1 1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi, persaingan antara perusahaan baik di dalam
maupun luar negeri semakin ketat dan keras.Di samping itu juga terjadi
perubahan-perubahan yang sangat cepat dan berbagai masalah perdagangan yang
sangat komplek.Dewasa ini juga telah menjadi trend dan mempengaruhi
peradaban kehidupan manusia seperti terjadinya perubahan dari masyarakat
agraris menuju masyarakat industri.Selanjutnya perubahan dari masyarakat
industri menuju masyarakat informasi, teknologi manual menjadi teknologi tinggi
(high tech and high touch), ekonomi nasional selalu dipengaruhi perubahan
ekonomi dunia dan lain-lain. Keadaan tersebut memaksakan jutaan manusia harus
berbenturan secara tiba-tiba dengan kejutan-kejutan masa depan (future shock)
yang sebetulnya belum siap untuk dihadapi. Kondisi tersebut ternyata banyak
menimbulkan terjadinya stres pada masyarakat (Tarwaka, 2004).
Setiap tempat kerja mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menimbulkan gangguan fisik
atau psikis terhadap tenaga kerja. Gangguan psikis merupakan faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kesehatan mental pekerja yang timbul
dari gangguan psikologis apabila tidak segera diatasi akan berdampak pada
timbulnya stress kerja (Fitri, 2013). Manusia pada masa bekerja tidak semua dapat
berjalan dengan lancar, terkadang muncul stres dalam bekerja.Menurut Hartono
tekanan stres bersifat sangat individual sehingga stres diantara yang satu dengan
orang yang lain berbeda.
Menurut Fincham dan Rhodes dalam Munandar (2008) penelitian
sekarang tentang stres didasarkan pada asumsi bahwa stres, yang disimpulkan dari
gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik, adalah hasil
dari tidak/ kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya,
bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan
ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara
efektif.
Menurut Rahayu yang dikutip dalam Airmayanti (2009), pada tahun 1996,
jauh sebelum job stress dan faktor psikososial menjadi ungkapan sehari-hari,
suatu laporan khusus yang berjudul “Perlindungan Kesehatan dari Delapan
PuluhJuta Pekerja – Suatu Tujuan Nasional bagi Kesehatan Kerja” telah
diterbitkan.Laporan tersebut menyebutkan bahwa stres yang disebabkan oleh
faktor psikologis meningkat secara nyata.Tiga puluh tahun kemudian, laporan ini
telah membuktikan ramalan secara luar biasa.Job stress telah menjadi penyebab
kelainan terdepan di Amerika Utara dan Eropa. Pada tahun 1990, 13% dari
seluruh kasus ketidakmampuan pekerja, disebabkan oleh gangguan yang
berhubungan dengan job stress.
Secara global, ILO pada tahun 2015 memperkirakan sekitar 337 juta
kecelakaan kerja terjadi tiap tahunnya yang mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja
kehilangan nyawa. Sementara itu data PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja
mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian nasional mencapai Rp
50 triliun.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan interpersonal dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan interpersonal serta tindakan
antisipatif bila terjadi hal demikian. Disamping perlu dilakukan upaya untuk
mencegah pegawai mengalami kecelakaan, perusahaan perlu pula memelihara
kesehatan pegawai.Kesehatan ini menyangkut kesehatan fisik dan kesehatan
mental.Kesehatan pegawai dapat terganggu karena penyakit, stress (ketegangan)
maupun karena kecelakaan. Kesehatan (Sedarmayanti, 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Plaut dan Friedman yang
dikutip dalam Haris (2014) berhasil menemukan hubungan antara stres dan
kesehatan.Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat perpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, karena alergi serta
menurunkan sistem autoimunnya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan
respon antibodi disaat suasana hati seseorang sedang negatif dan akan meningkat
pada saat suasana hati seseorang sedang positif. Stres kerja yang dialami oleh
pekerja biasanya berasal dari faktor eksternal dan faktor internal pekerja itu
sendiri. Faktor eksternal tersebut dapat berupa fisik, misalnya kebisingan,,
hubungan sesama pekerja atau atasan. Beban kerja yang melebihi kapasitas dan
internal merupakan stresor yang berasal dari diri pekerja yaitu umur, tingkat
pendidikan pekerja, dan masa kerja. Umur seorang pekerja akan
sangatberpengaruhi dalam pola pikir dan tingkat kebijaksanaan dalam
melaksanakan tugas-tugas serta mengatasi masalah-masalah di lingkungan kerja,
masa kerja juga menjadi salah satu penyebab stres kerja. Pekerjaan yang monoton
dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kebosanan dan rasa jenuh bagi
pekerja yang kemudian dapat memicu stres.Tingkat pendidikan pekerja juga
berpengaruh dalam mengatasi penyebab-penyebab stres yang ada di lingkungan
kerja agar stres yang dialami dapat menjadi pendorong meningkatkan
produktivitas pekerja (Haris, 2014).
Menurut Vierdelina yang dikutip dalam Lestari (2013) menyebutkan
bahwa pekerja yang mengalami stress dapat menurunkan produktivitasnya
sehingga dapat merugikan diri sendiri, orang lain, lingkungan kerja, dan
perusahaan.
Kebisingan, berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 orang pekerja
callcenter di PT. “X”, Jakarta, disimpulkan bahwa prevalensi stres kerja
berkaitandengan faktor-faktor stresor pengembangan karir, beban kerja
berlebih,konflik peranan, dan tanggung jawab (Ismar, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haris (2014) pada unit produksi IV
PT. Semen Tonasa menyatakan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan
stres kerja dimana pekerja yang telah bekerja lebih dari 5 tahun (lama) mengalami
kurang dari atau sama dengan 5 tahun (baru) mengalami stres kerja ringan sebesar
85,2 %.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Malia (2016) pada pekerja bagian
produksi di PT. Sisirau, Aceh Tamiang, memberikan gambaran bahwa dari 45
orang responden yang diteliti yang memiliki tingkat stres ringan sebanyak 15
orang (33,3%), dan yang memiliki tingkat stres berat sebanyak 30 orang (66,7%).
