The object under study is contained in the workshop processes ie loading / unloading, disassembly, machine repair, engine repair, washing, and painting at the PT. X 2015.
These results indicate that the hazards are in the process of loading / unloading is working at height and straps are not unstable. In the process there is the danger of slippery floor disassembly, the strap is not stable, less control of cranes and forklifts. In the process there is the danger of the machine repair welding and tapping. In the process there is the danger of engine repair and unsafe ways of working as well as working at height. In the process of washing the danger of contact with diesel and slippery floors. In the painting process are inhaled paint and fire hazards.
Researcher suggests to the management of PT. X to keep increasing the work safety and healthy by controlling various hazard in each process at workshop.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dan shalawat beriring salam senantiasa dihaturkan kehadirat baginda Rasulullah Muhammad SAW sehingga penulis daapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Bahaya pada Pekerja Bagian Workshop PT. X Medan Tahun 2015” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan sebagai Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.
3. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M. Kes., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
4. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M. Kes., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
5. dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS., selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.
6. Dra. Syarifah, MS., selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumater Utara.
8. Branch Manager PT. X, Bapak Dedi Prastowo yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
9. SHE Coordinator Bang Harja T.R. Simangungsong, Foreman Bapak Happy Mustika, HRD Ibu Yulia, Bang Dede Amir, dan semua staf, karyawan, serta teknisi yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
10.Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, serta adik-adik tersayang Bimo Herumoyo, Yudho Dwi Andanu, Tantyo Wibisono, dan Alya Sri Windari.
11.Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan kepada penulis, Ervina, Fattia, Nia, Sheyna. Terkhusus kepada Angga Syahputra Daely yang telah memberikan dukungan dan selalu membantu serta memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
12.Teman-teman Gengersa Peminatan K3 FKM USU, Ica, Ika, Siti, Nuansa, Anestia, Ara, Serly, Uno, Maltha, Arum, Daniel, Wahana.
13.Rekan-rekan dan adik-adik HMI Komisariat FKM USU.
14.Untuk semua pihak yang selalu membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu penulis mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan, kerja sama, dan doanya.
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juli 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kosakata yang Digunakan dalam Hazops ... 39 Tabel 4.1 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Loading/ Unloading
(Bongkar Muat) ... 53 Tabel 4.2 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Disassembly
(Pembongkaran) ... 54
Tabel 4.3 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Machine Repair
(Perbaikan Machine)... 56 Tabel 4.4 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Engine Repair
(Perbaikan Engine) ... 57 Tabel 4.5 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Washing
(Pencucian) ... 58 Tabel 4.6 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Painting
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Proses Workshop PT. X Medan ... 7
Gambar 2.1 Rasio Kecelakaan Menurut Dupont ... 32
Gambar 2.2 Program Identifikasi Bahaya yang Sesuai untuk Menjangkau Potensi Bahaya dalam Kegiatan Perusahaan ... 37
Gambar 2.3 Proses Identifikasi Bahaya K3 ... 38
Gambar 2.4 Proses Kajian Prinsip Hazops ... 40
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... iii
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43
3.2.2 Waktu Penelitian ... 43
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 44 And Operability Study (HAZOPS) di Workshop PT. X Medan .... 52
4.2.1 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Loading/ Unloading (Bongkar Muat) ... 52
4.2.2 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Disassembly (Pembongkaran) ... 54
4.2.3 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Machine Repair (Perbaikan Machine) ... 55
4.2.4 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Engine Repair (Perbaikan Engine) ... 57
4.2.5 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Washing (Pencucian) ... 57
4.2.6 Identifikasi dan Analisis Bahaya pada Proses Painting (Pengecatan) ... 58
BAB V PEMBAHASAN ... 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 70
6.1 Kesimpulan ... 70
6.2 Saran ... 71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Widya Nazhrah Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 29 Juni 1993 Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Nama Ayah : Ir. Wisnu Berkah Suku Bangsa Ayah : Jawa
Nama Ibu : dr. Tri Varyani Suku Bangsa Ibu : Jawa
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat tahun : SD Ahmad Yani Binjai/ 2005
2. SLTP/ Tamat tahun : SMP Negeri 1 Binjai/ 2008 3. SLTA/ Tamat tahun : SMA Negeri 1 Binjai/ 2011
4. Lama studi di FKM USU : 3 tahun 10 bulan Riwayat Organisasi
1. Departemen Bidang Administrasi dan Kesekretariatan HMI Komisariat FKM USU Periode 2012-2013
2. Wakil Sekretaris Umum Bidang Penelitian dan Pengembangan HMI Komisariat FKM USU Periode 2012-2013
ABSTRAK
Semua pekerjaan telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin, selain dapat membuat keuntungan yang cukup besar, namun juga daapat menimbulkan kerugian karena bisa rusak dan menyebabkan kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan menganalisis setiap bahaya yang ada di lingkungan kerja. Salah satu metode untuk melakukan analisis bahaya adalah Hazard and Operability Study (HAZOPS). HAZOPS merupakan metode mengidentifikasi dan menganalisis bahaya dari suatu unit proses bila menyimpang dari seharusnya.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan hasil identifikasi dan analisis bahaya dengan menggunakan metode HAZOPS pada suatu proses kerja. Objek yang diteliti adalah proses yang terdapat di workshop yaitu loading/ unloading, disassembly, machine repair, engine repair, washing, dan painting di PT. X tahun 2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahaya yang terdapat pada proses loading/ unloading adalah bekerja pada ketinggian dan tali pengikat yang tidak stabil. Pada proses disassembly terdapat bahaya lantai licin, tali pengikat tidak stabil, kurang kontrol crane dan forklift. Pada proses machine repair terdapat bahaya dalam pengelasan dan pengetukan. Pada proses engine repair terdapat bahaya sikap dan cara kerja tidak aman serta bekerja pada ketinggian. Pada proses washing terdapat bahaya kontak dengan solar dan lantai licin. Pada proses painting terdapat bahaya terhirup cat dan kebakaran.
Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen PT. X untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan upaya pengendalian bahaya pada setiap proses yang terdapat di workshop.
ABSTRACT
All the work has been helped by tools that can facilitate the work of man, for example the engine, but can make a considerable profit, but also cause losses due could be damaged and cause accidents. Accident prevention can be done by analyzing any existing hazards in the working environment. One method is to conduct a hazard analysis Hazard and Operability Study (HAZOPS). HAZOPS is a method of identifying and analyzing the danger of a process unit when deviating from it should be.
This research is a descriptive survey that describes the results of hazard identification and analysis using method HAZOPS in a work process. The object under study is contained in the workshop processes ie loading / unloading, disassembly, machine repair, engine repair, washing, and painting at the PT. X 2015.
These results indicate that the hazards are in the process of loading / unloading is working at height and straps are not unstable. In the process there is the danger of slippery floor disassembly, the strap is not stable, less control of cranes and forklifts. In the process there is the danger of the machine repair welding and tapping. In the process there is the danger of engine repair and unsafe ways of working as well as working at height. In the process of washing the danger of contact with diesel and slippery floors. In the painting process are inhaled paint and fire hazards.
Researcher suggests to the management of PT. X to keep increasing the work safety and healthy by controlling various hazard in each process at workshop.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin.
Dengan bantuan mesin produktivitas akan semakin meningkat, di samping kualitas yang semakin baik dan standar. Mesin dapat membuat keuntungan yang cukup besar
bagi penggunanya, namun dapat juga membuat kerugian karena mesin itu dapat sewaktu-waktu rusak, meledak, atau terbakar yang disebut kecelakaan kerja. Akibat dari kecelakaan kerja pihak perusahaan akan mengalami kerugian yang besar baik
dari alat-alat kerja maupun kecenderungan pekerja untuk celaka (accident proneness) (Anizar, 2009).
Potensi bahaya dan risiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja atau
proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari keterbatasan pekerjaannya sendiri, perilaku hidup tidak sehat perilaku kerja tidak selamat/ aman,
buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak ergonomik, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Sebaliknya, pekerja yang terganggu kesehatannya baik karena
cedera, cacat, atau terserang penyakit dapat mengganggu kelancaran pekerjaan, dengan demikian menurunkan produktifitasnya, lebih lanjut juga akan melemahkan
Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja mencakup empat komponen
kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Setiap komponen kerja dapat menjadi sumber atau situasi yang
berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja. Kerugian kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan (Kurniawidjaja, 2010).
Sering tidaknya dan parah tidaknya kecelakaan kerja tergantung dari jenis industri dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Industri baja memiliki peluang yang
lebih banyak untuk terjadinya sebuah kecelakaan kerja. Semakin pekerjaan itu membutuhkan persyaratan fisik, semakin tinggi angka kecelakaan kerjanya. Pekerja yang penuh stress dan tenaga banyak menimbulkan kecelakaan kerja. Secara umum,
industri semacam konstruksi, pertambangan, pengeboran batu bara, pabrik baja cenderung memiliki frekuensi yang banyak dan parah (Winarsunu, 2008).
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Muchtaruddin (2014) dalam Anonim (2014)
mengungkapkan, hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah kasus penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan
berjumlah 428.844 kasus.
Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
sebanyak 192.911 orang. Dari jumlah tersebut 146.219 orang (75,8 %) berjenis
kelamin laki-laki dan 46.692 orang (24,2 %) berjenis kelamin perempuan. Menurut Achmad Riadi dalam Rahmat Baihaqi (2014) jumlah kecelakaan tersebut sebagian
besar atau sekitar 69,59 % terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan yang di luar perusahaan sebanyak 10,26 % dan sisanya atau sekitar 20,15 persen merupakan kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja. Sementara akibat
kecelakaan tersebut, jumlah peserta BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal sebanyak 3.093 pekerja, yang mengalami sakit 15.106 orang, luka-luka 174.266
orang dan meninggal mendadak sebanyak 446 orang. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan kerja dikarenakan posisi tidak aman atau ergonomis dan sebanyak 32,12 persen pekerja tidak memakai peralatan yang safety. Sebesar 51,3 % penyebab
kecelakaan kerja dikarenakan adanya benturan, sedangkan bagian tubuh yang paling banyak terkena cedera adalah jari tangan kemudian kaki. Lalu sumber penyebab cedera terbanyak sebesar 32,25 % adalah mesin. Untuk jumlah klaim jaminan
kecelakaan kerja yang harus dibayarkan kepada peserta selama 2013 mencapai Rp 618,49 miliar.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Kurniawati, dkk (2013) di PT. Malindo Intitama Raya, Malang, titik-titik bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada area pembuatan springbed berasal dari sumber bahaya telah digolongkan
menjadi 6 sumber bahaya meliputi: sikap pekerja, material kerja, kondisi lingkungan kerja, pisau pemotong, lantai basah, dan panel listrik. Risiko bahaya yang
bahaya ekstrim sebesar 4% terjadi pada material kerja yang penataannya kurang rapi,
risiko tinggi sekitar 81% terjadi pada kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, sikap pekerja, pisau pemotong, lantai basah dan risiko sedang sebesar 15% terjadi
pada panel listrik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wulandari dan Paskarini (2013) pada pekerja gondola paket III Proyek pengembangan Bandara Internasional Ngurah
Rai-Bali, hazard identification pada pekerja gondola paket III PPBIB Adhi-Wika diperoleh 53 potensi bahaya. 59 risiko yang terdiri dari 30 risiko ringan, 6 risiko
sedang, dan 23 risiko tinggi. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan mengembangkan peraturan umum ke dalam tindakan spesifik sesuai potensi bahaya yang ditemukan berdasarkan hasil inspeksi lapangan pada pekerja gondola menurut
peraturan yang ada yaitu peraturan K3L pekerja, good operation alatm atau peraturan perundangan.
