• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI OBJEK WISATA KE TE KESU SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENDAPATAN ASLI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI OBJEK WISATA KE TE KESU SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENDAPATAN ASLI DAERAH"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI OBJEK WISATA KE’TE KESU SEBAGAI SALAH SATU UNSUR

PENDAPATAN ASLI DAERAH

SKRIPSI

S I T T I M A R H A M A NIM : 105731118718

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2022

(2)

ii

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN:

POTENSI OBJEK WISATA KE’TE KESU SEBAGAI SALAH SATU UNSUR

PENDAPATAN ASLI DAERAH

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

S I T T I M A R H A M A NIM: 105731118718

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2022

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Menyerah Hanyalah Untuk Orang Yang Kalah (Q.S Az-Zumar Ayat 53)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillah Rabbil’alamin

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta Ayah Alm Rudding Kanda, S.Pd, Ibu Herpiyanti beserta keluarga besar yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi ini terselesaikan, dan

Almamater Biru Universitas Muhammadiyah Makassar

PESAN DAN KESAN

Kalau Bukan Sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi, bergerak sekarang atau menunda hari esok, semenit sangat berharga dan kesempatan

tidak datang dua kali.

Bergerak,Berdoa dan Yakin, Allah Selalu Membersamai kita !

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Potensi Objek Wisata Ke’te Kesu Sebagai Salah Satu Unsur Pendapatan Asli Daerah”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Alm. Bapak Rudding Kanda, S.Pd dan Ibu Herpiyanti yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, serta dukungan baik materi maupun moral, dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix

2. Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Miira, SE.,M.Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Mira,SE.,M.Ak. selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Masrullah,SE.,M.Ak, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2018 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Rekan-rekan Akuntansi 18 E dan ASP 2 serta Evidence 2018 yang senantiasa memberikan bantuan dan dorongan selama berada di kampus Unismuh Makassar.

10. Sahabat tercinta Girlss (Mery Andani, Nur Rahma Nasir, A.Fina Ramadhana Alam, Wiwi Alfatma, Muderika, Vinni Alvionita, Arfani Syafna Nur, Fitri Handayati Alnur dan Dilla Amelia Putri) yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan semangat dan bantuannya selama berada di kampus unismuh Makassar sampai proses penyusunan skripsi .

(10)

x

11. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb Makassar, 18 April 2022

Penulis,

Sitti Marhama

(11)

xi ABSTRAK

SITTI MARHAMA, 2022. Potensi Objek Wisata Ke’te Kesu Sebagai Salah Satu Unsur Pendapatan Asli Daerah, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dibimbing oleh Pembimbing I Mira dan Pembimbing II Masrullah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengelolaan objek wisata ke’te kesu, mengetahui bahwa objek wisata ke’te kesu merupakan unsur dari PAD dan mengetahui pengakuan dan pencatatan dari objek wisata ke’te kesu. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Kualitatif. Data yang diolah merupakan hasil wawancara dengan Kepala Adat 1(satu) orang, Kepala Dinas 1(satu) orang dan Wisatawan 4(empat) orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara dan Dokumentasi yang dimana penulis melihat langsung keadaan dilapangan.

Hasil penelitian yang di dapat penulis adalah pengelolaan objek wisata ke’te kesu yang baik dan potensi-potensi serta keunikan yang dimiliki objek wisata ke’te kesu membuat banyaknya wisatawan yang berkunjung. Dari potensi tersebut membuat objek wisata ke’te kesu memberikan pendapatan kepada Pemda sebesar 40% dari total pendapatan keseluruhan yang diperoleh, sehingga dapat dikatakan objek wisata ke’te kesu sebagai unsur dari PAD atau memberikan pengaruh positif kepada PAD. Kemudian pencatatan pendapatan yang diperoleh dari objek wisata ke’te kesu di laporkan kepada Bendahara penerima dan di catat di buku rincian penerimaan.

Kata kunci : Potensi, Objek Wisata, Pendapatan Asli Daerah

(12)

xii ABSTRACT

SITTI MARHAMA, 2022. Potencial of Ke’te Kesu Tourism Object as an element of local revenue, thesis of Accounting Study Program Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar.

Supervised by Mrs. Mira and Mr.Masrullah.

This study aims to find out how to manage the Ke’te Kesu tourist attraction, find out that Ke’te Kesu tourist attraction is an element of PAD and know the recognition and recording of the ke’te kesu tourist attraction. The type of research used is a qualitative research method. The processed data is the result of interviews with 1(one) traditional head, 1(one) Head of service and 4(four) tourists.

Data collection methods used in this study are Observation, Interview and Documentation where the author sees firsthand the situation in the field.

The results of the research obtained by the author are that the management of the Ke’te Kesu tourist attraction is good and the potencial and uniqueness of the Ke’te Kesu tourist attraction makes many tourists visit. From this potencial, the Ke’te Kesu tourism object provides income to the local government of 40% of the total revenue obtained, so it can be said that the Ke’te Kesu tourism object is a an element of PAD or has a positive influence on PAD. Then the recording of the income obtained from the Ke’te Kesu tourist to the recipient treasurer and recorded in the receipt details book.

Keywords : Potency, Tourist Attraction, Locally-generated revenue

(13)

xiii DAFTAR ISI

SAMPUL ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iv

HALAMAN PENGESAHAN ...v

SURAT PERNYATAAN ...vi

HALAMAN PERNYATAAN ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK ...xi

ABSTRACT ...xii

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Tinjauan Teori ...7

B. Tinjauan Empiris ...20

C. Kerangka Pikir ...27

III. METODOLOGI PENELITIAN ...29

A. Jenis Penelitian ...29

(14)

xiv

B. Fokus Penelitian ...29

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...29

D. Jenis dan Sumber Data ...30

E. Informan Penelitian ...31

F. Metode Pengumpulan Data ...31

G. Metode Analisis Data ...32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...33

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...33

B. Hasil Penelitian ...38

C. Pembahasan ...45

V. PENUTUP ...53

A. Kesimpulan ...53

B. Saran ...54

DAFTAR PUSTAKA ...55 LAMPIRAN

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Teknis Pembagian Retribusi Objek Wisata ... 3

2.1 Penelitian Terdahulu ... 20 4.1 Nama Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Toraja Utara ... 36 4.2 Teknis Pembagian Retribus Objek Wisata Ke’te Kesu ... 43

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Kerangka Pikir... 28

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Toraja memiliki banyak tradisi unik yang ada di Sulawei Selatan, bahkan tradisi tersebut tersohor sampai keluar negeri. Toraja populer karena praktik barunya yang diturunkan dari nenek moyang terdahulunya. Toraja memiliki 2 kabupaten yaitu Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara.

Kabupaten Tana Toraja adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia ibu kotanya adalah Makassar. Kabupaten Tana Toraja ibu kotanya berada di kecamatan Makale sedangkan Kabupaten Toraja Utara ibukotanya adalah Rantepao. Marga Toraja yang menempati daerah perbukitan. Tana Toraja dan Toraja Utara merupakan salah satu objek wisata unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan.

Berbicara tentang kebudayaan berarti kita berbicara tentang adat atau cara hidup masyarakat. Kebudayaan merupakan ide-ide atau pikiran yang mengarah pada latihan manusia dan menghasilkan suatu karya (kebudayaan fisik) sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk sosial.

Salah satu bentuk kebudayaan yang unik dapat kita lihat pada bentuk kebudayaan masyarakat Toraja. Masyarakat Toraja adalah masyarakat yang memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda dari daerah-daerah lainnya.

Mereka memiliki kearifan lokal yang telah dipertahankan sejak dahulu sampai sekarang yang tetap ada pada kebudayaan mereka.

Pencatatan penghargaan yang luar biasa terlebih lagi, penghargaan dunia terhadap Toraja juga merupakan salah satu kekhawatiran pemerintah

(18)

Indonesia dalam menjaga dan melindungi warisan ini., oleh sebab itu Kawasan Tana Toraja dan sekitarnya dimasukkan ke dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Mandat PP No. 50/2011 tentang RIPPARNA (Sedarmayanti, 2014:21).

Pengelolaan objek wisata Toraja yang berbasis Kearifan Lokal menjadikan objek wisata di Toraja sangat banyak dikunjungi para wisatawan.

