• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PKLM

2) Fungsi SPT

Fungsi SPT bagi wajib pajak pajak penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak; c. Harta dan kewajiban;dan/atau

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

5.3Jenis –Jenis SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi

a. SPT 1770

Bagi orang pribadi yang penghasilannya bersumber antara lain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas,seperti dokter praktek, pengacara, biro jasa, konsultan dan lain-lain.

b. SPT 1770 S

Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas, seperti karyawan, PNS, TNI, POLRI yang memiliki penghasilan lainnya antara lain sewa rumah,honor pembicara dan lain-lain.

c. SPT 1770 SS

Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) dan jumlah penghasilan brutonya tidak melebihi Rp 60.000.000,- setahun serta tidak terdapat penghasilan lainnya kecuali penghasilan dari bunga bank atau bunga koprasi.

5.4Batas Waktu Penyampaian SPT

Menurut Pasal 3 Ayat (3) UU KUP No 28 Tahun 2007 , batasan waktu penyampaian SPTadalah :

d. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa pajak.

e. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.

f. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun Pajak.

5.5Sanksi Administrasi Denda Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Menurut Pasal 7 Ayat (1) UU KUP No 28 Tahun 2007 , sanksi administrasi terlambat atau tidak menyampaikan SPT adalah :

d. Rp. 500.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

e. Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa lainnya.

f. Rp. 1.000.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan dan Rp. 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.

6. Surat Setoran Pajak (SSP)

Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui Kantor Pos dan Bank Persepsi. (Thomas,2010 : 53)

Surat Setoran Pajak dibuat dalam rangkap 5 yang didistribusikan sebagai berikut :

1. Untuk arsip wajib pajak.

2. Untuk Kantor Pelayanan Pajak melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

4. Untuk arsip Kantor Penerimaan Pembayaran. 5. Untuk arsib wajib pajak pungut atau pihak lain.

Sanksi untuk keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Thomas,2010 : 53)

Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran satu jenis pajak dan untuk satu Masa Pajak atau satu Tahun Pajak/surat ketetapan pajak/Surat Tagihan Pajak dengan menggunakan satu Kode Akun Pajak dan satu Kode Jenis Setoran, kecuali Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 3 ayat (3a) huruf a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, dapat membayar Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Setoran Pajak. Kriteria Wajib Pajak yang demikian ini diatur dalam

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A.Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Tata cara membayar dan melapor PPh terutang harus sesuai dengan Undang-Undang No 28 tahun 2007 Pasal 10 ayat 1 dan ayat 2, yang pada ayat 1 berisikan wajib pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan dan pada ayat 2 berisikan tatacara pembayaran,penyetoran pajak dan pelaporannya serta tatacara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.

1. Mekanisme Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Dalam mekanisme pembayaran PPh, wajib pajak melakukan angsuran pajak setiap bulannya yang di sebut angsuran PPh Pasal 25. Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian surat pemberitahuan pajak penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu, tidak kurang dari rata-rata angsuran bulanan tahun pajak yang lalu. Penyetoran pajak terhutang untuk Pajak Penghasilan Pasal 25 dibayar ketempat pembayaran selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Adapun cara pembayaran sebagai berikut :

1. Wajib pajak setelah mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dengan lengkap dan benar, kemudian membayar pajak tersebut ke Bank, Kantor Pos dan Giro Persepsi.

2. Petugas penerima pembayaran menerima Surat Setoran Pajak (SSP), meneliti, memberi paraf, tanggal pembayaran, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), serta cap instansinya.

3. Petugas memberikan Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Wajib Pajak yaitu lembar ke-1 dan lembar ke-3 sedangkan lembar ke-2 dikirim ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

Apabila Wajib Pajak terlambat untuk membayar pajaknya dikenakan sanksi administrasi bunga 2% dari jumlah pembayaran dan apabila angsuran yang dibayar masih kurang bayar juga dikenakan sanksi administrasi bunga 2% dari kekurangan pembayarannya.

2. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pelaporan pajak penghasilan orang pribadi dilakukan dengan mengisi SPT, berdasarkan bukti potong yaitu formulir 1721-A1 dan atau 1721-A2 bagi pegawai yang pajaknya sudah terlebih dahulu di potong oleh pemberi kerja. Untuk wajib pajak yg melaporkan SPT 1770 SS dan 1770 S tidak wajib melaporkan SPT masa, dan hanya melaporkan SPT pada akhir tahun pajak. Sedangkan wajib pajak yang

melaporkan SPT 1770 wajib melaporkan SPT masa dan juga wajib melaporkan SPT pada akhir tahun pajak.