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab
kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metoda analisis penyebab
kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukannya identifikasi bahaya yang
terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases (assessment) besarnya risiko bahaya (Suma’mur, 2009).
yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kegiatan identifikasi
bahaya memiliki tujuan untuk mengurangi daan meminimalisasi risiko, agar dapat mencegah dan menganggulangi kecekalan agar tidak terjadi lagi di masa akan
datang.
Pada kebanyakan operasi, bahaya-bahaya akan dikaitkan dengan mesin-mesin dan peralatan-peralatan: pusat kegiatan, perangkat penyaluran tenaga, sumber energi
berbahaya, area bukan tempat kerja di sekeliling mesin-mesin, pekerjaan pelayanan dan pemeliharaan, serta pekerja-pekerja lain yang berdekatan (Rijanto, 2011).
Setiap industri pasti memiliki berbagai parameter operasi seperti suhu, tekanan, aliran, campuran dan level, inilah yang kemudian dikembangkan sehingga ditemukan teknik identifikasi bahaya Hazards and Operability Study (HAZOPS).
Bahaya dalam industri dapat terjadi karena adanya penyimpangan (deviasi) dalam parameter operasi melewati batas toleransinya. Tekanan yang meningkat melampaui daya tahan bejana dapat mengakibatkan peledakan, sedangkan aliran yang terhambat
karena buntu dapat mengakibatkan gangguan operasi serius. HAZOPS merupakan usaha untuk mengidentifikasi bahaya dari suatu unit proses bila menyimpang dari
seharusnya. HAZOPS merupakan suatu teknik yang sangat sistematis, telititi, dan lengkap. HAZOPS awalnya dikembangkan untuk industri proses, namun dapat juga digunakan untuk jenis industri atau aktivitas lainnya (Ramli, 2010).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuniar, dkk (2013), identifikasi potensi bahaya dilakukan untuk meminimasi terjadinya potensi bahaya di PT.
pada roll mesin, lembaran karet rusak, mototr mesin jebol, mesin aus (oli tidak
mengalir) hingga dapat meledak, dan pembatas roll patah.
PT. X adalah dealer resmi di Indonesia untuk produk Caterpillar, produsen
terbesar di dunia alat berat, mesin diesel dan gas alam, mesin industri dan generator set. Perusahaan ini juga menyediakan jasa service yang komprehensif baik maintenance, layanan purna jual, jaminan ketersediaan komponen, dan penjualan
komponen original Caterpillar. Jasa service yang diberikan dilakukan di sebuah workshop yang terdapat di perusahaannya. Produknya berupa dozers, excavators,
whell/ track loader, off-higway trucks, graders, scraper, industrial engines, generator sets, dan lainnya.
Pada area Workshop dibagi atas 6 bagian yang berbeda yaitu Loading/
Unloading, Disasssembly Area, Machine Bay, Engine Bay, Washing Bay, dan Painting Bay. Dimana pada setiap area memiliki potensi bahaya yang berbeda. Pada proses pekerjaan di bagian Workshop menggunakan berbagai alat berat, alat
penggerak, alat angkat angkut, alat listrik, dan lainnya. Proses-proses yang dilakukan pada area Workshop dimulai dari dipindahkan unit dari kendaraan customer ke area
workshop yaitu Loading/ Unloading (pemuatan/ bongkar muat), disassembly (pembongkaran), machine repair (perbaikan machine), engine repair (perbaikan engine), wahing (pencucian), serta painting (pengecatan) yang dapat menimbulkan
potensi bahaya bagi para pekerja.
Unloading
Gambar 1.1 Alur Proses Workshop PT. X Medan
Pada proses Loading/ Unloading (pemuatan/ bongkar muat) pekerja harus
memindahkan unit alat berat secara utuh dengan bantuan alat crane. Unit alat berat dijalankan menuju Disassembly Area untuk dibongkar dan dipisahkan antara
komponen engine dari machine-nya. Komponen engine selanjutnya dibawa ke engine bay untuk dilihat kerusakannya. Perbaikan pada machine tergantung kerusakan yang terjadi, umumnya banyak dilakukan proses mengelas, mengetuk,
sampai mengganti dengan komponen baru. Pada komponen engine sebelum dilakukan perbaikan, terlebih dahulu dilakukan pencucian di area washing bay
dengan menyemprotkan solar. Setelah engine diperbaiki, komponen engine tersebut Engine Repair
Machine Repair
Engine Machine
Washing
Assembly
Washing
dirakit kembali dengan machinenya, kemudian dibawa ke washing pad untuk
pencucian machine. Pencucian machine dilakukan dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi dari sebuah selang yang dipegang oleh pekerja. Setelah dilakukan
pencucian, kemudian dilakukan pengecatan dengan menggunakan spraygun. Setelah dilakukan pengecatan dan dikeringkan di bawah sinar matahari, unit rekondisi siap di ambil oleh customer.