Salah satu objek wisata yang sangat kental dengan kearifan lokal adalah Objek Wisata Ke’te Kesu. Ke’te Kesu berada di Desa Bonoran, Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia. Berada di sekitar 4 kilometer dari kota Rantepaao.

Upacara adat sering diadakan oleh masyarakat sekitar di kota ini, khususnya pawai upacara kematian atau yang biasa disebut "rambu solo".

Karena budaya khusus tidak dimiliki oleh kota yang berbeda, maka Ke'te Kesu ditetapkan sebagai warisan social atau cagar budaya oleh UNESCO. Berita ini benar-benar meyakinkan untuk potensi industri perjalanan di Tana Toraja, menurut wilayah lokal di seluruh dunia. (sumber www.arsy.co.id)

Di wilayah Ke'te Kesu terdapat barisan Tongkonan yang saling berhadapan. Tongkonan sendiri merupakan rumah adat Toraja yang berfungsi sebagai tempat penimbunan alang sura atau kandang kuda padi. Tongkonan di Ke'Te memiliki ukiran dan ukiran yang sangat bagus. Di depannya ada tanduk banteng yang diperkenalkan sebagai penanda posisi sosial dari pemilik properti.

Tongkonan di Ke'te kesu merupakan warisan yang diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya. Tongkonan-tongkonan tersebut diperkirakan berusia 300 tahun. Masih banyak lagi hal menarik lainnya terkait Ke'te Kesu. Selain itu,

(19)

3

Ke'te Kesu tidak diragukan lagi merupakan warisan Toraja yang luar biasa.

Ke'te Kesu memiliki banyak cerita tentang budaya Toraja.

Otoritas publik, daerah dan asosiasi swasta di Toraja proses kemajuan industri perjalanan adalah pendekatan yang sangat penting untuk memberikan yayasan dan administrasi publik. Salah satu jenis asosiasi adalah memutuskan pengangkutan tol. Dimana pembalasan tersebut berasal dari beberapa objek wisata, baik wisata reguler, wisata sosial maupun industri wisata agro yang banyak dikunjungi wisatawan. Kita dapat menyadari bahwa komitmen bidang industri perjalanan untuk perbaikan dasar, ini mempengaruhi bekerja pada ekonomi dan bantuan pemerintah individu seperti usaha kecil.

Kemudian akibat dari penerimaan bea tujuan liburan tidak seluruhnya disimpan ke pemerintah terdekat, mengingat adanya pembagian khusus akibat tuntutan bea masuk yang diatur dalam Peraturan Bupati No 56 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, adapun teknnis pebagian retribusi yaitu :

Tabel 1.1 Teknis Pembagian Retribusi Objek Wisata

NO Pengelolah Objek Wisata Pembagian Hasil

1 Yayasan (Akte Notaris)

60% untuk Yayasan 40% untuk Pemda

2 Non Yayasan (Keluarga/Petani)

50% untuk Objek Wisata 40% untuk Pemda Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Toraja Utara

Industri travel saat ini sudah menjadi kebutuhan vital bagi perekonomian suatu negara (Ika Kristianti dan Meity Bala,2019). Pariwisata yang ada di Tana Toraja merupakan sector pemasukan yang sangat besar untuk pengakuan di

(20)

wilayah Tana Toraja. Industri perjalanan yang normal, sosial dan tercatat adalah aksi di kawasan industri perjalanan dengan pintu terbuka yang luar biasa untuk Kabupaten Tana Toraja di mana Tana Toraja adalah wilayah dengan pengunjung lokal maupun internasional yang cukup banyak. Dimana dalam rangka adanya pembangunan daerah sector pariwisata juga memengang peranan yang cukup penting konklusif dan siap untuk meningkatkan bidang kemajuan lainnya dengan mantap.

Dalam mencatat gaji dan biaya, masalah yang signifikan adalah cara organisasi memandang dan mengukur gaji dan biaya dalam periode tertentu.

Pengakuan pendapatan dan biaya adalah titik di mana pertukaran harus dianggap sebagai pendapatan dan biaya organisasi. Sedangkan ekspansi pay and cost adalah seberapa besar pendapatan dan biaya yang harus dirasakan dari setiap pertukaran yang terjadi dalam periode tertentu.

Dalam memahami dan memperkirakan pendapatan dan biaya, organisasi harus memanfaatkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No 23, dengan tujuan agar pengakuan dan perkiraan pendapatan dan biaya tidak terjadi kesalahan. Standar Akuntansi Keuangan adalah perjanjian untuk mencatat aset moneter, kewajiban, modal, hasil, biaya, dan perkembangannya sebagai laporan anggaran. Menurut PSAK No.23 Pengakuan dalam organisasi bantuan dirasakan ketika administrasi dibebankan, dan biaya dirasakan ketika tanggung jawab dirasakan tanpa pengakuan.

Untuk mencapai tujuan dan fokus penggunaan anggaran daerah, diperlukan suatu kerangka pembukuan yang dapat membantu pemerintah negara bagian terdekat dalam menangani sumber informasi keuangan mereka.

Kehadiran kerangka kerja pembukuan yang memuaskan memungkinkan

(21)

5

pemegang buku pemerintah terdekat untuk memberikan data keuangan kepada masing-masing bahkan dari para eksekutif. Kerangka tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengurus untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatan penanganan Obyek Wisata Ke'te Kesu Kabupaten Toraja Utara.

Dalam mendapatkan uang, kerangka dan sistem harus sesuai dengan pedoman yang ada. Kerangka kerja dan teknik pembukuan pada umumnya direncanakan untuk memberikan data dewan untuk kontrol tanpa henti dalam menaklukkan kesalahan representasi dan latihan kontrol.

Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih jauh terkait objek wisata berbasis kearifan lokal yang ada di Toraja dengan judul “Potensi Objek Wisata Ke’te Kesu Sebagai Salah Satu Unsur Pendapatan Asli Daerah”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran landasan eksplorasi tersebut, penulis membedakan hal-hal yang menjadi fokus kajian ini sebagai berikut::

1. Bagaimana pengelolaan objek wisata Ke’te Kesu Toraja Utara ?

2. Apakah objek wisata Ke’te Kesu merupakan salah satu unsur dari PAD ? 3. Bagaimana pengakuan atau pencatatan pendapatan dari objek wisata

ke’te kesu ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari eksplorasi ini yaitu:

1. Mengetahui cara pengelolaan objek wisata Ke’te Kesu yang ada berada Toraja Utara

2. Mengetahui bahwa objek wisata Ke’te Kesu merupakan salah satu unsur dari PAD

(22)

3. Mengetahui pengakuan atau pencatatan pendapatan dari objek wisata ke’te kesu

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini mampu memberikan manfaat:

1. Bagi Penulis

Eksplorasi atau penelitian ini adalah kesempatan bagi penulis untuk membuat dan menerapkan informasi hipotetis yang diperoleh dari alamat, serta memperluas cakrawala mengenai objek wisata berbasis kearifan lokal yang ada di Tana Toraja.

2. Bagi Universitas

Dengan penelitian ini, cenderung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pustaka sekaligus sumber perspektif bagi para analis yang nantinya akan meneliti Potensi Objek Wisata Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Salah Satu Unsur PAD

(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Kearifan Lokal

Lokal wisdom adalah segala pengaturan dalam pandangan nilai-nilai yang diterima, dilaksanakan dan didukung oleh perkumpulan-perkumpulan tertentu dari satu zaman ke zaman lain sebagai tempat tinggalnya. Dimana kecerdikan lingkungan terbentuk dengan melihat sikap daerah yang baik, rasa sayang yang mendalam terhadap tempat lahir, jenis karakter yang bersifat intrinsik dan tersampaikan ketika terintegrasi dengan berbagai jaringan atau kondisi, teori kehidupan dan keinginan yang luar biasa untuk mengikutinya.

dengan kebiasaan atau yang sudah lama ditinggalkan oleh zaman.(Ahmad Baedowi, dalam Khalis 2018).

