• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN DI LAPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN DI LAPANG"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Aspek Teknis Pembibitan

Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan di Unit Perkebunan Tanjungsari terletak pada blok Gelatik nomor kebun 16 dengan luas 5 500 m2. Tanaman teh yang ditanam di areal pembibitan semuanya berasal dari bahan stek, dengan klon Gambung 7. Bahan stek berasal dari pohon induk yang ada di areal pembibitan. Tanaman yang akan dijadikan bahan dipotong (cutting) menggunakan cutter. Satu minggu sebelum di

cutting, dilakukan tiping atau membuang pucuk dari tanaman induk agar daun

lebih kaku, lebuh cepat bertunas dan lebih hijau. Bahan stek dipotong sepanjang 4 cm dan apabila daun terlalu lebar, dapat dipotong. Sebelum ditanam, bahan stek dicelupkan (deeping) terlebih dahulu ke dalam larutan Atonik dengan dosis 1 ml/l air dan larutan Dithane dengan dosis 1 g/ml.

Pada areal pembibitan terdapat 188 bedeng yang sebagian besar merupakan bedeng untuk tanaman teh, sedangkan sisanya merupakan bedeng untuk tanaman pelindung teh yaitu tanaman Saman atau Samanea saman. Jarak antar bedeng adalah 60 cm dengan lebar masing - masing bedeng 1 m. Pembibitan pada tanaman teh dilakukan dalam sebuah rumah naungan. Bagian atas dari rumah naungan berupa rigen atau anyaman bambu dengan tiang penyangga dari bambu. Keadaan rumah naungan dapat dilihat pada Gambar 1.

(2)

 

Media tanam terdiri dari tanah top soil dan sub soil yang masing-masing telah diayak sebelumnya. Setelah tanah diayak, lapisan top soil dicampur dengan

Rock fosfat sebanyak 1.2 kg/m2, KCl 0.5 kg/m2, Kiserit 250 g, Tawas 1 kg,

Dithane 250 g dan Basamit 150 g. Pemberian tawas berfungsi untuk menetralkan

tanah agar tidak terlalu basa, sedangkan basamit berfungsi untuk fumigasi. Selanjutnya untuk tanah sub soil dicampur dengan Tawas sebanyak 1 kg, Dithane 250 g dan Basamit 150 g. Kemudian tanah top soil maupun sub soil didiamkan selama satu bulan untuk selanjutnya diisikan ke polybag. Perbandingan tanah sub soil dan top soil adalah 3:1 dengan tanah sub soil diletakkan di lapisan atas

polybag dan tanah top soil di lapisan bawah polybag. Hal ini bertujuan agar akar

stek yang nantinya tumbuh dapat langsung menuju ke top soil yang lebih subur yang berada di lapisan bawah polybag.

Penanaman bahan stek ke dalam polybag pada bedengan dilakukan dengan memperhatikan arah matahari dan posisi sungkup. Bahan stek yang ditanam di tengah bedengan diusahakan menghadap ke arah matahari. Bahan stek di pinggir bedengan diusahakan tidak terkena sungkup plastik, yaitu dengan memposisikan tegak lurus dengan posisi bahan stek yang ditanam di tengah bedeng. Hal ini agar pertumbuhan stek yang berada di pinggir tidak terganggu sungkup plastik di sampingnya.

Pemeliharaan pada areal pembibitan dimulai dengan penyungkupan selama 3.5 bulan. Pemupukan pada tanaman yang disungkup dilakukan pada tahap awal saat pencampuran media tanam. Penyungkupan selama 3.5 bulan tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Penyiraman hanya dilakukan ketika kondisi tanah di polybag benar - benar kering. Apabila curah hujan cukup, maka selama 3.5 bulan sungkupan tidak perlu disiram. Setelah berumur 3.5 bulan, sungkupan mulai dibuka tetapi hanya setengah bagian saja. Hasil sungkupan selama 3.5 bulan dibuka selama 2 jam untuk rentang waktu 2 minggu pertama. Selanjutnya, 2 minggu berikutnya sungkupan dibuka selama 4 jam, 2 minggu berikutnya dibuka selama 6 jam, sampai pada 2 minggu terakhir sungkupan di buka selama 8 jam. Kemudian sungkup mulai bisa dibuka secara keseluruhan. Bedeng yang masih disungkup dan yang telah dibuka sungkupnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

(3)

 

Gambar 2. Bedeng yang Masih Gambar 3. Bedeng yang Telah Disungkup Dibuka Sungkupnya Setelah sungkupan dibuka, pemeliharaan dilanjutkan dengan pemberian pupuk daun Atonik dan Starmax dengan dosis 2 ml/l. Pemberian pupuk daun ini dilakukan 2 minggu sekali secara berselang seling antara Atonik dan Starmax. Bibit mulai dapat diseleksi setelah berumur 7 bulan dan dipisahkan berdasarkan

grade nya. Grade terdiri atas 3 jenis, yaitu grade A yaitu tanaman dengan jumlah

daun 6 atau lebih, grade B yaitu tanaman yang mempunyai daun dengan jumlah kurang dari 6 dan grade C yaitu tanaman yang mepunyai jumlah daun antara 1 - 2.

