LAPORAN TUGAS AKHIR
UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
Oleh :
Nama : Muhammad Ludin Dalimunthe NIM : 122600049
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya dapat menyelesaikan Proposal Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN” dalam waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini banyak bantuan yang diterima
baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis
dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan Fisip USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III
4. Seluruh Bapak/Ibu Staf Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan
Fisip USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan
selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir
ini.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP
USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani
perkuliahan.
6. Ibu Dra. Rosmiani MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian
Laporan Tugas Akhir ini.
7. Bapak Abrin Suterisno selaku supervisor lapangan yang telah meluangkan
waktunya dan membantu saya mendapatkan data yang diperlukan dalam
penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
8. Kedua Orang Tua saya tercinta, Zulpanuddin Dalimunthe SH dan Ibu saya
Elima Gultom S.Pdi, yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan
berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di
9. Kedua Kakak saya tercinta, Aghna Elfiana Dalimunthe S.Pd dan Aghni
Elfiani Dalimunthe A.Md, yang telah memberikan semangat, doa dan
dukungan berupa moral kepada penulis selama menimba ilmu di
Universitas Sumatera Utara.
10.Kawan seperjuangan TAX A 2012, Agnes Situmorang, Agus, Dewanti,
Siti Hutami, Dita, Justite, Norlin, Bonar dan kawan – kawan lainnya yang
tidak dapat penuliskan tuliskan namanya, tidak ada akhir dari
persaudaraan kita.
11.Kawan Kolektif SOT ( Struggle Of Tax ) FMN Ranting USU, Julius,
Selamat, Hendra, Hary Agung, Satria Pelawi, Rizal, Roy Neker, Mega
Siburian, Agnes Verondra, Monica, Furqan Chaniago, tetap segaris
perjuangan kawan - kawan.
12.Kawan Kolektif Front Mahasiswa Nasional Ranting USU, tetap Teguh di
Garis Perjuangan Demokratis Nasional.
13.Kawan Kolektif Front Mahasiswa Nasional Cabang Kota Medan, Perkuat
Konsolidasi Organisasi dan Intensifkan Kerja Massa Komperhensif.
14.Kawan – Kawan IMPROSAJA FISIP USU, besarkan organisasi melalui
cara belajar dan bekerja yang lebih baik.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari adanya
penulis telah berusaha secara maksimal dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis juga memohon maaf apabila terjadi kesalahan kata - kata dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.
Medan, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 4
C. Uraian Teoritis ... 7
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM ) A.Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 16
B.Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan ... 17
D.Struktur Organisasi dan Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan ... 20
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A.Pengertian Umum Pajak Penghasilan ( PPh ) ... 29
B.Mekanisme Perhitungan PPh dan Mekanisme
Pelunasan PPh Secara Umum ... 35
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A.Data Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan yang
Melaporkan dan Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT ) Pajak
Penghasilan ( PPh ) dalam Tahun Berjalan 2011 – 2015 ... 41
B.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar Pajak Penghasilan ( PPh ) ... 43
C.Upaya – Upaya yang dilakukan KPP Pratama Medan Belawan dalam
Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak ... 45
D.Sanksi yang Dikenakan Terhadap Wajib Pajak Jika Tidak Membayar Pajak
Penghasilan ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Data Wajib Pajak yang Terdaftar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa peningkatan pembangunan nasional
membutuhkan dana yang besar dalam membiayai segala keperluan yang berkaitan
dengan pembangunan nasional itu sendiri, dana yang besar tersebut diperoleh dari
berbagai sumber penerimaan, antara lain; sumber daya domestik, investasi asing,
pinjaman luar negeri, sistem pajak global, perdagangan internasional dan bank
pembangunan domestik. Namun demikian dalam pelaksanaan pemungutannya
memerlukan landasan pertimbangan keadilan dan suatu kepastian hukum yang
mengikat seluruh rakyat indonesia, hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 23A yang berbunyi “ pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang - undang”.
Dalam setiap jenis pajak diatur oleh undang tersendiri, untuk
undang-undang yang mengatur tentang Pajak Penghasilan adalah Udang - Undang No.7
Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang -
Undang No.36 Tahun 2008. Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang - undang yang bersifat memaksa dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra -
Dalam undang - undang No.36 Tahun 2008 Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
disebutkan tentang apa saja yang menjadi objek pajak penghasilan, objek pajak
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia pada awalnya sebagian besar
adalah produk pemerintahan Hindia - Belanda. Pada tahun 1983 pemerintah
Indonesia melakukan reformasi perpajakan dengan mengubah official assessment
dengan self assessment system yang berlaku di Indonesia. Perubahan ini memberikan
kepercayaan penuh terhadap wajib pajak untuk menghitung, membayarkan, dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, sedangkan fiskus hanya bertugas
memberikan pelayanan, pengawasan dan pembinaan terhadap wajib pajak. Pada
dasarnya wajib pajak lebih memahami besarnya penghasilan yang diperoleh sehingga
besarnya pajak yang dikenakan dapat wajib pajak perhitungkan sendiri.