Local wisdom juga ialah kepribadian atau karakter sosial suatu negara yang menjadikan negara tersebut memiliki pilihan untuk menelan, bahkan mengembangkan budaya dari luar atau negara yang berbeda menjadi kepribadian dan kapasitas tersendiri. (Wibowo 2015:17). Kearifan local juga merupakan sudut pandang dan informasi serta sistem kehidupan yang berbeda sebagai latihan yang dilakukan oleh jaringan terdekat dalam menjawab berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Adapun menurut Alfian (2013:428) kearifan local di defenisikan sebagai gaya hidup dan informasi serta sistem kehidupan sehari-hari sebagai latihan yang dilakukan oleh jaringan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Pendapat Alfian dapat diartikan bahwa kearifan local nerupakan adat dan kebiasaan yang selama ini umumnya dilakukan oleh perkumpulan dari satu

(24)

zaman ke zaman lainnya hingga saat ini, keberadaannya masih tersaingi oleh jaringan peraturan standar tertentu di daerah tertentu. Dari gambaran di atas, cenderung diartikan bahwa kecerdasan lingkungan dapat dipahami sebagai pemikiran terdekat yang berwawasan, cerdik, berjasa, yang dipasang dan diikuti oleh individu-individu dari daerah setempat..

2. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal

Menurut Haryanto (2014:212) mendefenisikan jenis-jenis kecerdasan lingkungan adalah kesesuaian yang berbeda sebagai praktik persahabatan berdasarkan wawasan budaya. Jenis wawasan yang dekat di arena publik dapat berupa budaya (nilai, standar, moral, keyakinan, adat istiadat, peraturan baku dan pedoman unik). Sifat-sifat mulia yang berhubungan dengan kecerdasan lingkungan meliputi Cinta kepada Tuhan, alam semesta dan isinya, kewajiban, disiplin, otonomi, kepercayaan, rasa hormat dan kesopanan, empati dan kepedulian, kepercayaan diri, daya cipta, kerja keras dan pantang menyerah, kesetaraan dan administrasi, kebajikan dan kerendahan hati, ketangguhan, cinta, harmoni dan solidaritas.

Adapun bentuk-bentuk kearifan lokal yang lain yang ada di arena publik dapat berupa standar, moral, keyakinan, adat istiadat, peraturan standar, dan pedoman unik. Wawasan lingkungan dapat berupa aturan di mana persetujuan kelembagaan dan sosial, pengaturan penggunaan ruang dan pengukur musim untuk budidaya, pelestarian dan keamanan daerah rawan, jenis transformasi dan perpindahan rumah ke lingkungan, bencana atau bahaya lainnya.

(25)

9

3. Objek Pariwisata

Menurut UU No.1 tahun 2009 pasal 1 wisata adalah suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh perorangan atau perkumpulan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan tujuan hiburan, pengembangan diri atau pemusatan pada keunikan tempat tujuan wisata yang dikunjungi dalam waktu singkat. Sedangkan wisatawan adalah individu yang melakukan industri perjalanan. Bisnis pergerakan adalah serangkaian latihan industri pergerakan dan didukung oleh berbagai tempat kerja dan organisasi yang diberikan oleh distrik setempat, pakar keuangan, pemerintah dan negara bagian terdekat. Industri perjalanan adalah gerakan umum yang terkait dengan industri perjalanan dan bersifat multi-faceted dan multidisiplin yang muncul sebagai penampilan kebutuhan setiap individu di negara serta kolaborasi antara wisatawan dan jaringan lingkungan, wisatawan individu, pemerintah , administrasi negara teritorial dan visioner bisnis. Sedangkan tempat liburan adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keunggulan, dan nilai keragaman, misalnya kelimpahan yang teratur, budaya dan barang-barang buatan yang diminati atau dikunjungi wisatawan.

Sedangkan dapat kita ketahui bahwa dijelaskan dalam UU No.9 tahun 2009 tentang kepariwisataan tempat liburan adalah tujuan wisata yang memiliki ciri khas utama yang memikat wisatawan dengan tujuan wisata yang berbeda karena fokus wisatawan yang memiliki ciri khas yang ada. Dikatakan bahwa penampilan wisatawan akan meningkatkan bayaran untuk daerah yang dikunjungi sedangkan untuk wisatawan asing penampilan mereka akan meningkatkan perdagangan asing untuk negara yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai sebagai keragaman, misalnya kekayaan normal, budaya

(26)

dan barang-barang buatan manusia yang ada ditunjuk atau dikunjungi oleh wisatawan. (Yoeti, 2008).

Dijelasakan pendapat lain oleh (Austriana,2005) Semakin lama wisatawan tinggal di suatu lokasi wisatawan, maka semakin banyak pula uang yang mereka keluarkan di lokasi wisatawan tersebut, terutama untuk alasan makan, minum dan tempat tinggal. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama berwisata akan mendorong konsumen melakukan tindakan terhadap barang-barang yang ada di lokasi wisata tersebut.

Kapasitas kabupaten untuk menyelesaikan kemandiriannya adalah dengan tetap berdiri tegak atau mengandalkan mata air dari pendapatan asli daerah (PAD). Negara-negara terdekat diharapkan memiliki pilihan untuk membantu diri mereka sendiri dengan menangani kapasitas mereka yang sebenarnya, karena pekerjaan untuk mendapatkan sumber aset yang tepat adalah persyaratan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Lompatan baru ke depan dalam mendapatkan aset untuk mendanai penggunaan pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya adalah kawasan industri perjalanan.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan daerah dari sektor pariwisata

Rantai modern seperti penginapan atau hotel, kafe atau administrasi katering, organisasi industri perjalanan (barang liburan, kenang-kenangan, dan hiburan), dan bisnis perjalanan (perencana perjalanan atau pendamping lokal) dapat menjadi sumber pendapatan provinsi bagi Kabupaten Toraja Utara sebagai biaya lingkungan, tol provinsi, manfaat BUMD, retribusi dan non pungutan. Berikut adalah beberapa faktor yang

(27)

11

dapat mempengaruhi pendapatan lokal dari kawasan industri perjalanan, khususnya:

1) Jumlah Objek Wisata, Indonesia sebagai negara yang memiliki keunikan dan keragaman sosial memiliki peluang untuk menawarkan keindahan alam dan daya tarik sosial kepada wisatawan asing dan lokal yang akan mengikuti wisata alam dan wisata sosial. Jelas, penampilan para pelancong akan membawa pengakuan atas daerah yang mereka kunjungi. Bagi pelancong asing yang datang dari luar negeri, penampilan mereka akan mendapatkan perdagangan asing di dalam negeri.

2) Jumlah Wisatawan, Secara hipotesis (disimpulkan) semakin lama wisatawan tinggal di lokasi wisatawan, semakin banyak uang yang dihabiskan di lokasi wisatawan, pada dasarnya untuk motivasi di balik makan, minum, dan perumahan sementara pada saat yang sama tetap berada di dekatnya.

3) Gaji perkapita, Gaji per kapita merupakan salah satu penanda penting untuk menentukan keadaan moneter suatu daerah pada periode tertentu, yang ditunjukkan oleh Pendapatan Regional Bruto (PDRB) baik pada biaya saat ini maupun pada biaya tetap. Gaji per kapita yang tinggi pada umumnya akan mendorong ekspansi dalam tingkat pemanfaatan per kapita yang dengan demikian membuat dorongan.

b. Manfaat dan Dampak Pariwisata

Dalam perjalanan, wisatawan membutuhkan perkembangan administrasi dan barang-barang industri perjalanan, dari saat mereka pergi

(28)

sampai mereka kembali ke tempat asal mereka yang unik. Administrasi dan item industri perjalanan ini ditetapkan sebagai "Komponen industri perjalanan" yang dapat diberikan oleh visioner bisnis, masyarakat umum, atau siapa pun yang berkepentingan. Bagian industri perjalanan meliputi:

a) Objek dan daya Tarik wisata b) Akomodasi

c) Angkutan wisata

d) Sarana dan fasilitas wisata e) Prasarana wisata.

Dengan asumsi bahwa kemajuan dan peningkatan industri perjalanan diatur dan dikoordinasikan dengan baik, akan ada banyak keuntungan dan efek, antara lain:

a) Manfaat Ekonomi (kesejahteraan), Meningkatnya perjalanan wisatawan, baik lokal maupun asing, ke suatu wilayah menuntut berbagai administrasi dan kantor yang semakin bertambah jumlah dan ragamnya. Ini memberikan keuntungan finansial bagi penduduk, visioner bisnis, dan otoritas publik.

b) Manfaat Sosial Budaya seperti menyelamatkan masyarakat dan adat istiadat, memperluas pengetahuan individu, mengupayakan kesejahteraan dan kesehatan fisik atau dunia lain dan mengurangi perselisihan sosial.

c) Manfaat dalam berbangsan dan bernegara seperti memperkuat solidaritas dan kehormatan, menumbuhkan rasa memiliki tempat, keinginan untuk mengikuti dan menjaga negara yang pada akhirnya

(29)

13

menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menjaga hubungan dunia yang baik tentang peningkatan industri perjalanan.

d) Manfaat bagi lingkungan, Pergantian peristiwa dan kemajuan industri perjalanan ditujukan untuk memuaskan keinginan para wisatawan, misalnya hidup damai, bersih, jauh dari pencemaran, melepas penat dan memiliki pilihan untuk memulihkan kembali kepenatan fisik dan mental. Dengan demikian, peningkatan industri perjalanan.