Kriteria bibit siap salur adalah bibit dengan grade A yang tingginya minimal 25 cm dan mempunyai batang dengan diameter 2 - 3 cm atau sebesar pensil. Kegiatan yang dilakukan penulis selama di pembibitan adalah pindah bibit dan penyiangan gulma di polybag. Semua kegiatan pembibitan diawasi oleh seorang mandor pembibitan.

Prestasi kerja karyawan untuk kegiatan pindah bibit adalah 500

polybag/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 150 polybag/HK. Prestasi

kerja karyawan untuk kegiatan penyiangan gulma di polybag adalah 660

polybag/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah 100 polybag/HK.

Penyulaman

Penyulaman merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman teh yang dilakukan pada TBM 1, TBM 2 dan TBM 3. Jumlah bibit yang akan digunakan untuk penyulaman bervariasi tergantung dari kondisi tanaman di lapangan. Kegiatan penyulaman dilakukan segera setelah bibit diketahui ada yang tidak

(4)

 

tumbuh, rusak atau terserang hama penyakit. Pada UP Tanjungsari terdapat toleransi terhadap jumlah bibit sulaman untuk masing-masing TBM. Jumlah bibit yang digunakan untuk menyulam pada TBM 1 maksimal 15 % dari populasi, pada TBM 2 jumlah bibit untuk menyulam maksimal 10 % dari populasi dan untuk TBM 3 jumlah bibit untuk menyulam maksimal 7 % dari populasi.

Kegiatan penyulaman di TBM diawasi oleh mandor pemeliharaan. Alat yang digunakan pekerja selama kegiatan penyulaman adalah cangkul. Penulis melakukan kegiatan penyulaman pada areal TBM 1 seluas 1.86 ha. Prestasi kerja penulis adalah 0.85 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.19 ha/HK.

Pemupukan

Pemupukan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman guna meningkatkan produksi pucuk. Pemupukan di UP Tanjungsari dibedakan atas pemupukan pada daun dan pemupukan pada tanah. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan 4 tepat yaitu tepat waktu, tepat cara, tepat dosis dan tepat jenis.

Pemupukan pada daun dilakukan dengan penyemprotan pada daun menggunakan alat semprot yaitu mist blower yang memiliki kapasitas 12 l untuk 1 kali gendong dan dapat diaplikasikan untuk 1.5 patok (600 m2). Pupuk yang digunakan yaitu ZnSO4 dengan dosis 1 kg/ha. Pupuk dilarutkan kedalam air sebanyak 200 l/ha. Aplikasi pupuk daun dilakukan 1 bulan sekali pada tanaman yang telah selesai dipetik.

Pelaksanaan pemupukan daun harus memperhatikan arah angin. Pupuk yang disemprotkan melalui mist blower harus searah dengan arah angin sehingga tidak mengenai pekerja yang melakukan penyemprotan. Pada nomor kebun yang akan disemprot dipasang bendera yang bertujuan untuk mengetahui arah angin. Alat - alat keselamatan kerja yang digunakan oleh pekerja yang akan melakukan pemupukan daun adalah baju lapang, masker, kacamata, sarung tangan serta helm. Pemupukan pada tanah dilakukan dengan membenamkan pupuk disamping perdu tanaman. Jarak antara perdu dan lubang untuk pupuk kurang

(5)

 

lebih 20 cm. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk Urea, SP 36, KCl dan Kiserit (N, P, K, Mg). Masing-masing pupuk ini mempunyai perbandingan sebesar 6 : 1 : 2 : 0.5 dengan kandungan unsur Nitrogen, Phospat, Kalium dan Magnesium di dalamnya sebesar 46 : 36 : 60: 27. Selain beberapa pupuk di atas, ditambahkan juga Belerang sebanyak 1 kali dalam 1 tahun pada aplikasi pupuk tanah.

Pemupukan pada tanah dilakukan 2 kali dalam setahun, atau 1 kali pada tiap semester. Pelaksanan pemupukan pada tanah dilakukan secara berpasangan antara tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja pria bertugas membuat lubang di samping perdu untuk pupuk, diikuti dengan tenaga kerja wanita di belakangnya yang bertugas memasukkan pupuk kedalam lubang dan menutup/menimbunnya dengan tanah. Pupuk yang digunakan untuk pemupukan tanah telah dicampur di gudang, kemudian diangkut menggunakan truk menuju nomor kebun yang akan dipupuk. Kegiatan ini dilakukan secara beriringan oleh 10 pasang pekerja pria dan wanita. Kegiatan pemupukan tanah dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kegiatan Pemupukan Tanah

Dosis pupuk tanah berbeda untuk areal TBM dan TM. Pada areal TBM pupuk tanah pertama kali diberikan pada saat penanaman dan dibenamkan

(6)

 

langsung bersama dengan bibit kedalam tanah. Pemupukan tanah di UP Tanjungsari berdasarkan rekomendasi tim konsultan menggunakan analisis tanah dan analisis daun. Kebutuhan pupuk tiap blok di UP Tanjungsari berbeda tergantung dari luas areal dan populasi tanaman, sehingga dosis pupuknya menjadi seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan Pupuk Tunggal Tahun 2011

Blok Luas (ha)

Kebutuhan Pupuk Jumlah Pupuk Urea SP 36 KCl Kiserit Belerang

………(kg)……… Kutilang 25.29 6 900 3 149 1 692 2 818 632 15 191

Murai 26.84 7 488 3 489 1 851 3 140 671 16 639 Gelatik 39.52 11 026 5 137 2 726 4 623 988 24 500 Jumlah 91.65 25 414 11 775 6 269 10 581 2 291 56 330 Sumber : Laporan Kantor Kebun UP Tanjungsari

Kegiatan pemupukan diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan. Alat yang digunakan pekerja selama melakukan kegiatan pemupukan adalah sramben, cangkul dan ember plastik. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan tanah adalah 0.15 ha/HK, sedangkan untuk kegiatan pemupukan daun 0.014 ha/HK Beberapa alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan tanah dapat dilihat pada Gambar 5.