Kepercayaan penuh terhadap wajib pajak untuk menghitung, membayarkan
dan melaporkan sendiri pajaknya, berdampak pada sebagian masyarakat wajib pajak
yang tidak sungguh - sungguh dalam melaksanakan kewajibannya. Beberapa contoh
diantaranya adalah pembayaran pajak yang tidak tepat waktu, bahkan tidak sedikit
dengan maksimal. Permasalahan lain yang timbul diantaranya, menurunnya
kepercayaan wajib pajak terhadap instansi perpajakan, menurunnya kepercayaan
wajib pajak disebabkan banyaknya pemberitaan tentang korupsi pada instansi
perjakan itu sendiri. Kekeliruan yang lahir pada wajib pajak itu sendiri, kekeliruan
tersebut seperti wajib pajak belum memahami dengan jelas prosedur pembayaran
pajak dan perhitungan pajak penghasilan yang harus dibayar atau kurang bayar.
Wajib pajak malah menganggap pajak sebagai beban yang memberatkan sehingga
dapat mengurangi kesejahteraan individu.
Dari permasalahan yang ada di atas mengakibatkan menurunnya kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan mereka. Hal itu tentu secara
langsung berdampak pada menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak, sehingga
dapat menghambat program pembangunan pemerintah yang sudah ditetapkan.
Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi yang dibentuk oleh pemerintah dalam
pelayanan pajak tentu harus memiliki stimulus yang tepat untuk mengatasi
permasalahan – permasalahan yang telah disebutkan diatas. Disisi lain masyarakat
perlu memahami dengan jelas upaya - upaya apa saja yang dilakukan oleh petugas
pajak yang disusun dalam program – progam kantor pelayanan pajak daerah dalam
Dari kenyataan ini penulis mengambil penelitian tentang “Bagaimana upaya
yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak”. dengan latar belakang permasalahan diatas
penulis menyusun Tugas Akhir dengan judul “Upaya Meningkatkan Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1.1.Untuk mengetahui data wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan dalam melaporkan Pajak Penghasilan dalam tahun
berjalan 2013-2014.
1.2.Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar Pajak Penghasilan (PPh) di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Belawan.
1.3.Untuk mengetahui upaya - upaya apa saja yang dilakukan oleh fiskus dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Penghasilan
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya adalah:
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menambah Pengetahuan dan Pengalaman belajar dibidang perpajakan
khususnya Pajak Penghasilan.
b. Mengimplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam
permasalahan yang timbul p ada saat pelaksanaan PKLM.
c. Menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta
kedisiplinan.
d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan
pengalaman kerja.
e. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan
menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu yang sudah dipelajari khususnya dibidang
perpajakan.
2.2 Bagi Universitas Sumatera Utara
a. Mempererat hubungan Universitas Sumatera Utara dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan khususnya Program Studi
b. Memberikan gambaran secara nyata mengenai Pajak Penghasilan.
c. Mengimplementasikan aplikasi yang nyata pada kurikulum
pendidikan.
d. Mempromosikan sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara.
e. Mendapat tawaran umpan balik untuk evaluasi dan penyempurnaan
kurikulum.
2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
a. Peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan Universitas Sumatera
Utara.
b. Mendapatkan gagasan dan ide - ide yang baru khususnya dari
Universitas Sumatera Utara.
c. Mempromosikan image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan kepada masyarakat WP khususnya Civitas Akademika FISIP
USU.
d. Membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
mensosialisasikan perpajakan kepada masyarakat wajib pajak melalui
C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak
1.1. Soemitro dalam Mardiasmo,(2011:1) memberi definisi sebagai berikut :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara bergasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membiayai penggunaan
umum.
1.2. Andriani dalam Resmi,(2008:9) memberi definisi pajak sebagai berikut :
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh orang yang wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan dengan tidak
dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dengan tugas pemerintah.
1.3. Smetts, memberi definisi pajak sebagai berikut :
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma -
norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang individual maksudnya adalah untuk membiayai
1.4. Seohamidjaja, memberi definisi pajak sebagai berikut :
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum, gunab menutupi biaya produksi barang -
barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Suandy,2008:9).
2. Teori Pemungutan Pajak
Teori pemungutan pajak menurut Judisseno,(1996:17) adalah sebagai berikut :
2.1.Teori Bakti
Penekanan teori terletak pada Negara yang mempunyai hak untuk memungut
pajak dari warganya sebagai tindak lanjut teori kepentingan dalam hal penyediaan
fasilitas umum yang diselenggarakan oleh Negara.
2.2.Teori Daya Pikul
Dalam teori ini, keadilan dan keabsahan Negara dalam memungut pajak dari
warganya didasarkan pada kemampuan dan kekuatan masing-masing masyarakat dan
bukan besar kecilnya kepentingan.
