• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI OBJEK WISATA PENANGKARAN TAMAN

BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU UPAYA

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH :

RINA LESTARI

NIM : 102204007

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI OBJEK WISATA PENANGKARAN TAMAN BUAYA

ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU UPAYA

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KOTA MEDAN

OLEH

RINA LESTARI

102204007

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

:Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman

Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu

Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota

Medan

Oleh

: RINA LESTARI

NIM

: 102204007

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

(4)

ABSTRAK

Medan merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah yang tinggi dan wisata alam sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata yang sangat potensial adalah penangkaran buaya Asam Kumbang di daerah Medan Sunggal. Penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya Asam Kumbang ± 2 Ha. Di area penangkaran buaya Asam Kumbang terdapat ± 2.800 ekor buaya yang dirawat dan dilestarikan oleh pihak pengelola. Hingga saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan karena minimnya tingkat kebersihan area penangkaran dan kurangnya upaya promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola. Objek wisata Asam Kumbang ini sangat berpotensi apabila dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang menarik. Kawasan disekitar penangkaran buaya Asam Kumbang masih alami karena penangkaran buaya ini masih jauh dari kebisingan dan polusi kota.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan”.

Kertas karya ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir semester dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Pariwisata Diploma-III, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun yang penulis paparkan dalam kertas karya ini merupakan hasil penelitian di Objek Wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sumatera Utara, hasil wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan, serta bahan kepustakaan. Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan penulis sebagai manusia.

Dalam proses penulisan, penulis banyak mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang ditunjukan kepada :

(6)

2. Arwina sufika, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Solahuddin Nasution, SE., MSP, selaku koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Studi D-III Pariwisata.

4. Drs. Marzaini Manday, MSPD., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan serta pengarahan selama menyusun kertas karya ini.

5. Budi Santoso, S.Sos., selaku dosen pembaca yang telah memberikan saran dan petunjuk atas penyempurnaan kertas karya ini.

6. Ayahanda Parianto dan Ibunda Elmiaty yang tercinta, yang telah banyak memberikan pengorbanan, dorongan, doa, serta kesabaran dalam mendidik penulis sehingga dapat menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya.

7. Adikku Roby Alfian yang selalu senantiasa memberikan dorongan dan semangat dalam hidup ku, semoga menjadi orang yang sukses seperti yang engkau cita-citakan.

8. Kakak sepupuku Cici, yang telah memberikan dukungan moril dan meminjamkan sarana dan prasarana kepada penulis.

9. Seluruh keluarga dan teman-teman, yang banyak sekali membantu penulis dalam mengerjakan tugas karya tulis ini .

(7)

11.Sahabat-sahabatku Stella, Teta, Eva, Reza, Ravi, Andrian, Nurma, Rini, Ridho, Andi, yang sangat membantu memberikan dorongan moril dan memberikan bantuan kepada penulis.

12.Keluarga besar dan sahabat-sahabatku, terima kasih atas doa dan selalu memberikan dukungan moril kepada penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga kertas karya ini memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan bermanfaat bagi kita semua serta dunia Kepariwisataan Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………...………... i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ………...……… v

DAFTAR TABEL ……....……….. vii

DAFTAR GAMBAR …...……….……… viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul ……….… 1

1.2Batasan Permasalah ……….… 3

1.3Tujuan Penulisan ………...…. 3

1.4Metode Penelitian ………...… 4

1.5Sistematika Penulisan ………..…. 5

BAB II URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN 2.1Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan ………. 7

2.2Pengertian Pariwisata ………....………..……. 9

2.3Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata ………... 14

2.4Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ……….... 18

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KOTA MEDAN 3.1Gambaran Umum Kota Medan ………...….. 27

3.2Sejarah Kota Medan ……….… 28

(9)

3.5Kepensusukan si Kota Medan ………... 38

3.6Paradigma Baru Fungsi dan Peran Pemerintah Kota (dari sentralisasi ke desentralisasi) ……….… 41

BAB IV POTENSI OBJEK WISATA PENANGKARAN TAMAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI USAHA PENGEMBANGAN PARIWISATA DI MEDAN 4.1Latar Belakang Wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang…...…. 44

4.2Potensi Kawasan Penangkaran Buaya……… 46

4.2.1 Atraksi-atraksi di Penangkaran Buaya………..… 51

4.2.2 Fasilitas Sarana dan Prasarana Penangkaran Buaya... 52

4.2.3 Mempromosikan Wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang………... 54

4.3Perawatan Buaya dan Kandang………... 54

4.3.1 Perawatan Buaya………... 54

4.3.2 Perawatan Kandang……….….. 55

4.3.3 Pengelolahan Penangkaran………..…..… 56

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1……… 47

Gambar 4.2……… 48

Gambar 4.3……… 49

Gambar 4.4……… 49

Gambar 4.5……… 50

(12)