(7)

 

Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang pertumbuhanya tidak diinginkan dan dapat merugikan tanaman utama. Gulma di perkebunan teh harus dikendalikan agar pertumbuhannya tidak menganggu dan menurunkan produksi tanaman teh. Pengendalian gulma di UP Tanjungsari dilakukan secara manual (manual weeding) dan secara kimiawi (chemical weeding).

Pengendalian secara manual dilakukan pada areal TBM 1, hal ini dikarenakan tanaman pada TBM 1 masih rentan terhadap zat - zat kimia yang terdapat pada herbisida. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara babad bersih (clean weeding) untuk areal TM, babad bokor dan strip

weeding untuk areal TBM. Babad bersih yaitu pengendalian gulma dengan

membersihkan seluruh gulma di sekitar perdu maupun diantara larikan perdu sampai benar-benar bersih. Babad bokor adalah pengendalian gulma secara manual dengan membersihkan gulma hanya pada lingkaran di bawah perdu, sedangkan strip weeding adalah membersihkan gulma pada baris tanaman dan meletakkannya diantara baris tanaman dengan tujuan untuk mencegah erosi. Pengendalian gulma secara manual di UP Tanjungsari dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun.

Pengendalian gulma secara kimiawi (chemical weeding) yang terdapat di UP Tanjungsari dilakukan pada areal TBM 2, 3 dan areal TM menggunakan jenis alat semprot yaitu knapsack sprayer yang telah diisi dengan herbisida. Herbisida yang digunakan terdiri dari herbisida sistemik dan herbisida kontak. Herbisida sistemik digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun sempit atau jenis rumput - rumputan. Herbisida kontak digunakan untuk mengendalikan jenis gulma berdaun lebar.

Pengendalian gulma di UP Tanjungsari dilakukan secara bergantian antara pengendalian gulma secara manual maupun pengendalian gulma secara kimia. Pada areal TBM 2, 3 dan areal TM pengendalian gulma secara kimia dilakukan 2 kali dalam setahun, sedangkan pengendalian gulma secara manual dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Pada areal TBM 1 hanya dilakukan pengendalian gulma secara manual menggunakan strip weeding. Pengendalian gulma di TBM 1

(8)

 

tidak menggunakan clean weeding agar tidak terjadi erosi pada areal TBM 1, dengan pengendalian strip weeding diharapkan gulma yang terkumpul diantara barisan dapat mencegah erosi. Contoh gulma yang tumbuh di areal TM dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Gulma di Areal TM UP Tanjungsari

Aplikasi herbisida sistemik baru terlihat hasilnya setelah 2 minggu, sedangkan pada herbisida kontak hasilnya dapat langsung dilihat pada waktu aplikasi saat itu juga yang ditandai dengan gejala terbakar. Contoh herbisida sistemik yang digunakan di UP Tanjungsari adalah Rambo, sedangkan contoh herbisida kontak adalah Noxone. Pengendalian gulma secara kimiawi di UP Tanjungsari dilakukan 2 kali dalam setahun dan dilakukan diantara pengendalian gulma secara manual. Dosis dan jenis herbisida di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Dosis dan Jenis Herbisida

No Nama Herbisida Bentuk Jenis Herbisida Dosis

……(l/ha)……

1. Rambo Cair Sistemik 2 - 3

2. Round Up Cari Sistemik 3

3. Parakol Cair Kontak 3 - 4

4. Noxone Cair Kontak 1.5 - 2.5

5. Gamaxone Cair Kontak 1.5 - 2.5

(9)

 

Selama melakukan kegiatan pengendalian gulma, penulis melaksanakan pengendalian gulma baik secara manual maupun kimiawi. Secara manual, penulis melakukan kegiatan babad yaitu babad bokor, sedangkan secara kimiawi penulis melakukan kegiatan penyemprotan gulma dengan herbisida sistemik yaitu Rambo. Kegiatan pengendalian gulma diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan. Prestasi kerja penulis untuk pengendalian gulma secara manual yaitu 0.07 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.08 ha/HK. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi yaitu 0.24 ha/HK dan prestasi kerja karyawan adalah 0.75 ha/HK.

Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP)

Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Serangan hama dan penyakit dapat mengakibatkan daun teh rusak dan gugur sehingga tanaman terlihat meranggas bahkan sampai menyebabkan kematian tanaman. Pengendalian hama dan penyakit merupakan upaya untuk menekan pertumbuhan hama maupun penyakit sehingga dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan pada tanaman, yang berdampak pada menurunnya produksi tanaman.