2.3.Teori Daya Beli
Teori ini menekankan bahwa Negara adalah penyelenggara berbagai
pengertian tersebut, Negara memiliki keadilan dan keabsahandalam melakukan
pemungutan pajak dari masyarakatnya.
2.4.Teori Asuransi
Menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi warganya dari
segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta
bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya seperti layaknya.
3. Fungsi Pajak
3.1. Fungsi Budgeter yaitu memasukkan uang sebanyak - banyaknya ke kas
negara,dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
3.2. Fungsi Reguler yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur
masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan
tertentu. Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat
dilihat dalam contoh sebagai berikut :
a. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat)
dalam rangka meningkatkan investasi dalam negeri maupun investasi
asing.
b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka
c. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk
produk - produk impor tertentu dalam rangka melindungi produk -
produk dalam negeri.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang
lingkup penulis adalah:
1. Data jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan yang melaporkan dan tidak melaporkan Surat Pemberitahuan
( SPT ) Pajak Penghasilan ( PPh ) dalam tahun berjalan 2012 – 2014.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Penghasilan ( PPh ) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan.
3. Upaya - upaya yang dilakukan oleh fiskus untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode
1. Tahap Persiapan
Tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM). mencari dan mengumpulkan bahan untuk membuat proposal dan
melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti undang - undang, buku - buku, majalah maupun literatur lain yang
berhubungan dengan pajak penghasilan dan upaya peningkatan penerimaan PPh.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di wilayah kerja KPP
Medan Belawan mengenai upaya peningkatan penerimaan PPh, Dalam observasi ini,
penulis memberikan surat pengantar untuk melaksanakan pengamatan terhadap data
yang akan diminta pada KPP Medan Belawan.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mengenai upaya peningkatan
4.1Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang
dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di
lapangan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
4.2Data Skunder
Yaitu data informasi yang diperoleh dari studi literature seperti sumber -
sumber pustaka, undang - undang, dokumentasi, maupun literatur lain yang
berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
5. Analisa dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis
melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai upaya
meningkatkan penerimaan PPh dalam rangka menunjang program pembangunan
pemerintah.
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut:
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan kepada wajib pajak di KPP
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan dan
melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi (Optimal Guide)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
upaya meningkatkan penerimaan PPh di KPP Medan Belawan.
4. Teknik Analisa Data
Semua data yang dikumpulkan pada penelitian ini akan dianalisa secara
kualitatif dan kuantitatif yang kemudian akan di interprestasikan secara objektif,
sistematis dan menggunakan tabel tunggal.
G. Sistematika Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktik Kerja
Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan Sistematika
Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM).
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini di bahas mengenai sejarah singkat berdirinya Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Visi dan Misi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Wilayah Kerja KPP
Pratama Medan Belawan, Struktur Organisasi di KPP Medan Belawan
dan Uraian Tugasnya.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini penulis membahas mengenai Pengertian Umum Pajak
Penghasilan, Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan dan
Mekanisme Pelunasan Pajak Penghasilan.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Data Wajib Pajak yang
Terdaftar di KPP Medan Belawan yang Melaporkan dan Tidak
Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh)
Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar PPh, Upaya -
upaya apa saja yang dilakukan oleh fiskus dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar PPh di KPP Medan Belawan.
Sanksi yang Dikenakan Terhadap Wajib Pajak Jika Tidak Membayar
PPh.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan inti
sari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam
PKLM. Sedangkan saran merupakan hal - hal, ide-ide atau gagasan
yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atau masalah yang
dibahas dari objek pembahasan yang terdapat dalam pelaksanaan
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, didirikan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994,
kemudian di ubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 21 juli 2001
dan dengan adanya Modernisasi di lingkungan DJP. Maka sejak tanggal 27 mei 2008
berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang
merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaaan dan Penyidikan Pajak ( Karikpa ), yang
akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan
sebagai lembaga yang memutuskan keberatan. Dengan di adakannya modernisasi
perpajakan oleh pihak Kementrian Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikan Direktorat Jenderal
Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantot
Wilayah. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung
lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih
jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik –
praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk
mencapai visi dan misi tersebut Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi
dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas
penerimaan pajak, diperlukan sarana pendukung yang harus di persiapkan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan secara lebih handal. Beberapa sarana
pendukung tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat,
penyempurnaan bank data, penyusunan strategi yang tepat, penigkatan kerja sama
dengan pihak ketiga yang terkait dan perbaikan sistem informasi yang akurat.
2. Misi
Yang menjadi misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
adalah sebagai berikut :
a. Fiskal
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang –
undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
b. Ekonomi
Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan
distorsi.
c. Politik
Mendukung proses demokratisasi bangsa.
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan
teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4
kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Medan Labuhan
2. Kecamatan Medan Marelan
3. Kecamatan Medan Deli
4. Kecamatan Medan Belawan.
D. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan 1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan
Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan
secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan.
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan
wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi
yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab.
Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan
jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP
Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dipimpin oleh seorang kepala, yng
secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak. Organisasi yang berada di KPP Pratama Medan Belawan bertujuan
untuk membina keharmonisan kerja agara pekerjaan dapat terlaksana dengan teratur
dan penuh tanggung jawab, sehingga tujuan yang di inginkan dapat tercapai dengan
Berikut struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan:
KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
SEKSI FUNGSIONAL II SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN
INFORMASI PERPAJAKAN
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I
SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGAWASAN
DAN KONSULTASI II
SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI III
SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGAWASAN DAN
KONSULTASI IV
SEKSI EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN SEKSI FUNGSIONAL I
2. Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan 2.1. Kepala KPP (Kepala Kantor)
Tugas Kepala KPP:
a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak sebagai
bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah
b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan
realisasi penerimaan tahun lalu
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MoU) sesuai
arahan kepala kantor wilayah.
d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka
intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan
potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan
atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil
penghitungan ketetapan pajak.
g. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan,
mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan, mengkoordinasi
pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan
pembayaran masa PPN/PPnBM dalam wilayah wewenang berdasarkan
2.2. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.
Tugas Kepala Sub Bagian Umum:
a. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat
serta pelaksanaan tugas bendaharawan.
b. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan
pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.
c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin.
d. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.
e. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.
2.3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI ) Tugas Seksi PDI :
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan.
b. Penyajian informasi perpajakan.
c. Perekaman dokumen perpajakan.
d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
e. Pelayanan dukungan teknis komputer.
f. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.
2.4. Seksi Pelayanan Tugas Seksi Pelayanan :
a. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan.
b. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.
c. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan
surat lainnya.
d. Memberikan penyuluhan perpajakan.
e. Melaksanakan registrasi wajib pajak.
f. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan.
2.5. Seksi Penagihan Tugas Seksi Penagihan:
a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan
pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.
b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah
melakukan penyitaan.
c. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.
Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak yang telah
mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.
Adapun tugas Juru Sita Pajak :
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus ( SPPSS ).
3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Penyanderaan ( SPMP ).
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita
Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak .
2.6. Seksi Pemeriksaan Tugas Seksi Pemeriksaan:
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
2.7. Seksi Ekstensifikasi Tugas Seksi Ekstensifikasi :
a. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan.
b. Pendataan obyek dan subyek pajak.
c. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.
2.8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :
a. Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak
b. Memberikan Bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi
teknis perpajakan.
c. Penyusunan Profil wajib pajak.
d. Menganalisis kinerja wajib pajak.
e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.
Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi
dibagi berdasarkan domisili / tempat tinggal / wilayah tempat wajib pajak terdaftar.
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( WASKON I )
Kasi : Margono
• Kelurahan Kampung Besar.
• Kelurahan Martubung.
• Kelurahan Sei Mati
• Kelurahan Pekan Labuhan.
• Kelurahan Tangkahan.
• Kelurahan Nelayan Indah.
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( WASKON II )
Kasi : La Ode Irfah Firdaus
• Kelurahan Labuhan Deli
• Kelurahan Rengas Pulau I.
• Kelurahan Tanah 600.
• Kelurahan Paya Pasir.
• Kelurahan Rengas Pulau II
• Mabar (200 Besar)
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( WASKON III )
Kasi : Martua Frisland Situmorang
• Kelurahan Tanjung Mulia.
• Kelurahan Tanjung Mulia Hilir.
• Kelurahan Mabar.
• Kelurahan Kota Bangun.
• Kelurahan Titi Papan.
• Kelurahan Mabar Hilir.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( WASKON IV )
Kasi : Erwin Sianipar
• Kelurahan Sicanang.
• Kelurahan Belawan Bahari.
• Kelurahan Belawan Bahagia.
• Kelurahan Belawan I.
• Kelurahan Bagan Deli.
Cat: WP bendaharawan Berada di Pengawasan Seksi Wakson IV
2.9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
Pratama. dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa
berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Pengertian Umum Pajak Penghasilan ( PPh ) 1. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan ( PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam suatu tahun pajak.
2. Dasar Hukum
Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di indonesia adalah
UU No.7 Tahun 1987 yang telah disempurnakan dengan UU No.7 Tahun 1991, UU
No.10 Tahun 1994, UU No.17 Tahun 2000, UU No.36 Tahun 2008, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur
Jenderal Pajak maupun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.
3. Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi
untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak
Penghasilan, Subjek Pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima atau
memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, jika
subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka
Berdasarkan pasal 2 ayat 1 UU No.36 Tahun 2008, Subjek Pajak
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Subjek Pajak orang pribadi
Orang Pribadi sebagai subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
indonesia ataupun di luar indonesia.
2. Subjek Pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subjek
Pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris,
penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti
dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang dari warisan
tersebut tetap dapat dilaksanakan.
3. Subjek Pajak badan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak tanpa
memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari
pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek
pajak.
4. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap ( BUT )
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia, orang pribadi yang
berada di indonesia tidak lebih dari 183 ( seratus delapan puluh tiga ) hari
dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di indonesia untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di indonesia, yang dapat berupa :
a. Tempat kedudukan manajemen.
b. Cabang perusahaan.
c. Kantor perwakilan.
d. Gedung kantor.
e. Pabrik.
f. Bengkel.
g. Gudang.
h. Ruang untuk promosi dan penjualan.
j. Wilayah kerja tambang minyak dan gas bumi.
k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.
l. Proyek kontruksi, instalasi, atau proyek perakitan.
m. Memberikan jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan selama lebih dari 60 ( enam puluh ) hari dalam
jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan.
n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya
tidak bebas.
o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di indonesia yang menerima premi
asuransi atau menanggung risiko di indonesia.
p. komputer , agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki,
disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk
menjalankan kegiatan usaha melalui internet.
4. Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak merupakan segala sesuatu ( barang, jasa, kegiatan, atau keadaan )
yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat di pakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak
penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti
gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan,
pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
3. Pengahasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tidak gerak,
seperti bunga, deviden, royalty, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau
hak yang tidak dipergunakan untuk usaha.
4. Penghasilan lain – lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.
5. Objek Pajak Penghasilan Badan Usaha Tetap ( BUT )
Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Objek Pajak Bentuk
Usaha Tetap adalah :
a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dari
harta yang dimiliki atau dikuasai oleh Bentuk Usaha Tetap ( BUT );
Penghasilan kantor pusat dari objek di atas berdasarkan pertimbangan logis
bahwa transaksi antara kantor pusat dengan perusahaan lain di indonesia harus
ada bantuan bentuk usaha tetap di indonesia. Ditinjau dari segi barang yang di
dengan Force of Attraction concept, dengan asumsi hukum apabila yaitu
apabila barang atau jasa dalam transaksi yang diselenggarakan kantor pusat
sama dengan transaksi yang diselenggarakan BUT, dengan demikian transaksi
yang dilakukan langsung oleh kantor pusat BUT di anggap sebagai
penghasilan dari BUT.
b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, dan
pemberian jasa di indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang di
lakukan oleh Bentuk Usaha Tetap ( BUT );
Penghasilan kantor pusat yang berasal dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang dan pemberian jasa, sejenis dengan yang dilakukan oleh badan usaha
tetap dianggap sebagai penghasilan BUT. Usaha atau kegiatan sejenis dengan
usaha atau kegiatan BUT, misalnya apabila sebuah bank di luar indonesia
yang mempunyai BUT di indonesia, memberikan pinjaman secara langsung
tanpa melalui Bentuk Usaha Tetapnya kepada perusahaan di indonesia.
Penjualan barang yang sejenis dengan yang dijual oleh Bentuk Usaha Tetap,
misalnya kantor pusat di luar indonesia yang mempunyai BUT di indonesia
menjual produk yang sama dengan produk yang dijual oleh Bentuk Usaha
Tetapnya di indonesia secara langsung tanpa melalui Bentuk Usaha Tetapnya
kepada klien di indonesia.
c. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam pasal 26 yang diterima atau
Bentuk Usaha Tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan tersebut.
B. Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan dan Mekanisme Pelunasan Pajak Penghasilan Secara Umum
1. Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan ( PPh )
Pajak Penghasilan yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif tertentu
dengan Penghasilan Kena Pajak ( PKP ), Penghasilan Kena Pajak yang digunakan
sebagai dasar menghitung PPh tersebut dihitung dengan cara yang berbeda – beda
tergantung pada jenis Wajib Pajak. Disamping cara – cara penghitungan PKP
tersebut, terdapat perhitungan PKP dengan menggunakan Norma Perhitungan
Khusus, norma perhitungan diperuntukkan bagi wajib pajak tertentu, seperti
perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar
negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi, perusahaan dagang
asing, dan perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah (
build, operate, and transfer ). Ketentuan perhitungan PPh ini telah dibahas pada
bagian lain tentang penentuan pajak penghasilan khusus.
Dalam UU PPh Indonesia dikenal dua golongan wajib pajak, yaitu wajib
pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri, bagi wajib pajak dalam negeri pada
dasarnya terdapat dua cara dalam menentukan besarnya PKP, yaitu dengan metode
penentuan besarnya PKP dibedakan menjadi wajib pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
indonesia dan wajib pajak luar negeri lainnya. Menghitung pajak penghasilan
dibedakan menjadi dua yaitu menghitung pajak atas penghasilan yang diperoleh
wajib pajak yang bersangkutan dan menghitung atas penghasilan pihak lain,
menghitung pajak atas penghasilan sendiri biasanya biasanya disebut dengan
menghitung pajak penghasilan terutang, menghitung pajak atas penghasilan pihak
lain dilakukan pada saat wajib pajak membayarkan penghasilan kepada pihak lain
dalam bentuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, sewa, royalty, dan lain – lain.