4. Potensi Pendukung Keberadaan perkampungan Ke’te Kesu Sebagai Objek Wisata

Objek wisata adalah tempat yang menjadi tempat kunjungan wisatawan karena memiliki aset, baik alam maupun buatan, seperti keindahan alam atau pegunungan, vegetasi pantai yang sangat beragam, kebun binatang, bangunan kuno yang terkenal, landmark, kuil, pergerakan, atraksi dan masyarakat tertentu lainnya. Adapun sekutu yang diharapkan dari kota konvensional Ke'te Kesu sebagai tempat liburan, antara lain:

a. Jejeran Rumah Adat Toraja (Tongkonan)

Ke'te kesu adalah kota konvensional di Kabupaten Toraja Utara, sebuah wilayah yang terdiri dari 6 Tongkonan yang saat ini masih kokoh berdiri.

Tongkonan adalah rumah adat Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan diperkaya dengan ukiran berwarna merah, gelap dan kuning. Dari perspektif luas tongkonan adalah tempat untuk berbicara tentang sesuatu atau seluruh masalah.

Selain sebagai tongkonan Layuk, keberadaan tongkonan Kesu' ini juga dianggap unik dibandingkan dengan tongkonan lainnya secara

(30)

keseluruhan. Hal ini sangat baik dilihat dari jumlah titik penyangga atau ruas yang dimiliki oleh tongkonan Kesu', secara spesifik terdapat 7 ruas atau titik penyangga, sedangkan secara keseluruhan di Toraja tongkonan hanya memiliki 5 ruas yang disusun selebar strukturnya. Di kompleks wisata Ke'te Kesu terdapat 6 Tongkonan dan masing-masing tongkonan berkapasitas sebagai MPR atau Kepala Adat, Puskesmas, Perekonomian, POKAM dan Pemangku Adat.. (syafwandi, 1993). Nama-nama masing- masing tongkonan di kompleks tempat wisata Ke'te Kesu adalah Tongkonan Bamba, Tongkonan Sendana, Sepang dan To'kaluku, Tongkonan Kesu', Tongkonan Tonga, Tongkonan Rura Lompo yang saat ini menjadi galeri, dan Tongkonan anonim (dalam terang). fakta bahwa itu baru diadakan pada tahun 2018 melalui acara Mangara Banua atau acara syukuran rumah/tongkonan lain).

b. Lumbung (Alang)

Satuan Tongkonan yang cocok adalah Alangsura' (Lumbung Padi).

Gudang tersebut memiliki bentuk yang mirip dengan Rumah Adat Toraja namun hanya memiliki satu ruangan, ukurannya kecil. Selain tongkonan, Ke'te Kesu juga memiliki 12 istal.

c. Areal Pemakaman

Gua alam, berjalan 100 meter ke belakang dan menaiki tangga hingga batas terjauh dari anak tangga, kita akan melacak gua yang khas. Ini benar- benar kuburan utama masyarakat Toraja, lebih tepatnya gua biasa (Malillin). Erong, adalah peti mati yang terbuat dari kayu yang kuat dan berbentuk gambar banteng untuk laki-laki dan gambar babi untuk perempuan. Di sana juga terlihat seperti rumah Tongkonan. Patene, adalah

(31)

15

bangunan berbentuk bujur sangkar atau bujur sangkar yang berisi peti-peti dari satu keluarga besar.

d. Pengrajin Ukiran Pahat

Di kompleks tempat wisata, Ke'te Kesu menunjukkan kepiawaian masyarakat sekitar melalui latihan menebang atau menebang kayu yang hasilnya berbeda-beda, ada yang mirip tongkonan dan tidak ada rumah serta patung-patung kecil orang Toraja.

e. Tempat Upacara (Rante)

Rante adalah tempat yang luar biasa di setiap kota untuk menyembelih bison di acara kematian. Terletak di sebelah timur kota konvensional Ke'te Kesu yang dilengkapi dengan menhir/monumen batu, dalam bahasa Toraja disebut Simbuang.

f. Museum

Pusat sejarah di tempat wisata Ke'te Kesu ini digarap oleh Yayasan "Balai Pameran Indo' Ta'dung" (MIT) mulai 26 Desember 1994 dan selesai April 1998, selain "katik" yang diperkenalkan sejak awal. Juli 2000. Benda- benda yang tercatat disimpan di pusat-pusat sejarah, diperkirakan berumur puluhan bahkan bertahun-tahun.

g. Upacara Adat

Rambu Solo’ (Upacara Kematian), Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang dikenal dengan budaya “alukta” yang merupakan salah satu keyakinan yang dirasakan masyarakat Toraja Utara. Layanan utama dalam budaya Toraja, khususnya Ke'te Kesu adalah fungsi kematian konvensional (rambu solo') yang merupakan salah satu kebiasaan menarik dan suci dari individu Toraja yang dikejar oleh wisatawan asing dan lokal.

(32)

Rambu Tuka' (Upacara Sukacita), selain ibadat Rambu Solo' konvensional, Tana Toraja juga memiliki fungsi adat yang tak kalah seru atau tak kalah terkenal, khususnya ibadat rambu tuka' adat. Ibadah rambu tuka' adalah suatu acara yang berkaitan dengan penghargaan, kegembiraan, kelahiran, perkawinan dan perkumpulan yang berbuah, yang diselenggarakan di Aluk Rampe Matallo dengan tempat pelaksanaan di timur tongkonan atau arah ke timur..

5. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Suatu daerah harus memiliki sumber keuangannya sendiri, pada dasarnya untuk menutupi rencana keuangan rutin teritorial sehingga tidak bergantung pada alokasi dan komitmen dari pemerintah pusat atau biasa.

Pemerintah daerah yang dikelola negara harus memiliki opsi untuk menggunakan PAD mereka untuk mengawasinya secara tepat sehingga dapat memberikan hasil yang dapat mengatasi masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mendukung pendanaan APBD. (BPS,2012).

Sementara itu, mengingat Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Pasal 1 angka 18 menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah. Selanjutnya disebut sebagai PAD, adalah gaji yang diperoleh lokal yang dikumpulkan berdasarkan taruhan wilayah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.. (Wasito,2001:3).

Menurut (Nasir,2019) Gaji unik lokal merupakan salah satu jenis pendapatan yang berasal dari kabupaten dan digunakan untuk kelancaran pelaksanaan pergantian acara provinsi dan hasilnya dinikmati oleh daerah setempat. Jadi, semakin menonjol pembayaran lokal pertama yang diperoleh, semakin cepat laju pergantian peristiwa provinsi. Sumber pendapatan unik

(33)

17

teritorial diperoleh dari penilaian provinsi, tuntutan lokal, konsekuensi dari kelimpahan provinsi yang terisolasi dewan dan PAD otentik lainnya..

Menurut UU No.33 tahun 2004 pasal 6 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa : a. Pendapatan Asli Daerah bersumber dari :

1. Tugas daerah, khususnya beban negara yang diserahkan kepada kabupaten sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Iuran Wajib yang dilakukan oleh orang atau unsur kepada kabupaten tanpa disesuaikan dengan pembayaran langsung yang dapat mendukung pelaksanaan pergantian daerah provinsi..

2. Tugas daerah, khususnya tuntutan terhadap orang atau barang kepada Pemerintah Daerah sehingga Pemerintah Daerah menawarkan bantuan atau hibah tertentu yang dapat langsung dirasakan oleh pembayar balas dendam..

b. PAD substansial lainnya sebagaimana dimaksud pada bagian 1 mencakup kelanjutan dari penawaran sumber daya lokal yang tidak terisolasi, penyimpanan permintaan, pembayaran premi, keuntungan perbedaan dalam standar konversi rupiah terhadap standar moneter dan komisi yang tidak dikenal, batasan atau struktur yang berbeda. karena kesepakatan atau perolehan barang dagangan dan administrasi.