B.Rendahnya Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Membayar dan Melaporkan Pajak

DIAGRAM 4.1

Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar dan yang Membayar dan Melaporkan Pajak Penghasilannya

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2009 2010 2011 2012 35.575 45.802 51.989 57.452 18.858 18.942 17.889 18.589

Pada tabel di atas, dapat kita lihat berapa jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dan berapa jumlah wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan. Jumlah yang di dapat sangat berbanding terbalik antara wajib pajak yang terdaftar dan wajib pajak yang membayar dan melaporkan, dengan rincian sebagai berikut:

TABEL 4.1 Perbandingan Jumlah WP Yang Terdaftar Dengan WP Yang Membayar dan Melapor

Jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan pada tahun 2009-2012 semakin meningkat, dan jumlah yang di dapat, dirincikan dalam tabel sebagai berikut :

TABEL 4.2 Peningkatan WP Yang Terdaftar

Tahun WP yang Terdaftar WP yang Membayar dan Melapor

2009 35.575 orang 18.858 orang.

2010 45.802 orang. 18.942 orang.

2011 51.989 orang 17.889 orang.

2012 57.452 orang. 18.589 orang

Tahun WP yang Terdaftar

2009 35.575 orang

2010 45.802 orang.

2011 51.989 orang

Sedangkan jumlah wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mengalami proses yang tidak tetap atau keadaan naik turun pada tahun 2009-2012, dan jumlah yang di dapat, dirincikan dalam tabel sebagai berikut :

TABEL 4.3 Naik Turunnya Jumlah WP Yang Membayar Dan Melapor

Dari data pada tabel 4.2 dan data tabel 4.3 maka dapat di simpulkan sebuah data baru yaitu jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya. Jumlah wajib pajak tersebut dapat dirincikan dalam tabel sebagai berikut :

TABEL 4.4

Perbandingan Jumlah WP Yang Membayar dan Melapor Dengan WP Yang Tidak Membayar dan Melapor Tahun WP yang Terdaftar (1) WPMembayar Serta Melapor (2) WP Tidak Membayar Serta Melapor ( 1 - 2 )

2009 35.575 orang 18.858 orang. 16.717 orang.

2010 45.802 orang. 18.942 orang. 26.860 orang.

2011 51.989 orang 17.889 orang. 34.100 orang.

2012 57.452 orang. 18.589 orang 38.863 orang.

Tahun WP yang Membayar dan Melapor

2009 18.858 orang.

2010 18.942 orang.

2011 17.889 orang.

Dari tabel diatas, jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya dapat dihitung dari jumlah wajib pajak yang terdaftar pada tabel 4.2 dikurang dengan jumlah wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya pada tabel 4.3.

Jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya dari tahun 2009-2012 mengalami kenaikan yang lumayan besar. Hal ini dapat menggambarkan bahwa masih kurangnya kepatuhan wajib pajak. Walaupun jumlah wajib pajak yang terdaftar bertambah dari tahun 2009-2012, tidak menjamin penurunan jumlah wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya.

Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak sebenarnya menimbulkan potensi penerimaan pajak atas Surat Tagihan Pajak (STP) wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan tidak melapor Surat Pemberitahuan (SPT) dapat di lihat di tabel di bawah ini :

TABEL 4.5 Potensi Penerimaan Pajak Atas Surat Tagihan Pajak (STP)

Tahun WP Tidak Membayar Serta Melapor (1) Sanksi Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan (2) Potensi Penerimaan Negara ( 1 x 2 ) 2009 16.717 orang. Rp 100.000 Rp 1.671.700.000 2010 26.860 orang. Rp 100.000 Rp 2.686.000.000 2011 34.100 orang. Rp 100.000 Rp 3.410.000.000 2012 38.863 orang. Rp 100.000 Rp 3.866.300.000

1. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang Membayar dan Melaporkan Pajak

Ada beberapa faktor yang menyebabkan wajib pajak tidak membayar dan melaporkan pajaknya. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajaknya itu adalah :

1.1 Faktor Eksternal (dari pihak wajib pajak)

a Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Kewajiban Perpajakannya.

Wajib pajak seperti ini adalah wajib pajak yang sangat awam dan sama sekali tidak mengerti tentang perpajakan, sehingga wajib pajak seperti ini tidak melakukan kewajiban perpajakannya.

b Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Peraturan Perpajakan.

Wajib pajak seperti ini adalah wajib pajak yang sebenarnya sudah mengerti tentang kewajibannya membayar pajak, tetapi, wajib pajak seperti ini tidak mengerti mengenai peraturan perpajakan sehingga wajib pajak tidak tahu berapa jumlah pajak yang terutang.

c Wajib Pajak Tidak Mendapat Informasi Tentang Perpajakan Secara Lengkap. Kejadian ini biasanya terjadi pada wajib pajak yang berdomisili di kota-kota kecil, desa-desa, atau perkampungan yang jarang dijadikan tempat sosialisasi perpajakan.

d Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Berbeda-Beda.