ABSTRAK

Medan merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah yang tinggi dan wisata alam sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata yang sangat potensial adalah penangkaran buaya Asam Kumbang di daerah Medan Sunggal. Penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya Asam Kumbang ± 2 Ha. Di area penangkaran buaya Asam Kumbang terdapat ± 2.800 ekor buaya yang dirawat dan dilestarikan oleh pihak pengelola. Hingga saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan karena minimnya tingkat kebersihan area penangkaran dan kurangnya upaya promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola. Objek wisata Asam Kumbang ini sangat berpotensi apabila dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang menarik. Kawasan disekitar penangkaran buaya Asam Kumbang masih alami karena penangkaran buaya ini masih jauh dari kebisingan dan polusi kota.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kegiatan pariwisata pada saat ini menunjukan perkembangan yang semakin meningkat, sebagai penghasil devisa nomor dua setelah pertambangan. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 diamanatkan bahwa pengembangan pariwisata nusantara dilaksanakan sejalan dengan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional dan meningkatkan wawasan nusantara. Daya tarik Indonesia, sebagai negara tujuan wisata lokal maupun mancanegara, perlu ditingkatkan melalui upaya promosi yang terencana. Wisata minat khusus perlu terus digalakan, dengan lebih meningkatkan pelayanan kepariwisataan. Penyelenggara wisata minat khusus ini perlu dibina dan dikembangkan untuk memperluas wawasan, pengalaman, dan kemampuan diri untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia.

(14)

Secara garis besar, telah mengamanatkan peranan penting kepariwisataan sebagai penghasil devisa negara yang dapat diandalkan, meratakan dan memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya, mendorong pembangunan daerah untuk memperkenalkan seni budaya, bahasa serta menjalin kerja sama antar negara .

Sumatera Utara memiliki berbagai objek pariwisata yang sangat potensial, namun kesemuanya itu harus dikembangkan dan mendapat cara promosi yang baik agar dapat dikenal oleh masyarakat luas. Objek wisata Penangkaran Taman Buaya Sumatera Utara merupakan salah satu arena promosi yang menyediakan berbagai macam buaya dan atraksi-atraksi pada buaya, tidak kalah dengan objek wisata yang lainnya, serta dapat dijadikan kontrak dagang antar pelaksana kegiatan usaha .

Penulis tertarik memilih judul kertas karya “Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan” dengan alasan sebagai berikut:

• Kawasan wisata penangkaran taman buaya salah satu cara promosi yang baik untuk mengembangkan kepariwisataan yang khususnya di Kota Medan .

(15)

1.2 Batasan Permasalahan

Pada dasarnya semua kertas karya perlu diadakan pembatasan masalah yang bertujuan agar kertas karya tersebut tetap terarah dan tidak menyimpang dari tujuannya.

Sesuai dengan judul “Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan” maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan pemerintah dalam objek wisata penangkaran buaya di Medan ?

2. Bagaimana mempromosikan kawasan ini agar dapat menjadi salah satu objek wisata yang menarik minat wisatawan ?

3. Bagaimana cara pengembangan pariwisata pada kawasan wisata penangkaran buaya di Medan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :

(16)

2. Mengenalkan bahwa wisata belanja tradisional pajak melati Sumatera Utara memiliki peluang untuk menarik wisatawan local untuk mengunjungi objek wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam ilmu pengetahuan pariwisata ,khususnya mahasiswa pariwisata.

4. sebagai upaya penulis dengan mengikuti dinamika perkembangan pariwisata di tanah air di zaman globalisasi ini.

1.4 MetodePenelitian

Pada prinsipnya suatu penelitian bertujuan untuk menjawab berbagai masalah yang terdapat dalam penelitian dan lingkungannya,seperti biasanya penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang akan dapat mencerminkan kekuatan data yang dikumpulkan atau dianalisa oleh penulis.

Di dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut :

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

(17)

2. Field Research (Metode Lapangan)

Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian langsung ke lapangan di objek wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang di Medan dan melakukan pengamatan dan wawancara.

3. Metode Gabungan

Yaitu suatu metode pengumpulan data yang menggunakan gabungan kedua metode kepustakaan dan lapangan.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan yang bersifat alas an pemilihan judul, tujuan penulisan, pembatasan permasalahan, metode penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

(18)

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG KOTA MEDAN

Kawasan wisata penangkaran taman buaya di Meda sebagai pengembangan pariwisata di kota Medan. Yang menguraikan tentang latar belakang kota Medan, geografi kota Medan, demografi, penduduk, serta objek-objek wisata di kota Medan.

BAB IV : POTENSI KAWASAN OBJEK WISATA PENANGKARAN TAMAN BUAYA ASAM KUMBANG DI KOTA MEDAN

Peranan kawasan wisata penangkaran taman buaya asam kumbang Sumatera Utara sebagai salah satu usaha promosi pengembangan pariwisata di Kota Medan, yang menguraikan sejarah singkat, peranan pemerintah atas kepedulian terhadap kawasan wisata penagkaran buaya asam kumbang, cara pengembangan dan mempromosikan objek wisata di Medan.

BAB V : PENUTUP

Bab penutup dari penulisan kertas karya ini, terdiri dari atas kesimpulan dan saran.

(19)

BAB II

URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu usaha untuk mempromosikan daya tarik suatu objek wisata agar menjadi berkembang sesuai dengan visi dan misi. Pengembangan pariwisata hendaknya tidak terlepas dari arah pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Dengan kata lain,dalam keadaan nasional itulah hendaknya terletak landasan bagi kebijakan pengembangan pariwisata. Kementrian kebudayaan dan pariwisata RI menyatakan sebagai visinya bahwa pembangunan kebudayaan bangsa, meningkatkan peradaban dan persatuan bangsa, serta meningkatkan persahabatan antarnegara.

(20)

pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (accountable). Demikian pandangan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI.