UU No.33 tahun 2004 ayat 3 dan ayat 4 menyatakan bahwa untuk mengetahui potensi sumber-sumber PAD hal-hal yang perlu diketahui yaitu

a. Keadaan yang mendasari suatu daerah antara lain besarnya keinginan pemerintah lingkungan untuk menetapkan pasti, kemampuan daerah setempat untuk membayar semua tol yang ditetapkan oleh pemerintah

(34)

provinsi, perluasan derajat atau peningkatan dan penguatan pendapatan PAD sebagai upaya menumbuhkan besarnya pendapatan PAD.

b. Perkembangan PDRB per kapita riil c. Pertumbuhan penduduk

d. Tingkat inflasi

e. Penyesuaian tarif dengan mempertimbangkan laju inflasi f. Pembangunan baru

g. Sumber pendapatan baru dimana adanya kegiatan usaha baru dapat mengakibatkan bertambahnya sumber pendapatan pajak atau retribusi yang sudah ada

h. Perubahan peraturan dimana dengan adanya perubahan peraturan baru khususnya yang berhubungan dengan pajak atau retribusi jelas akan meningkatkan PAD

Retribusi menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pengertian retribusi adalah tol provinsi sebagai angsuran untuk administrasi atau mengakui tertentu memungkinkan secara eksplisit diberikan atau berpotensi diberikan oleh legislatif teritorial untuk melayani orang atau elemen. Mengenai pungutan, klarifikasi Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang penilaian daerah dan pengeluaran klien teritorial hanya mengarahkan standar dalam menentukan jenis tugas yang dapat dibebankan oleh daerah, dua wilayah dan wilayah/masyarakat perkotaan diberikan kekuasaan untuk memutuskan jenis-jenis tol selain yang ditentukan dalam undang-undang tidak resmi..

6. Pengakuan Pendapatan a. Pengertian Pengakuan

(35)

19

Pengakuan adalah mencatat suatu ukuran rupiah (biaya) ke dalam kerangka pembukuan sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu hal dan tercermin dalam laporan keuangan. Jadi pengakuan terhubung dengan masalah terlepas dari apakah pertukaran dicatat. Norma pembukuan mengarahkan pengakuan ini dengan memberikan beberapa langkah pengakuan, untuk lebih spesifik kondisi apa yang harus dipenuhi agar pertukaran dapat dirasakan dan pada jam pengakuan. Pengakuan juga merupakan pencatatan sesuatu dalam catatan dan laporan anggaran seperti sumber daya, kewajiban, pembayaran, biaya, keuntungan atau kerugian..

b. Kriteria Pengakuan

Suatu hal dapat dirasakan secara resmi, dengan asumsi memenuhi salah satu makna dari berbagai komponen laporan fiskal. Ikatan Akuntan Indonesia menggambarkan aturan pengakuan sebagai simpan: suatu hal yang memenuhi arti suatu komponen harus dirasakan jika: Kemungkinan besar keuntungan finansial yang terkait dengan barang tersebut akan mengalir ke atau dari organisasi dan barang tersebut memiliki nilai atau biaya yang dapat diperkirakan oleh Anda..

c. Pengakuan Pendapatan

Isu utama dalam mewakili pendapatan adalah dianggap memutuskan kapan pendapatan. Menyinggung aturan memahami komponen laporan fiskal dalam sistem dasar penyusunan dan penyajian ringkasan anggaran, dengan cara ini, pendapatan dirasakan ketika kemungkinan besar keuntungan finansial akan mengalir ke organisasi dan nilai keuntungan ini dapat diperkirakan dengan andal.

(36)

Pada titik ketika kerentanan muncul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah diingat untuk pendapatan, jumlah tersebut tidak dapat ditagih atau jumlah yang saat ini berada di luar kemungkinan untuk diharapkan pulih, jumlah tersebut dianggap sebagai biaya, tidak ada perubahan sesuai dengan seberapa besar pendapatan yang awalnya dirasakan.

Pengakuan pendapatan harus memenuhi langkah-langkah pengakuan seperti yang diungkapkan oleh IAI: pengakuan adalah suatu proses membentuk sesuatu yang memenuhi arti komponen dan model pengakuan yang belum ditentukan lembar atau artikulasi gaji. Ketidakmampuan untuk memahami hal-hal seperti itu tidak dapat diubah melalui pendekatan pembukuan yang digunakan melalui catatan atau materi informatif.

B. Tinjuan Empiris

Penelitian terdahulu penting untuk menggambarkan efek samping dari pemeriksaan masa lalu dan membandingkannya dengan penelitian yang dilakukan, mengenai eksplorasi masa lalu didaparkan dalam table berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan

Tahun Penelitian

Judul

Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Masri Ridwn,

Ach.Fatchan, I Komang Astina (2016)

Jurnal Pendidikan EISSN : 2502-471X

Potensi Objek Wisata Toraja Utara Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Sumber Materi Geografi Pariwisata

Teknik Analisis Kualitatif dengan pendekatan etnografi

Hasil penelitian yaitu menunjukkan bahwa kawasan objek Toraja Utara industri perjalanan memiliki potensi industri perjalanan sosial, normal dan otentik, Toraja Utara pemimpin industri

perjalanan

(37)

21

menggabungkan perusahaan, peternak, negara bagian dan keluarga serta

pengembangan objek industri perjalanan dalam pandangan wawasan terdekat untuk membantu kecocokan industri

perjalanan di Toraja Utara.

2 Fawaidul Khoir,hety Mutika Ani,Wiwin Hartanto (2018) Jurnal Pendidikan Ekonomi

ISSN 1907-9990 E-ISSN 2548-7175

Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pebdapatan Asli Daerah Kabupaten Jember Tahun 2011-2017

Analisis

proporsinalitas dan analisis trend

Komitmen kawasan industri perjalanan terhadap PAD yang terombang-ambing secara konsisten, meskipun secara konsisten membayar dari kawasan industri perjalanan telah meluas. Komitmen terbesar pada 2011 adalah

3,96%, karena

pembayaran kawasan industri perjalanan dari penerimaan balasan untuk tempat parkir yang luar biasa dan sedikit ekspansi pendapatan. daerah PAD riil lainnya kontras dengan tahun sebelumnya.

Komitmen paling minimal pada tahun 2017 adalah

2,87%, karena

peningkatan pendapatan

(38)

yang besar dari berbagai sumber pendapatan asli daerah.

3 Novia Rabi’ul Insak (2013)

Jurnal Pariwisata

Pengaruh Pendapatan Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Kabupaten Kutai

Kartanegara

SPSS for

windows ver 14.0

Presentase pengaruh pendapaatan Kawasan industri perjalanan untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) di wilayah Kutai Kartanegara dari tahun 2007 hingga 2012 semakin berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel. Adapun tingkat pengaruh pembayaran daerah industri perjalanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 adalah sebesar 24,3%..

4 Ika Kristianti,Meity Bala (2019)

Jurnal Akuntansi

Analisis Sektor Pariwisata Dalam Pendapatan Asli Daerah

(PAD) di

Kabupaten Toraja Utara

Thematic Analisis Komitmen kawasan industri wisata terhadap PAD Toraja Utara sebesar 2,3%, administrasi dan pembenahan kawasan industri wisata di Toraja Utara telah berjalan positif meskipun masih terdapat beberapa kelemahan, seperti jalan rusak menuju destinasi liburan. PAD Toraja Utara pada tahun

(39)

23

2012 telah diakui bertambah menjadi Rp2.548.696.398

sedangkan pada tahun 2013 hingga 2017 tidak dipahami.

5 Sri Ratna Dewi Lampong (2018) Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial

Relasi Sosial dalam Budaya Pelayanan Publik dan Dampaknya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kantor Walikota Ambon

Analisis Success approximation

Akibat dari eksplorasi tersebut dapat dipahami bahwa dampak signifikan perolehan Pendapatan Asli Daerah Kota Ambon adalah terletak pada mata uang kota Ambon dengan para visioner daerah atau bisnis. Ada tiga jenis hubungan sosial, khususnya Hubungan Fungsional, Hubungan Saling Percaya dan Menghormati, dan Hubungan Pertukaran Uang Mudah.