Berdasarkan proses kerja tersebut, dapat dilihat bahwa pekerjaan di workshop memiliki sangat banyak potensi bahaya yang berisiko bagi pekerja. Hal ini sejalan
dengan adanya beberapa kejadian tak diinginkan berupa insiden kerja yang terdapat pada bagian workshop PT X Medan. Berdasarkan laporan statistik insidens Departemen Service PT. X Medan tahun 2014 terdapat sebanyak 4 kasus selama
bulan Januari – Juni, sedangkan terdapat 3 kasus selama bulan Juli – Desember.
Oleh karena masih tingginya angka insidens kerja yang terjadi di Workshop
PT. X Medan, ditambah dengan banyaknya potensi bahaya yang berisiko bagi pekerja, maka penulis tertarik untuk menganalisis bahaya dengan metode HAZOPS
di Workshop PT. X.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bahaya apa saja yang terdapat di Workshop PT. X Medan tahun
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya di Workshop PT. X Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya pada proses Loading/
Unloading (pemuatan/ bongkar muat)di Workshop PT. X Medan.
2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya pada proses Disassembly (pembongkaran) di Workshop PT. X Medan.
3. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya pada proses Machine repair (perbaikan machine) di Workshop PT. X Medan.
4. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya pada proses Engine repair
(perbaikan engine) di Workshop PT. X Medan.
5. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya pada proses Washing
(pencucian) di Workshop PT. X Medan.
6. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bahaya pada proses Painting (pengecatan)di Workshop PT. X Medan.
1.4Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja untuk mengenali potensi-potensi
bahaya di Workshop PT. X Medan agar dapat menghindari risiko kecelakaan kerja.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan dalam menanggulangi potensi-potensi bahaya yang ditemukan pada proses perbaikan di Workshop PT. X Medan.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat, dan peneliti serta untuk keilmuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam memahami potensi bahaya dan proses mengidentifikasi dan menganalisis bahaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahaya
Menurut Ridley (2008), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/ kelukaan. Menurut Suma’mur (1987), bahaya pekerjaan
adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum
mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.
Bahaya kesehatan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek negatif
terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung atau dari waktu ke waktu. WHO (1999) telah mengidentifikasi langkah-langkah utama dalam penilaian bahaya kesehatan: identifikasi bahaya, karakterisasi risiko, penilaian paparan, dan estimasi
risiko. Menyelesaikan penilaian bahaya yang sukses membutuhkan bantuan orang terlatih dalam kesehatan masyarakat yang berdedikasi untuk mencegah masalah
kesehatan di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
2.1.1 Jenis Bahaya
Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan di tempat kerja dapat
berasal dari semua komponen kerja berupa: 1. Bahaya tubuh pekerja (somatic hazard)
pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel
listrik warna-warni, bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya maupun orang lain di sekelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena
tindakan ini berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan. 2. Bahaya perilaku kesehatan (behavioral hazard)
Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja.
Contohnya adalah mode rambut panjang di ruang mesin berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur
tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher).
3. Bahaya lingkungan kerja (environmental hazard) berupa faktor fisik, kimia, dan biologi
Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek kesehatannya masuk kedalam
penyakit akibat kerja).
Faktor fisik berpotensi menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK), dari penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam golongan faktor fisik serta pekerja berisiko terpajan antara lain:
a. Bahaya mekanik
Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja
Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut
adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh
(khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian. b. Bising
Bising adalah bunya maupun suara-suara yang tidak dikeheendaki dan dapat
menggaggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari
area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka yang
bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian perawatan mesin, pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan lainnya. c. Getar atau vibrasi
Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuloskeletal, keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi
dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body vibration) seperti pemotong rumput yang membawa mesin di punggungnya dan pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan,
contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di tangannya adalah mereka yang menggunaan alat tangan getar dan/ atau pneumatik
Tekanan panas yang meelebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan
heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja, tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan ssuhu ekstrem panas yang
bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin
lainnya.
e. Suhu ekstrem dingin
Pajanan suhu ekstrem dingin di lingkunag kerja, dapat menimbulkan frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35°C dan dapat mengancam jiwa.
Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam ssuhu ekstrem dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.
f. Cahaya
Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus
menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat
menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat
dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam melaksanakan pekerjaan yang
memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerja berisiko terpajan silaunya cahaya contohnya pekerja yang menggunakan visual display
terminal seperi komputer dan televisi. g. Tekanan
Tekanan hiperbarik adalah tekanan yang melebihi 1 atm/ BAR, sering
diialami oleh orang yang berada di bawah permukaan laut, semakin dalam lokasinya semakin tinggi tekanannya. Efek dari tekanan hiperbarik adalah barotitis dan
barotrauma yang dapat menimbulkan kerusakan telinga tengah dan paru. Pekerja berisiko terpajan tekanan hiperbarik adalah mereka yang beekerja di bawah laut, seperti penyelam, pemelihara atau pengambil mutiara, pemelihara kapal laut, tim
penyelamat (rescue team), dan pekerja konstruksi baawah laut. h. Radiasi pengion
Radiasi pengion antara lain adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma,
sinar-X, dan neutron. Pekerja berisiko terpajan radiasi pengion adalah mereka yang bekerja dengan alat atau mesin yang menggunakan sinar yang memancarkan radiasi pengion,
seperti radiografer di bagian radiologi suatu klinik atau rumah sakit, pekerja di laboratorium kimia, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan lainnya. Efek buruk dari radiasi pengion adalah efek genetik, karsinogenik, dan gangguan perkembangan
janin.