Pengembangan pariwisata Indonesia harus didahului dengan pemahaman mengenai berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata Indonesia tersebut. Sedikitnya ada tiga tantangan yang dapat dikemukakan di sini, sebagai berikut:

Pertama, dunia pariwisata Indonesia masih selalu menghadapi tantangan berupa tuntutan dan selera wisatawan dan investor asing di bidang pariwisata yang tidak seiring dengan tujuan menjaga kelestarian unsur-unsur budaya masyarakat setempat maupun ekologi atau linkungan alam setempat.

Kedua, masih adanya kenyataan bahwa nilai-tambah ekonomi dari pengembangan pariwisata lebih besar jatuhnya ke tangan investor asing daripada kepada rakyat setempat.

Ketiga, masih adanya pola pikir “searah” yang melandasi hubungan antara pihak “tuan rumah” (pemda dan penduduk) dan pihak “tamu” (wisatawan dan investor), padahal yang seharusnya adalah yang bersifat “timbal-balik”.

(21)

2.2. Pengertian Pariwisata

2.2.1. Pengertian Pariwisata Dari Berbagai Para Ahli

Arti dari istilah pariwisata belum banyak diungkapkan oleh para ahli bahasa dan pariwisata di Indonesia.

Yang jelas kata pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta , terdiri dari dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling.

Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan. (Sinaga, 2010:12).

(22)

pagelaran seni budaya). Usaha dan sarana wisata berupa: usaha jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain:

1. Defnisi pariwisata yang dikemukakan oleh World Tourism Organization (WTO) memfokuskan pada sisi demand dan dimensi spesial,dengan menetapkan dimensi waktu dengan perjalanan yang dilakukan wisatawan yaitu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut.

2. Menurut Soetomo (1994;25) yang didasarkan pada ketentuan WATA (World Association of Travel Agent) wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota baik di dalam maupun di luar negeri.

(www.world-tourism.org)

3. E. Guyer Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut : “…Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang

didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian

yang sadar dan menumbuhakan cinta terhadap keindahan alam dan pada

khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan

kelas manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, serta

(23)

4. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

5. Menurut Karyono (1997:15) memberikan dua macam definisi pariwisata yaitu dalam arti yang bersifat umum dimana pariwisata diartikan keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan dan dalam arti yang lebih teknis dimana pariwisata berarti rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnyayang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

(24)

7. Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta (dalam A.Yoeti,1992;8) Pariwisata adalah gabungan gejalah dan hubungan yang timbal balik dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

8. Richardson and fluker (2004) comprises the activities or persons,travelling to and staying in place outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure,bussines and other purpose. 9. Franklin (2003) Tourism becomes absolutely everyting associable with acts of

tourist,or put into it’s proper tantological form “tourism is tour”.

2.2.2. Jenis-Jenis Pariwisata dan Unsur-Unsur Pariwisata A. Jenis-Jenis Pariwisata

Host and Guest (1989) dalam Kusumanegara (2009:3) mengklasifikasikan jenis pariwisata sebagai berikut:

1. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.

2. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

(25)

4. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

5. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

6. Resort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya.

7. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.

B. Unsur-unsur Pariwisata

Unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut (Nyoman Pendit, 1994):

1. Akomodasi, tempat seseorang untuk tinggal sementara.

(26)

3. Transportasi dan Jasa Angkutan, industri usaha jasa yang bergerak di bidang angkutan darat, laut dan udara.

4. Atraksi Wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan atau pengunjung.

5. Cinderamata (Souvenir), benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk dibawa oleh wistawan pada saat kembali ke tempat asal.

6. Biro Perjalanan, badan usaha pelayanan semua proses perjalanan dari berangkat hingga kembali.

2.3. Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Objek wisata dan atraksi wisata (Tourism resources) adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata yang seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan secara prinsipil. Menurut (Yoeti, 1996 : 172) menjelaskan bahwa di luar negeri terminologi objek wisata tidak dikenal,disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan nama Tourist Attraction sedangkan di negara Indonesia keduanya dikenal dan keduanya memiliki pengertian masing-masing.

(27)

dilihat, dirasakan, dinikmati, dan dimiliki oleh wisatawan,yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan.

Mengenai pengertian objek wisata, maka dapatlah dilihat dari beberapa sumber acuannya, antara lain :

a) Peraturan Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia,tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan dalam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. b) SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98/PW.102/MPPT-87 menjelaskan

bahwa objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Obyek atau Daya Tarik Wisata dapat dibedakan menjadi tiga:

a) Obyek Wisata Alam: seperti, laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.

b) Obyek Wisata Budaya: seperti, upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem, dll. c) Obyek Wisata Buatan: seperti, sarana dan fasilitas olehraga, permainan

(28)

Suatu daerah yang menjadi DTW (daerah tujuan wisata) yang baik agar objek tersebut dapat diminati pengunjung harus memiliki 3 (tiga) kriteria, yaitu :

a) Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di objek tersebut.

b) Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sanabisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax yang berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan yang khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal disana.

c) Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja, yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga dapat dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti,1985;164).

Dari ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

a) Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain.

(29)

c) Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

d) Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan tingkat-tingkat yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realitis dan proporsional. Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menari, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan objek wisata karena prasarana kepariwisataan merupakan semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayananan kepada wisatawan,baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

(30)

menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk meningkatkan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata maupun pemerintah daerah.