Secara umum pajak penghasilan yang terutang dihitung dengan formula
sebagai berikut :
PPh Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak
Contoh :
a. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Akbar pada tahun 2009 adalah
Rp45.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang :
5% x Rp45.000.000 Rp2.250.000
b. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Dedy pada tahun 2009 adalah
Pajak Penghasilan yang terutang :
5% x 50.000.000 Rp 2.500.000
15% x 150.000.000
Rp25.000.000 Rp22.500.000(+)
c. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Hakim pada tahun 2009 adalah
Rp500.000.000
Pajak Penghasilan yang terutang :
5% x 50.000.000 Rp 2.500.000
15% x 200.000.000 Rp30.000.000
25% x Rp250.000.000 Rp62.500.000
Rp95.000.000 (+)
d. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Chika pada tahun 2009 adalah
Rp600.000.000
Pajak Penghasilan yang terutang :
5% x Rp50.000.000 Rp 2.500.000
15% x Rp200.000.000 Rp 30.000.000
25% x Rp250.000.000 Rp 62.500.000
30% x Rp100.000.000 Rp 30.000.000
2. Mekanisme Pelunasan Pajak Penghasilan ( PPh )
Pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pelunasan pajak melalui pihak lain dan oleh wajib pajak sendiri,
pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 138 Tahun 2000. Dalam hal pelunasan pajak dilakukan oleh pihak lain,
perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan dilakukan oleh pihak yang
memberikan/membayarkan penghasilan. Pelunasan pajak juga bias dilakukan tidak
dalam tahun berjalan ( sesudah tahun pajak berakhir ).
a. Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan Melalui Pihak Lain
Pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pihak lain ( pemberi
penghasilan/pemotongan pajak ) dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak lain atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) Undang – Undang Pajak Penghasilan
terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi
2. Pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak badan pemerintah berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan – badan tertentu baik
badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang impor
atau kegiatan usaha dibidang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(1) Undang – Undang Pajak Penghasilan, terutang pada saat pembayaran
kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak lain atas penghasilan berupa
deviden, bunga, royalti, penghargaan, hadiah, bonus, dan lain – lain yang
diterima oleh wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 Undang – Undang Pajak Penghasilan. Terutang
pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu.
4. Pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan
ayat (2) Undang – Undang Pajak Penghasilan, terutang pada akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
5. Pelunasan pajak atas penghasilan – penghasilan tertentu ( bunga, deposito,
dan simpanan lain di bank, hadiah undian, transaksi saham dan sekuritas
lain,dan lain – lain ) yang diatur tersendiri dengan peraturan pemerintah,
b. Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan oleh Wajib Pajak Sendiri
Disamping melalui pihak lain, pelunasan pajak dapat dilakukan sendiri oleh wajib
pajak dengan cara sebagai berikut :
1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan dari badan – badan yang tidak wajib melakukan
pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak sebgaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (2) Undang – Undang Pajak Penghasilan, wajib memiliki NPWP
dan melaksanakan sendiri penghitungan dan pembayaran pajak penghasilan
yang terutang dalam tahun berjalan serta melaporkannya dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan.
2. Wajib Pajak membayar sendiri pajak atas penghasilan yang diperoleh atau
diterima melalui angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun Pajak berjalan (
PPh Pasal 25 ).
c. Pelunasan Pajak saat Sesudah Akhir Tahun Pajak
Pelunasan pajak sesudah tahun pajak berakhir dilakukan dengan :
1. Membayar Pajak yang kurang disetor dengan menghitung sendiri jumlah PPh
yang terutang untuk satu tahun pajak dikurangi dengan jumlah kredit pajak
tahun yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UU PPh.
2. Membayar pajak yang kurang disetor karena menerima surat ketetapan pajak (
SKPKB atau SKPKBT ) ataupun surat tagihan pajak yang diterbitkan oleh
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Data Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan yang Melaporkan dan Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan ( PPh ) dalam tahun berjalan 2011 - 2015
Adapun Perkembangan Penyampaian SPT Tahunan di KPP Pratama Medan
Belawan Periode 5 tahun ke belakang yaitu :
Sumber : KPP Pratama Medan Belawan 0
10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah WP Terdaftar
Jumlah WP Wajib SPT
Tabel 4.1
Data Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Medan Belawan Uraian/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
WP Terdaftar 44,721 58,437 65,095 71,075 77,679
WP Terdaftar Wajib SPT 43,824 43,949 44,415 43,857 37,486 Realisasi SPT Tahunan
PPh
357 19,285 21,269 21,211 10,232
Rasio Kepatuhan 0.81% 43,88% 47,89% 48,36% 27,30%
Capaian Rasio Kepatuhan
1.30% 70.21% 73.67% 71.65% 40.44%
Target Rasio Kepatuhan 62.50% 62.50% 65.00% 67.50% 67.50%
Sumber : KPP Medan Belawan.