i. Radiasi bukan pengion (gelombang eleektromagnetik)
yang panjang (>100 nm) dan berada dalam frekuensi rendah sehingga pancaran
energinya tidka cukup kuat untuk mengionisasi atom dari sel tubuh yang dilaluinya. Contoh penghasil radiasi bukan pengion antara lain sinar inframerah (infrared),
microwave, ultra-sound, video display terminal (VDT), sinar ultraviolet, ponsel dan sinar laser. Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan atau lokasi kerjanya berdekatan dengan mesin atau peralatan yang mengeluarkan
gelombang elektromagnetik, misalnya tukang las, operator telepon, operator VDT. Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal, sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang
terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahan kimia dapat merupakan suatu zat yang toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik.
Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan
kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun bentuknya, yang paling sering digunakan dalam duni kerja dan dunia usaha adalah
sebagai berikut:
a. Logam berat
Banyak logam berat yang digunakan di berbagai tempat kerja, jarang dalam bentuk murni namun dalam bentuk senyawa seperti timbal, merkuri, kadmium, krom,
b. Solvent/ Pelarut organik
Pelarut organik adalah kelompok senyawa hidrokarbon (HC), seperti hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, atau hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut
organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam fosfat, benzena, toluena, xylena, formaldehid, aseton, tetraklorokarbon, trikloretilen, alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas hampir di semua
bidang kegiatan manusia, sebagai contoh antara lain digunakan untuk:
a) Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia
b) Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide menghasilkan polimer acrylamide yang digunakan untuk penghancur pengendapan di bidang waste dan water treatment
c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas dari asam sulfat
d) Mengencerkan cat, tinta, perekat
e) Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin f) Mencuci pakaian cara kering (dry clean)
g) Sebagai bahan pemuti
h) Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di bidang farmasi c. Gas dan uap
Gas dan uap di udara tempat kerja ada yang bersifat asphyxiants, iritasi lokal, sensitisasi, dan yang toksik. Gas asphyxiants menimbulkan tubuh kekurangan
oksigen secara fisik, seperti karbon dioksida, nitrogen, gas inert seperti helium,
argon, neon; gas hidrokarbon alifatik dengan bobot molekul rendah (C1 sampai dengan C4) seperti gass metana, etana, propana, dan butana. Gas chemical
asphyxiants melalui reaksi kimia atau menghambat transportasi oksigen, seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, dan hidrogen sulfida.
Faktor Biologik berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologik
serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis), jamur (Coccidiomycosis, Aktinomikosis), serta parasit (Hookworm, Malaria).
4. Bahaya ergonomik (ergonomic hazard) berupa faktor postur janggal, beban berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi
Bahaya ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan
peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work station.
5. Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) dan budaya kerja
(work culture hazard)
Contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh malam dan
mengabaikan kehidupan sosial pekerja.
Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat ddiklasifikasikan sebagai berikut:
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya
mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain,
Bahaya yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat,
terjepit, terpotong, atau terkupas. 2. Bahaya Listrik
Merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemkan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
3. Bahaya Kimiawi
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).
b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka
c. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah
terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, dan lainnya.
d. Polusi dan pencemaran lingkungan. 4. Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain:
a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran
b. Tekanan c. Getaran
d. Suhu panas atau dingin
e. Cahaya atau penerangan
f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah 5. Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas
kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.
2.1.2 Sumber Informasi Bahaya
Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja,
1. Kejadian Kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian
dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa. Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya:
• Lokasi kejadian
• Peralatan atau alat kerja
• Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan
• Data-data korban berkaitan dengan usia, pengamlaman, pendidikan,
masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi
lainnya.
• Waktu kejadian
• Bagian badan yang cedera
• Keparahan kejadian
2. Kecenderungan Kejadian
Identifikais bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode
setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja (Ramli, 2010).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan
kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam
hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur, 1987).
2.2.1 Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Menurut Djati (2001) penyebab kecelakaan dapat dibagi 2:
1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari Industrial
Hygiene, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila tempat kerja tidak mengikuti aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang telah ditentukan maka terjadilah konsisi yang tidak aman sebagai contoh,
lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air yang melintang di jalan, dan lain-lain.
2. Tindakan tidak aman (unsafe action)
Menurut penelitian hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat
disebabkan oleh: a. Karena tidak tahu
b. Karena tidak mampu/ tidak bisa
Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia
melakukan kesalahan.
c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan peraturan-peraturannya serta yang bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena
tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau meleepas alat pengaman.
Menurut Rijanto (2010), penyebab-penyebab yang paling sering menyababkan kematian dan cedera adalah:
1. Jatuh
Orang-orang jatuh karena jalan yang menuju dan dari tempat kerja tidak baik, atau tempat kerjanya itu sendiri tidak aman. Ada 5 kelompok pekerjaan berisiko tinggi dimana jatuh merupakan akibat yang utama,
yaitu: Pekerjaan atap, pekerjaa pemasangan konstruksi baja, pekerjaan pemasangan rangka, pengecoran beton, dan pekerjaan pembongkaran.
2. Benda-benda jatuh dan roboh
Orang dapat kejatuhan benda yang sedang ddiangkat, benda yang terguling atau yang terlepas dari kedudukannya; kejatuhan atau tertimbun
Orang-orang menderita syok listrik dan terbakar bila menggunakan
peralatan yang tidak aman dan bila tersentuh pada kabel-kabel listrik di atas kepala dan kabel-kabel yang ditanam.