Hama yang menyerang tanaman teh di UP Tanjungsari adalah Empoasca sp., ulat api, ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun. Hama Empoasca sp. menyerang daun teh dan mengakibatkan tulang daun berwarna coklat. Hama ini berwarna hijau muda dan berukuruan kecil, banyak hidup di bagian bawah daun. Hama Empoasca sp. di UP Tanjungsari banyak dijumpai ketika pagi hari, terutama saat matahari belum terbit. Saat tanaman digoyang - goyangkan akan tampak Empoasca sp. yang berterbangan muncul dari bawah permukaan daun. Saat inilah paling tepat dilakukan pengendalian hama Empoasca sp. karena ketika matahari sudah mulai terbit, hama ini akan turun ke bawah tanaman sehingga kurang efektif apabila dilakukan pengendalian dengan penyemprotan.

Hama Empoasca sp. di UP Tanjungsari dikendalikan secara kimiawi

menggunakan insektisida sistemik merek dagang Amida dengan dosis 0.10 l/ha. Selain itu pengendalian hama Empoasca sp. juga dilakukan menggunakan

(10)

 

insektisida kontak merek dagang Crowen dengan dosis 0.30 l/ha. Penggunaan insektisida sistemik dan kontak menyesuaikan dengan kondisi di lapang, yaitu besar kecilnya serangan Empoasca sp. dalam satu nomor kebun.

Hama ulat api, ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun di UP Tanjungsari dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Pengendalian secara manual dilakukan dengan memetik daun yang telah diserang ulat, atau dapat juga dilakukan dengan mengambil satu per satu ulat yang menempel di daun karena jumlah ulat yang menyerang biasanya tidak terlalu banyak. Untuk pengendalian secara kimia dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida sistemik merek dagang Lanet maupun Metindo dengan dosis yang sama yaitu 0.50 kg/ha. Daun yang terkena hama ulat penggulung pucuk dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Daun yang Terkena Hama Penggulung Pucuk

Penyakit yang menyerang tanaman teh di UP Tanjungsari adalah blister

blight atau cacar daun teh yang disebabkan oleh cendawan Exobasidium vexans.

Serangan awal dari cendawan ini ditandai dengan bercak berwarna kuning transparan pada permukaan daun. Selanjutnya pada fase serangan selanjutnya akan timbul benjolan - benjolan berwarna transparan pada daun teh yang nantinya akan berwarna coklat kehitaman dan kering sehingga menyebabkan daun menjadi rapuh. Pengendalian untuk penyakit cacar daun dilakukan secara kimia dengan fungisisda sistemik maupun kontak. Pada serangan cacar yang dirasa berat, digunakan fungisida kontak merek dagang Probox atau Kozide dengan dosis yang

(11)

 

sama yaitu 0.10 kg/ha. Untuk serangan yang ringan digunakan fungisida sistemik yaitu Conazol atau Mensyl dengan dosis yang sama yaitu 0.15 l/ha

Aplikasi penyemprotan untuk pengendalian hama dan penyakit di UP Tanjungsari dilakukan dengan jenis alat semprot yaitu mist blower dan power

sprayer. Aplikasi penyemprotan dilakukan setelah nomor yang akan disemprot

selesai dipetik sehingga aplikasinya mengikuti siklus petik yang ada. Waktu pelaksanaan penyemprotan adalah pagi hari mulai pukul 06.30 sampai 11.00. Penyemprotan dihentikan ketika turun hujan karena fungisida maupun insektisida yang disemprot akan terbawa air hujan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit menggunakan power sprayer yang dilakukan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit

Para pekerja yang melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit secara kimia diharuskan menggunakan perlengkapan keselamatan kerja seperti helm, baju lapang, masker, sepatu boot serta sarung tangan. Kegiatan ini diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan. Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada blok Gelatik dengan prestasi kerja sebesar 0.014 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.84 ha/HOK.

Penggemburan Tanah di TBM (Gacok)

Areal TBM merupakan areal yang nantinya diharapkan akan menghasilkan produksi pucuk yang tinggi. Hal ini menyebabkan areal TBM memerlukan

(12)

 

pemeliharaan yang lebih intensif dari pada areal TM. Salah satu tindakan pemeliharaan yang penting dilakukan pada areal TBM adalah gacok.

Gacok merupakan tindakan penggemburan tanah yang dilakukan pada

areal TBM. Tindakan gacok bertujuan untuk menggemburan tanah, memperbaiki aerasi, memperluas bidang akar tanaman dan menyiangi gulma. Alat yang digunakan untuk kegiatan gacok berupa garpu kecil yang berukuran seperti cangkul. Kegiatan gacok di areal TBM dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kegiatan Gacok di Areal TBM

Penulis melakukan kegiatan gacok dengan prestasi kerja sebesar 0.01 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.08 ha/HK. Kegiatan gacok biasa dilakukan oleh tenaga kerja wanita dengan waktu kerja dari pukul 07.00 - 11.00 dengan diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan.

Pemeliharaan Saluran Air

Kegiatan pemeliharaan di UP Tanjungsari tidak hanya dilaksanakan pada areal TBM maupun areal TBM saja. Pemeliharaan juga dilakukan pada areal di sekitar saluran air (sungai). Saluran air merupakan area dimana terdapat sumber air yang dapat dimanfaatkan dalam beberapa kegiatan yang ada di lapang diantaranya pemupukan daun dan pengendalian hama dan penyakit.