2.4. Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.4.1. Sarana Kepariwisataan

Sarana kepariwisataan yang dimaksud disini adalah kegiatan pariwisata yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan,mulai dari wisatawan berangkat menuju daerah tujuan wisata, hingga kembali lagi ke negara asalnya. Menurut Pendit Nyoman. S. Dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu

Pariwisata”, dalam dunia kepariwisataan dikenal 3 (tiga) sarana yang saling

melengkapi yaitu :

1. Sarana pokok kepariwisataan (main tourism suprastructures),

Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwisataan adalah “perusahaan-perusahaan yang hidup dalam kehidupannya sangat bergantung kepada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya”. Fungsinya adalah memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi yang kedatangan wisatawan . Adapun perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini yaitu :

(31)

b) Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan ke mana wisatawan akan pergi yang biasa disebut “Residential Tourist Plan” misalnya hotel, hostel, cottage dan sebagainya.

2. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supplementing Tourism suprastructure), Yaitu kegiatan usaha pariwisata yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok tetapi dapat membuat wistawan merasa betah dan ingin tinggal lebih lama di daerah wisata. Termasuk di dalamnya adalah sarana olah raga lapangan tenis, lapangan golf, kolam renang dan lain-lain.

3. Sarana penunjang kepariwisataan “(Supporting Tourism Supractructure)”. Yaitu kegiatan usaha pariwisata yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yang mempunyai fungsi untuk membuat wisatawan merasa terhibur dan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya, misalnya toko-toko souvenir, night club, casino, discotic dan lain-lain.

2.4.2. Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructures)

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.

(32)

a. Prasarana perhubungan, meliputi: jalan raya, jembatan dan terminal bus, rel kereta api dan stasiun, pelabuhan udara (airport) dan pelabuhan laut (sea port/harbour)

b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih. c. Instalasi penyulingan bahan bakar minyak.

d. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan dan perkebunan.

e. Sistem perbankan dan moneter.

f. Sistem telekomunikasi seperti telepon, pos, telegraf, faksimili, telex, email, dan lain.

g. Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat. h. Prasarana, keamanan, pendidikan dan hiburan.

Dan seorang para ahli pariwisata, Lothar A. Kreck dalam bukunya yang berjudul “International Tourism” membagi prasarana atas 2 (dua) bagian yaitu :

1. Prasarana perekonomian seperti pengangkutan, komunikasi, perbankan, dan lain-lain.

2. Prasarana sosial seperti sistem pendidikan, faktor keamanan, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

Sedangkan Prof. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “Tourism Management”, membagi prasrana dalam 3 (tiga) bagian yaitu :

(33)

2. Prasarana kebutuhan masyarakat, seperti rumah sakit, kantor polisi, kantor pos, dan lain-lain.

3. Prasarana kepariisataanyaitu kegiatan usah yang memberikan pelayanan kepada wisatawan diantaranya :

a) Reseptive Tourist Plan (badan usaha yang mengurus kedatangan wisatawan),

b) Residental Tourist Plan (fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk menampung wisatawan),

c) Recreative and Supportive Tourist (semua fasilitas untuk berolah raga).

Dalam pengembangan pariwista diperlukan aspek-aspek untuk mendukung pengembangan pariwisata tersebut.

Adapun aspek-aspek yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Aspek fisik menurut UU RI No. 23 tahun 1997 dalam Marsongko (2001), lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk dalam lingkungan fisik berdasarkan olahan dari berbagai sumber, yaitu :

a. Geografi

(34)

b. Topografi

Merupakan bentuk permukaan suatu daerah khusunya konfigurasi dan kemiringan lahan seperti dataran berbukit dan area pegunungan yang menyangkut ketinggian rata-rata dari permukaan laut, dan konfigurasi umum lahan.

c. Geologi

Aspek dari karakteristik geologi yang penting dipertimbangkan termasuk jenis material tanah, kestabilan, daya serap serta erosi dan kesuburan tanah.

d. Klimatologi

Termasuk temperatur udara, kelembaban, curah hujan, kekuatan tiupan angin, penyinaran matahari rata-rata dan variasi musim.

e. Hidrologi

Termasuk di dalamnya karakterisrik dari daerah aliran sungai, pantai, dan laut seperti arus, sedimentasi, dan abrasi.

f. Visability

Visability adalah pemandangan terutama dari ujung jalan yang kanan-kirinya berpohon (barisan pepohonan yang panjang).

g. Vegetasi dan Wildlife

(35)

tanaman rendah (termasuk padang rumput) beserta spesies-spesies flora dan fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan, konservasi, maupun komersial.

2. Aspek daya tarik wisata dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena tempat pada dasarnya karena tempat tesebut memiliki daya tarik yang mampu mendorong wisatawan untuk datang mengunjunginya. Murray (1993) di dalam Gunn (1979;50) menyebutkan bahwa :

“….a thing or featurewhich draws people by appealing to their desires,

taste, etc. Especially an interesting or amusing exchibilition which ‘draws’

crowds”.

Gunn (1979;48) juga berpendapat bahwa :

“Attraction are the on-location places in region that not only provide the things for

tourist to see and do but also offer the lure to travel”.

3. Aspek aksesibilitas salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi adalah aksesibilitas. Aksesibilitas menurut Bovy dan Lawson (1998;107), “….should be possible by public transport and bicycle trails, by pedesterian paths (from neighborhoods) and by cars (mainly families, with

an average of three persons/cars)”.