4. Alat berat yang bergerak
Konstruksi peralatan ini berat dan tempat dimana bidang pandang operatornya tidak baik, orang yang berjalan di lokasi pekerjaan dapat
cedera atau meninggal disebabkan kendaraan yang bergerak, terutama saat mundur.
2.2.2 Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Kerja Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian (K): 1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi 3. Keluhan dan kesedihan 4. Kelainan dan cacat
5. Kematian
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit,
biaya angkutan, upah selama tidak mamp bekerja, kompensasi cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerussakan bahan-bahan. Biaya
oleh karena pekerja-peekerja lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa
kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kcelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di
tempat itu, dan lain-lain.
2.2.3 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan
Internasional tahun 1962 dalam Suma’mur (1987) adalah sebagai berikut: 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a) Terjatuh
b) Tertimpa benda jatuh
c) Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh
d) Terjepit oleh benda
e) Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f) Pengaruh suhu tinggi
g) Terkena arus listrik
h) Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i) Jenis-jenis lain termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidaak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk kalsifikasi tersebut. 2. Klasifikasi menurut penyebab
a. Mesin
a) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik
b) Mesin penyalur (=transmisi)
d) Mesin-mesin pengolah kayu
e) Mesin-mesin pertanian f) Mesin-mesin pertambangan
g) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut, b. Alat angkut dan alat angkat
a) Mesin angkat dan peralatannya
b) Alat angkutan di atas rel
c) Alat angkutan lain yang beroda terkecuali kereta api
d) Alat angkutan udara e) Alat angkutan air f) Alat-alat angkutan lain
c. Peralatan lain
a) Bejana bertekanan
b) Dapur pembakar dan pemanas
c) Instalasi pendingin
d) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik
(tangan).
e) Alat-alat listrik (tangan)
f) Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik.
g) Tangga
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
a) Bahan peledak
c) Benda-benda melayang
d) Radiasi
e) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut
e. Lingkungan kerja a) Di luar bangunan b) Di dalam bangunan
c) Di bawah tanah
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut
a) Hewan
b) Penyebab lain
g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak
memadai
1. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a) Patah tulang
b) Dislokasi/ keseleo c) Regang oto/ urat
d) Memar dan luka dalam yang lain e) Amputasi
f) Luka-luka lain
g) Luka di permukaan h) Gegar dan remuk
i) Luka bakar
k) Akibat cuaca, dna lain-lain
l) Mati lemas
m) Pengaruh arus listrik
n) Pengarush radiasi
o) Luka-luka yang banyaj dan berlainan sifatnya p) Lain-lain
3. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh a) Kepala
b) Leher c) Badan d) Anggota atas
e) Anggota bawah f) Banyak tempat g) Kelainan umum
h) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut
2.2.4 Prinsip-prinsip Pencegahan Kecelakaan
Menurut Ridley (2008), sasaran pencegahan kecelakaan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang kembali.
Adapun prosedur pencegahan kecelakaan adalah: 1. Mengidentifikasi bahaya
3. Mengurangi bahaya hingga seminm mungkin jika penghilangan bahaya tidak
dapat dilakukan
4. Melakukan penilaian risiko residual
5. Mengendalikan risiko residual
Pencegahan cedera memiliki dua komponen utama: mengantisipasi potensi bahaya dan desain tempat kerja. Sistem surveilans yang dikembangkan dengan data
yang baik dapat membantu perusahaan mengantisipasi cedera potensial, baik itu kecelakaan atau tindak kekerasan. Cedera seharusnya tidak lagi dianggap akibat yang
dihasilkan dari berada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Sebaliknya, pengusaha harus menganggap mereka sebagai peristiwa-biaya tinggi dalam hal biaya pengobatan dan kehilangan produktivitas, biaya yang dibayar oleh pekerja,
pengusaha dan akhirnya konsumen. Namun, banyak perusahaan menganggap hal tersebut sekadar kepatuhan, bukan pencegahan proaktif. Selain itu, jumlah saat ini yang dikeluarkan oleh pemerintah pada pencegahan cedera kecil jika dibandingkan
dengan uang yang dialokasikan untuk penyakit yang paling kronis. Tetapi pengusaha beruapaya untuk memiliki program pencegahan cedera yang dirancang dengan baik
di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
2.3 Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis
untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi
Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang
berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap langkahnya:
1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat luka, dengan suatu objek?
2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?
3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja dapat terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?
4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau memelintir?
5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya,
apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi?
Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan teridentifikasi.
Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan risiko yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk itu
pekerja-pekerja dapat membantu menidentifikasi risiko-risiko berdasarkan pengalaman mereka.
Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko adalah
melakukan penlaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat
1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi
kerja.
2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.
3. Laporan pengamatan kerja. 4. Peraturan kerja khusus di lokasi. 5. Kebutuhan alat pelindung diri.
6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:
a. Mengurangi peluang kecelakaan
Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu
Gambar 2.1: Rasio kecelakaan menurut Dupont
Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah:
1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000
yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300
kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.
Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyea kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan
dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi seluruh sumber bahaya di tempat kerja.
b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan
1
Fatal
30
Kecelakaan berat
300
Kecelakaan serius
3000
Kecelakaan ringan
30.000
sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi
perusahaan.
c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan
dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan leih efektif.
d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan
demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan (Ramli, 2010).