6 Yenni Del

Rosa,Ingra

Sovita,Idwar (2016) Jurnal Ekonomi dan Bisnis

ISSN 1693-3273

Analisis

Dampak Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2000- 2014

Analisis

Deskriptif,Analisis Induktif Dengan Uji Asumsi Klasik

Hasil tinjauan

menunjukkan bahwa jumlah objek wisata (x1) jelas mempengaruhi pendapatan lingkungan, jumlah wisatawan (x2) secara signifikan mempengaruhi gaji unik provinsi, menunjukkan seberapa besar komitmen semua faktor otonom

(40)

terhadap variabel terikat, PDRB (x3 ) berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dan kuantitas atraksi (x1), jumlah wisatawan (x2),

dan PRDB (x3)

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2000-2014.

7 Welly Ismanto Patandean,Ihsan,Sri Aliah Ekawati ( 2018)

Jurnal Pariwisata

Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tana Toraja

Analisis Spasial pemetaan dan Analisis regresi linear berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pariwisata Kabupaten Tana Toraja masih didominasi oleh wisata budaya,wisata alaam dan wisata religi. Identifikasi pengaruh sektor pariwisataa terdhadap PAD menunjukkan adanya penngaruh yang signifikan dengan nilai determinan 95% dengan jumlah kunjungan wisatawan dan

pajak restoran

berpengaruh positif tidak signifikan sedangkan retribusi objek wisata dan pajak hotel berpengaruh positif signifikan dengan nilai koefisien 40,35 dan 183,87.

(41)

25

8 Yusro Hakimah, Yun Suprani (2021) Jurnal Kompetitif p-ISSN 2302-4585, e-ISSN 2721-3765

Kearifan Lokal Palembang, Sebagai Daya Tarik Wisata

Analisis Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya Tarik budaya adalah salah satu nilai unggul yang dapat dikembangkan oleh Pemerintah DDaerah.

Kearifan lokal dapat dimasukkan dalam daya Tarik wisata budaya.

Kearifan lokal yang terjaga dapat memberikan nilai

ekonomi bagi

masyarakaatnya.

9 Muhammad Rakib (2017)

Jurnal

Kepariwisataan ISSN 2580-7803, e- ISSN 2580-5681

Strategi

Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis

Kearifan Lokal Sebagai

Penunjang Daya Tarik Wisata

Analisis Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian yaitu aspek pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal dalam menunjanng daya Tarik wisata pada kawasan pemukiman Balla Peu meliputi beberapa aspek yaitu aspek potensi perwujudan kawasan pemukiman seperti upacara adat, kesenian, bentuk kerajinan rakyat, cerita rakyat, keindahan alam dan keberagaman flaura dan fauna. Tetapi selain itu ada juga beberapa spek yang menjadi pokok ancaman dan kelemahan seperti

(42)

aspek infrastruktur di bidang pariwisata masih terbatas bahkan sebagian beelum tersedia sedangkan untuk aspek aksesibilitas yang rendah akibat kondisi jalan yang rusak.

10 Raodatul Hasanah (2019)

Jurnal : Art and Design Jurnal ISSN 2655-464X, e- ISSN 2654-5391

Kearifan Lokal Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Desa Sade

Kabupaten Lombok Tengah

Analisis Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa sade terdapat kearifan lokal yang merupakan hasil dari kebudayaan yang masih dilestarikan sebagaai dayaa taarik pariwisata seperti bangunan khas suku sasak, peresean, tenun khas Lombok, dan tariann gendang beleq. Kearifan lokal yang dimiliki desa sade memberikan dampak positif terhadap masyaaraakat sekitar seperti membuka lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan daerah.

1. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu maka disimpulkan :

Penelitian yang dilakukan Masri Ridwan, Ach.Fatchan dan I Komang pada tahun 2016 dengan metode analisis data kualitatif dengan pendekatan etnografi menemukan adanya potensi objek wisata ke’te kesu yang mempengaruhi

(43)

27

pemahaman mahasiswa mengenai mata kuliah Geografi Pariwisata yang mereka ketahui serta penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengelolaan objek wisata yang ada di Torajaa serta bagaimana wawasan, pengembangan daya nalar serta mampu menganalisis dan mengaplikasikan teori dan pendekatan geografi pariwisata.

Penelitian lain oleh Raodatul Hasanah pada tahun 2019 dengan metode penelitian Deskriptif kualitatif menemukan bahwa kearifan lokal yang dimiliki Desa Sade seperti bangunan khas suku sasak,, peresean, tenun khas Lombok dan tariann gendang beleq dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar seperti membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah.

2. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka focus penelitian ini :

Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana potensi yang dimiliki objek wisata ke’te kesu dan bagaimana cara pengelolaanya sehingga dapat menarik para wisatawan berkunjung ke objek wisata ke’te kesu dan memberikan kontribusi dan dampak positif terhadap PAD. Selain itu pada penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengakuan pendapatan yang diperoleh dari objek wisata ke’te kesu.

C. Kerangka Pikir

Nilai wawasan lingkungan (Kearifan Lokal) dapat diartikan sebagai pemikiran-pemikiran terdekat yang cerdas, penuh kelihaian, bernilai baik yang ditanamkan dan diikuti oleh individu-individu dari daerah setempat. Dengan demikian, nilai wawasan di sekitar secara tegas diikuti oleh individu-individu dari daerah setempat. Toraja memiliki objek wisata berbasis kearifan lokal dan

(44)

Toraja

Objek Wisata Toraja Budaya Toraja

Ke’te Kesu

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

1.Rambu Solo’ 6. Ma’Nene

2. Rambu Tuka’ 7. Perkuburan Adat Toraja 3. Tinggoro Tedong 8. Rumah Adat Tongkonan 4. Silaga Tedong 9. Rompo Bobo Bonnang 5. Sisemba’ 10.Rompo Allo

1.Ke’te Kesu 11. Museum Ne’gandeng 2. Londa 12. Patung Yesus Burake 3. Batutumonnga 13. Air Terjun Tujuh Tingkat 4. Kalimbuang Bori 14. Tonngkonan Pallawa 5. Ollon 15. Mata Air Tilanga 6. Ranteallo 16. Gemuk Pasir Sumalu 7. Pango-pango 17. Kambira

8. Danau Limbong 18. Tugu Salib Buntu Singki 9. Lemo 19. To’Tombi

10. Lokomata 20. Air Terjun Talondo Tallu

Pengakuan

Pendapatan Hasil Penelitian

salah satunya adalah objek wisata Ke’te kesu. Berdasarkan tinjauan teoritis di atas maka kerangka pikir dapat dikemukakan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam ulasan ini, jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif.

Penelitian kualitatif ini yaitu memberikan penjelasan terkait suatu kondisi secara detail melalui pengelompokan suatu data secara mendalam. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya suatu uraian dan intensitas data yang diteliti. Penelitian kualitatif memmbahas mengenai sudut pandang kolaborasi dengan menggunakan cara yang sifatnya interaktif dan juga fleksibel (Siyoto and Sodik,2015).

B. Fokus Penelitian

Kearifan Lokal yang ada di Tana Toraja dikatakan terbilang unik.

Bahkan dikatakan Toraja merupakan salah satu kabupaten yang memiliki banyak tradisi unik yang ada di Sulawei Selatan, bahkan tradisi tersebut tersohor sampai keluar negeri.Tana Toraja populer karena praktik barunya yang diturunkan dari pendahulunya. Karena kearifan lokalnya maka banyak pariwisatawan yang tertarik berkunjung ke Tana Toraja. Pariwisata sekarang menjadi salah satu sumber penghasilan yang sangat besar di Tana Toraja.

