• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku K3 pada Pekerja Bagian Produksi PT. Supratama Juru Enginering Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Perilaku K3 pada Pekerja Bagian Produksi PT. Supratama Juru Enginering Medan Tahun 2015"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERILAKU K3 PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

PT. SUMPRATAMA JURU ENGINEERING MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

NUR AGUSTIA KERINCI 111000206

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PERSEPSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERILAKU K3 PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

PT. SUMPRATAMA JURU ENGINEERING MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NUR AGUSTIA KERINCI 111000206

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERSEPSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN

PERILAKU K3 PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT.

SUMPRATAMA JURU ENGINEERING MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015 Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja.K3 harus ditanamkan pada diri pekerja agar memilikii persepsi yang baik terhadap K3 dan berperilakuaman saat bekerja.

Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan tahun 2015 untuk mengetahui seberapa besar hubungan persepsi K3 dengan perilaku K3 pekerja. Jenis penelitian bersifat analitik menggunakan rancangan Cross Sectional. Jumlah populasi bagian produksi 63 orang terdiri dari 4 unit, 25 orang unit panel, 10 orang unit painting, 20 orang unit wiring, dan 8 orang unit quality control, sampel sebanyak 39 orang, penarikan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling diambil dari 4 unit.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui persepsi pekerja dan pengamatan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui perilaku pekerja.Untuk mengetahui besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik Spearman.

Hasil penelitian yang didapatkan,perilaku K3 kategori aman ditemukan pada persepsi kategori baik sebanyak 19 orang (48,7%), persepsi kurang sebanyak 4 orang (10,3%). Sementara, perilaku K3 kategori tidak aman ditemukan pada persepsi kategori baik sebanyak 7 orang (17,9%), dan persepsi kurang sebanyak 9 orang (23,1%).Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 P-value= 0,010, dan besar hubungan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 (r) = 0,405, nilai (r) menunjukkan hubungan yang sedang dan berpola positif. Artinya semakin baik persepsi keselamatan dan kesehatan kerja maka semakin baik pula perilaku K3 pekerja.

Disarankan pekerja harus memiliki kesadaran untuk bekerja sesuai dengan yang telah ditetapkan selama proses produksi berlangsung dan menggunakan APD lengkap yang disediakan seperti sarung tangan, masker, dan topeng las, agar terhindar dari berbagai resiko kecelakaan.

(6)

ABSTRACT

Occupational Health and Safety is a work in order to safeguard workers are always in safe and healthy workplace for doing the job. K3 must be implanted in the workers themselves in order to have a good perception of the K3 and safe behavior at work.

This research was conducted at PT production workers. PT. Sumpratama Juru Engineering Medan in 2015 to find out how much the correlation between perception on K3 and their behavior in K3 on workers. Type of analytical research using cross sectional design. Total population 63 production section consists of 4 units, 25 person panel unit, 10 person painting unit, 20 person wiring unit, and 8 person quality control, a sample of 39 people, sampling using simple random sampling technique taken from the 4 units. Data was collected by interview using a questionnaire to determine the worker's perception and observation using observation sheet to determine the behavior of workers. To know the great correlation between independent variables with the dependent variable Spearman statistical test.

Research results obtained, category K3 safe behavior was found in both categories of perception as much as 19 people (48.7%), lack of perception as much as 4 people (10.3%). Meanwhile, the K3 categories unsafe behavior found in the perception of both categories of 7 people (17.9%), and lack of perception as much as 9 people (23.1%). The test results obtained statistically significant correlation between the perception of health and safety with the behavior of K3 P-value = 0,010, and the magnitude of correlation between perception of health and safety with K3 behavior (r) = 0.405, the value of (r) showed a moderate and patterned positive. This means that the better the perception of safety and health then the better the behavior of workers K3.

Suggested workers should have the awareness to work in accordance with a predetermined during the production process and the use of full PPE provided such as gloves, masks, and a welding mask, to avoid the risks of accidents.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pastinya, penyelesaian Skripsi dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PERILAKU K3 PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT. SUMPRATAMA JURU ENGINEERING MEDAN TAHUN 2015” ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya.

1. Terimakasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.

3. Terimakasih kepada Ibu Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Terimakasih kepada Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.Psi selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(8)

6. Terimakasih kepada Ibu Ir. Kalsum M.Kes selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

7. Terimakasih kepada Pimpinan PT. Sumpratama Juru Engineering Medan yang telah membantu dan memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di perusahaannya.

8. Terimakasih kepada Bapak Edi Purwanto dan Bapak Ivan selaku Penanggung jawab bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering yang telah membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Terimakasih kepada para pekerja PT. Sumpratama Juru Engineeringkhususnya yang bekerja di bagian produksi yang telah mau memberikan waktu dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini. 10.Terimakasih yang terdalam untuk kedua orang tua yang sangat saya

sayangi dan cintai, ayahanda Ir. Irwan Amin dan ibunda Yulia Fatimah atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, dan motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang tulus, selanjutnya kepada abangda Faddillah Putra, S.T dan adinda Novita Mayang Sari, dan seluruh keluarga besar saya yang tersayang karena selalu memberikan bimbingan, dukungan, serta doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat, Hidayah serta kesehatan untuk kita semua.

(9)

Mimit, Wana, Bayu, Sarma, Friska, Ali, Eko, Eriska, Ica, dan lainnya. Teman dari kelompok PBL Juli, Ayu, Kak Tiu, Adib. Teman yang lainnya Yuni, Kurnia, Itak, Tika. Terimakasih atas doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu. Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

Dan terkhusus saya ucapkan terimakasih buat Iken Ramadona Ahmad Lubis yang selalu menemani, mendukung, dan mendoakan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Saya merasa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Tak lupa pula saya ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat memperbaiki isi Skripsi ini.Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat pada semua pihak.