Pemeliharaan saluran air yang dilakukan di UP Tanjungsari diantaranya meliputi kegiatan membersihkan gulma di sekitan saluran air, memotong cabang -

(13)

 

cabang tanaman teh yang menjulur sampai ke saluran air serta membersihkan daerah di sekitar saluran air dari ranting - ranting tanaman teh yang berserakan. Beberapa gulma yang terdapat di daerah sekitar saluran air adalah Clidemia hirta,

Micania micrantha, Cromolaena odorata, Ageratum conizoides, Melastoma malabatricum dan Cyperus sp.

Prestasi kerja penulis selama mengikuti kegiatan pemeliharaan saluran air adalah 0.0036 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 001 ha/HK. Kegiatan pemeliharaan saluran air diawasi oleh seorang mandor pemeliharaan.

Pemetikan

Pemetikan merupakan cara pemungutan pucuk teh yang telah memenuhi syarat - syarat pengolahan. Pemetikan harus menyisakan pucuk pada perdu yang nantinya berfungsi sebagai penyedia pucuk untuk dipetik pada siklus berikutnya. Tujuan pemetikan adalah untuk mendapatkan pucuk teh yang berkualitas serta mempertahankan ketersediaan pucuk untuk pemetikan selanjutnya. Kerataan bidang petik juga harus diperhatikan agar pada pemetikan selanjutnya tetap dihasilkan produksi yang tinggi.

Cara pemetikan dapat dilakukan dengan menggunakan tangan (manual), gunting maupun mesin. Pemetikan menggunakan tangan memerlukan tenaga pemetik dalam jumlah banyak dan memakan waktu yang lebih lama. Pemetikan dengan gunting tidak terlalu membutuhkan tenaga pemetik lebih banyak dan dinilai lebih efektif. Pemetikan dengan mesin untuk saat ini belum banyak diterapkan di perkebunan - perkebunan teh di Indonesia. Pemetikan di UP Tanjungsari dilakukan dengan menggunakan gunting karena dinilai lebih efektif jika berkaitan dengan lamanya kegiatan pemetikan di lapangan.

Jenis pemetikan yang dilakukan di UP Tanjungsari meliputi pemetikan

gendesan (rampasan), pemetikan jendangan dan pemetikan produksi. Pemetikan gendesan yaitu pemetikan yang dilakukan sebelum tanaman dipangkas. Pemetikan gendesan tidak memperhatikan rumus petik karena hanya bertujuan mengambil

semua pucuk yang masih memenuhi syarat olah sebelum tanaman dipangkas. Selain itu pemetikan gendesan bertujuan agar pucuk - pucuk yang masih

(14)

 

memenuhi syarat olah tidak tidak ikut terbuang pada saat pemangkasan dilakukan. Pemetikan gendesan di UP Tanjungsari dilakukan satu hari sebelum tanaman dipangkas yaitu pada bulan Februari - April.

Pemetikan jendangan yaitu pemetikan yang dilakukan setelah

pemangkasan yang bertujuan membentuk bidang petik pada tanaman. Tanaman mulai dapat dijendang ketika telah muncul tunas sekitar 15 cm dari bekas pangkasan. Pemetikan jendangan dilakukan oleh tenaga terampil dan menggunakan tangan. Siklus atau gilir petik untuk pemetikan jendangan di UP Tanjungsari adalah 10 - 14 hari dan dilakukan sebanyak empat kali pemetikan. Alat yang digunakan pada pemetikan jendangan yaitu alat ukur berbentuk salib yang berfungsi menentukan ketinggian bidang petik yang akan dibentuk.

Pemetikan produksi yaitu pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan

jendangan dan dilakukan secara terus menerus sesuai dengan siklus yang telah

ditetapkan oleh kebun. Pemetikan produksi bertujuan mendapatkan hasil pucuk yang berkualitas dan siap olah dengan memperhatikan rumus petik yang berlaku. Kerataan bidang petik dan ketersediaan pucuk juga harus diperhatikan dalam pemetikan produksi agar pada siklus petik selanjutnya tetap dihasilkan produksi yang tinggi. Siklus petik di UP Tanjungsari rata-rata adalah 10 - 14 hari dengan jenis petikan medium. Pucuk peko dan pucuk burung dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.

(15)

 

Kegiatan pemetikan di UP Tanjungsari dilaksanakan pada pagi hari antara pukul 05.30 - 09.00 atau sesuai dengan kondisi pucuk yang akan dipetik. Apabila pucuk dalam kondisi baik dan dalam jumlah yang banyak, maka pelaksanaan waktu pemetikan menjadi lebih lama, begitu juga sebaliknya. Pemetikan dilakukan oleh tenaga pemetik perempuan secara bersamaan dengan diawasi oleh seorang mandor petik.

Luas areal yang dipetik setiap harinya di UP Tanjungsari berbeda-beda. Luas areal yang dipetik serta siklus/gilir petik mempengaruhi hanca pemetik.

Hanca adalah luas areal yang harus dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari. Hanca petik di UP Tanjungsari rata - rata adalah 2 patok. Hanca petik

mempengaruhi kapasitas pemetik dalam satu hari. Kapasitas petik yaitu banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh pemetik dalam satu hari. Standar kapasitas petik di UP Tanjungsari yaitu 60 kg. Standar ini akan mudah tercapai ketika kondisi pucuk tanaman baik dan dalam jumlah tinggi.