Salah satu objek wisata berbasis kearifan lokal yang ada di Toraja adalah objek wisata Ke’te Kesu. Oleh karena itu focus penelitian ini adalah potensi objek wisata Ke’te Kesu berbasis kearifan lokal sebagai salah satu unsur PAD.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini,lokasi yang dipilih oleh penulis adalah Objek Wisata Ke’te Kesu, Kampung Bonoran, Kelurahan Panta’nakan Lolo,

(46)

Kecamatan Kesu , Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan pada waktu dua bulan mulai dari bulan Maret sampai bulan April 2022

D. Jenis dan Sumber Data

Adapun yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek dari mana informasi itu diperoleh. Dalam penelitian ini sumber informasinya adalah sebagai berikut:

a. Data Primer, ialah informasi yang diperoleh secara langsung dari pihak utama untuk penyelidikan selanjutnya guna melacak pengaturan atau masalah yang sedang dipelajari, Sekaran(2006). Husein (2008) menyebutkan bahwa Informasi penting adalah informasi yang diperoleh dari sumber utama, baik dari orang atau orang atau informasi yang diperoleh dari sumber informasi utama di daerah eksplorasi atau objek pemeriksaan. Dalam tinjauan ini, yang memasukkan informasi penting adalah informasi yang diperoleh melalui persepsi langsung dan pertemuan dengan pihak terkait, yaitu Pemangku Kepentingan Adat tertentu, Tokoh Budaya, perintis daerah terkait, wisatawan, pelaku industri perjalanan wisata, dan pemerintah lingkungan..

b. Data sekunder, ialah informasi yang diperoleh dari berbagai sumber yang ada. Menurut Husein (2008) informasi tambahan adalah informasi penting yang telah ditangani dan diperkenalkan lebih lanjut baik oleh pengumpul informasi penting atau kelompok lain. Informasi tambahan adalah informasi penelitian yang diperoleh secara langsung melalui media delegasi (diperoleh dan dicatat dari berbagai pertemuan). Informasi ini sebagian besar sebagai informasi faktual, atau data dan distribusi lain serta bahan-

(47)

31

bahan yang berhubungan dengan pokok masalah yang sedang dibahas.

Dalam ulasan ini, informasi tambahan yang digunakan adalah informasi dan data tentang jenis wawasan terdekat sebagai tujuan liburan yang potensial.

E. Informan Penelitian

Informan dalam Penelitian ini terdiri dari beberapa orang yang terdapat di lingkup Objek Wisata Ke’te Kesu di antaranya yaitu :

1. 1 (satu) orang Pemangku Adat 2. 4 (empat) orang Wisatawan 3. 1 (satu) orang Pemda Setempat F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan informasi adalah sistem yang sistematis dan standar untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Strategi pemilahan informasi yang digunakan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan pemeriksaan ini adalah: :

a. Observasi

Observasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang Objek Wisata Ke’te Kesu berbasis Kearifa Lokal sebagai salah satu unsur PAD melalui persepsi langsung, tanpa bantuan instrumen tertentu untuk tujuan penelitian. Dalam ulasan ini, analis memimpin persepsi langsung.

Persepsi langsung diakhiri dengan mengungkapkan secara lugas kepada sumbernya, yaitu: Pada Pemangku Adat, Wisatawan, dan Pemda Setempat bahwa peneliti sedang melakukan penelitian.

(48)

b. Wawancara

Wawancara adalah informasi yang dikumpulkan melalui kerjasama langsung dengan responden dengan mengadakan tanya jawab.

Wawancara dilakukan dengan luar dan dalam dengan sumber yang berlaku untuk mendapatkan jenis wawasan terdekat yang diamankan sebagai tempat liburan potensial kepada, Pemangku Adat, Wisatawan, dan Pemda Setempat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan informasi dengan merekam arsip organisasi yang terkait dengan pemeriksaan ini.

G. Metode Analisis Data

Menurut Sugiono (2013), investigasi informasi adalah menumbuhkan hipotesis yang telah bekerja dari informasi yang telah diperoleh di lapangan.

Pada tahap yang mendasari, ilmuwan mengarahkan penyelidikan, kemudian informasi dikumpulkan di dalam dan di luar, mulai dari persepsi hingga perencanaan laporan. Melakukan reduksi dari hasil wawancara kemudian mencari simpulan.

Definisi ini menggambarkan betapa pentingnya tempat investigasi informasi berkaitan dengan eksplorasi target. Aturan dasar pemeriksaan subjektif adalah melacak hipotesis dari informasi. Pemeriksaan ini merupakan eksplorasi yang relatif, dengan lebih pada penggambaran akibat pertemuan dan konsentrat dokumentasi serta melihat hipotesis dan kenyataan yang terjadi di lapangan.

(49)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Objek Wisata Ke’te Kesu, Kampung Bonoran, Kelurahan Panta’nakan Lolo, Kecamatan Kesu, Kabupaten Toraja Utara dan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara di Rantepao.

1. Objek Wisata Ke’te Kesu

Kete' Kesu' adalah salah satu tempat yang dimanfaatkan oleh suku Toraja untuk melakukan upacara pemakaman yang pastinya disebut Rambu Solo.

Destinasi Kete' Kesu' industri wisata sudah ada sejak zaman para pendahulu Suku Toraja, namun sebagai tempat wisata Ke'te' Kesu' sudah mulai menyelesaikan kegiatan fungsionalnya sesuai standar pemerintah dari tahun 1970 hingga saat ini. Destinasi wisata Ke'te' Kesu' sudah terkenal di kalangan wisatawan lokal dan asing mulai sekitar tahun 1979 dan dalam jangka panjang pemerintah terus-menerus menyiapkan kantor untuk mendukung iklim tempat liburan.

Kete Kesu ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan nomor pendaftaran 290 yang harus dijaga atau diamankan. Tempat wisata Ke'te' Kesu' ini sangat menarik karena memiliki kompleks penginapan tradisional khas Toraja yang terdiri dari enam Tongkonan lengkap dengan 12 alang sura' (tempat berteduh kuda). Tongkonan dari nenek moyang Puang di Kesu berfungsi sebagai tempat untuk merenungkan, membuat aturan, meletakkan dan melaksanakan pedoman standar, baik aluk dan pemali yang digunakan sebagai aturan hidup dan masyarakat di seluruh Tana Toraja yang disebut aluk Sanda Pituma. Tongkonan

(50)

Apalagi, kebebasan kepemilikan tempat wisata Ke'te' Kesu' belakangan ini dari zaman ke zaman dan kerabat Puang ri Kesu masih hidup sampai sekarang. Tongkonan telah menjadi warisan sosial, masih digunakan sebagai tempat latihan adat namun saat ini tongkonan belum banyak ditempati namun Ke'te' Kesu' saat ini diawasi oleh beberapa keluarga dan pejabat publik yang bekerja sama dalam berurusan dengan tujuan liburan Ke'te' Kesu'.

Kete Kesu adalah representasi terlengkap dari budaya raksasa di Tana Toraja. Tongkonan di Kete' Kesu' memiliki ukiran yang indah. Tanduk banteng yang disusun berkonotasi status sosial pemilik rumah. Tongkonan dan alang sura bersifat genetik. Tongkonan-tongkonan yang ada di Kete' Kesu' sudah tua, bahkan ada yang diperkirakan berusia sekitar 300 tahun.

Bagian atas tongkonan yang terbuat dari bambu itu ditumbuhi ilalang, namun Badan Pengurus sengaja tidak membersihkannya karena rumput ini bisa berguna untuk menahan tumpahan air.

Ke'te' Kesu' terletak di Desa Panta'nakan Lolo, Jl. Ke'te Kesu' 98A, Kecamatan Rantepao, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Destinasi liburan Ke'te Kesu' bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak dari kota Rantepao sekitar lima km dan memakan waktu sekitar 20 hingga 25 menit. Mengingat pembagian usaha gerak menurut Spille (1987), Ke'te' Kesu' mengkonsolidasikan usaha gerak untuk budaya dan alam yang merupakan tempat belajar adat serta tempat untuk mengunjungi bangunan dan benda-benda rekaman, peninggalan-peninggalan masa lalu dan berpartisipasi dalam adegan. tempat liburan bersama. dengan keadaan biasa tempat liburan Ke'te' Kesu' 2013, termasuk tidak terlalu diperhatikan.

(51)

35

Visi dan Misi Obyek Wisata Ke'te Kesu : Visi:

"Menjadi titik fokus tempat liburan yang berharga, terlindungi dan menyenangkan dengan menjaga adat dan budaya Toraja."

Misi:

1. Lakukan upacara peringatan sesuai adat Toraja

2. Bekerja pada pemeliharaan dan keamanan iklim, struktur dan benda-benda warisan sosial.

3. Membuat budaya perilaku.

4. menggunakan, mengawasi, dan menjatah aset reguler dengan menjalankan kerangka kerja penebangan tertentu.

2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Kabupaten Toraja Utara di bidang kebudayaan dan industri perjalanan sesuai dengan pedoman kemandirian daerah.