Medan, Juli 2015 Penyusun

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR ISTILAH ... xv

RIWAYAT HIDUP... ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penilitian ... 8

1.4 Hipotesa Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1 Bagi Instansi / Perusahaan ... 9

1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan ... 9

1.5.3 Bagi Peneliti ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 10

2.1.1 Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)... 14

2.1.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 15

2.1.2.1 Pengertian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 15

2.1.2.2 Aspek-aspek Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 17

2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 18

2.2 Persepsi ... 19

2.2.1 Aspek-aspek persepsi ... 21

2.2.2 Persepsi Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 21

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Tentang K3 ... 23

2.3 Perilaku ... 24

2.3.1 Pengertian Perilaku ... 24

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Perilaku ... 27

2.4 Perilaku K3 ... 28

(11)

2.4.2 Perilaku Tidak Aman ... 28

2.5 Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… ... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.4.1 Data Primer ... 34

3.4.2 Data Sekunder ... 35

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 35

3.6 Definisi Operasional ... 36

3.7.1 Aspek Pengukuran ... 37

3.7.2 Persepsi Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) ... 37

3.7.3 Uji Validitas ... 42

3.7.4 Uji Reliabilitas ... 43

3.7.5 Perilaku K3 ... 44

3.8 Metode Analisis Data ... 47

3.8.1 Analisis Univariat ... 47

3.8.2 Analisis Bivariat ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

4.1.1 Proses Kerja ... 48

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Hasil Jawaban responden bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering ... 50

4.3 Hasil Univariat ... 57

4.3.1 Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 57

4.3.2 Perilaku K3 ... 59

4.4 Hasil Bivariat ... 60

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 69 6.2 Saran ... 69

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Tabel Pernyataan Favorable atau Unfavorable ... 40

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Panel ... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Painting ... 42

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Wiring ... 43

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagi Produksi Unit Quality Control ... 43

Tabel 4.6 Ringkasan Pengujian Reliabilitas Instrumen... 44

Tabel 4.7 Distribusi Unit Kerja Responden ... 50

Tabel 4.8 Hasil Jawaban Responden Perilaku K3 ... 50

Tabel 4.9 Ditribusi Frekuensi Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Produksi ... 53

Tabel 4.10 Hasil Jawaban Responden Perilaku K3 ... 54

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku K3 ... 55

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Persepsi K3 Unit Panel ... 57

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Persepsi K3 Unit Painting ... 58

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Perilaku K3 Unit Wiring ... 58

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Persepsi K3 Unit Quality Control ... 59

(14)

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Perilaku K3 Pada Pekerja Bagian

Produksi Unit Painting ... 59 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Perilaku K3 Pada Pekerja Bagian

Produksi Unit Wiring ... 60 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Perilaku K3 Pada Pekerja Bagian

Produksi Unit Quality Control ... 60 Tabel 4.20 Tabel Silang Persepsi dengan Perilaku K3 Unit Panel ... 60 Tabel 4.21 Tabel Silang Persepsi dengan Perilaku K3 Unit Painting .... 61 Tabel 4.22 Tabel Silang Persepsi dengan Perilaku K3 Unit Wiring ... 61 Tabel 4.23 Tabel Silang Persepsi dengan Perilaku K3 Unit quality

Control ... 62 Tabel 4.24 Tabel Silang Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dengan Perilaku K3 Pada Pekerja Bagian Produksi

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Lembar Observasi Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 5. Dokumentasi

(17)

DAFTAR ISTILAH

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja APD : Alat Pelindung Diri

ILO : Internasional Labour Organization

(18)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Agustia Kerinci

Tempat Lahir : Selat Malaka

Tanggal Lahir : 16 Agustus 1992

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Ir. Irwan Amin

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Yulia Fatimah Harahap

Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamatan tahun : SD Muhammadiyah 06 Medan /2004 2. SLTP/ Tamatan tahun : SMP Negeri 12 Medan/2007

(19)

ABSTRAK

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja.K3 harus ditanamkan pada diri pekerja agar memilikii persepsi yang baik terhadap K3 dan berperilakuaman saat bekerja.

Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan tahun 2015 untuk mengetahui seberapa besar hubungan persepsi K3 dengan perilaku K3 pekerja. Jenis penelitian bersifat analitik menggunakan rancangan Cross Sectional. Jumlah populasi bagian produksi 63 orang terdiri dari 4 unit, 25 orang unit panel, 10 orang unit painting, 20 orang unit wiring, dan 8 orang unit quality control, sampel sebanyak 39 orang, penarikan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling diambil dari 4 unit.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui persepsi pekerja dan pengamatan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui perilaku pekerja.Untuk mengetahui besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik Spearman.

Hasil penelitian yang didapatkan,perilaku K3 kategori aman ditemukan pada persepsi kategori baik sebanyak 19 orang (48,7%), persepsi kurang sebanyak 4 orang (10,3%). Sementara, perilaku K3 kategori tidak aman ditemukan pada persepsi kategori baik sebanyak 7 orang (17,9%), dan persepsi kurang sebanyak 9 orang (23,1%).Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang bermakna antara persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 P-value= 0,010, dan besar hubungan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 (r) = 0,405, nilai (r) menunjukkan hubungan yang sedang dan berpola positif. Artinya semakin baik persepsi keselamatan dan kesehatan kerja maka semakin baik pula perilaku K3 pekerja.

Disarankan pekerja harus memiliki kesadaran untuk bekerja sesuai dengan yang telah ditetapkan selama proses produksi berlangsung dan menggunakan APD lengkap yang disediakan seperti sarung tangan, masker, dan topeng las, agar terhindar dari berbagai resiko kecelakaan.

(20)

ABSTRACT

Occupational Health and Safety is a work in order to safeguard workers are always in safe and healthy workplace for doing the job. K3 must be implanted in the workers themselves in order to have a good perception of the K3 and safe behavior at work.

This research was conducted at PT production workers. PT. Sumpratama Juru Engineering Medan in 2015 to find out how much the correlation between perception on K3 and their behavior in K3 on workers. Type of analytical research using cross sectional design. Total population 63 production section consists of 4 units, 25 person panel unit, 10 person painting unit, 20 person wiring unit, and 8 person quality control, a sample of 39 people, sampling using simple random sampling technique taken from the 4 units. Data was collected by interview using a questionnaire to determine the worker's perception and observation using observation sheet to determine the behavior of workers. To know the great correlation between independent variables with the dependent variable Spearman statistical test.