Alat yang digunakan oleh tenaga petik dalam melakukan kegiatan pemetikan produksi adalah gunting petik, sramben, keranjang serta waring asok. Terdapat dua jenis waring dalam kegiatan pemetikan yaitu waring asok dan

waring angkut. Kegiatan pemetikan produksi dapat dilihat pada Gambar 12.

(16)

 

Selama menjadi Kayawan Harian Lepas (KHL) penulis hanya melaksanakan kegiatan pemetikan produksi. Hal ini dikarenakan ketika penulis menjadi KHL, kegiatan pemetikan jendangan dan gendesan sedang tidak dilaksanakan di UP Tanjungsari. Kegiatan tersebut baru dilaksanakan ketika penulis telah menjadi asisten kepala blok/afdeling. Prestasi kerja penulis ketika melaksankan kegiatan pemetikan produksi adalah 4 - 5.5 kg.

Analisis Petik dan Analisis Pucuk

Analisis petik dan analisis pucuk tidak selalu dilakukan di UP Tanjungsari. Hal ini dikarenakan pengolahan pucuk tidak dilakukan di UP Tanjungsari yang disebabkan tidak adanya pabrik untuk melakukan analisis pucuk sehingga analisis pucuk dilakukan di pabrik pengolahan yaitu di UP Tambi. Tetapi analisis petik sesekali dilakukan oleh mandor untuk mengontrol kebun. Penulis melakukan analisis petik dan analisis pucuk sendiri di Kantor Kebun UP Tanjungsari.

Analisis petik dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang kemudian dinyatakan dalam persen. Pucuk diambil dari pemetik, masing - masing segenggam dari tiap pemetik dalam 1 kemandoran. Pucuk ini kemudian dicampur dan ditimbang sebanyak 200 g. Pucuk sebanyak 200 g inilah yang kemudian dipisahkan berdasarkan rumus petiknya, yaitu p+1/p+2, p+3,

p+4, p+5, b+1, b+2, b+3, b+4, b+5 dan seterusnya. Berdasarkan rumus petik

inilah dapat ditentukan jenis petikan yaitu petikan halus, medium dan kasar. Jenis petikan yang dipakai di UP Tanjungsari yaitu petikan medium. Batas toleransi maksimal yang ada di UP Tanjungsari untuk jenis petikan adalah 10 % untuk petikan halus, 70 % untuk petikan medium dan 20 % untuk petikan kasar.

Analis pucuk dilakukan dengan memisahkan pucuk berdasarkan ketentuan memenuhi syarat atau tidak (pucuk tua dan muda). Cara pengambilannya sama dengan analisis petik, setelah pucuk dianalisis petik, selanjutnya dilakukan analisis pucuk. Pucuk yang tua dimasukkan dalam kelompok pucuk yang tidak memenhi syarat olah, sedangkan pucuk muda yaitu pucuk yang memenuhi syarat olah. Pucuk yang memenuhi syarat olah yaitu pucuk dengan rumus petik p+1,

(17)

 

muda serta daun yang masih belum membuka sempurna atau masih berukuran setengah dari daun penyerta. Batas toleransi pucuk memenuhi syarat di UP Tanjungsari adalah 50 - 55 %.

Tujuan dari analisis petik adalah untuk menilai kondisi kebun dan menilai keterampilan pemetik. Sedangkan tujuan dari analisis pucuk adalah untuk menentukan hasil teh jadi di pabrik dan menentukan hasil premi pemetik. Analisis pucuk UP Tanjungsari tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 9, sedangkan analisis pucuk untuk bulan Januari – Mei 2011 dapat dilihat pada Lampiran 10.

Pemangkasan

Pemangkasan yaitu kegiatan memangkas perdu tanaman teh sampai ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Kegiatan pemangkasan dilakukan apabila tanaman sudah mulai menurun produksinya serta banyak yang mati dan terserang penyakit. Siklus pemangkasan di perkebunan teh dilakukan empat tahun sekali. Kegiatan pemangkasan di UP Tanjungsari dilakukan pada nomor kebun yang dinilai memenuhi syarat untuk dipangkas.

Luas areal yang dipangkas di UP Tanjungsari setiap tahunnya ditetapkan sebanyak 25 % dari total luas areal kebun. Hal ini bertujuan agar luas areal yang dipangkas tidak mengganggu produksi sehingga produksi tetap bisa dijaga dengan baik. Selama satu tahun pemangkasan dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada bulan Februari - April, tetapi untuk tahun ini berdasarkan rekomendasi dari Tim Konsultan, pemangkasan di UP Tanjungasari mulai dilakukan pada bulan April.

Tinggi pangkasan di UP Tanjungsari untuk pangkasan pertama adalah 45 cm di atas permukaan tanah. Pangkasan selanjutnya dilakukan di atas pangkasan sebelumnya atau sekitar 50 - 55 cm dari permukaan tanah, sehingga tinggi pangkasan adalah 45 - 55 cm di atas permukaan tanah. Pemangkasan yang dilakukan di UP Tanjungsari adalah pangkasan jambul yaitu pangkasan yang masih menyisakan satu cabang dengan jumlah daun 100 - 200 helai. Tujuan dari pangkasan jenis ini adalah untuk menyisakan dapur bagi perdu sehingga dapat menunjang pertumbuhan tunas selanjutnya.