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi SPT Tahunan
mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai 2015. Pada tahun 2011 jumlah Wajib
Pajak yang melaporkan SPT Tahunan di KPP Medan Belawan sebanyak 357 atau
sekitar 0,81% dari Wajib Pajak yang wajib SPT dan pada tahun 2012 mengalami
peningkatan sebanyak 19.285 atau sekitar 43,88% dari jumlah Wajib Pajak yang
Wajib SPT, akan tetapi selisihnya sebanyak 18.928 dari jumlah Wajib Pajak yang
melaporkan SPT Tahunannya pada tahun 2011. Pada Tahun 2013 jumlah Wajib Pajak
yang melaporkan SPT Tahunnya sebanyak 21.269 atau rasio kepatuhannya sekitar
47,89% dan mengalami peningkatan sebanyak 1.984 dari jumlah Wajib Pajak yang
Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan sebanyak 21.211 atau rasio
kepatuhannya sekitar 48,36%. Artinya jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT
Tahunan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak 58 dari jumlah Wajib
Pajak yang melaporkan SPT Tahunan pada tahun 2013. Dan tahun 2015 jumlah
Wajib Pajak yang melaporkan SPT sebanyak 10.232 atau ratio kepatuhannya sekitar
27,30%. Pada tahun 2015 Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunannya juga
mengalami penurunan dari tahun 2014 sebanyak 10.979.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan ( PPh ) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Tingkat kepatuhan wajib pajak di wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan
sebagai wajib pajak sudah cukup baik, dilihat dari kesadaran wajib
pajak/bendaharawan yang datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunannya. Hal ini juga
tidak terlepas dari kinerja dan kerja sama yang baik antara fiskus dengan pihak
instansi terkait, sehingga penerimaan PPh sudah memenuhi target dari realisasi
penerimaan, walaupun masih banyak juga wajib pajak yang belum melaksanakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan fiskus dan beberapa Wajib Pajak PPh,
faktor – faktor yang menyebabkan masyarakat patuh terhadap pembayaran PPh
adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat sadar akan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang
baik dan mereka sadar bahwa itu adalah bentuk partisipasi masyarakat
terhadap program pembangunan nasional.
2. Karena keadan ekonomi masyarakat di wilayah kerja KPP Pratama Medan
Belawan sudah cukup baik dilihat dari mata pencahariannya, sehingga
bersedia menyisihkan dana untuk pembayaran Pajak Penghasilan ( PPh).
3. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja KPP Pratama Medan
Belawan sudah membaik, sehingga mudah untuk menerima pengetahuan
tentang perpajakan seperti sanksi administrasi yang dibebankan kepada WP
jika tidak membayar PPh atau membayar PPh tetapi melewati jatuh tempo
pembayaran.
4. Walau pun ada WP yang komplain masalah terlalu tinggi pengenaan PPhnya
tetapi mereka tetap melaksanakan kewajiban perpajakannya, karena
menghindari adanya denda berupa bunga jika harus menunda – nunda
pembayarannya sampai lewat jatuh tempo pembayaran PPh.
Sedangkan faktor – faktor yang menyebabkan masyarakat sebagai Wajib
1. Masyarakat yang pada dasarnya tidak menyadari akan kewajibannya sebagai
wajib pajak PPh, masyarakat menganggap pembangunan daerah bukan
merupakan tanggung jawab mereka dan mereka tidak menyadari bahwa
fasilitas dan prasarana yang mereka manfaatkan adalah hasil dari penerimaan
pajak sehingga masyarakat merasa tidak perlu membayar pajak khususnya
pajak penghasilan.
2. Masyarakat menganggap uang yang disetorkan melalui pembayaran pajak
penghasilan bukan untuk pembangunan, melainkan masuk ke kas pribadi
pejabat negara.
3. Masyarakat menganggap bahwa jumlah penghasilan mereka tidak cukup lagi
untuk membayar pajak penghasilan.
C. Upaya - Upaya yang Dilakukan Oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak.
1. Penyuluhan/Sosialisai perhitungan, pembayaran dan pelaporan PPh kepada
wajib pajak OP dan Badan, sehingga dapat memberikan pengetahuan WP PPh
secara luas baik itu mengenai sanksi maupun manfaat dari hasil penerimaan
PPh.
a. Penyuluhan/Sosialisasi Keluar
• KPP Pratama Medan Belawan Mengusulkan untuk melakukan
• KPP Pratama Medan Belawan diminta untuk melakukan
Penyuluhan/Sosialisasi kepada WP Badan dengan omzet yang besar.
b. Penyuluhan/Sosialisasi Didalam
• KPP Pratama Medan Belawan mengundang WP Badan untuk
menghadiri kegiatan Penyuluhan/Sosialisasi tentang E-SPT PPh
Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
2. Melakukan penerbitan Surat Himbauan kepada WP yang belum melaporkan
PPh Terutangnya hingga penerbitan Surat Teguran.
3. Program Sunset Policy
Tentang penghapusan sanksi bagi WP yang belum/tidak menyampaikan SPT
Tahunan dari tahun 2014 kebelakang tanpa ada batasan tahun. Akan tetapi bagi
WP yang sudah terlanjur bayar PPh terutangnya tidak mengajukan lagi.