Perbedaan pemahaman dan cara berfikir wajib pajak berbeda-beda di karenakan faktor penidikan, lingkungan dan gaya hidup. Perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat kepatuhan wajib pajak berbeda-beda pula.

e Wajib Pajak Tidak Mengetahui Fungsi Pajak.

Manfaat pajak yang tidak dapat dirasakan secara langsung inilah penyebab wajib pajak kurang mengetahui fungsi dari pajak.

f Wajib Pajak Tidak Memiliki Kesadaran Dari Dalam Diri Sendiri Untuk Menaati Pajak.

Apapun upaya yang dilakukan oleh pihak fiskus dan sekeras apapun upaya yang dilakukan oleh fiskus, apabila wajib pajak memiliki rasa kesadaran akan perpajakannya rendah, maka akan sia-sia lah upaya yang dilakukan fikus tersebut.

1.2 Faktor Internal (dari pihak pegawai pajak)

a Terbatasnya Jumlah Pegawai Pajak

Jumlah wajib pajak khususnya di seksi Pengawasan dan Konsultasi ( Account Representative) sangatlah tidak seimbang dengan jumlah pegawai pajak sehingga pegawai pajak belum bisa memberikan pelayanan secara maksimal kepada wajib pajak khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

b Kurang Memberi Informasi dan Penyuluhan

Kurangnya informasi tentang peraturan perpajakan yang baru, seperti perubahan tarif pada Penghasilan Tidak Kena Pajak di tahun 2013 (PTKP).

Kurangnya penyuluhan di kota-kota kecil. Seringkali penyuluhan dilakukan dikota-kota besar saja,sehingga masyarakat di kota kecil kurang memahami masalah perpajakan, seperti guru-guru di kota kecil yang tidak mengerti pajak yang dipotong dari gaji mereka.

2. Upaya dan Langkah yang Dilakukan Pegawai Pajak Untuk Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak yang Membayar dan Melaporkan Pajak.

Penerimaan pajak ke kas negara akan meningkat apabila jumlah wajib pajak yang membayar dan melaporkan pajak terutangnya meningkat dari tahun ke tahun dan bukan hanya sekedar meningkatkan jumlah wajib pajak yang mendaftar.

Untuk meningkatkan penerimaan ke kas negara tersebut, pihak fiskus harus melakukan upaya-upaya serta langkah-langkah yang tepat dan cepat agar dapat membuat wajib pajak mau membayar dan melaporkan pajak terutangnya dan tahu cara untuk membayar dan melaporkan pajak terutangnya. Adapun upaya-upaya tersebut adalah :

2.1 Kampanye Kepada Wajib Pajak

a. Melalui media cetak b. Melalui media elektronik

2.2 Penyuluhan Perpajakan

a. Dilakukan ke kantor-kantor

b. Dilakukan ke universitas-universitas

2.3 Sensus Pajak Nasional

Dilakukan dari kota ke kota dan rumah ke rumah dengan tujuan memperbanyak basis data mengenai wajib pajak.

2.4 Pemberian Penghargaan

Pihak Fiskus memberikan penghargaan kepada wajib pajak yang patuh dan taat akan kewajiban perpajaknya.

2.5 Penempatan Drop Box

a. Ditempatkan di Kantor Pelayanan Pajak b. Ditempatkan di Mall

c. Ditempatkan di bandara d. Ditempatkan di pelabuhan

2.6 Penempatan Petugas Pemberi Informasi (Help Desk)

Penempatan petugas pemberi informasi ( help desk) di Kantor Pelayanan Pajak sangat membantu wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.

C.Pengawasan Penerimaan Pajak yang Dilakukan Pegawai Pajak dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

Pengawasan terhadap penerimaan pajak ke kas negara sangatlah penting dilakukan oleh pegawai pajak. Apabila proses pengawasan ini tidak dilakukan dengan baik, maka akan berakibat merugikan negara karena pengawasan yang tidak baik akan mengakibatkan kecilnya pajak yang seharusnya masuk ke kas negara. Maka dari itu, adapun pengawasan yang dilakukan oleh pegawai pajak terhadap penerimaan pajak adalah :

1. Saat Pelaporan

a. Mengawasi proses penyampaian SPT

b. Menganalisa pengisian dan perhitungan SPT

2. Saat Membayar

a. Mengawasi pembayaran masa b. Menganalisa pembayaran masa

3. Penerbitan Produk Hukum

a. Penerbitan produk hukum baik berupa SKPKB atau STP atas kekurangan pembayaran pajak terutang atau tidak melaporkan SPT

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Pada bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan bab-bab sebelumnya, yaitu :

1.Tata cara pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dimulai dengan wajib pajak melakukan penghitungan pajak yang terutang, kemudian mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dengan lengkap dan benar, selanjutnya membayar pajak terutang ke Bank, Kantor Pos atau Giro Persepsi. Petugas penerima pembayaran menerima Surat Setoran Pajak (SSP), meneliti, memberi paraf, tanggal pembayaran, Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), serta cap instansinya. Sebagai buktinya, petugas memberikan Surat Setoran Pajak (SSP) kepada Wajib Pajak yaitu lembar ke-1 dan lembar ke-3 sedangkan lembar ke-2 dikirim ke Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN).