(36)

menyangkut jalan, kelengkapan fasilitas dalam radius tertentu,frekuensi transportasi umum dari terminal terdekat. Menurut Bovy dan Lawson (1998;202), jaringan jalan memiliki dua peran penting dalam kegiatan pariwisata, yaitu :

a) Sebagai alat akses, transport, komunikasi antara pengunjung atau wisatawan dengan atraksi rekreasi atau fasilitas.

b) Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing) dan menemukan suatu tempat yang membutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang dapat dilihat selama perjalanan. Pada peran kedua, menunjukan aspek non-fisik yang juga merupakan faktor penting dalam mendukung aksesibilitas secara keseluruhan, dapat berupa keamanan sepanjang jalan, dan waktu tempuh dari tempat asal menuju ke destinasi.

Lebih lanjut Bovy dan Lawson (1998;203) membagi jalan untuk kepentingan wisatawan menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a) Jalan utama yang menghubungkan wilayah destinasi utama dengan jaringan jalan nasional atau jalan utama di luar kawasan.

b) Jalan pengunjung, yaitu jalan sekunder yang biasanya beraspal (makadam) ataupun gravel yang menghubungkan dengan fasilitas wisata yang spesifik seperti resort, hotel yang terpisah, restaurant, atau atraksi rekreasi lainnya. c) Sirkuit pengunjung,untuk kegiatan melihat-lihat dengan pemandangan yang

(37)

4. Aspek aktifitas dan fasilitas, dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan adanya fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik (1974;133), fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat mensitimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktifitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi. Di samping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya disertai dengan keramahtamahan yang menyenangkan wisatawan, dimana keramahtamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi wisata. Bovy dan Lawson (1979;9) menyebutkan bahwa fasilitas adalah atraksi buatan manusia yang berbeda dari daya tarik wisata yang lebih cenderung berupa sumber daya.

(38)
(39)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG KOTA MEDAN

3.1. Gambaran Umum Kota Medan

(40)

3.2Sejarah Kota Medan

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adala lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan-Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

(41)

September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di

(42)

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Islam ke Aceh. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli: In Woord en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

Masa Belanda

(43)
(44)

Masa Penjajahan Jepang

Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur. Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan 2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Tanjung Tiram (kawasan Batubara sekarang).

(45)

sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen disebut dengan Gunseibu.

Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja. Di sebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Di kawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang.

1990-an dan 2000-an

Pada tahun titik awal kerusuhan-kerusuhan besar yang kemudian terjadi di sepanjang Indonesia, term terkait dengan gerakan penjarahan yang tidak dapat dihentikan aparat keamanan.

(46)

meningkat pesat dalam hitungan bulan, tidak mampu diimbangi dengan peningkatan sarana jalan yang memadai.

3.3Kota Medan Secara Geografis

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

(47)

Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

(48)

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

3.4. Kota Medan Secara Demografis

(49)

banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

(50)

Tabel 3.1, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2009

Tahun Jumlah Penduduk Luas Wilayah (KM²)

3.5 Kependudukan di Kota Medan

(51)

Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik, akan mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 - 2009

No Kecamatan Luas Wilayah

(52)

20. Medan Marelan 24 126 619 5 316

Sumber : BPS Kota Medan

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran pen duduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya. Pada tahun 2009, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 216.780 jiwa (11,38 %). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km, kepadatan penduduk mencapai 8.001 jiwa/km.

(53)

terus melakukan pemutahiran data secara regular untuk menjamin dan meningkatkan akurasi data base kependudukan Kota Medan. Jumlah penduduk Kota Medan per Januari 2013, menurut Muslim, ada sekitar 2.983.868 jiwa. Pihaknya berkomitmen menciptakan sistem administrasi kependudukan dan menciptakan sistem pengenal tunggal atau nomor induk kependudukan. Dari Data Agregat Kependudukan Perkecamatan (DAK2) juga sudah diserahkan kepada KPU. Dan, sesuai data per 1 Februari 2013, jumlah penduduk Kota Medan tercatat sebanyak 2.983.868 jiwa.

3.6. Paradigma Baru Fungsi dan Peran Pemerintah Kota (dari Sentralisasi ke Desentralisasi)

Di berlakukannya UU Nomor : 32 Tahun 2004 ternyata telah membawa perubahan, baik secara filosofis maupun administratif penyelenggaraan Pemerintahan Kota. Secara filosofis, diberlakukannya Undang –Undang tersebut membawa implikasi bahwa :

• Semua persoalan diselesaikan di tingkat lokal.

• Semua daerah harus berkembang dengan prakarsa, kreativitas dan inovasi daerah masing- masing.

(54)

• Adanya pergeseran dari yang semula dominasi Eksekutif menjadi keseimbangan dengan Legislatif.

• Perlunya partisipasi masyarakat yang dinamis dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan kota.

Secara administratif, otonomi daerah juga dimaknai adanya pergeseran kewenangan dari yang semula dominasi pusat kepada daerah, dan dari yang semula dominasi daerah kepada masyarakat. Adanya perubahan fundamental tersebut, menjadikan adanya perubahan dalam strategi pembangunan kota yang dijalankan termasuk oleh pemerintah Kota Medan. Perubahan tersebut juga harus dimaksimalkan adanya pergeseran dalam paradigma pembangunan kota. Secara skematis perubahan paradigma pembangunan tersebut adalah:

SEBELUM MENJADI Dari atas ke bawah Simultan Keseragaman Keberagaman Petunjuk Kreativitas/ Inovasi Instruksi Pilihan

(55)
(56)

BAB IV

POTENSI PENANGKARAN TAMAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN

4.1. Latar Belakang Wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang

Kota Medan memang memiliki banyak sekali daya tarik wisata. Berbagai objek wisata Medan yang ada selalu mampu memikat hati wisatawan untuk segera mencintai kota ini. Daya tarik dari objek wisata Medan itulah yang mampu memikat hati siapapun ketika berada di Medan. Medan secara khsusus memiliki banyak objek wisata, yang salah satunya bisa kita temukan di desa Asam Kumbang.