Research results obtained, category K3 safe behavior was found in both categories of perception as much as 19 people (48.7%), lack of perception as much as 4 people (10.3%). Meanwhile, the K3 categories unsafe behavior found in the perception of both categories of 7 people (17.9%), and lack of perception as much as 9 people (23.1%). The test results obtained statistically significant correlation between the perception of health and safety with the behavior of K3 P-value = 0,010, and the magnitude of correlation between perception of health and safety with K3 behavior (r) = 0.405, the value of (r) showed a moderate and patterned positive. This means that the better the perception of safety and health then the better the behavior of workers K3.

Suggested workers should have the awareness to work in accordance with a predetermined during the production process and the use of full PPE provided such as gloves, masks, and a welding mask, to avoid the risks of accidents.

(21)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja, serta sumber dan proses produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja ini akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatannya yang akan datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut. Karena itu dalam rangka menjalankan usaha yang aman (safe business), maka program perlindungan bagi karyawan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) harus dilakukan secara konsisten. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan kewajiban pengusaha melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Sekalipun ringan, gangguan kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan, sehingga kecelakaan terjadi (Suma’mur, 2009).

(22)

dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu, serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan, seandainya ia mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja.

Kecenderungan untuk celaka adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk mengalami kecelakaan (accident prone). Kecelakaan bertubi-tubi terjadi pada yang bersangkutan, frekuensi kecelakaan pada pekerja tersebut jauh melebihi pekerja pada umumnya. Di sini jelas betapa pentingnya faktor manusia selaku individu pada terjadinya peristiwa kecelakaan, termasuk kecelakaan di tempat kerja. Memang ada orang yang mempunyai sifat sembrono, berperilaku asal-asalan, berbuat semaunya, terlalu lamban mengambil sikap, suka melamun, gemar bermain-main terhadap risiko bahaya, dan sifat lainnya, sehingga orang itu berulang-ulang kali ditimpa kecelakaan. Penelitian menunjukkan, bahwa 85% penyebab kecelakaan bersumber kepada faktor manusia (Suma’mur, 2009).

(23)

Sebagai perusahaan khususnya pada bagian produksi yang banyak berhubungan dengan alat-alat yang berbahaya, misalnya mesin potong, alat pengelasan serta alat kerja lainnya, alat–alat tersebut berpotensi dalam mengakibatkan kecelakaan di tempat kerja. Apabila pekerja memiliki persepsi buruk terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta apabila pekerja tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya.

Human Eror dalam pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi merupakan kejadian yang dilandasi oleh perilaku K3 individu yang buruk. Meskipun perilaku K3 adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni determinan internal seperti tingkat kecerdasan dari pendidikan yang didapat, jenis kelamin, pengetahuan, aktivitas fisik, dan persepsi. Determinan berikutnya adalah determinan eksternal seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan tempat kerja (Notoatmodjo dalam Dahlawy, 2008).

(24)

tidak sehat dalam bekerja dapat dicegah dengan mulai memperbaiki manajemen K3 (Dahlawy, 2008).

Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan, memiliki karakteristik dan persyaratan K3 berbeda. Karena itu K3 tidak bisa timbul sendirinya pada diri pekerja atau pihak lainnya. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan pelatihan. Menjalankan mesin atau alat kerja dengan aman memerlukan pelatihan yang sesuai. Karena itu, untuk membuat pekerja yang berbudaya K3 mutlak melalui pembinaan dan pelatihan (Ramli, 2010).

Menurut Soekdijo, persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku. Jika persepsi seseorang terhadap risiko sudah buruk, maka perilaku yang timbul juga cenderung mengabaikan pajanan risiko (syaaf, 2008).

Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah pandangan karyawan terhadap apa yang di berikan perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya.

(25)

cacat total, dan 2.144 meninggal dunia, jumlah kecelakaan menurun pada tahun 2010, sampai akhir tahun 2010 tercatat 65.000 kasus kecelakaan kerja.

Penelitian Gyekye (2005) di Finlandia, berdasarkan pembahasan dari penelitian tersebut, bahwa persepsi keselamatan dan kesehatan kerja mempengaruhi perilaku pekerja dan dapat menimbulkan kepuasan ataupun ketidak puasan dalam bekerja. Apabila persepsi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja baik, maka akan menimbulkan perilaku yang aman, dan pekerja merasa puas dalam melaksanakan pekerjaannya, namun sebaliknya apabila pekerja memiliki persepsi keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk, maka menimbulkan perilaku tidak aman pada pekerja, sehingga dapat terjadi kecelakaan, dan pekerja dalam bekerja merasa tidak puas dengan apa yang mereka kerjakan.

Penelitian Shiddiq (2013), yang dilakukan di Makassar pada 60 orang. bahwa dari 38 responden dengan persepsi baik, sebanyak 33 orang (86,8%) yang memiliki perilaku aman mengenai perilaku tidak aman dan 5 orang (13,2%) yang memiliki perilaku tidak aman. Sedangkan dari 22 responden yang memiliki persepsi buruk, sebanyak 12 orang (54,5%) yang berperilaku aman dan 10 orang (45,5%) yang berperilaku tidak aman.

(26)

Rahadi (2011), dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang sedang atau cukup kuat antara variabel persepsi lingkungan kerja fisik dengan perilaku keselamatan (r = 0,491 dengan p = 0,029 < 0,05).

PT. Sumpratama Juru Engineering adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang Elektrikal, yang memproduksi panel-panel listrik mulai dari tegangan rendah, tegangan menengah maupun tegangan tinggi. PT. Sumpratama Juru Engineering juga memproduksi lampu jalan dan lampu taman.

Survei awal yang dilakukan peneliti, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang ada di PT. Sumpratama Juru Engineering adalah Penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di setiap sudut bangunan, pelatihan K3, Alat Pelindung Diri (APD), seperti kacamata, sarung tangan kain, topeng las, sepatu safety, rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) belum ada di perusahaan ini, hanya ada rambu No Smooking, dan apabila terjadi kecelakaan pada pekerja, rujukan pertama yang disediakan oleh perusahaan PT. Sumpratama Juru Engineering ialah ke Rumah Sakit Martha Friska.

(27)

Menurut penanggung jawab Bagian Produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Bapak Edi Purwanto, kecelakaan sering terjadi di bagian panel dan wiring. Mayoritas kecelakaan yang terjadi di perusahaan bagian produksi, karena perilaku K3 pekerja yang tidak aman, seperti tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dan kurang berhati-hati pada saat bekerja. Apabila pekerja tidak mematuhi apa yang telah diberikan pihak perusahaan, seperti pemakaian alat pelindung diri (APD) dan merokok diruangan produksi maka pekerja di kenakan sanksi seperti teguran dan surat peringatan.