D. Pemberian Sanksi Terhadap Wajib Pajak Jika tidak Membayar Pajak Penghasilan
Setelah KPP Pratama Medan Belawan melakukan upaya – upaya dalam
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, maka KPP Pratama Medan Belawan
memberikan sanksi yang tegas kepada WP jika tidak disiplin dalam melaksanakan
kewajibannya sesuai Ketentuan Undang – Undang yang berlaku, Undang – Undang
No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang juga mengatur tentang sanksi
yang dikenakan kepada wajib pajak jika melanggar ketentuan perpajakan. Secara
ketentuan dapat berupa sanksi administrasi seperti denda, bunga atau pengenaan tarif
pajak yang lebih tinggi. Selain sanksi administrasi, juga dapat dikenai sanksi yang
berupa berupa sanksi pidana yakni kurungan penjara.
1. Sanksi Terlambat/ Tidak Menyampaikan SPT
Ada dua jenis sangsi yang dimungkinkan untuk dkenakan bila wajib pajak
terlambat atau tidak menyampaikan SPT yakni sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Sanksi administrasi dikenakan kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT
dalam jangka waktu yang ditentukan atau dengan kata lain terlambat menyampaikan
SPT dan tidak menimbulkan kerugian negara. Sanksi administrasi yang dikenakan
berupa denda sebesar Rp500.000,00 untuk keterlambatan penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan denda Rp100.000,00
untuk Surat Pemberitahuan lainnya. Ini sesuai dengan pasal 7 UU KUP. Apabila SPT
tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur juga tetap tidak
menyampaikan pada waktunya sebagaimana yang ditentukan dalam surat teguran
tersebut, maka jumlah pajak yang kurang bayar ditagih dengan SKPKB ditambah
sanksi administrasi berupa kenaikan 50% untuk PPh, dan 100% untuk PPn dan
PPnBM. etentuan ini diatur dalam pasal 13 ayat 2 UU KUP. Bila wajib pajak tidak
memenuhi kewajiban penyampaian SPT yaitu dengan tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar sehingga berakibat pada kerugian
negara, maka wajib pajak tersebut dimungkinkan mendapat sanksi pidana. Bila
SPT tetapi isinya tidak benar, didenda paling sedikit 1 ( satu ) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang bayar atau di pidana kurung paling singkat 3 bulan
atau paling lama 1 ( satu ) tahun berdasarkan ketentuan pasal 38. Namun bila dapat
dibuktikan bahwa wajib pajak tersebut dipidana paling singkat 6 bulan paling lama 6
tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang bayar sesuai pasal 39.
2. Sanksi Terlambat/ Tidak Menyetor Pajak
Bagi yang terlambat menyetor atau tidak membayar pajak maka sanksi yang
dikenakan dapat berupa sanksi administrasi, tetapi juga dapat berupa sanksi pidana
sebagaimana sanksi bila terlambat atau tidak menyetor SPT. Bila pembayaran atau
penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran,
maka dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung
dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian
dari bulan dihitung penuh satu bulan. Ini sesuai pasal 9 ayat 2a UU KUP.
Sementara sanksi pidana akan dikenakan kepada setiap orang yang dengan
sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong sehingga dapat
menimbulkan kerugian negara dipidana dengan pidana paling singkat 6 bulan paling
lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian di lapangan dan pembahasan di bab empat, maka
sebagai akhir dari penulisan ini penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran
sebagai berikut :
A.Kesimpulan
1. Tingkat kepatuhan dan pemahaman masyarakat sebagai wajib pajak masih
tergolong standart, dimana masyarakat yang terdaftar sebagai wajib pajak atau
wajib SPT Tahunan masih sedikit yang melaporkan SPT Tahunan
dibandingkan dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama
Medan Belawan.
2. Peran serta wajib pajak belum maksimal dalam menjalankan sistem
perpajakan saai ini yaitu self assessment system.
3. Usaha yang dilakukan Fiskus bersama instansi terkait KPP Pratama Medan
Belawan belum Maksimal dalam menjalankan program yang mampu
B. Saran
1. Bagi wajib pajak yang masih tidak sadar akan kewajibannya dalam membayar
PPh sebaiknya harus melakukan pembayaran PPh guna meningkatkan
pendapatan negara di sektor riil pajak.
2. Hendaknya fiskus dan instansi terkait harus meningkatkan pelayanan yang
lebih mendekatkan diri kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa
bahwa pajak bukan merupakan suatu beban yang memang harus dipenuhi.
3. Wajib pajak tetap harus berperan aktif sesuai dengan sistem perpajakan yang
berlaku yakni self assessment system.
4. Fiskus perlu meningkatkan pengawasan dalam memastikan data dan
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo.2011,Perpajakan,Andi,Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.
Suandy, Erly,2008, Hukum Pajak, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.