Taman Buaya Asam Kumbang ini merupakan tempat penangkaran reptil terbesar di Indonesia. Ada sekitar dua ribu empat ratus lebih reptil dengan berbagai jensi, terutama buaya yang dimilikinya yang bahkan terdapat buaya dengan usia yang lebih dari empat puluh tahun.

(57)

mengelola penangkaran itu, syukurlah bisa hidup juga dan tetap ada pengunjung walau jumlahnya sudah jauh berkurang sejak pasca 1998. Dahulu turis mancanegara berdatangan dan memberi dukungan karena penangkaran itu mampu menghidupkan ribuan ekor buaya. Karena ketertarikan mencapai ribuan ekor, para turis tetap mengunjungi lokasi itu hingga sekarang. Lo Tham Muk yang dikenal sebagai pendiri penangkaran ini awalnya memelihara sekitar 12 reptil, terutama buayanya. Kemudian buaya tersebut berkembang biak hingga kini mencapai 2000 ekor lebih jumlahnya. Lo Tham Muk resmi mendirikan penangkaran buaya ini di tahun 1959 lalu sampai sekarang.

(58)

Obyek Wisata di Kota Medan ini selalu menjadi daya tarik tersendiri dari Kota Medan, karena di sinilah wisatawan berkesempatan besar untuk melihat kehidupan buaya dengan berbagai jenis dan ukuran secara langsung.

4.2. Potensi Kawasan Penangkaran Buaya

Penangkaran Buaya Asam Kumbang terletak kurang lebih 10 Km. dari jantung Kota Medan. Berada di Kelurahan Medan Sunggal, tepat di Jl. Bunga Raya, Medan. Sebelum masuk kedalam anda di sambut gapura bercorak buaya yang menandakan Anda telah memasuki Penangkaran Reptil Buaya Terbesar di Indonesia. Penangkaran ini telah menghasilkan ribuan ekor buaya, dengan 1200 Ekor yang siap reproduksi. Tak tanggung-tanggung, untuk makanan para reptil ini tidak kurang dari satu ton daging di sediakan sebagai konsumsi harian para buaya ini. (

Sehubungan Asam Kumbang yang terletak di daerah pinggiran Medan, maka kondisi alamnya juga lebih asri dibanding Kota Medan itu sendiri. Selain kondisi alamnya yang masih asri, Asam Kumbang masih cenderung wilayah sub-urban yang masih menyisakan hamparan luas lahan yang hijau.

(59)

kemudian pengunjung/wisatawan akan berjumpa dengan gapura berlambang buaya di sisi kanan jalan yang bertuliskan “Silahkan masuk ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang”.

Gambar 4.1 Gapura Penangkaran Buaya Asam Kumbang

Untuk masuk ke dalam pengunjung/wisatawan setidaknya harus merogoh kocek sebesar 5000 rupiah. Di dalam kompleks penangkaran ini, terdapat sekitar sepuluh kolam dari batu yang dibuat berdinding lumayam tinggi (setinggi dada orang dewasa) yang di dalamnya terdapat berbagai buaya yang dikelompokkan berdasarkan usianya. Di pintu masuk, yang pertama kali terlihat adalah sebuah kolam yang agak besar berisi seekor buaya berusia 34 tahun, dan ada juga seekor buaya Muara

(Crocodilus Porosus) berukuran 6 Meter yang telah berumur 42 Tahun menjadi

(60)

yang hitam legam hingga buaya albino alias buaya putih. Dari yang lengkap anggota tubuhnya sampai yang buntung alias tidak berekor pun ada. Usianya beragam, mulai dari balita hingga diatas 50 tahun. Saat saya datang berkunjung, dua ekor buaya berukuran jumbo berumur 38 tahun tampak tertidur pulas.

Gambar 4.2 PAWANG BUAYA: Jemari bersama buaya.

(61)

Gambar 4.3 pengunjung penangkaran buaya Asam Kumbang

Gambar 4.4 Buaya Muara

(62)

Di dominasi oleh Buaya Muara, 78 Kolam Eksebisi menjadi tontonan menarik bagi para pelancong lokal bahkan mancanegara yang masih di balut penasaran melihat reptil ini secara langsung.

Halaman belakang rumah seluas dua hektar itu sudah disulap dengan bak-bak penampungan reptilia ganas ini. Sebuah kolam seukuran separuh lahan terdapat kolam seluas ½ hektar di isi oleh ratusan buaya yang berenang kesana kemari. Tak ketinggalan pula view burung2 bangau yang menarik perhatian para predator.

(63)

Gambar 4.7 Kolam Di Penangkaran

4.2.1. Atraksi-atraksi di Penangkaran Buaya

(64)

Phyton dan Cobra, Kura-kura dan juga Penyu yang menambah semarak penangkaran tersebut.