Kecelakaan yang terjadi hanya kecelakaan ringan seperti luka gores karena terkena alat kerja seperti plat, pekerja jarang menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan saat mengangkat plat, karena itu pekerja terkena luka goresan pada tangan, kaki pekerja terkilir karena terjatuh, pekerja terjatuh karena lantai tempat bekerja licin, dan kebakaran kecil yang terjadi karena kelalaian pekerja, menurut Bapak Edi, awal terjadi kebakaran karena ada alat yang mengeluarkan api, karena pekerja panik pekerja tidak langsung mengambil APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang disediakan di setiap sudut ruangan untuk memadamkan api tersebut, tetapi karena pekerja panik pekerja menyenggol bahan yang mudah terbakar, karena itu api semakin besar, beruntung ada pekerja yang lain didekatnya, pekerja tersebut langsung memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Namun, tidak terdapat kecelakaan fatal yang sampai menimbulkan kematian.

(28)

seperti paparan dari cat yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan pada pekerja, faktor fisik seperti bising yang ditimbulkan oleh mesin, terpleset karena ada genangan air, dan panas, faktor ergonomi seperti cara pekerja bekerja dari cara duduk, faktor psikologis, dan Pengendaliannya. Hal tersebut dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja oleh karena itu aspek keselamatan perlu diupayakan agar pekerja dapat bekerja secara aman, nyaman, dan selamat.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui seberapa besar hubungan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan Tahun 2015.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dan yang menjadi fokus penelitian adalah seberapa besar hubungan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja dengan perilaku K3 pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan Tahun 2015?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar hubungan persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan perilaku K3 pada pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru EngineeringMedan Tahun 2015.

1.4 Hipotesa Penelitian

(29)

dimana semakin tinggi/semakin baik persepsi keselamatan dan kesehatan kerja, maka semakin tinggi/semakin baik pula perilaku K3 dan sebaliknya.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Instansi/Perusahaan

Sebagai bahan masukan bagi perusahaan PT. Sumpratama Juru Engineering untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.

1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu atau penelitian lebih lanjut.

1.5.3 Bagi Peneliti

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah rangkaian usaha, untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001). Berdasarkan

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja mengatur bahwa: 1. Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas

keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.

2. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.

3. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.

4. Bahwa berhubung dengan itu pula perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja.

5. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-Undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik, dan teknologi.

(31)

Prinsip ini mendasari berkembangnya ilmu dalam bidang K3, seperti pengetahuan mengenai berbagai jenis bahaya, perilaku manusia, kondisi tidak aman, tindakan tidak aman, penyakit akibat kerja, kesehatan kerja dan hygiene industri. Prinsip bahwa semua kecelakaan dapat dicegah sangat penting untuk memberikan dorongan dalam melakukan upaya pencegahan kecelakaan (Ramli, 2010).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan ketentuan perundangan dan memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak, baik pekerja, pengusaha atau pihak terkait lainnya. Di Indonesia banyak peraturan perundangan yang menyangkut Keselamatan dan Kesehatan Kerja, beberapa diantaranya: 1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, diberlakukan

pada tanggal 12 Januari 1970 yang memuat berbagai persyaratan tentang Keselamatan Kerja. Dalam Undang-Undang ini, ditetapkan mengenai kewajiban pengusaha, kewajiban dan hak tenaga kerja serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi.

2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dalam perundangan mengenai ketenagakerjaan ini salah satunya memuat tentang keselamatan kerja yaitu:

(32)

b. Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melaksanakan Sistem Manajemen K3 yang terintegrasi dengan manajemen organisasi lainnya (Ramli, 2010).

Masalah K3 hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi keselamatan sesama manusia. Karena itu K3 bukan sekedar pemenuhan perundangan atau kewajiban, tetapi merupakan tanggung jawab moral setiap pelaku bisnis untuk melindungi keselamatan pekerjanya (Ramli, 2010).

Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Oleh karena itu, kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan. Jika kinerja K3 baik, dapat dipastikan bahwa kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan tersebut juga berjalan baik dan sebaliknya (Ramli, 2010).

Heinrich seorang ahli keselamatan dalam Ramli (2010), mengemukakan beberapa pendapat, yaitu:

(33)

2. Bahwa sebagian besar kecelakaan di sebabkan oleh faktor manusia dengan tindakannya yang tidak aman yang menurut penyelidikan mencapai 85% dari seluruh kecelakan.

3. Bahwa kondisi tidak aman dapat membahayakan dan menimbulkan kecelakaan. Dari setiap 300 tindakan tidak aman, akan terjadi 1 (satu) kali kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari kerja.

4. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku, kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya. 5. Untuk itu upaya pencegahan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha

antara lain dengan melakukan perbaikan teknis, tindakan persuasif, penyesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan penegakan disiplin (law enforcement).

6. Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya, dan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama kondisi lingkungan kerja dan potensi bahaya serta ketahanan manusia menerima bahaya tersebut.

(34)

Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

a. Pembinaan dan Pelatihan b. Promosi K3 dan kampanye K3 c. Pembinaan Perilaku Aman d. Pengawasan dan Inspeksi K3 e. Audit K3

f. Komunikasi K3

g. Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practices) (Ramli, 2010). 2.1.1 Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Miner dalam Sarina (2011) mengemukakan beberapa aspek keselamatan kerja, yaitu:

1. Pelatihan Keselamatan Kerja

Program pelatihan untuk karyawan baru dan tidak terbiasa melakukan hal-hal yang termasuk dalam isi program keselamatan yang dipertimbangkan. Teknik yang digunakan untuk pelatihan keselamatan misalnya ceramah, peragaan, film, dan simulasi kecelakaan.

2. Kontes dan Publisitas Keselamatan

(35)

3. Pengontrolan Lingkungan Kerja

Perancangan tempat kerja dan peralatan yang digunakan merupakan pendekatan utama, untuk mencegah kecelakaan dan yang paling efektif. Peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) yang wajib disediakan oleh perusahaan kontraktor untuk semua karyawan seperti pakaian kerja, sepatu kerja, kacamata kerja, penutup telinga, sarung tangan, helm, masker, jas hujan, sabuk pengaman, tangga, dan P3K.

Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan, yaitu lokasi pekerjaan dan merokok saat bekerja. Kebersihan tempat bekerja di kantor maupun di lokasi pekerjaan, ikut menentukan hasil kerja bagi pekerja. Perilaku merokok di lokasi pekerjaan beresiko mengakibatkan terjadinya kebakaran dan juga merugikan kesehatan (Ervianto dalam Sarina, 2011).

4. Pemeriksaan dan Disiplin

Beberapa bentuk pemeriksaan, misalnya dalam menyediakan peringatan awal terhadap kecelakaan dan menyediakan surat panggilan OSHA (Occupational Safety and Health Administration). Pemeriksaan dilakukan oleh pengawas, anggota komite keselamatan, atau diwakilkan oleh pihak asuransi yang menangani kebijakan kompensasi pegawai perusahaan (dalam Sarina, 2011).

2.1.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)

2.1.2.1 Pengertian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)

(36)

yang menyebabkan kecelakaan kerja diperhatikan, dengan memperkecil penyebab terjadinya kecelakaan dan melaksanakan manajemen kerja dengan sungguh-sungguh.Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan “suatu upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja”

(Sastrohadiwiryo, 2005).

Menurut Simanjuntak dalam Humaydy (2104), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan “proses secara komprehensif untuk mengupayakan pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja”. Keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) menunjukan kepada “kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga

kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan”. Artinya kondisi-kondisi fisiologis-fisikal meliputi penyakit-penyakit yang diakibatkan kecelakaan kerja seperti sakit punggung, kardiovaskuler, cidera, paru-paru, atau bahkan kehilangan nyawa. Sedangkan kondisi psikologis seperti stress, kurang perhatian, mudah marah, menjadi pelupa, dan sebagainya.

(37)

2.1.2.2 Aspek-Aspek Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Jewell dan Siegall dalam Humaydy (2014), menyebutkan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

1. Suhu di Tempat Kerja.

Pengaruh suhu terhadap perilaku kerja mencoba mendapatkan batas-batas sebagian besar orang masih dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman dan efektif. Kelembaban, arus udara, dengan jumlah, ukuran, dan suhu dari objek dan bahan yang ada di tempat kerja semuanya mempengaruhi reaksi orang terhadap suhu udara. Pakaian dan pekerjaan yang dilakukan juga mempengaruhi reaksi tersebut. Akhirnya perbedaan fisiologis masing-masing orang dapat mempunyai pengaruh yang besar terhadap persepsi kenyamanan.

2. Penerangan di Tempat Kerja

(38)

memimpin pertemuan, dan banyak tugas manual (misalnya memindahkan peti karton) tidak mempunyai faktor tersebut.

2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus dalam Dahlawy (2008), memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses, maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di dalam industri maupun di luar industri.

b. Menerapkan program keselamatan dan kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan.

c. Menghilangkan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat pekerjaan.

d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.

e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.

Sedangkan menurut American Medical Association K3 dalam Dahlawy (2008), mempunyai tujuan:

a. Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

(39)

c. Mendapatkan perawatan medis yang adekuat dan rehabilitasi bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja.

d. Mengadakan pengukuran dan pemeliharaan perorangan termasuk memperoleh dokter pribadi di manapun bila mungkin.

Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatan bahwa sasaran utama dari K3 adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan. Dengan demikian perlindungan atas keselamatan pekerja dalam melaksanakan pekerjaanya, diharapkan pekerja dapat bekerja secara aman, sehat, dan produktif (Dahlawy, 2008).

2.2 Persepsi

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna, atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses pengindraan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak (Sumanto, 2014).

(40)

oleh indra kita, serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan / memori kita (diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki) (Sumanto, 2014).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu, proses penginderaan tidak dapat lepas dari persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat individu menerima stimulus melalui alat inderanya. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Fitriyah dan Jauhar, 2014).

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Gibson dalam Sarina (2011), bahwa persepsi mencakup kognisi (pengetahuan). Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus, dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan sikap. Menurut Robbins dalam Sarina (2011), persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna pada lingkungan. Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa persepsi adalah cara individu atau kelompok dalam memandang sesuatu.

(41)

menyebabkan persepsi antara individu yang satu dengan individu yang lain berbeda-beda, dimana cara mengeinterpretasikan sesuatu yang dilihat pun belum tentu sama antar individu. Persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perilaku. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi (Petersen dalam Pratiwi, 2009).

2.2.1 Aspek-aspek persepsi menurut Mc. Dowwell dan Newel dalam Sarina (2011) adalah:

a. Kognisi: cara berpikir, mengenali, memaknai dan memberi arti suatu rangsang yaitu pandangan individu berdasarkan informasi yang diterima oleh panca indera, pengalaman atau yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari.

b. Afeksi: cara individu dalam merasakan, mengekspresikan emosi terhadap rangsang berdasarkan nilai-nilai dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah cara individu atau kelompok dalam memandang suatu proses pemahaman, dalam menafsirkan atau memandang kesan indera, agar memberi makna pada lingkungan, kemudian dapat mempengaruhi perilaku dan sikap individu atau kelompok.

2.2.2 Persepsi Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

(42)

berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya (Wijayaningsih, 2014)

Menurut Harold (2003), Persepsi seseorang juga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan mereka. Salah satu kebutuhan yang diinginkan pekerja dilingkungan kerja mereka adalah kebutuhan akan rasa aman pada saat bekerja. Hal ini dapat terpenuhi bila di perusahaan tempat mereka bekerja, ada suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah pandangan karyawan terhadap apa yang di berikan perusahaan, yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi disini tidak lepas dari respon kognitif, yang mana suatu bentuk usaha untuk memahami pertama, apa yang dipikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasif, dan kedua, bagaimana pikiran serta proses kognitif yang berkaitan menentukan apakah mereka mengalami perubahan sikap, dan sejauh mana perubahan itu terjadi (Azwar dalam Sarina, 2011).