2.Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dilakukan dengan mengisi SPT, berdasarkan bukti potong yaitu formulir 1721-A1 dan atau 1721-A2 bagi pegawai yang pajaknya sudah terlebih dahulu di potong oleh pemberi kerja. Untuk wajib pajak yg melaporkan SPT 1770 SS dan 1770 S tidak wajib melapor SPT masa, dan

hanya melaporkan SPT pada akhir tahun pajak. Sedangkan wajib pajak yang melaporkanSPT 1770 wajib melaporkan SPT masa dan juga wajib melaporkan SPT pada akhir tahun pajak.

3. Dari tahun 2009-2012 wajib pajak yang mendaftarkan diri sebagai wajib pajak mengalami peningkatan begitu juga yang terjadi pada wajib pajak yang tidak melaporkan dan membayar pajaknya. Peningkatan wajib pajak yang terdaftar, tidak menurunkan jumlah wajib pajak yang tidak melaporkan dan membayar pajaknya. Hal ini membuktikan bahwa kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan masih sangat kurang.

4. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terbagi dari dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal, yaitu faktor yang disebabkan oleh pihak wajib pajak. Faktor internal yaitu faktor yang disebabkan oleh pihak pegawai pajak.

Faktor-faktor eksternal antara lain :

g Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Kewajiban Perpajakannya. h Wajib Pajak Tidak Memahami Tentang Peraturan Perpajakan.

i Wajib Pajak Tidak Mendapat Informasi Tentang Perpajakan Secara Lengkap. j Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Berbeda-Beda.

k Wajib Pajak Tidak Mengetahui Fungsi Pajak.

l Wajib Pajak Tidak Memiliki Kesadaran Dari Dalam Diri Sendiri Untuk Menaati Pajak.

Faktor-faktor internal antara lain :

c Terbatasnya Jumlah Pegawai Pajak

d Kurang Memberi Informasi dan Penyuluhan

B.Saran

Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Saran-saran tersebut antara lain :

1. Aparat perpajakan harus melakukan sosialisasi yang menyeluruh bukan hanya pada wajib pajak yang sudah mengerti tentang pajak, tetapi kepada wajib pajak yang baru saja mendaftarkan diri menjadi wajib pajak. Sosialisasi juga harus dilakukan kepada wajib pajak yang tidak membayar dan melaporkan pajaknya. Mensosialisasikan cara menghitung pajak terutang dengan benar juga tidak kalah penting nya dibandingkan sosialisasi cara mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) . 2. Aparat perpajakan harus mencari media-media lain yang lebih merakyat dalam

memberikan informasi tentang perpajakan kepada masyarakat. Misalnya seperti masalah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pihak mentri bekerja sama dengan operator telepon seluler hingga setiap operator seluler mengirim pesan singkat atau disebut sms ke seluruh basis data yang mereka miliki. Mengingat zaman sekarang, siapa yang tidak memiliki Hand Phone. Pihak Direktorat Jendral Pajak bisa melakukan hal yang sama, sehingga setiap tanggal jatuh tempo pembayaran dan pelaporan pajak maupun ada hal-hal yang penting untuk diberitahukan ke masyarakat, pihak operator bisa mengirim pesan sebagai pemberitahuan. Terutama

kepada perusahaan atau instansi yang banyak memiliki karyawan wajib pajak Orang Pribadi.

3. Aparat perpajakan khususnya pegawai pajak harus memperbaiki citra nama baik, bila ada pegawai pajak yang nakal maka segera dihukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar membuat kepercayaan masyarakat meningkat untuk membayar dan melaporkan pajaknya. Kepercayaan masyarakat merupakan salah satu hal yang penting yang harus tetap dijaga dan di perhatikan. Karena cara berfikir masyarakat pasti berbeda-beda mengenai pajak.

4. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang tidak mau membayar dan melaporkan pajaknya, aparat perpajakan harus bisa membuat efek jera dan rasa malu kepada wajib pajak tersebut dengan cara mengumumkan wajib pajak tersebut ke media masa.

DAFTAR PUSTAKA

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publishing, Jakarta Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta

Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakarta

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta

Sihaloho,Cyrus,2001, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia Edisi 9 Salemba Empat, Jakarta Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakansebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang R.I Nomor 28 Tahun 2007

Dokumen terkait