(18)

 

Kegiatan pemangkasan dilakukan oleh 10 pekerja selama 3 - 3.5 jam. Pemangkasan pada batang tanaman teh dilakukan dengan sekali tebas dengan arah tebasan miring sebesar 45 derajat. Alat yang digunakan untuk memangkas yaitu parang dan parang yang digunakan harus tajam agar dapat memangkas dengan sekali tebas. Apabila pangkasan tidak dilakukan dalam sekali tebas maka pangkasan akan menghasilkan tunas dalam jumlah sedikit. Arah pangkasan yang miring bertujuan agar pertumbuhan tunas dapat lebih cepat dan melebar. Hampir semua pekerja dapat melakukan kegiatan pemangkasan, tetapi tidak semua pekerja dapat melakukan kegiatan pemangkasan dengan baik dan benar. Hanya pekerja yang dapat memangkas dengan sekali tebas dengan hasil pangkasan yang rapi yang dapat dipekerjakan sebagai tenaga pemangkas di UP Tanjungsari. Kegiatan pemangkasan dan hasil pangkasan yang dilakukan di UP Tanjungsari dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.

Gambar 13. Kegiatan Pemangkasan Gambar 14. Hasil Pangkasan Jambul di UP Tanjungsari di UP Tanjungsari

Ketika penulis menjadi KHL, kegiatan pemangkasan belum dilakukan di UP Tanjungsari sehingga penulis tidak melakukan kegiatan pemangkasan. Kegiatan pemangkasan baru dilakukan ketika penulis telah menjadi asisten kepala blok.afdeling. Standar di UP Tanjungsari untuk kegiatan pemangkasan adalah satu orang pekerja mampu melakukan pangkasan seluas 800 m2 (2 patok) atau dengan PK sebesar 0.16 ha/HK. Tetapi realisasi di lapangan, karyawan hanya mampu mengerjakan 400 m2 (1 patok) atau dengan PK sebesar 0.04 ha/HK.

(19)

 

Setelah tanaman dipangkas kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah

lumutan, yaitu membersihkan lumut - lumut yang menempel pada batang yang

telah dipangkas. Lumut - lumut ini apabila dibiarkan akan menyebabkan batang tanaman menjadi rapuh dan mudah roboh. Setelah lumutan kegiatan selanjutnya adalah porokan atau kegiatan menggemburkan tanah. Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah agar lapisan tanah bagian dalam dapat terbuka, demikian juga dengan lapisan tanah bagian atas agar dapat berganti menjadi bagian bawah. Ada dua jenis porokan yaitu porok ungkat dan porok balik. Porok

ungkat yaitu kegiatan porokan tanpa membalik lapisan tanah, sedangkan porok balik yaitu kegiatan porokan yang dilakukan sampai tanah benar - benar terbalik.

Kegiatan porokan yang dilakukan di UP Tanjungsari adalah kegiatan porok

ungkat. Standar prestasi kerja karyawan di UP Tanjungsari untuk kegiatan lumutan maupun porokan sama dengan standar untuk kegiatan pemangkasan.

Tidak ada prestasi kerja dari penulis untuk kegiatan lumutan dan porokan dikarenakan kegiatan lumutan belum dilakukan ketika penulis menjadi KHL. Prestasi kerja karyawan maupun standar perusahaan dalam melakukan kegiata

lumutan dan porokan sama dengan prestasi kerja untuk kegiatan pemangkasan.

Aspek Manajerial Asisten Mandor

Mandor merupakan jabatan yang berada langsung di bawah kepala blok. Tugas mandor adalah membimbing dan mengawasi pekerja dalam melaksanakan pekerjaan di lapang. Setiap mandor bertanggung jawab terhadap tugasnya dengan memberikan laporan harian tiap kali suatu pekerjaan selesai dilakukan. Kemandoran yang terdapat di UP Tanjungsari adalah mandor petik, mandor pemeliharaan, mandor proteksi tanaman serta mandor pembibitan.

Mandor Petik. Kegiatan pemetikan diawasi langsung oleh seorang mandor petik. Mandor petik bertugas mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan pemetikan, melakukan penimbangan hasil petikan, melakukan absensi terhadap terhadap pemetik, membuat laporan hasil petikan serta menentukan siklus petik sesuai dengan kondisi di lapang.

(20)

 

Mandor petik bertanggungjawab kepada kepala blok atas kesesuaian antara kondisi pucuk dengan siklus petik yang dijalankan. Mandor petik harus memastikan tidak ada pucuk yang kaboler (terlambat petik). Kondisi pucuk harus benar - benar diketahui oleh mandor petik, sehingga siklus petik (gilir petik) dapat ditentukan. Setelah kegiatan pemetikan selesai, mandor petik harus menimbang pucuk yang telah dipetik dan mencatat pendapatan pucuk dari masing-masing pemetik. Hasil timbangan ini kemudian dimasukkan ke dalam buku laporan harian yang selanjutnya diserahkan kepada bagian administrasi untuk dicatat dan dilaporkan kepada kepala kebun atau pemumpin UP. Jumlah mandor petik yang ada di UP Tanjungsari secara keseluruhan adalah 7 orang.