(43)

mempunyai persepsi buruk tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mereka akan menganggap bahwa hal ini tidak terlalu penting bagi mereka, sehingga pekerja akan berperilaku tidak aman dan tidak terlalu memperhatikan akanhal ini. Bahkan mungkin mereka akan berfikir bahwa tanpa adanya Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja mereka dapat bekerja dengan baik (Humaydy, 2014).

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Tentang K3

Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi:

1.Bahaya

Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan atau kesejahteraan. 2. Lima Faktor Risiko K3 di Tempat Kerja, yaitu

a. Faktor Fisik, meliputi kebisingan, suhu, cahaya, getaran, radiasi, ataupun mesin/alat dan lainnya.

b. Faktor Biologi, penyebab penyakit akibat kerja banyak ragamnya, yaitu virus, bakteria, jamur, cacing, dan lainnya (Suma’mur, 2009).

c. Faktor Kimia, meliputi bahan/material/cairan/gas/debu/uap berbahaya, bahan yang mudah meledak, bahan yang mudah terbakar ataupun bahan yang bersifat korosif.

d. Faktor Ergonomi, seperti gerakan berulang, postur/posisi kerja, pengangkutan manual, desain tempat kerja/alat/mesin.

(44)

3. Pengendalian Risiko/Bahaya K3 1. Eliminasi sumber bahaya 2. Substitusi alat/mesin/bahan 3. Engineering Control 4. Administrasi

5. APD (Alat Pelindung Diri) 2.3 Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi, karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Sunaryo dalam Wijayaningsih (2014), Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.Sedangkan, Notoatmodjo dalam Wijayaningsih (2014) mendefinisikan perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organism yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses StimulusOrganismeRespons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”

(45)

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup, terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka, ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”.

Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar), meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut “determinan perilaku”.

Determinan perilaku dibedakan menjadi dua : 1. Faktor Internal

(46)

2. Faktor Eksternal

Lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo dalam Wijayaningsih, 2014).

Menurut para ahli psikologi kognitif-sosial, seseorang sering kali menetapkan tujuan bagi diri mereka sendiri kemudian mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan itu. Tujuan itu sendiri memotivasi mereka untuk menunjukkan perilaku yang sesuai (Latipah, 2012).

Seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar, artinya perubahan perilaku organism adalah akibat pengaruh lingkungan (Sumanto, 2014). Perilaku juga dapat di artikan sebagai respon/reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan atau dari dalam dirinya. Bentuk respon tersebut ada 2, yaitu:

1. Respon berupa tindakan yang dapat dilihat dari luar dan dapat diukur (Overt Behaviour), Contoh: berjalan, memukul, menangis, dan lain-lain.

2. Respon yang tidak berupa tindakan yang dapat dilihat langsung (Covert Behaviour), Contoh: pengertian, persepsi, sikap, dan lain-lain (Ali, 2010).

(47)

tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2011).

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.Secara umum, dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu, merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan, adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya, sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2011).

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Perilaku (Lawrence Green dalam Ali, 2010)

a. Faktor Pendorong (Predispocing Factors), yakni faktor-faktor yang mempermudah atau mendahului terjadinya perilaku seseorang, antara lain: pengetahuan, persepsi, pengalaman, kepercayaan, nilai-nilai (norma, tradisi, adat istiadat, dll).

(48)

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factors), yakni faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong pekerja untuk berperilaku dalam bekerja, terwujud dalam bentuk penguat yang dilakukan oleh pengawas dan supervisor.

2.4 Perilaku K3

Perilaku K3 memegang peranan yang sangat penting dalam mengurangi kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang berperilaku sehat akan menghindari risiko terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan.

2.4.1 Perilaku Aman

Perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Dan juga, perilaku aman adalah perilaku pekerja yang sesuai dengan peraturan, dan tidak menimbulkan kecelakaan kerja dan kerugian bagi perusahaan.

2.4.2 Perilaku Tidak Aman

(49)

terjadinya kecelakaan terhadap pekerja (Budiono dalam Annisah Bellia Fristi, 2011).

Menurut Kletz dalam Helliyanti (2009), perilaku tidak aman merupakan kesalahan dalam mengambil sikap atau tindakan, klasifikasi kesalahan manusia, yaitu:

1. Kesalahan karena lupa

Kesalahan ini terjadi pada seseorang yang sebetulnya mengetahui, mampu dan niat mengerjakan secara benar dan aman serta biasa dilakukan. Namun, orang tersebut melakukan kesalahan karena lupa. Cara mengatasinya yaitu dengan mengubah sarana dan lingkungan untuk lebih berhati-hati, meningkatkan pengawasan, mengurangi dampak, dan lain-lain.

2. Kesalahan karena tidak tahu

Kesalahan ini terjadi karena orang tersebut tidak mengetahui cara mengerjakan atau mengoperasikan peralatan dengan benar dan aman, atau terjadi kesalahan perhitungan. Hal tersebut biasanya terjadi disebabkan karena kurangnya pelatihan, kesalahan intruksi, perubahan informasi yang tidak diberitahukan, dan lain-lain.

3. Kesalahan karena tidak mampu

Kesalahan jenis ini terjadi karena orang tersebut tidak mampu melakukan tugasnya.

4. Kesalahan karena kurang motivasi

(50)

a. Dorongan pribadi, misalnya ingin cepat selesai, ingin merasa nyaman, tidak menggunakan APD, dan lain-lain.

b. Dorongan lingkungan, misalnya lingkungan fisik, sistem manajemen, contoh: dari pimpinan atau atasan, dan lain-lain.

Perilaku tidak aman adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. Perilaku tidak aman dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat kompleks dan tidak dapat dilepaskan dari faktor manusia dan lingkungan tempat dimana pekerja bekerja (Asriani, dkk, 2011).

Sebab-sebab seseorang berperilaku tidak aman adalah kurangnya pengetahuan seperti tidak cukupnya informasi yang diterima, tidak dapat dimengerti, tidak tahu kebutuhannya, tidak dapat mengambil keputusan, serta tidak berpengalaman adalah alasan atau penyebab seseorang melakukan perilaku tidak aman (Masruri dalam Kristianto, 2009).

Seorang pekerja cenderung melakukan perilaku tidak aman karena beberapa hal, diantaranya:

1. Tingkat persepsi yang buruk terhadap adanya bahaya risiko di tempat kerja. 2. Menganggap remeh kemungkinan terjadinya kecelakaan.