PT. Anugrah Tanjung Medan (ATM) merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan produsen minyak kelapa sawit di
Indonesia dengan kapasitas produksi 30 ton per jam. Proses produksi terdiri dari 9
alur yang harus dilalui untuk menghasilkan minyak kelapa sawit, yaitu dimulai
dari penerimaan TBS (Tandan Buah Segar) dimana pada tahap ini pekerja akan
melakukan penimbangan dan sortasi/pemilahan TBS yang layak untuk diolah,
kemudian TBS akan masuk ke stasiun sterilizer (perebusan) dimana pada tahap ini
pekerja harus memonitor jalannya proses pada mesin, buah yang direbus berlanjut
ke stasiun Sthreser (penebahan) dimana pekerja harus memperhatikan kontiniuitas
penebahan dan ketebalan buah, buah yang telah terpisah dari tandannya akan
dilumatkan di dalam digester(pelumatan) dimana pada tahap ini pekerja harus
memastikan jalannya pelumatan yang berlangsug selama 15 menit, kemudian
buah sawit tersebut masuk ke stasiun pressing (pengempaan) dimana pekerja
harus memastikan jalannya proses mesin pengempaan, selanjutnya masuk
kedalam stasiun clarification (pemurnian minyak) dimana pekerja harus
masuk ke stasiun kernel, cangkang dan ampas sisa dari stasiun kernel digunakan
untuk bahan bakar boiler.
Salah satu faktor yang berhubungan dengan stres kerja adalah beban
kerja.Berdasarkan uraian diatas, tidak menutup kemungkinan bahwa pekerja
akanmengalami stres kerja yang disebabkan oleh beban kerjanya. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Malia (2016) pada pekerja di PT. Sisirau Aceh Tamiang,
bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja dengan nilai ρ =
0,030 (ρ < 0,05).
Berdasarkan uji kebisingan yang dilakukan oleh Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Medan di PT. Anugrah Tanjung Medan pada tahun 2016
menunjukkan bahwa areal boiler pabrik dan kamar mesin memiliki hasil uji yang
masing-masing 92,5-93,8 dB dan 95,8-101,4 dB dimana menurut Kepmenaker
No.13 tahun 2011 menyatakan bahwa Nilai Ambang Batas untuk kebisingan
adalah 85 dB.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budianto (2010) di PT. Agung
Saputra Tex Bantul, sebanyak 95,5% pekerja mengalami stres karena kebisingan
yang melewati Nilai Ambang Batas (NAB) >85 dB.
Data yang diperoleh dari pihak perusahaan yang didapatkan dari klinik
perusahaan diperoleh laporan kesehatan dari Agustus sampai dengan November
2016 yaitu : diare 12 orang, migrain / sakit kepala sebelah 10 orang, 5 orang
memiliki masalah pada lambung, dan demam sebanyak 14 orang. Data yang
diperoleh dari perusahaan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
indicator-indikator perubahan akibat stress kerja. Setelah dilakukan wawancara singkat
perebusan buah dapat dinyatakan mereka memiliki potensi stress karena
kebisingan yang terus-menerus dan rasa jenuh terhadap pekerjaan yang itu-itu
saja.
Menurut hasil survei pendahuluan, diketahui bahwa beberapa orang
pekerja merasa bosan akan rutinitas pada pekerjaannya yang itu-itu saja, selalu
merasa melakukan pekerjaan dengan baik dan selalu berusaha melakukan apa
yang perusahaan inginkan, namun tidak pernah mendapatkan promosi untuk
perkembangan karirnya agar mendapatkan jabatan yang lebih baik. Pekerja lain
menyatakan Alat Pelindung Diri yang rusak seperti sepatu terlalulama diganti
sehingga mereka harus membeli sepatu untuk bekerja dengan uang mereka
sendiri, dan ear plug yang mudah rusak juga diganti setelah beberapa tahun.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan stres
kerja di PT. Anugrah Tanjung Medan tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah yaitu,
faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan stres kerja pada karyawan di PT.
Anugerah Tanjung Medan (ATM) tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan stres kerja pada karyawan PT. Anugerah Tanjung Medan (ATM)
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran faktor intrinsik pekerjaan (beban kerja, kebisingan,
panas) berhubungan dengan stres kerja.
2. Mengetahui gambaran faktor ekstrinsik pekerjaan (peran individu dalam
organisasi kerja, hubungan interpersonal, perkembangan karir)
berhubungan dengan stres kerja.
3. Mengetahui gambaran faktor individu (umur, masa kerja, status
perkawinan, dan pendidikan) berhubungan dengan stres kerja.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Adanya hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada pekerja.
2. Adanya hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja.
3. Adanya hubungan antara peran individu dalam organisasi kerja dengan
stres kerja pada pekerja.
4. Adanya hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada
pekerja.
5. Adanya hubungan antara perkembangan karir dengan stres kerja pada
pekerja.
6. Adanya hubungan antara umur dengan stres kerja pada pekerja.
7. Adanya hubungan antara masa kerja dengan stres kerja pada pekerja.
8. Adanya hubungan antara status perkawinan dengan stres kerja pada
pekerja.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja terutama tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja pada pekerja.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan untuk pertimbangan
dalam penentuan langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam
rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia di perusahaan.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk