LAPORAN TUGAS AKHIR
PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
O L E H
NAMA : FANNY NURINA NIM : 102600079
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK
DIPRESENTASIKAN HALAMAN PERSETUJUAN
OLEH :
NAMA : FANNY NURINA
NIM : 102600079
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
JUDUL : PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
BELAWAN
Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan
Administrasi Perpajakan
Drs.Alwi Hashim Batubara,M.Si Drs.Amru Nasution,M.Kes Irwansyah Lubis,SE,M.Si NIP 19560831198611001 NIP 13025188900 NIP 196802181198031001
Dekan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya dalam
menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penulis tidak sanggup menyelesaikan laporan tugas akhir
ini yang berjudul “Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”
dengan baik. Serta shalawat dan salam yang selalu penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua pihak khususnya
kepada ayahanda Ahmad Zaini, ibunda Rosmawati dan kakanda suami tercinta
Muhammad Fachrizal yang telah memberikan dukungan moril dan materil maupun
do’a kepada penulis untuk dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang
telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir
ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr.dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp. A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, S.H, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Amru Nasution, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing.
6. Bapak Irwansyah Lubis, S.E, M.Si, selaku Supervisor dan selaku Kepala Seksi
Pengolahan Data dan Informasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta pegawai yang berada di Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
8. Kepada semua pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
terkhusus untuk pegawai yang sudah rela meluangkan waktunya untuk bisa di
wawancarai.
9. Kepada semua teman-teman saya stambuk 2010 terkhusus untuk anak-anak kelas
B 2010 Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
10. Kepada teman-teman seperjuangan saya, Abidah Sari Lubis terimakasih sudah
mempercepat proses riset, Sarah soraya Harahap terimakasih sudah menjadi
kawan bimbingan dan kawan pergi ke KPP, Raja Wina Handayani terimakasih
Sinaga yang entah kemana selama ini karena melakukan riset di luar kota tapi
tetap terimakasih banyak. Kepada semua kawan-kawan yang tidak bisa di
sebutkan namanya satu persatu yang telah sangat membantu penulis dari awal
proses seminar proposal sampai sekarang dan telah memberi motivasi maupun
dukungan yang tiada henti dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Terima
kasih semuanya.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahasa yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini masih belum sempurna, dan
masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis.
Maka dari itu penulis berharap sungguh kepada Bapak / Ibu Dosen pada Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara maupun dari segala pihak untuk dapat memberikas
saran-saran dan kritikan serta bimbingan yang bersifat membangun demi lebih
sempurnanya laporan tugas akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian.
Medan, 06 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang PKLM ... 1
B.Tujuan dan Manfaat PKLM 1.Tujuan PKLM ... 3
2. Manfaat PKLM ... 3
C.Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak ... 4
2. Fungsi Pajak ... 6
3. Pengertian SPT ... 6
4. Batas Waktu Penyampaian SPT ... 6
5. Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT ... 7
D.Ruang Lingkup PKLM ... 7
E. Metode PKLM ... 7
F. Metode Penelitian ... 9
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
A.Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Belawan ... 11
B.Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan ... 14
C.Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 15
D.Uraian Ttugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan ... 18
E. Gambaran Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Belawan ... 23
BAB III GAMBARAN DATA PKLM A.Kajian Teoritis 1. Pengertian Pajak ... 25
2. Fungsi Pajak dan Jenis Pajak ... 26
3. Pajak Penghasilan ... 28
1) Subjek Pajak ... 29
2) Wajib Pajak ... 31
3) Objek Pajak ... 31
4) Tarif Pajak ... 33
4. Sistem Pemungutan Pajak ... 33
5. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 34
1) Pengertian SPT ... 34
3) Jenis –Jenis SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 35
4) Batas Waktu Penyampaian SPT ... 35
5) Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak
Menyampaikan SPT ... 36
6. Surat Setoran Pajak (SSP) ... 36
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A.Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi
1. Mekanisme Pembayaran Pajak Penghasilan Orang
Pribadi... 38
2. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi... 39
B.Rendahnya Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam Membayar dan Melaporkan Pajak
1. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Wajib Pajak
yang Membayar dan Melaporkan Pajak ... 44
2. Upaya dan Langkah yang Dilakukan Pegawai Pajak
Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak yang Membayar
dan Melaporkan Pajak ... 46
C.Pengawasan Penerimaan Pajak yang Dilakukan Pegawai Pajak
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 49
B.Saran ... 51
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
BAGAN 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 17
TABEL 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Belawan ... 23
TABEL 3.1 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 33
DIAGRAM 4.1 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar dan yang Membayarkan dan Melaporkan Pajak
Penghasilannya ... 40
TABEL 4.1 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Yang Terdaftar Dengan Yang Membayar Dan Melapor ... 41
TABEL 4.2 Peningkatan WP Terdaftar ... 41
TABEL 4.3 Naik Turunnya Jumlah WP Yang Membayar Dan Melapor .... 42
TABEL 4.4 Perbandingan Jumlah WP Yang Membayar dan Melapor Dengan WP Yang Tidak Membayar dan Melapor ... 42
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan
seoptimal mungkin khususnya melalui perluasan sumber penerimaan negara non
migas, guna menjaga agar pendanaan negara tetap terkendali. Salah satu sumber
penerimaan dalam negeri yang dominan adalah dari penerimaan pajak.
Pajak merupakan suatu sumber pendapatan negara yang nantinya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan negara. Tata cara pemungutan pajak juga telah diatur
oleh pemerintah dengan tidak memberatkan bagi rakyat yang nantinya disebut
sebagai subjek dan objek pajak. Namun demikan, tidak semua rakyat dijadikan
sebagai wajib pajak dalam arti hanya orang pribadi atau badan usaha yang
mempunyai penghasilan tertentu yang dapat dijadikan sebagai wajib pajak.
Untuk penerimaan dalam negeri dibagi dalam dua golongan, yaitu :
penerimaan dari minyak dan gas bumi dan pungutan berupa pajak. Seperti kita
ketahui bersama, bahwa penerimaan dari minyak dan gas bumi tidak dapat
diharapkan lagi hasilnya karena persedian minyak dan gas bumi negara kita dari hari
ke hari semakin menipis sehingga perlu dicari sumber-sumber lain untuk mengisi
keuangan negara. Pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor non migas yang kebanyakan diperoleh dari pungutan –
Diantara sekian banyak pajak yang dipungut oleh pemerintah, salah satunya
adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan ini pemungutannya dilaksanakan oleh
pemerintah pusat khususnya Direktorat Jendral Pajak. Pajak penghasilan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah atas
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima dari Indonesia maupun luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pajak penghasilan
merupakan sumber penerimaan negara yang pemungutannya berdasarkan keadilan
dengan arti bahwa adanya kesamaan dan pemerataan beban pajak yang harus dibayar
oleh masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak.
Sebagai konsekuensi adanya kewajiban masyarakat untuk membayar pajak
adalah banyaknya wajib pajak yang tidak mematuhi kewajibannya, karena masih ada
wajib pajak yang tidak membayar pajak penghasilan orang pribadi sampai tanggal
jatuh tempo pembayaran. Adanya keterlambatan tersebut mengakibatkan timbulnya
sanksi-sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak oleh aparat perpajakan. Untuk
menghindari hal-hal yang demikian, wajib pajak harus mengetahui mekanisme
pelaksanaan pembayaran dan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi sehingga
dapat dipastikan wajib pajak melaksanakn kewajiban perpajakan sesuai
peraturan-peraturan yang berlaku agar terlaksana dengan tertib dan terkendali.
Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), penulis ingin mengetahui seberapa jauh peranan dan tingkat kesadaran
Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis ingin mengetahui dan menyampaikan serta
melaporkan situasi yang ada pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dengan judul sebagai
berikut,“Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja
LapanganMadiri (PKLM) ini adalah ingin mengetahui tentang:
1.1 Prosedur pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
1.2 Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan.
2. Manfaat Praktik Kerja Mandiri
Manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mempelajari pembentukan tim dan kerjasama,
b. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan,
c. Mempelajari perilaku-perilaku dan keahlian baru,
e. Mendorong untuk belajar mempertinggi prestasi, dan merangsang aktifitas
dan efisiensi.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
a. Memberikan hubungan baik dengan Program Studi Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
(FISIPUSU)
b. Membantu pihak KPP dalam hal sosialisasi perpajakan kepadamasyarakat,
wajib pajak melalui peserta mahasiswa PKLM khususnya sivitas akademika
FISIP USU.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Mendapat masukan dari laporan praktik kerja yang dilakukan mahasiswa
tentang penerapan konsep-konsep komunikasi yang ada di Kantor Pajak
Pratama Medan Belawan.
b. Membuka interaksi antara dosen dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan.
c. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan.
C. Uraian Teoritis
Adapun uraian teoritis yang dapat disajikan penulis ialah sebagai berikut :
1. Pengertian Pajak
Menurut P.J.A. Andriani (yang dikemukanakan oleh Atep Adya Barata dan
Zul Afdi Ardian dalam Bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada
menurutperaturan-peratuaran dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat
ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan(Mardiasmo,
2003 : 92).
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya “ Dasar-dasar hukum
pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam
bukunya pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum(Sihaloho, 2001 : 51 ).
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul
“Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964
pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan
jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum(Mardiasmo, 2003 : 5).
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Perpajakan Edisi Revisi”
menyatakan bahwa Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan
diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup
berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan (Markus,
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
Fungsi Pajak ada 2 (dua) yaitu fungsi budgetair dan reguleren. Fungsi
budgetair ialah memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dan untuk
membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun
pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah Pajak sebagai alat kebijakan
pemerintah dalam mengatur bidang ekonomi,sosial dan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu.
3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka 11 UU KUP No 28
Tahun 2007, Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib
pajak di gunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran Pajak, Objek
Pajak dan/atau bukan Objek Pajak , dan/atau harta kewajiban sesuai dengan
ketentuan perturan perundang-undangan perpajakan.
4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Pasal 3 Ayat (3) UU KUP No 28 Tahun 2007 , batasan waktu
penyampaian SPTadalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan,
paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun Pajak.
5. Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Pasal 7 Ayat (1) UU KUP No 28 Tahun 2007 , sanksi administrasi
terlambat atau tidak menyampaikan SPT adalah :
a. Rp. 500.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
b. Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa lainnya.
c. Rp. 1.000.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh) Wajib Pajak Badan dan Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup PKLM yaitu melakukan pengumpulan
data dan membahas permasalahan mengenai :
1. Prosedur pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dan
2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pembayaran dan pelaporan
Pajak PenghasilanOrang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Madiri
Adapun sumber-sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung
pembuatan laporan ini adalah :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini,
dimulai dari pengajuan judul, pemilihan tempat, penentuan judul, menyusun
proposal, seminar, penentuan dosen pembimbing dan diskusi tahapan konsultasi
dengan dosen pembimbing.
2. Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber-sumber seperti buku-buku, undang-undang,
maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
3. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor Pelayanan
Pajak yang bersangkutan mengenai objek studi yaitu mengenai pelaksanaan
pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
4. Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penyusunan laporan akhir
berkaitan dengan target melalui :
a. Data Primer merupakan data yang di peroleh dari refrensi ilmia seperti
laporan atau dokumen, jurnal dan lain-lain.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Penulis menganalisis data-data yang di dapat menjadi sebuah kesimpulan
permasalahan. Kesimpulan permasalah tersebut yang nantinya akan dijadikan dasar
saran-saran yang diberikan oleh penulis.
F. Metode Penelitian
Penulis menggunakan 2 (dua) metode penelitian yaitu metode interview dan
metode dokumentasi.
1. Metode Wawancara (Interview)
Yaitu melakukakan interview langsung kepada seksi dan karyawan seksi tentang tata
cara pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang
dianggap mampu memberikan masukan.
2. Metode Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi
yang berhubungan dengan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi.
G.Sistematika Penulisan Laporan
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan pelaporan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang
menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan,uraian
teoritis, dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), ruang
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), analisis data dan evaluasi, serta
sistematika penulisan laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN BELAWAN
Pada bab ini di bahas mengenai sejarah singkat, struktur
organisasi,uraian tugas,serta tugas pokok dan fungsi di setiap
masing-masing jabatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belwan dalam penulisan laporan PKLM.
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Dalam bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap
bidang kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis menjelaskan tantang data-data yang sudah
dikumpulkan melaului proses analisis dan evaluasi selama masa
penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan
dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor
Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di
lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara I dan
berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.
KPP Pratama Medan Belawan meliputi kecamatan :
1. Kecamatan Medan Belawan
2. Kecamatan Medan Marelan
3. Kecamatan Medan Labuhan
4. Kecamatan Medan Deli
Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kota Madya Medan, wilayah kerja
KPP Medan Utara yang telah berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari
4 (empat) kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.
Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak
Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor
17 A
2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30
Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi
Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:
1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran
Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah
namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor
Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka
Mulia Nomor 17 A
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30 A
Pada tahun 1989 bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
Kemudian dengan SK No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994,
terhitung tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat,
yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan
Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi
menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama
Nomor 7 Medan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia
Nomor 17 A Medan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor
7 A Medan
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 17 A Medan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro
Nomor 30 A Medan.
Adapun Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan adalah Kantor Pelayanan
Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sedangkan mengenai hal lainnya tidak
ada yang berubah.
B.Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang
berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa
visi misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi
Direktorat Jenderal Pajak.
Pada tahun 2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi
kriteria visi yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, and
Time-Based). DJP membutuhkan pedoman/visi baru yang lebih spesifik dan terukur
daripada visi-visi sebelumnya.
Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:
VISI
“Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah
Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus
tantangan tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan
eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga
transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar
semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal
Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di
kawasan Asia Tenggara.
MISI
“Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan
Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara
demi kemakmuran rakyat”
C.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan
secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan.
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan
wewenang setiap anggota. Tujuannya adala untuk pencapaian kerja dalam organisasi
yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab.
Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan
jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP
Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada
lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri
dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Medan Belawan
2. Kecamatan Medan Labuhan
3. Kecamatan Medan Marelan
4. Kecamatan Medan Deli
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi
seksi/sub.bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh
seorang kepala kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala
sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana.
Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok fungsional tersebut sebagai
berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal
5. Seksi Penagihan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3
10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4
11.Kelompok Jabatan Fungsional
BAGAN 2.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan
KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN
SUBBAGIAN UMUM
D.Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan
Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai
dengan 61.
Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan Karipka. Maka kepala
KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak
Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.
Tugas Kepala Sub Bagian Umum
1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat
serta pelaksanaan tugas bendaharawan
2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan
pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait
4. Memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai
5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan
2. Penyajian informasi perpajakan
3. Perekaman dokumen perpajakan
4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan
5. Pelayanan dukungan teknis komputer
6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling
7. Pelaksanaan SI DJP serta penyiapan laporan kinerja
4. Seksi Pelayanan
1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan
2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan
3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat
lainnya
4. Memberikan penyuluhan perpajakan
5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak
6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan
5. Seksi Penagihan
1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan
2. Melakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah
Melakukan Penyitaan
3. Melakukan penyitaan, urusan lelang dan penyitaan lainnya
Di seksi penagihan terdapat beberapa Juru Sita Pajak (JSP) yang telah
mendapatkan pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.
Adapun tugas JSP adalah :
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS)
2. Memberitahukan Surat Paksa (SP)
3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda
pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya
Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki
kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang-Undang
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan
2. Pendataan objek dan subjek pajak
3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak
terdaftar
2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
3. Penyusunan profil wajib pajak
4. Menganalisis kinerja wajib pajak
5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding
6. Penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor
7. Melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor
Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi
dibagi berdasarkan domisili /tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I)
a. Kelurahan Kampung Besar
b. Kelurahan Martubung
d. Kelurahan Pekan Labuhan
e. Kelurahan Tangkahan
f. Kelurahan Nelayan Indah
2. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi II (Waskon II)
a. Kelurahan Labuhan Deli
b. Kelurahan Rengas Pulau
c. Kelurahan Terjun
d. Kelurahan Tanah Enam Ratus
e. Kelurahan Paya Pasir
3. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi III (Waskon III)
a. Kelurahan Tanjung Mulia
b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir
c. Kelurahan Mabar
d. Kelurahan Kota Bangun
e. Kelurahan Titi Papan
f. Kelurahan Mabar Hilir
4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV (Waskon IV)
a. Kelurahan Sicanang
b. Kelurahan Belawan Bahari
c. Kelurahan Belawan Bahagia
d. Kelurahan Belawan I
e. Kelurahan Belawan II
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor.
Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan
seksi pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan
seksi ekstensifikasi.
E.Gambaran Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per
seksi/bagian/kelompokadalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai
1 Sub Bagian Umum 8
2 Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9
3 Pelayanan 11
4 Penagihan 3
5 Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
7 Pengawasan dan Konsultasi I 6
8 Pengawasan dan Konsultasi II 6
9 Pengawasan dan Konsultasi III 6
10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6
11 Fungsional 10
Jumlah 73
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Menurut P.J.A. Andriani (yang dikemukanakan oleh Atep Adya Barata dan
Zul Afdi Ardian dalam Bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada
negara (yang dapat dipaksa) yang terutang oleh yang wajib membayarkan
menurutperaturan-peratuaran dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat
ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan(Mardiasmo,
2003 : 92).
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya “ Dasar-dasar hukum
pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam
bukunya pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke
sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum(Sihaloho, 2001 : 51 ).
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul
pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan
jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Mardiasmo, 2003:5).
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Perpajakan Edisi Revisi”
menyatakan bahwa Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan
kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan
diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup
berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan (Markus,
2005 : 80).
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak dan Jenis Pajak 2.1 Fungsi Pajak
Fungsi Pajak ada 2 (dua) yaitu fungsi budgetair dan reguleren. Fungsi
budgetair ialah memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dan untuk
membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun
pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah Pajak sebagai alat kebijakan
pemerintah dalam mengatur bidang ekonomi,sosial dan untuk mencapai tujuan-tujuan
2.2 Jenis Pajak
a. Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, pajak dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :
a) Pajak subjektif ialah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi
(status) wajib pajak dalam hal menentukan besarnya pajak yang
terutang. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak objektif ialah pajak yang pemungutannya berdasarkan objeknya,
baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Contohnya :
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut Golongannya
Menurut golongannya, pajak dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :
a) Pajak langsung ialah pajak yang dipungut secara periodik menurut
daftar piutang pajak yang pembebanannya langsung kepada wajib
pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain/pihak lain.
Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak tidak langsung ialah pajak yang pengenaannya/pembebanannya
dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Pertambahan
c) Menurut Lembaga Pemungutannya
Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibagi atas 2 (dua) bagian :
a) Pajak Negara atau Pajak Pusat ialah pajak yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk
membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Contohnya : PPh,
PPN, PPnBM, dan Bea Materai.
b) Pajak daerah ialah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
hasil pungutannya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contohnya : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan lain-lain.
3. Pajak Penghasilan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-Undang ini telah beberapa kali mengalami
perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur subjek pajak, serta cara menghitung
dan cara melunasi pajak yang terutang. Undang-Undang Pajak Penghasilan juga lebih
memberikan fasilitas kemudahan dan keringanan bagi Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut
asas materil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung
3.1 Subjek Pajak
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
a Orang Pribadi, Bertempat tinggal atau berada di Indonesia
b Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
c Badan, terdiri dari PT, CV, Perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama
dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk badan lainnya.
d Bentuk Usaha Tetap (BUT), bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang
pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:
1. Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari:
a Subjek Pajak orang pribadi, yaitu:
a) Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
b) Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
b Subjek Pajak badan, yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
c Subjek Pajak warisan, yaitu warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
2. Subjek Pajak luar negeri yang terdiri dari:
a Subjek Pajak orang pribadi, yaitu orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan.
a) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
b) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
b Subjek Pajak badan, yaitu badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang:
a) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
b) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
Subjek pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau
memperoleh penghasilan. Sedangkan Subjek Pajak luar negeri sekaligus menjadi
Wajib Pajak, sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan
di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan kata
lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban
subjektif dan objektif.
3.2Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007, Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
3.3 Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia, maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan bentuk apapun.
Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah :
a Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain
b Hadiah dari undian atau pekerjaan, dan penghargaan
c Laba usaha
d Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
f Bunga termasuk premiun, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan
pengembalian utang
g Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polisi, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
h Royalti
i Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
l Keuntungann karena selisih kurs mata uang asing
m Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n Premi asuransu
o Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
3.4 Tarif Pajak
Sesuai dengan Pasal 17 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, besarnya tarif pajak
penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00
5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00
15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00
25%
Di atas Rp 500.000.000,00
30%
4. Sistem Pemungutan Pajak
Beberapa sistem pemungutan pajak yang masih berlaku sampai sekarang ada
3 (tiga) sistem, sistem pemungutannya adalah :
4.1 Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah (fiskus) dan
pemerintah juga yang menentukan besarnya pajak terutang.
4.2 Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak dengan memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
4.3 With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan
memungut,dan menyetorkan pajak terutang.
5. Surat Pemberitahuan (SPT) 5.1Pengertian SPT
Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka 11 UU KUP No 28
Tahun 2007, Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib
pajak di gunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran Pajak, Objek
Pajak dan/atau bukan Objek Pajak , dan/atau harta kewajiban sesuai dengan
ketentuan perturan perundang-undangan perpajakan.
5.2Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi wajib pajak pajak penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak
atau bagian Tahun Pajak;
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
c. Harta dan kewajiban;dan/atau
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak
5.3Jenis –Jenis SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi
a. SPT 1770
Bagi orang pribadi yang penghasilannya bersumber antara lain dari usaha
dan/atau pekerjaan bebas,seperti dokter praktek, pengacara, biro jasa,
konsultan dan lain-lain.
b. SPT 1770 S
Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih
pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan bebas, seperti karyawan, PNS, TNI, POLRI yang
memiliki penghasilan lainnya antara lain sewa rumah,honor pembicara dan
lain-lain.
c. SPT 1770 SS
Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari satu pemberi kerja
(sebagai karyawan) dan jumlah penghasilan brutonya tidak melebihi Rp
60.000.000,- setahun serta tidak terdapat penghasilan lainnya kecuali
penghasilan dari bunga bank atau bunga koprasi.
5.4Batas Waktu Penyampaian SPT
Menurut Pasal 3 Ayat (3) UU KUP No 28 Tahun 2007 , batasan waktu
penyampaian SPTadalah :
d. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
akhir Masa pajak.
e. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
f. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan,
paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun Pajak.
5.5Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT
Menurut Pasal 7 Ayat (1) UU KUP No 28 Tahun 2007 , sanksi administrasi
terlambat atau tidak menyampaikan SPT adalah :
d. Rp. 500.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
e. Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa lainnya.
f. Rp. 1.000.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh) Wajib Pajak Badan dan Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.
6. Surat Setoran Pajak (SSP)
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui Kantor Pos dan Bank Persepsi. (Thomas,2010 : 53)
Surat Setoran Pajak dibuat dalam rangkap 5 yang didistribusikan sebagai
berikut :
1. Untuk arsip wajib pajak.
2. Untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN).
4. Untuk arsip Kantor Penerimaan Pembayaran.
5. Untuk arsib wajib pajak pungut atau pihak lain.
Sanksi untuk keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda
administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan. (Thomas,2010 : 53)
Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran satu jenis pajak
dan untuk satu Masa Pajak atau satu Tahun Pajak/surat ketetapan pajak/Surat Tagihan
Pajak dengan menggunakan satu Kode Akun Pajak dan satu Kode Jenis Setoran,
kecuali Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan
Pasal 3 ayat (3a) huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, dapat membayar Pajak
Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Setoran Pajak.
Kriteria Wajib Pajak yang demikian ini diatur dalam
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A.Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
Tata cara membayar dan melapor PPh terutang harus sesuai dengan
Undang-Undang No 28 tahun 2007 Pasal 10 ayat 1 dan ayat 2, yang pada ayat 1 berisikan
wajib pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan dan pada ayat 2 berisikan
tatacara pembayaran,penyetoran pajak dan pelaporannya serta tatacara mengangsur
dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri
Keuangan.
1. Mekanisme Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Dalam mekanisme pembayaran PPh, wajib pajak melakukan angsuran pajak
setiap bulannya yang di sebut angsuran PPh Pasal 25. Angsuran Pajak Penghasilan
Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian surat pemberitahuan
pajak penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulan terakhir
dari tahun pajak yang lalu, tidak kurang dari rata-rata angsuran bulanan tahun pajak
yang lalu. Penyetoran pajak terhutang untuk Pajak Penghasilan Pasal 25 dibayar
ketempat pembayaran selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa
Adapun cara pembayaran sebagai berikut :
1. Wajib pajak setelah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dengan lengkap dan
benar, kemudian membayar pajak tersebut ke Bank, Kantor Pos dan Giro
Persepsi.
2. Petugas penerima pembayaran menerima Surat Setoran Pajak (SSP), meneliti,
memberi paraf, tanggal pembayaran, Nomor Transaksi Penerimaan Negara
(NTPN), serta cap instansinya.
3. Petugas memberikan Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Wajib Pajak yaitu
lembar ke-1 dan lembar ke-3 sedangkan lembar ke-2 dikirim ke Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).
Apabila Wajib Pajak terlambat untuk membayar pajaknya dikenakan sanksi
administrasi bunga 2% dari jumlah pembayaran dan apabila angsuran yang dibayar
masih kurang bayar juga dikenakan sanksi administrasi bunga 2% dari kekurangan
pembayarannya.
2. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Pelaporan pajak penghasilan orang pribadi dilakukan dengan mengisi SPT,
berdasarkan bukti potong yaitu formulir 1721-A1 dan atau 1721-A2 bagi pegawai
yang pajaknya sudah terlebih dahulu di potong oleh pemberi kerja. Untuk wajib pajak
yg melaporkan SPT 1770 SS dan 1770 S tidak wajib melaporkan SPT masa, dan
melaporkan SPT 1770 wajib melaporkan SPT masa dan juga wajib melaporkan SPT
pada akhir tahun pajak.
B.Rendahnya Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar dan Melaporkan Pajak
DIAGRAM 4.1
Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar dan yang Membayar dan Melaporkan Pajak Penghasilannya
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
2009 2010 2011 2012
35.575
45.802
51.989
57.452
18.858 18.942 17.889 18.589
Pada tabel di atas, dapat kita lihat berapa jumlah wajib pajak yang terdaftar
di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dan berapa jumlah wajib pajak yang
membayar dan melaporkan pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan.
Jumlah yang di dapat sangat berbanding terbalik antara wajib pajak yang terdaftar
dan wajib pajak yang membayar dan melaporkan, dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 4.1 Perbandingan Jumlah WP Yang Terdaftar Dengan WP Yang Membayar dan Melapor
Jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Belawan pada tahun 2009-2012 semakin meningkat, dan jumlah yang di
dapat, dirincikan dalam tabel sebagai berikut :
TABEL 4.2 Peningkatan WP Yang Terdaftar
Tahun WP yang Terdaftar WP yang Membayar dan Melapor
2009 35.575 orang 18.858 orang.
2010 45.802 orang. 18.942 orang.
2011 51.989 orang 17.889 orang.
2012 57.452 orang. 18.589 orang
Tahun WP yang Terdaftar
2009 35.575 orang
2010 45.802 orang.
2011 51.989 orang
Sedangkan jumlah wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mengalami proses yang tidak tetap
atau keadaan naik turun pada tahun 2009-2012, dan jumlah yang di dapat, dirincikan
dalam tabel sebagai berikut :
TABEL 4.3 Naik Turunnya Jumlah WP Yang Membayar Dan Melapor
Dari data pada tabel 4.2 dan data tabel 4.3 maka dapat di simpulkan sebuah
data baru yaitu jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya.
Jumlah wajib pajak tersebut dapat dirincikan dalam tabel sebagai berikut :
TABEL 4.4
Perbandingan Jumlah WP Yang Membayar dan Melapor Dengan WP Yang Tidak Membayar dan
Melapor
2009 35.575 orang 18.858 orang. 16.717 orang.
2010 45.802 orang. 18.942 orang. 26.860 orang.
2011 51.989 orang 17.889 orang. 34.100 orang.
2012 57.452 orang. 18.589 orang 38.863 orang.
Tahun WP yang Membayar dan Melapor
2009 18.858 orang.
2010 18.942 orang.
2011 17.889 orang.
Dari tabel diatas, jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan
pajaknya dapat dihitung dari jumlah wajib pajak yang terdaftar pada tabel 4.2
dikurang dengan jumlah wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya pada
tabel 4.3.
Jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya dari
tahun 2009-2012 mengalami kenaikan yang lumayan besar. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa masih kurangnya kepatuhan wajib pajak. Walaupun jumlah
wajib pajak yang terdaftar bertambah dari tahun 2009-2012, tidak menjamin
penurunan jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya.
Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak sebenarnya menimbulkan potensi
penerimaan pajak atas Surat Tagihan Pajak (STP) wajib pajak orang pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan tidak melapor Surat Pemberitahuan (SPT)
dapat di lihat di tabel di bawah ini :
TABEL 4.5 Potensi Penerimaan Pajak Atas Surat Tagihan Pajak (STP)
Tahun WP Tidak
2009 16.717 orang. Rp 100.000 Rp 1.671.700.000
2010 26.860 orang. Rp 100.000 Rp 2.686.000.000
2011 34.100 orang. Rp 100.000 Rp 3.410.000.000
1. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang Membayar dan Melaporkan Pajak
Ada beberapa faktor yang menyebabkan wajib pajak tidak membayar dan
melaporkan pajaknya. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah
wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya itu adalah :
1.1 Faktor Eksternal (dari pihak wajib pajak)
a Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Kewajiban Perpajakannya.
Wajib pajak seperti ini adalah wajib pajak yang sangat awam dan sama sekali
tidak mengerti tentang perpajakan, sehingga wajib pajak seperti ini tidak
melakukan kewajiban perpajakannya.
b Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Peraturan Perpajakan.
Wajib pajak seperti ini adalah wajib pajak yang sebenarnya sudah mengerti
tentang kewajibannya membayar pajak, tetapi, wajib pajak seperti ini tidak
mengerti mengenai peraturan perpajakan sehingga wajib pajak tidak tahu
berapa jumlah pajak yang terutang.
c Wajib Pajak Tidak Mendapat Informasi Tentang Perpajakan Secara Lengkap.
Kejadian ini biasanya terjadi pada wajib pajak yang berdomisili di kota-kota
kecil, desa-desa, atau perkampungan yang jarang dijadikan tempat sosialisasi
d Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Berbeda-Beda.
Perbedaan pemahaman dan cara berfikir wajib pajak berbeda-beda di
karenakan faktor penidikan, lingkungan dan gaya hidup. Perbedaan inilah
yang menyebabkan tingkat kepatuhan wajib pajak berbeda-beda pula.
e Wajib Pajak Tidak Mengetahui Fungsi Pajak.
Manfaat pajak yang tidak dapat dirasakan secara langsung inilah penyebab
wajib pajak kurang mengetahui fungsi dari pajak.
f Wajib Pajak Tidak Memiliki Kesadaran Dari Dalam Diri Sendiri Untuk
Menaati Pajak.
Apapun upaya yang dilakukan oleh pihak fiskus dan sekeras apapun upaya
yang dilakukan oleh fiskus, apabila wajib pajak memiliki rasa kesadaran akan
perpajakannya rendah, maka akan sia-sia lah upaya yang dilakukan fikus
tersebut.
1.2 Faktor Internal (dari pihak pegawai pajak)
a Terbatasnya Jumlah Pegawai Pajak
Jumlah wajib pajak khususnya di seksi Pengawasan dan Konsultasi ( Account
Representative) sangatlah tidak seimbang dengan jumlah pegawai pajak
sehingga pegawai pajak belum bisa memberikan pelayanan secara maksimal
kepada wajib pajak khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Belawan.
b Kurang Memberi Informasi dan Penyuluhan
Kurangnya informasi tentang peraturan perpajakan yang baru, seperti
Kurangnya penyuluhan di kota-kota kecil. Seringkali penyuluhan dilakukan
dikota-kota besar saja,sehingga masyarakat di kota kecil kurang memahami
masalah perpajakan, seperti guru-guru di kota kecil yang tidak mengerti pajak
yang dipotong dari gaji mereka.
2. Upaya dan Langkah yang Dilakukan Pegawai Pajak Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak yang Membayar dan Melaporkan Pajak.
Penerimaan pajak ke kas negara akan meningkat apabila jumlah wajib pajak
yang membayar dan melaporkan pajak terutangnya meningkat dari tahun ke tahun
dan bukan hanya sekedar meningkatkan jumlah wajib pajak yang mendaftar.
Untuk meningkatkan penerimaan ke kas negara tersebut, pihak fiskus harus
melakukan upaya-upaya serta langkah-langkah yang tepat dan cepat agar dapat
membuat wajib pajak mau membayar dan melaporkan pajak terutangnya dan tahu
cara untuk membayar dan melaporkan pajak terutangnya. Adapun upaya-upaya
tersebut adalah :
2.1 Kampanye Kepada Wajib Pajak
a. Melalui media cetak
b. Melalui media elektronik
2.2 Penyuluhan Perpajakan
a. Dilakukan ke kantor-kantor
b. Dilakukan ke universitas-universitas
2.3 Sensus Pajak Nasional
Dilakukan dari kota ke kota dan rumah ke rumah dengan tujuan
2.4 Pemberian Penghargaan
Pihak Fiskus memberikan penghargaan kepada wajib pajak yang patuh dan
taat akan kewajiban perpajaknya.