2.3.2 Teknik Identifikasi Bahaya
Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas:
1. Metoda pasif
2. Metoda semi proaktif
3. Metoda aktif
a. Teknik pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini ersifat primitif dan terlamat, karena langkah
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita
tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;
a) tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.
b) tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain
untuk diambil sebagai pelajaran.
c) kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,
walaupun menimpa pihak lain.
Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian
serupa tidak terulang kembali. c. Teknik Proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif
atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan;
1) Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera.
2) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.
4) Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain:
1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3 2. Hazops (Hazard and Operability Study)
3. Analisa Keselamatan Pekerjaan (Job Safety Analysis-JSA)
4. Analisa Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)
2.3.3 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya
Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain:
1) Sistematis dan terstruktur
2) Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum pernah dikenal sebelumnya.
3) Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan. 4) Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.
Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara lain:
1. Manusia
2. Peralatan 3. Proses
Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada
saat melakukan aktivitasnya masing-masing., b. Peralatan
Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan lainnya dapat menjadi sumer bahaya bagi manusia yang menggunakannya.
c. Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristik masing-masing.
d. Proses
Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang
terlalu tinggi dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.
e. Sistem dan Prosedur
Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang
pekerja yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak
Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya
yang ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.
Gambar 2.2. Program identifikasi bahaya yang sesuai untuk menjangkau potensi
bahaya dalam kegiatan perusahaan
2.3.4 Proses Identifikasi Bahaya
Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahaya-bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian menetukan signifikansinya (potensi) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah
yang ada. Study, Fault Tree Analysis, What If, Preliminary Hazard
Analysis
Manusia
Job Safety Analysis, Task Risk Analysis
Gambar 2.3 Proses Identifikasi Bahaya K3
Tahapan identifikasi bahaya diawali dengan menyusun daftar
kejadian-kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan terjadi kecelakaan maupun gangguan kesehatan.
2.4 Hazards and Operability Study (HAZOPS)
HAZOPS adalah teknik mengidentifikasi dan menganalisis bahaya yang digunakan untuk industri proses dan aktivitas industri lainnya. Prinsip yang
digunakan dalam HAZOPS untuk membantu pelaksanaannya menggunakan terminologi sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kosakata yang digunakan dalam Hazops
Kosakata Penjelasan
Node Titik/ bagian dari proses yang ditentukan sebagai objek Identifikasi
Bahaya Mesin dan
peralatan
Sumber Tenaga Kerja
dan bahan berbahaya
analisa
Guide Word Kata-kata singkat yang digunakan untuk membantu mengarahkan jalannya diskusi pada saar meninjau suatu parameter proses. Contoh: no, more, less, low, high, part of, dan lain-lain.
Parameter Rujukan / ukuran proses tertentu yang ditinjau. Misal: temperature, pressure, flow dan lain-lain
Deviation Penyimpangan proses yang seharusnya (penggabungan dari guide worddan parameter)
Cause Alasan yang dikemukakan mengapa suatu
penyimpangan dapat terjadi
Consequence Akibat atau konsekuensi yang dihasilkan jika terjadi penyimpangan
Safe Guard Peralatan dan instrumen yang ditambahkan untuk tujuan pengendalian dan pengamananserta sistem yang dibuat secara administratif untuh mencegah suatu penyimpanganterjadi atau mengurangi consequences yang terjadi sebagai akibat penyimpangan
Recommendation Rekomendasi untuk perubahan design, prosedur operasi atau untuk studi lebih lanjut.
2.4.1 Kelebihan HAZOPS
Menurut Ramli (2010), teknik HAZOPS merupakan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat menghasilkan kajian yang komprehensif.
keahlian. Metode ini sangat membantu tindakan perbaikan dan pencegahan yang
mungkin dapat digabungkan kedalam suatu sistem.
2.4.2 Proses Kajian Hazops
Gambar 2.4 Proses kajian prinsip Hazops
Kajian Hazops dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan antara lain menentukan objektif kajian. Apakah untuk kajian sutu proyek baru, modifikasi, atau untuk tujuan lainnya. Tentukan unit proses yang dikaji. Kajian Hazops bersifat multidisiplin
misalnya dari fungsi teknis, operasi, proses, listrik, instrumen, safety, dan lainnya. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data-data yang
diperlukan untuk suatu kajian Hazops antara lain gambar P&ID (Process & Persiapan
Pilih Node
Pilih Parameter
Gunakan Kata Bantu
Analisa Deviasi
Laporan pemantauan
Tentukan Objektif
Bentuk Tim
Kumpulkan Data
Proses Data
Kajian Rancangan
Penyebab
Konsekuensi
Pengamanan
Instrumentation Diagram), PFD (Process Flow Diagram), gambar teknis dan
data lainnya mengenai unit yang akan dievaluasi. 2. Pemilihan node kajian
Titik kajian dalam teknik Hazops disebut node. Pemilihan titik kajian ini tergantung keahlian dan pengalaman timkajian. Bagi tim pemula, pilihlan kajian yang tidak terlalu luas dan sederhana.
3. Pemilihan parameter
Berdasarkan node yang telah dipilih tersebut, tim menentukan apa
saja parameter yang berkaitan dengan node terkait. Misalnya pada titik node pompa air, ada parameter aliran, tekanan, dan suhu.
4. Penggunaan kata bantu hazops
Semua parameter yang diketahui tersebut dikaji secara mendalam dengan menggunakan kata bantu yang dikombinasikan dengan parameter yang ada. Misalnya apakah ada kemungkinan no-flow pada pompa?
5. Analisa deviasi
Jika deviasi sudah diperoleh lakukan kajian leboh rinci yang berkaitan
potensi bahaya. Apa saja bahaya yang ada jika terjadi no-flow pada pompa. Apa penyebab terjadinya no-flow tersebut dan apa konsekuensinya terhadap sistem operasi.