(51)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Perilaku K3 Persepsi Keselamatan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain Cross Sectional Study yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika korelasi dan asosiasi antara variabel independen (persepsi keselamatan dan kesehatan kerja) dengan variabel dependen (perilaku K3) pada saat yang bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2014 – Juli 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(53)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian pekerja bagian produksi PT. Sumpratama Juru Engineering Medan dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel (Saryono, 2011) :

n= � �. 2 +1 Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan (0,1)

Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

n = 63

63 0,12 + 1

= 63

0,63+1

= 63

1,63

= 38,65 = 39

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 39 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan dijadikan sampel digunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

(54)

sederhana dilakukan seperti undian, yaitu semua individu berpeluang diambil (Budiarto, 2001).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai cara. Dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Selanjutnya, dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner, dan observasi (Sugiyono, 2006).

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Untuk mendapatkan persepsi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pernyataan kuesioner dikembangkan dari teori soehatman ramli dan K3 yang ada di tempat kerja. Untuk mendapatkan perilaku K3 pekerja dilakukan dengan cara observasi.

(55)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan berupa buku perusahaan atau company profile untuk mengetahui gambaran umum perusahaan PT. Sumpratama Juru Engineering Medan.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul dari data primer akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner.

2. Mengkode Data (data coding)

Proses pemberian kode setiap variable yang telah dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan klasifikasi. 4. Membersihkan data (data cleaning)

(56)

3.6 Definisi Operasional

1. Persepsi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah pandangan karyawan tentang apa yang di berikan perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi:

Bahaya di tempat kerja, 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, yaitu: faktor biologi, faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomi, faktor psikologis, dan pengendaliannya.

2. Perilaku K3 memegang peranan yang sangat penting dalam mengurangi kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang berperilaku sehat akan menghindari risiko terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Perilaku K3, meliputi:

- Perilaku Aman: Perilaku yang bekerja sesuai dengan peraturan, seperti menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), tidak bercanda/bergurau secara berlebihan dengan pekerja lain selama bekerja, sikap/posisi kerja sesuai dengan ergonomi, tidak merokok pada saat jam kerja.

(57)

3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Persepsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Aspek pengukuran dengan membuat pernyataan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang suatu kejadian atau fenomena sosial (Saryono, 2011). Untuk mengetahui persepsi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja,menggunakan kuesioner yang terdiri dari masing-masing pernyataan dari tiap-tiap bagian. Jawaban diukur dengan skala Likert, Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan yang favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari pilihan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Bobot nilai untuk setiap pernyataan yang bersifat tidak mendukung (unfavorable), Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi nilai 2, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4. Aspek pengukuran persepsi keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan rumus Sudjana (2005), yaitu:

1. Bagian Produksi (Panel) terdiri dari 8 pernyataan, 4 pernyataan mendukung (favorable) 2,3,4,5, dan 4 pernyataan tidak mendukung (unfavorable) 1,6,7,8.

P = � � ��� ����� � �

P = 32−8

2

P = 12 Keterangan :

P : Panjang Kelas

(58)

Banyak Kelas : Jumlah Kategori

Berdasarkan jumlah yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik : Jika jawaban responden skor 20-32

Kurang : Jika jawaban responden skor 8-19

2. Bagian Produksi (Painting), terdiri dari 8 pernyataan, 4 pernyataan mendukung (favorable) 2,4,5,7, dan 4 pernyataan tidak mendukung (unfavorable) 1,3,6,8.

P = � � ��� ����� � �

P = 32−8

2

P = 12 Keterangan :

P : Panjang Kelas

Rentang : Skor Tertinggi- Skor Terendah Banyak Kelas : Jumlah Kategori

Berdasarkan jumlah yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik : Jika jawaban responden skor 20-32

Kurang : Jika jawaban responden skor 8-19

3. Bagian Wiring, terdiri dari 7 pernyataan, 3 pernyataan mendukung (favorable) 1,2,5, dan 4 pernyataan tidak mendukung (unfavorable) 3,4,6,7.

P = � � ��� ����� � �

P = 28−7

2

(59)

Keterangan :

P : Panjang Kelas

Rentang : Skor Tertinggi- Skor Terendah Banyak Kelas : Jumlah Kategori

Berdasarkan jumlah yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik : Jika jawaban responden skor 18-28

Kurang : Jika jawaban responden skor 7-17

4. Bagian Quality Control, terdiri dari 8 pernyataan, 7 pernyataan mendukung (favorable) 1,2,3,4,5,7,8, dan 1 pernyataan tidak mendukung (unfavorable) 6.

P = � � ��� ����� � �

P = 32−8

2

P = 12 Keterangan :

P : Panjang Kelas

Rentang : Skor Tertinggi- Skor Terendah Banyak Kelas : Jumlah Kategori

Berdasarkan jumlah yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik : Jika jawaban responden skor 20-32

(60)

Tabel 4.1 Tabel Pernyataan Favorable atau Unfavorable

Unit Pernyataan F / UF

Panel

1. Pada saat proses pengukuran panel, diperbolehkan mengobrol dengan pekerja lain.

UF

2. Pada saat proses pemotongan plat, jika tidak dilakukan dengan teliti dapat menyebabkan tangan terpotong.

F

3. Penerangan di tempat kerja sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan proses produksi.

F

4. Menggunakan Alat pelindung diri (APD) saat bekerja agar menghindari terjadinya kecelakaan.

F

5. Pada saat pengangkatan plat pekerja wajib menggunakan sarung tangan.

F

6. Pada saat proses pengelasan

produk/panel pekerja diperbolehkan tidak menggunakan topeng las.