2.5 Penempatan Drop Box
a. Ditempatkan di Kantor Pelayanan Pajak
b. Ditempatkan di Mall
c. Ditempatkan di bandara
d. Ditempatkan di pelabuhan
2.6 Penempatan Petugas Pemberi Informasi (Help Desk)
Penempatan petugas pemberi informasi ( help desk) di Kantor Pelayanan
Pajak sangat membantu wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
C.Pengawasan Penerimaan Pajak yang Dilakukan Pegawai Pajak dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Pengawasan terhadap penerimaan pajak ke kas negara sangatlah penting
dilakukan oleh pegawai pajak. Apabila proses pengawasan ini tidak dilakukan dengan
baik, maka akan berakibat merugikan negara karena pengawasan yang tidak baik
akan mengakibatkan kecilnya pajak yang seharusnya masuk ke kas negara. Maka dari
itu, adapun pengawasan yang dilakukan oleh pegawai pajak terhadap penerimaan
pajak adalah :
1. Saat Pelaporan
a. Mengawasi proses penyampaian SPT
b. Menganalisa pengisian dan perhitungan SPT
2. Saat Membayar
a. Mengawasi pembayaran masa
b. Menganalisa pembayaran masa
3. Penerbitan Produk Hukum
a. Penerbitan produk hukum baik berupa SKPKB atau STP atas kekurangan
pembayaran pajak terutang atau tidak melaporkan SPT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Pada bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan bab-bab
sebelumnya, yaitu :
1.Tata cara pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Belawan dimulai dengan wajib pajak melakukan penghitungan
pajak yang terutang, kemudian mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dengan lengkap
dan benar, selanjutnya membayar pajak terutang ke Bank, Kantor Pos atau Giro
Persepsi. Petugas penerima pembayaran menerima Surat Setoran Pajak (SSP),
meneliti, memberi paraf, tanggal pembayaran, Nomor Transaksi Penerimaan
Negara (NTPN), serta cap instansinya. Sebagai buktinya, petugas memberikan
Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Wajib Pajak yaitu lembar ke-1 dan lembar ke-3
sedangkan lembar ke-2 dikirim ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
(KPKN).
2.Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dilakukan dengan mengisi SPT,
berdasarkan bukti potong yaitu formulir 1721-A1 dan atau 1721-A2 bagi pegawai
yang pajaknya sudah terlebih dahulu di potong oleh pemberi kerja. Untuk wajib
hanya melaporkan SPT pada akhir tahun pajak. Sedangkan wajib pajak yang
melaporkanSPT 1770 wajib melaporkan SPT masa dan juga wajib melaporkan
SPT pada akhir tahun pajak.
3. Dari tahun 2009-2012 wajib pajak yang mendaftarkan diri sebagai wajib pajak
mengalami peningkatan begitu juga yang terjadi pada wajib pajak yang tidak
melaporkan dan membayar pajaknya. Peningkatan wajib pajak yang terdaftar,
tidak menurunkan jumlah wajib pajak yang tidak melaporkan dan membayar
pajaknya. Hal ini membuktikan bahwa kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Belawan masih sangat kurang.
4. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan
terbagi dari dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal,
yaitu faktor yang disebabkan oleh pihak wajib pajak. Faktor internal yaitu faktor
yang disebabkan oleh pihak pegawai pajak.
Faktor-faktor eksternal antara lain :
g Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Kewajiban Perpajakannya.
h Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Peraturan Perpajakan.
i Wajib Pajak Tidak Mendapat Informasi Tentang Perpajakan Secara Lengkap.
j Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Berbeda-Beda.
k Wajib Pajak Tidak Mengetahui Fungsi Pajak.
l Wajib Pajak Tidak Memiliki Kesadaran Dari Dalam Diri Sendiri Untuk
Faktor-faktor internal antara lain :
c Terbatasnya Jumlah Pegawai Pajak
d Kurang Memberi Informasi dan Penyuluhan
B.Saran
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin
memberikan saran-saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme
Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Saran-saran tersebut antara lain :
1. Aparat perpajakan harus melakukan sosialisasi yang menyeluruh bukan hanya
pada wajib pajak yang sudah mengerti tentang pajak, tetapi kepada wajib pajak
yang baru saja mendaftarkan diri menjadi wajib pajak. Sosialisasi juga harus
dilakukan kepada wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya.
Mensosialisasikan cara menghitung pajak terutang dengan benar juga tidak kalah
penting nya dibandingkan sosialisasi cara mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) .
2. Aparat perpajakan harus mencari media-media lain yang lebih merakyat dalam
memberikan informasi tentang perpajakan kepada masyarakat. Misalnya seperti
masalah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pihak mentri bekerja sama dengan
operator telepon seluler hingga setiap operator seluler mengirim pesan singkat atau
disebut sms ke seluruh basis data yang mereka miliki. Mengingat zaman sekarang,
siapa yang tidak memiliki Hand Phone. Pihak Direktorat Jendral Pajak bisa
melakukan hal yang sama, sehingga setiap tanggal jatuh tempo pembayaran dan
pelaporan pajak maupun ada hal-hal yang penting untuk diberitahukan ke