6. Laporan dan pemantauan
Langkah berikutya dari Hazops adalah membuat laporan tentang hasil
melakukan pemantauan apakah rekomendasi tersebut telah dijalankan dan
apakah hasilnya telah efektif untuk mengendalikan risiko sebagaimana yang diharapkan.
2.5Kerangka Konsep
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
Loading / Unloading
Disasssambly
Machine Repair
Engine Repair
Washing
Painting Analisis Bahaya
Hazards and Operability Study
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu
menggambarkan hasil identifikasi dan analisis bahaya pada suatu proses kerja.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Bagian Workshop PT. X Medan.
Pemilihan lokasi dikarenakan jasa service alat berat yang dilakukan di workshop
tersebut merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tinggi, serta adanya dukungan dari pihak PT. X Medan untuk penelitian ini.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari Maret-Juli 2015.
3.3 Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah pada bagian Workshop yang terdiri dari proses loading/ unloading (pemuatan/ bongkar muat), disassembly (pembongkaran), machine repair (perbaikan machine), engine repair (perbaikan engine), wahing
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan pada proses kerja dan dokumentasi.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data-data dan studi literatur terkait analisis bahaya dan metode HAZOPS, serta dokumen perusahaan PT. X Medan berupa:
a. Data kecelakaan kerja tahun 2014
b. Data proses kerja pada area Workshop PT. X Medan
c. Data kebijakan manajemen terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah teknik HAZOPS yang diaplikasikan pada tiap unit kerja workshop.
3.6 Definisi Operasional
1. Loading/ Unloading : Proses pemasukan dan bongkar muat unit dari/ ke area workshop berupa pemindahan alat
berat dengan menggunakan crane.
2. Disassembly : Proses pembongkaran alat berat untuk melihat kerusakan komponen oleh teknisi, dibongkar
dengan cara melepas komponen-komponen yang terpasang oleh baut yang kemudian
3. Machine Repair : Proses perbaikan machine yang rusak oleh
dengan cara mengelas, mengetuk, sampai penggantian komponen baru oleh teknisi.
4. Engine Repair : Proses perbaikan engine yang rusak oleh teknisi biasanya dilakukan penggantian komponen kecil yang tidak bisa dipakai lagi.
5. Washing : Proses pembersihan dan pencucian
engine dengan cara menyemprotkan solar dan
dengan menyemprotkan air dari selang untuk pencucian machine.
6. Painting : Proses pengecatan machine dengan
menggunakan spraygun secara manual oleh pekerja.
7. Hazard and : Suatu teknik yang digunakan untuk
Operability Study menganalisa potensi bahaya yang terdapat dalam setiap proses kerja mulai dari proses
3.7 Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk melihat bahaya-bahaya yang ada dengan cara menentukan unit kerja yang akan diteliti dan mengidentifikasi bahaya pada setiap
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Berdasarkan Profil Perusahaan (2014), PT. X adalah perusahaan penyalur resmi alat-alat berat produk Caterpillar, sebuah perusahaan produsen alat berat
terkemuka di dunia asal Amerika, cakupannya meliputi industri konstruksi, pertambangan, kehutanan, pertanian, minya dan gas bumi, serta power system.
PT. X didirikan pada tanggal 23 Desember 1970, yang didirikan oleh Achmad Kismet Hamami, Nugroho, dan Utomo Josodirjo dengan Kantor Pusat di daerah Jakarta Selatan. Selanjutnya secara resmi ditunjuk sebagai dealer resmi
Caterpillar di Indonesia. Hingga kini PT. X berkembang pesat dengan dukungan lebih dari 50 cabang dan 7.000 karyawan, yang tersebar di seluruh Indonesia.
Saat ini PT. X sudah mendirikan 50 (lima puluh) cabang yang dibagi menjadi 4 (empat) wilayah, yaitu:
1. Wilayah Jawa meliputi Madura, Bali, Batam, dan Bangka dengan kantor
wilayah berkedudukan di Jakarta.
2. Wilayah Sumatera meliputi seluruh Pulau Sumatera dengan kantor wilayah
berkedudukan di Medan.
4. Wilayah Indonesia Timur meliputi Sulawesi, Ambon, dan Papua dengan
kantor wilayah berkedudukan di Makassar.
Di samping sebagai satu-satunya dealer di Indonesia, PT. X juga
menyediakan jasa service yang komprehensif baik maintenance, perbaikan unit, layanan purna jual, jaminan ketersediaan komponen dan penjualan komponen original Caterpillar. Produknya meliputi dozers, excavators, wheel loader, wheel
dozers, off-highway trucks, articulated truck, compactors, scrafers, graders,
industrial engines, dan generator sets.
PT. X cabang medan atau wilayah Sumatera Utara didirikan secara resmi pada tanggal 1 Mei 1974, yang bertempat di Jalan Medan – Tanjung Morawa Km 9,2 Timbang Deli, Medan dan telah dilengkapi sarana bengkel serta gedung suku cadang.
Hingga kini fasilitas layanan pelangan telah berkembang dan PT. X terbagi menjadi empat divisi usaha yaitu:
1. Divisi Agriculture
Menangani perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan dan pertanian termasuk kelapa sawit.
2. Divisi Construction
Membawahi bidang pembangunan fisik seperti jalan raya, jalan layang, dan perumahan.
3. Divisi Power System
Menyediakan tenaga listrik untuk perhotelan, supermarket, rumah sakit, dan