Dari tempat kerja dinas pariwisata dan budaya atau yang dikeluarkan dari Disparbud, selesailah berbagai urusan pemerintahan lingkungan yang terkait dengan industri perjalanan dan kawasan budaya. Usaha Disparbud adalah sebagai agen masalah pemerintah lingkungan di bidang industri perjalanan wisata dan pelestarian sosial di wilayah fungsinya. Kapasitas Disparbud adalah membentuk strategi di bidang industri perjalanan wisata, ekspresi, budaya dan film, koordinator industri perjalanan dan budaya, pelatihan dan bimbingan industri perjalanan dan penghibur sosial di wilayah

(52)

fungsinya, penyelenggara UPTD, hingga mengumumkan dan mengkoordinasikan industri perjalanan dan usaha sosial.

Berkaitan dengan kewajiban dan kapasitasnya, Disparbud disetujui untuk memberikan hibah di bidang industri perjalanan wisata termasuk Izin Usaha Pariwisata bagi perencana perjalanan dan lain-lain, mengatur Izin Usaha Tetap Pariwisata (ITUP), Tanda Daftar Usaha Pariwisata atau TDUP termasuk Tanda Daftar Usaha Jasa Perjalanan, Tanda Daftar Usaha Pariwisata Daftar Usaha Penyedia Akomodasi, Tanda Daftar Usaha Kawasan Pariwisata, dan lain-lain. Selain perizinan di bidang pariwisata, Disparbud juga memiliki posisi untuk memberikan hibah yang berkaitan dengan bidang sosial seperti kegiatan sosial, pemindahan elemen bangunan bersejarah dan lain-lain. Untuk data lainnya bisa mengunjungi kantor Disparbud terdekat, menghubungi telepon, atau mengakses situs otoritas Disparbud untuk data umum..

Berikut Kepala Dinas dan Sekretaris dari tahun 2010-sekarang : Tabel 4.1

Nama Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara

Masa Jabatan

Nama Jabatan

2010-2012

Yakin Tandirerung,M.Si Dra. Kornelia Untung Seru, M.pd

Kepala Dinas Sekretaris

2012-2014

Marthen Mettuka’,SH Dra. Kornelia Untung Seru, M.pd

Kepala Dinas Sekretaris

2014-2016 Innosentius Rantesapan Slamet Darmanto

Kepala Dinas Sekretaris 2016-2020

Ir.Harli Patriatno Jenni Sakka Yonatan Menturino

Kepala Dinas Sekretaris I Sekretaris II 2020-2021 Yorry R. lesawengen,

AP.M.Tr.AP

Kepala Dinas

(53)

37

Yamarlin Mangiri, SE Sekretaris 2022-

Sekarang

Matius Sampelalong, SE.

M.Si

Mudaril A. Rantetondok

Kepala Dinas Sekretaris

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara Tahun 2022 Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara adalah : Visi:

“Menjadikan Kabupaten Toraja Utara Sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan”

Misi:

1. Pemajuan atraksi industri perjalanan wisata. Misi ini menyimpulkan kebutuhan untuk bekerja pada sifat objek industri perjalanan lokal, membangun provinsi yang tak tertandingi industri perjalanan/wilayah ODTW, membuat teritorial item industri perjalanan lebih berfluktuasi, dan bekerja pada administrasi normal dan sosial provinsi industri perjalanan.

2. Peningkatan SDM dan perusahaan industri perjalanan. Misi ini menyarankan perlunya peningkatan partisipasi institusional, antara otoritas publik, area privat dan area lokal dalam teritorial kemajuan industri perjalanan.

3. Kemajuan ekonomi industri perjalanan. Misi ini menyimpulkan kebutuhan untuk meningkatkan teritorial latihan kemajuan industri perjalanan, serta untuk membuka ruang seluas mungkin bagi pendukung keuangan untuk tanpa henti menempatkan sumber daya ke dalam industri perjalanan, sehingga posisi baru dibuka.

(54)

4. Pelestarian adat dan budaya. Misi ini mengandung makna, kebutuhan untuk terus menciptakan dan melindungi tradisi dan budaya teritorial, serta upaya peningkatan untuk menumbuhkan kualitas sosial.

5. Kemajuan keanekaragaman dan kelimpahan sosial. Misi ini mengandung makna, yang terus-menerus dan tak henti-hentinya membina pengelolaan keanekaragaman sosial yang ada, serta mengusahakan pengelolaan kekayaan sosial teritorial.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui potensi objek wisata Ke’te Kesu sebagai unsur Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Toraja Utara yang dilihat dari pendapatan objek wisata Ke’te Kesu dari Tahun 2019-2021.

Hasil wawancara dan pengumpulan data dokumen pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara diperoleh hasil penelitian yaitu pengunjung wisata ke’te kesu di bagi menjadi empat yaitu ada Wisatawan Mancanegara, Wisatawan Nusantara, Pelajar dan Pemda.

1. Wawancara dengan Pemangku Adat Objek Wisata Ke’te Kesu

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Pemangku Adat yang bernama Layuk Sarunggallo pada objek wisata Ke’te Kesu’ pada tanggal 12 maret 2022 dengan pertanyaan Apakah ada kepercayaan atau aturan yang di anut atau berlaku di Objek Wisata Ke’te Kesu ? Pemangku Adat mengatakan bahwa :

“Pada objek wisata ke’te kesu masih terikat dengan norma yang disampaikan oleh nenek moyang yang masih menunjang hidup mereka seperti yang di atur dalam aluk dikenal dengan istilah 7777”.

Dalam pelajaran Aluk Sanda Pitunna/Aluk 7777 hanya 777 yang diubah menurut adat dan 7000 dikeluarkan. Wajar saja, standar sanda pitunna

(55)

39

memang tidak diragukan lagi, namun bagi masyarakat sekitar Tana Toraja, konsep standar ini memasukkan unsur kepercayaan dan persetujuan kepada pemberi kehidupan. Akibat dari pengabaian standar ini akan menimbulkan kedisiplinan bagi masyarakat Toraja, misalnya kekecewaan panen, peristiwa bencana dan kutukan bawaan. Sikap ini dapat disinggung sebagai kearifan local yang khas.

Ketika berkunjung ke objek wisata ke’te kesu kita harus mengikuti kebiasaan besar seperti perjalanan ke tempat pemakaman para pendahulu.

Karena menjaga sikap sangat berarti bagi masyarakat Toraja. Lokasi ini menjadi pemakaman para leluhur mereka, oleh karena itu kita harus menjaga sikap jika berkunjung kesini. Selain itu ketika para wisatawan melanggar aturan maka aka nada hukuman adat yang diberikan, hukum adat akan bervariasi tergantung dari pelanggaran yang dilakukan, mulai dari denda sebagai kontribusi makhluk yang disembelih, ke administrasi dan penahanan adat.

Adapun wawancara lain dengan pemangku adat yang bernama Layuk Sarungallo pada tanggal 12 Maret 2022 dengan pertanyaan bagaimana komiten masyarakat dalam merawat peninggalan warisan terdahulu ? Pemangku Adat mengatakan bahwa :

“Komiteman masyarakat merawat peninggalan nenek moyang sama dengan mereka tetap hidp berdampingan dengan almarhum nenek moyang maupun orang tua. Serta keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata Ke’te kesu seperti dalam bentuk tenaga, bentuk harta benda, keterampilan dan kemahiran serta partisipasi social.”

Ke’te kesu memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh objek wisata yang lain. Beberapa keunikan yang berada di objek wisata ke’te kesu seperti rumah adat tongkonan, kuburan toraja, ukiran khas toraja, kuburan

Referensi

Dokumen terkait

EVALUASI POTENSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI

(2) Pemanfaatan potensi fisik objek wisata kabupaten bener meriah telah dilakukan, hal ini bisa dilihat dari pengunjung yang datang untuk menikmati pemandangan

BAB IV Potensi Objek Wisata Kota Tapak Tuan Sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Aceh Selatan

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan objek wisata Air Panas guna meningkatkan pendapatan asli desa (PADes) di Desa Cikupa Kecamatan Banjaranyar

BAB IV Potensi Objek Wisata Kota Tapak Tuan Sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Aceh Selatan

Variabel Jumlah Objek di Bali dari hasil analisis diperoleh bahwa jumlah objek wisata tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terkait dengan Objek wisataKe’te’ Kesu’ di Kabupaten Toraja Utara, maka adapun saran yang dapat

macam sumber data yang berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu mengenai potensi, efektivitas dan efisiensi retribusi pariwisata sebagai sumber penerimaan pendapatan