Mandor Pemeliharaan. Mandor pemeliharaan bertugas mengawasi dan mengarahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan kebun. Kegiatan yang diawasi oleh mandor pemeliharaan meliputi kegiatan pemangkasan, lumutan, porokan, pemupukan, pengendalian gulma, pemeliharaan saluran air, pemeliharaan pohon pelindung serta pemeliharaan batas kebun.

Mandor pemeliharaan bertanggungjawab untuk melaporkan segala kegiatan pemeliharaan yang telah dilakukan di kebun. Laporan ini berisi jumlah tenaga kerja, luas areal yang dipelihara serta jumlah upah yang harus diberikan. Laporan diserahkan kepada bagian administrasi untuk dicatat dan dilaporkan kepada kepala blok maupun pemimpin UP. Jumlah mandor pemeliharaan yang ada di UP Tanjungsari sebanyak 3 orang dengan rincian 1 orang mandor untuk tiap - tiap blok.

Mandor Proteksi Tanaman. Mandor proteksi tanaman bertanggung jawab langsung kepada kepala proteksi tanaman. Tugas mandor proteksi tanaman adalah mengawasi dan mengarahkan segala kegiatan yang berhubungan dengan proteksi tanaman, seperti pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun.

Setelah kegiatan proteksi tanaman selesai dilakukan, mandor proteksi tanaman bertanggungjawab membuat laporan atas kegiatan yang telah dilakukan. Laporan ini berisi nama kegiatan, jumlah pekerja, luas areal yang dikerjakan, jenis dan dosis yang digunakan serta upah yang diterima pekerja. Laporan diserahkan kepada bagian administrasi untuk kemudian dilaporkan kepada kepala kebun atau

(21)

 

pemimpin UP. Jumlah mandor proteksi tanaman yang ada di UP Tanjungsari adalah 3 orang dengan rincian 1 orang mandor untuk masing - masing blok.

Mandor Pembibitan. Pembibitan merupakan faktor penting yang menunjang keberlangsungan sebuah perkebunan. UP Tanjungsari memiliki rumah pembibitan yang menyediakan bibit untuk ditanam sehingga tidak perlu mendatangkan bibit dari luar. Mandor pembibitan di UP Tanjungsari bertugas mengawasi dan mengarahkan jalanya segala kegiatan dibagian pembibitan maupun kebun buah. Kegiatan ini meliputi penanaman bibit, pemindahan bibit, pengisian polybag, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan rumah naungan, pemeliharaan kebun buah serta kegiatan pemeliharaan lainnya. Mandor pembibitan harus bertanggung jawab dalam penyediaan bibit untuk disalurkan ke kebun.

Setelah kegiatan di rumah pembibitan maupun kebun buah selesai dilakukan, mandor pembibitan harus membuat laporan harian yang diserahkan kepada bagian administrasi untuk selanjutnya dilaporkan kepada kepala blok maupun kepala kebun. Jumlah mandor pembibitan di UP Tanjungsari adalah 1 orang.

Asisten Kepala Blok

UP Tanjungsari memiliki 3 orang kepala blok sesuai dengan jumlah blok yang ada. Kepala blok bertugas mengawasi, mengarahkan dan mengkoordinasikan segala kegiatan di kebun dan memastikan semua kegiatan berjalan sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kepala blok bertanggungjawab kepada Kepala Sub Bagian Kebun atas segala kegiatan yang berlangsung di kebun.

Tugas lain dari Kepala Blok adalah membuat rencana kegiatan baik yang bersifat mingguan maupun bulanan serta menentukan anggaran biaya yang dibutuhkan. Penulis menjadi asisten kepala blok selama 2 bulan dan bertugas membantu mengawasi dan mengontrol berbagai kegiatan yang ada di kebun. Penulis juga membantu dalam membuat laporan mingguan mengenai uraian kegiatan yang telah dilakukan, jumlah tenaga kerja serta besarnya upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja.

Gambar

Gambar 1. Rumah Naungan
Gambar 4. Kegiatan Pemupukan Tanah
Gambar 5. Alat-alat yang Digunakan dalam Pemupukan Tanah
Gambar 9. Kegiatan Gacok di Areal TBM
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan karya ilmiah ini telah diperlihatkan penyelesaian dari masalah penjadwalan petugas keamanan di kampus Institut Pertanian Bogor yang bertujuan meminimumkan

Hasil penelitian daerah penelitian mempunyai data kelas Kesesuain medan kelas II (sesuai) dengan luas 1824 ha dan kelas kesesuaian medan III (sedang) dengan luas 271 ha Mustika

Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa modul IPA terpadu tema penglihatan layak dan efektif dijadikan sebagai

- Kasus 1: Hasil Kajian Bapepam-LK Tahun 2006 Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan Bapepam dan tahun 2010 tentang Pedoman Good Corporate Governance

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 15 Peraturan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru

Hasil analisis secara mandiri, pemberian konsentrasi pupuk hayati dan air kelapa menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah daun (14 HST, 21 HST, 28

dimaksudkan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah : biaya persiapan tempat, biaya pengiriman awal dan biaya simpan dan bongkar muat, biaya