4.2.2. Fasilitas dan Sarana Penangkaran Buaya

Fasilitas yang tersedia dalam wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang antara lain :

a. Fasilitas Teknik

• Air PDAM Tirtanadi

• Kebersihan lingkungan

• Keamanan lingkungan

• Kesehatan, sarana warta dan jasa b. Fasilitas Nonteknik

Dengan luas area lebih kurang 2 H yang memiliki fasilitas nonteknis antara lain :

• Tiket box dan gerbang (ticket box and gate)

• Ruang terbuka (plaza)

• Parkir (parking area)

• Arena duduk (sitting area)

• Toilet umum (public toilet)

• Pos keamanan (security)

(65)

• Kolam buaya

• Toko souvenier

Ada 2 rute yang saya sarankan bagi pengunjung/wisatawan , untuk menuju Taman Buaya Asam Kumbang Medan :

Pertama, jika anda dari arah Lubuk Pakam : Anda bisa menembus Jl. Sisingamangaraja -AH. Nasution kemudian Setelah tiba disimpang Pos melaju lurus dijalan Ngumban Surbakti lalu masuk ke Simpang Melati , dan berbelok kanan menuju JL. Bunga Raya dan anda pun tiba dikelurahan Asam Kumbang , sebelum sampai di batu prasasti selamat datang di Medan Sunggal anda akan menemukan sebuah gapura disebelah kanan jalan, yang bercorak buaya dan lambang pemko Medan ditengah tulisan selamat datang.

(66)

4.2.3. Mempromosikan Wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang

Untuk mempromosikan suatu objek wisata agar dapat menarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, yang mesti dilakukan agar banyak yang mengunjungi kawasan wisata penangkaran buaya ini dengan cara memprosikan melalui :

• Membuat brosur dan menyebarkan ke beberapa tempat

• Membuat website khusus di internet

• Melakukan promosi dengan mulut ke mulut (memberitahukan dari satu orang ke orang yang lainnya)

4.3. Perawatan Buaya dan Kandang 4.3.1. Perawatan Buaya

(67)

Tindakan perawatan buaya perlu dilakukan, antara lain, adalah :

a. Membersihkan bagian-bagian tubuh yang kotor, kemudian menyiram atau memandikannya dengan menggunakan semprotan air. Kegiatan untuk membersihkan buaya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 agar buaya dapat mengeringkan tubuhnya yang basah dengan cara berjemur. Tetapi, buaya-buaya yang sudah besar, tidak dibersihkan secara manual. Cukup dengan mengalirkan air menggunakan pipa-pipa sedang ke setiap kolam, maka aliran air yang baru akan mendorong air kotor ke parit pembuangan. b. Mengobati bagian tubuh buaya yang terluka dengan menggunakan obat luka.

4.3.2. Perawatan Kandang

Kebersihan kandang beserta kelengkapannya perlu diperhatikan karena akan berhubungan dengan kesehatan buaya itu tersebut. Kandang yang terjaga kebersihannya cenderung dapat menghindarkan buaya dari penyakit, sementara kandang yang terlihat kotor akan memudahkan timbulnya serangan berbagai penyakit pada buaya. Kotoran dalam kandang dapat bersumber dari sisa pakan, dan sampah. Kotoran ini sering menumpuk di lantai kandang. Oleh karena itu, dalam pembersihan bagian-bagian ini perlu mendapat perhatian. Tindakan yang perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan kandang, antara lain adalah :

(68)

b. Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah dibersihkan disesuaikan dengan kondisi .

c. Menguras kolam yang sudah kotor

d. Menyemprot kandang dengan desinfektan secara reguler 1 bulan sekali.

4.3.3. Pengelolahan Penangkaran

Dalam penangkaran buaya, terutama pengadaan dan pemeliharaannya, perlu memperhatikan tata cara dan peraturan yang berlaku. Tata cara pengadaan dan pemeliharaan buaya dapat mengacu kepada peraturan yang dikeluarkan Departemen Kehutanan (khususnya untuk regulasi persyaratan dan perizinan) dan Departemen Pertanian (khususnya karantina hewan). Sementara itu memudahkan pemeliharaan buaya dapat mengikuti saran-saran dari Dinas Peternakan setempat. Apabila belum terdapat prosedur operasional standar (standart operational procedur/SOP) pemeliharaan dan penangkaran buaya dari pihak yang berwenang, maka institusi penelola juga dapat membuat sendiri SOP tersebut dengan mempertimbangkan peraturan yang ada dan saran-saran para ahli.

(69)

obat-obatan, pengelolahan kebersihan/sanitasi kandang dan lingkungan, pengelolahan kesehatan dan pengendalian penyakit, pengelolahan repoduksi (perkembangbiakan) dan pembesaran anak, serta pengelolahan sistem pencatatan kegiatan dan perkembangan buaya (recording).

Kegiatan pemeliharaan buaya yang dikaitkan dengan koleksi dan display bermanfaat pula dalm meningkatkan nilai wisata. Bentuk-bentuk wisatabuaya yang dapat ditampilkan antara lain adalah: atraksi buaya (terutama untuk jenis raptor dalam menangkap mangsa), pemberian pakan secara langsung kepada buaya (hanya pakan yang disediakan dan dijual pengelola kepada pengunjung/wisatawan),foto bersama buaya (dalam berbagai pose sesuai perilaku buaya) dan sebagainya . upaya mendapatkan nilai tambah ini harus dilakukan pengelola dengan cara melatih petugas dan buaya yang dijadikan objek peningkatan nilai wisata.(Jemari, perawat buaya).