UF

7. Komponen/panel diperbolehkan berserakan di tempat kerja.

UF

8. Pada saat menggunakan mesin pon pekerja diperbolehkan mengobrol dengan pekerja lain.

UF

1. Pada saat proses pengecatan produk/panel pekerja tidak harus menggunakan sarung tangan.

UF

2. Pada saat proses pengecatan produk/panel pekerja harus menggunakan masker.

F

3. Pada saat proses pencucian anti karat pekerja tidak harus menggunakan alat pelindung diri.

UF

4. Menjaga kebersihan diri sebelum dan sesudah bekerja sangat penting bagi kesehatan.

F

5. Lingkungan kerja yang kotor membuat anda terganggu dalam menjalankan proses produksi.

F

6. Anda merasa nyaman dengan posisi kerja anda tanpa harus memperhatikan sikap/posisi kerja yang benar.

(61)

Painting

7. Udara panas di tempat kerja menganggu pada saat proses produksi berlangsung. 8. Udara panas di tempat kerja menganggu

pada saat proses produksi berlangsung

F

F

Tabel 4.1 Lanjutan

Unit Pernyataan F / UF

Wiring

1. Pada saat proses pemasangan

komponen, jika tidak dilakukan dengan teliti dapat menyebabkan luka pada tangan.

F

2. Penerangan di tempat kerja sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan produksi.

F

3. Alat-alat kerja diperbolehkan berserakan di sekitar tempat kerja.

UF

4. Penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja menyulitkan pekerjaan menjadi sangat sulit dan lambat

UF

5. Penanggulangan risiko di tempat kerja tidak hanya menggunakan APD saja.

F

6. Anda merasa nyaman dengan posisi kerja anda tanpa harus memperhatikan sikap/posisi kerja yang benar.

UF

7. Pada saat bekerja diperbolehkan mengobrol dengan pekerja lain.

UF

Quality Control

1. Pada saat pemeriksaan alat atau komponen diperlukan ketelitian .

F

2. Penerangan di tempat kerja sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan proses produksi.

F

3. Pada saat penyimpanan hasil proses panel, painting, wiring, sikap posisi kerja sangat perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan kecelakaan, seperti: barang terjatuh, dan tertimpa

F

4. Kebersihan di tempat kerja sangat penting untuk memberikan kenyamanan pada saat bekerja.

F

5. Penerangan di tempat kerja sangat berpengaruh pada saat bekerja.

F

6. Pada saat bekerja diperbolehkan mengobrol dengan pekerja lain.

(62)

7. Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman, bersih, dan terhindar dari berbagai kecelakaan.

F

8. Pada saat bekerja tidak diperbolehkan merokok.

F

Untuk menguji apakah instrumen yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan pengukurannya, maka dilakukan uji validitas.

3.7.2 Uji Validitas

Uji validitas ini dilakukan dengan tujuan menganalisis apakah isi item-item instrumen yang disusun memang benar-benar tepat dan rasional untuk mengukur variabel penelitian.

Uji signifikan dilakukan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel.Jika rhitung> rtabel, maka butir pertanyaan atau indikator dinyatakan valid.Selanjutnya, butir instrument yang valid diuji reliabilitasnya (Santoso, 2013).

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Panel No.

Item

Corrected Item-Total Correlation

(63)

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Painting Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Wiring

(64)

Dari semua butir pernyataan untuk masing-masing unit bagian produksi yang diuji, ternyata semua butir pernyataan mempunyai status valid.Selanjutnya butir instrument yang valid diatas diuji reliabilitasnya.

3.7.3 Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner caranya adalah membandingkan nilai rtabel dengan nilai rhasil. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil adalah nilai Alpha (yang terletak di akhir output), dengan ketentuan apabila ralpha > rtabel, maka

pernyataan tersebut reliabel (Santoso, 2013).

Tabel 4.6 Ringkasan Pengujian Reliabilitas Instrumen

Variabel (Unit) Cronbach Alpha Status

Panel 0,895 Reliabel

No. Item

Corrected Item-Total Correlation

Rtabel Status

1 0,691 0,316 Valid

2 0,748 0,316 Valid

3 0,966 0,316 Valid

4 0,908 0,316 Valid

5 0,812 0,316 Valid

6 0,925 0,316 Valid

7 0,882 0,316 Valid

(65)

Painting 0,902 Reliabel

Wiring 0,925 Reliabel

Quality Control 0,948 Reliabel

Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa reliabilitas instrument unit panel sebesar 0,895 (reliabel), instrument unit painting sebesar 0,902 (reliabel), instrument unit wiring sebesar 0,925 (reliabel), dan instrument unit quality control sebesar 0,948 (reliabel).

3.7.3 Perilaku K3

Observasi ini, pengamat dicoba atau dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi ini diciptakan sedemikian rupa sehingga gejala atau perilaku yang akan dicari atau diamati akan timbul (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran variabel perilaku K3 dikelompokkan dalam 2 kategori dengan masing-masing pertanyaan pada bagian produksi, wiring, dan quality control. dengan alternatif jawaban ya diberi skor 2 dan tidak diberi skor 1.

1. Bagian Produksi (Panel) terdiri atas 9 pertanyaan. Aspek pengukuran perilaku K3 menggunakan rumus Sudjana (2005), yaitu :

P = � � ��� ����� � �

P = 18−9

2

Gambar

Tabel 4.1 Tabel Pernyataan Favorable atau Unfavorable
Tabel 4.1 Lanjutan
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Panel
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Bagian Produksi Unit Quality Control
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tipe administratif kepemimpinan ini mampu menyelengarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pimpinannya biasanya terdiri dari teknokrat dan

• Kedepannya Krip-Krip Tortilla akan dijadikan produk pangan sehat sehingga tidak dapat menggunakan TBHQ, maka apakah bahan tambahan pangan berupa antioksidan yang

Secara umum tujuan perancangan taman bermain anak adalah menyediakan fasilitas permainan yang aman, nyaman, dan dapat digunakan bagi semua anak termasuk anak

400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) Tahun Anggaran 2015, maka dengan ini diumumkan bahwa Pemenang e-Lelang Pemilihan Langsung Ulang pekerjaan tersebut di atas

Pada penelitian kali ini memakai serat polypropylene yang berupa limbah pada plastik gelas air mineral, yang diharapkan dapat mengurangi masalah pada konstruksi

SW1#show spanning-tree Shows detailed info about STP state SW1#show spanning-tree interface fa0/2 Shows STP info only on a specific port SW1#show spanning-tree vlan 1 Shows

BerdasarkanhasilanalisisujiWilcoxon Signed Rank Test, terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks, IVA tes dan pap smear

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa kepala sekolah telah berusaha mempengaruhi para guru dengan komunikasi baik lisan maupun tulisan demi peningkatan