4.4. Peranan Pemko Medan Terhadap Kawasan Wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang

(70)

tersedia untuk memacu para wisatawan/pengunjung lokal dan maupun wisatawan dari mancanegara.

Tapi anehnya, di pintu masuk ke rumah atau penangkaran berdiri gapura bahkan ada bertuliskan Dinas Pariwisata Medan pada palang bergambar buaya. Tidak ada lagi cat melekat pada dinding gapura itu. Penangkarannya hanya di rumah penduduk biasa saja, dan cukup sederhana sebagaimana sederhananya rumah tangga keturunan Tionghoa ini bersama istrinya Lim Hiu Cu dan dua anaknya Robert Lo, 28, dan Robin, 26. Tetapi, adapun juga keunggulan dari Penangkaran Buaya Asam Kumbang ini terdapat,suatu tempat tinggalnya luas. Di bagian belakang rumah Lo Than Muk ada dua hektare tanah. Olehnya dibagi dua dibangun tempat penangkaran sebanyak 78 bak dan satu tempat semacam danau; tempat buaya secara leluasa hidup di air dan naik ke darat. Agar aman, Lo Than Muk membangun tembok panjang di bagian belakang dan pagar serta jaring-jaring.

(71)

ditata dengan baik, tentu semakin ramai dan menarik. Begitu pun, pengunjung merasa puas sekembali dari lokasi itu meski seperti masuk ke lokasi ternak bukan wisata. Banyak kelebihan di balik kesederhanaan pengelolaan penangkaran buaya ini yakni pemiliknya cukup serasi memelihara buaya mencapai ribuan, padahal dilihat dari kondisinya cukup tradisional dan biaya pas-pasan.

Dipada-padakan

(72)
(73)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Taman buaya Asam Kumbang adalah objek wisata yang terdapat di Kota Medan. Objek wisata ini dikenal dengan tempat penangkaran buaya terbesar di dunia, namun belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah Kota Medan, padahal objek wisata tersebut memiliki potensi wisata yang sangat menarik untuk dikembangkan atau dikelola secara maksimal dan berkelanjutan.

Taman Buaya Asam Kumbang merupakan milik swasta, dan untuk pengembangannya adalah tanggung jawab dari Dinas Pariwisata Kota Medan. Penangkaran Buaya Asam Kumbang itu juga sudah menjadi salah satu lokasi yang diagendakan pada Medan Visit Year.

(74)

5.2. Saran

Kawasan Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang sudah cukup berperan dalam kegiatan promosi kepariwisataan di Sumatera Utara namun belum didukung sepenuhnya oleh tenaga yang profesional dan ternyata masih kurangnya fasilitas. Selain itu kurangnya sumber dana sehingga pakan yang seharusnya diberikan secara teratur tidak bisa dilakukan dengan maksimal karena hanya mengandalkan dana dari kontribusi tiket.

Meskipun Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sumatera Utara telah berjalan secara terus-menerus selama beberapa tahun perlu juga disarankan agar Pemerintah atau Pemko Medan memberikan bantuan dana untuk kawasan objek wisata Penangkaran Buaya Asam Kumbang, Medan .

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Banyumurti. Penangkaran Buaya Terbesar di Dunia ada di Medan. Makalah, 23 Juni 2013

Ismanto, Thari Diperoleh

dari <htttp://www.waspadaonline.com, 2012

Karyono, Hari A. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Grasindo

Marpaung, Fernando. 2009. Strategi Pengembangan Kawasan Sebagai Sebuah Tujuan Wisata. Tesis PS. Magister Kajian Pariwisata. Universitas Gadjah Mada. Pendit. Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar. Perdana. Jakarta. Soetomo, Anton. 1994. Pendidikan Kepariwisataan. Solo : Aneka

Yoeti, Oka. A 1994. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Yoeti, oka. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pt Pradinya Paramita. Jakarta.

.

(76)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Zulfakhri Ahmadi S.Sos. Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Asam Kumbang, kec. Medan Sunggal Pekerjaan : Camat Medan Selayang

Umur : 45 tahun

2. Nama : Jemari Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Asam Kumbang, kec. Medan Sunggal Pekerjaan : Pawang buaya Asam Kumbang

Umur : 43 tahun

3. Nama : Fauzi Saputra Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. Bunga Baldu

(77)

4. Nama : Sri Rahayu Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Pondok Kelapa, Ring Road Pekerjaan : Mahasiswi

Umur : 21 tahun

5. Nama : M. Ilyas Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jln. Plamboyan Pekerjaan : Siswa

Gambar

Tabel 3.1, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2009
Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Tabel 3.3 perubahan Paradigma
Gambar 4.1 Gapura Penangkaran Buaya Asam Kumbang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Pantai Cemara Indah Gosong Telaga yang terletak di Desa Gosong Telaga Kecamatan Singkil Utara, ini

pihak swasta dan yang terutama adalah kerjasama dengan masyarakat sekitar kawasan untuk mendukung pengembangan lokasi objek wisata tersebut baik dalam hal. pembenahan dan

Upaya pelestarian tersebut tidak terlepas dari peran Dinas Pariwisata untuk selalu melakukan peninjauan terhadap objek-objek wisata bersejarah yang berada di kota

Untuk itu pemerintah juga akan segera mengupayakan menambah wahana hiburan/permainan di objek wisata air terjun Majaujau tersebut 2 Aksebilitas, untuk menuju air terjun para pengunjung