• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informan dalam Penelitian ini terdiri dari beberapa orang yang terdapat di lingkup Objek Wisata Ke’te Kesu di antaranya yaitu :

1. 1 (satu) orang Pemangku Adat 2. 4 (empat) orang Wisatawan 3. 1 (satu) orang Pemda Setempat F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan informasi adalah sistem yang sistematis dan standar untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Strategi pemilahan informasi yang digunakan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan pemeriksaan ini adalah: :

a. Observasi

Observasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang Objek Wisata Ke’te Kesu berbasis Kearifa Lokal sebagai salah satu unsur PAD melalui persepsi langsung, tanpa bantuan instrumen tertentu untuk tujuan penelitian. Dalam ulasan ini, analis memimpin persepsi langsung.

Persepsi langsung diakhiri dengan mengungkapkan secara lugas kepada sumbernya, yaitu: Pada Pemangku Adat, Wisatawan, dan Pemda Setempat bahwa peneliti sedang melakukan penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah informasi yang dikumpulkan melalui kerjasama langsung dengan responden dengan mengadakan tanya jawab.

Wawancara dilakukan dengan luar dan dalam dengan sumber yang berlaku untuk mendapatkan jenis wawasan terdekat yang diamankan sebagai tempat liburan potensial kepada, Pemangku Adat, Wisatawan, dan Pemda Setempat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan informasi dengan merekam arsip organisasi yang terkait dengan pemeriksaan ini.

G. Metode Analisis Data

Menurut Sugiono (2013), investigasi informasi adalah menumbuhkan hipotesis yang telah bekerja dari informasi yang telah diperoleh di lapangan.

Pada tahap yang mendasari, ilmuwan mengarahkan penyelidikan, kemudian informasi dikumpulkan di dalam dan di luar, mulai dari persepsi hingga perencanaan laporan. Melakukan reduksi dari hasil wawancara kemudian mencari simpulan.

Definisi ini menggambarkan betapa pentingnya tempat investigasi informasi berkaitan dengan eksplorasi target. Aturan dasar pemeriksaan subjektif adalah melacak hipotesis dari informasi. Pemeriksaan ini merupakan eksplorasi yang relatif, dengan lebih pada penggambaran akibat pertemuan dan konsentrat dokumentasi serta melihat hipotesis dan kenyataan yang terjadi di lapangan.

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Objek Wisata Ke’te Kesu, Kampung Bonoran, Kelurahan Panta’nakan Lolo, Kecamatan Kesu, Kabupaten Toraja Utara dan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara di Rantepao.

1. Objek Wisata Ke’te Kesu

Kete' Kesu' adalah salah satu tempat yang dimanfaatkan oleh suku Toraja untuk melakukan upacara pemakaman yang pastinya disebut Rambu Solo.

Destinasi Kete' Kesu' industri wisata sudah ada sejak zaman para pendahulu Suku Toraja, namun sebagai tempat wisata Ke'te' Kesu' sudah mulai menyelesaikan kegiatan fungsionalnya sesuai standar pemerintah dari tahun 1970 hingga saat ini. Destinasi wisata Ke'te' Kesu' sudah terkenal di kalangan wisatawan lokal dan asing mulai sekitar tahun 1979 dan dalam jangka panjang pemerintah terus-menerus menyiapkan kantor untuk mendukung iklim tempat liburan.

Kete Kesu ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan nomor pendaftaran 290 yang harus dijaga atau diamankan. Tempat wisata Ke'te' Kesu' ini sangat menarik karena memiliki kompleks penginapan tradisional khas Toraja yang terdiri dari enam Tongkonan lengkap dengan 12 alang sura' (tempat berteduh kuda). Tongkonan dari nenek moyang Puang di Kesu berfungsi sebagai tempat untuk merenungkan, membuat aturan, meletakkan dan melaksanakan pedoman standar, baik aluk dan pemali yang digunakan sebagai aturan hidup dan masyarakat di seluruh Tana Toraja yang disebut aluk Sanda Pituma. Tongkonan

Apalagi, kebebasan kepemilikan tempat wisata Ke'te' Kesu' belakangan ini dari zaman ke zaman dan kerabat Puang ri Kesu masih hidup sampai sekarang. Tongkonan telah menjadi warisan sosial, masih digunakan sebagai tempat latihan adat namun saat ini tongkonan belum banyak ditempati namun Ke'te' Kesu' saat ini diawasi oleh beberapa keluarga dan pejabat publik yang bekerja sama dalam berurusan dengan tujuan liburan Ke'te' Kesu'.

Kete Kesu adalah representasi terlengkap dari budaya raksasa di Tana Toraja. Tongkonan di Kete' Kesu' memiliki ukiran yang indah. Tanduk banteng yang disusun berkonotasi status sosial pemilik rumah. Tongkonan dan alang sura bersifat genetik. Tongkonan-tongkonan yang ada di Kete' Kesu' sudah tua, bahkan ada yang diperkirakan berusia sekitar 300 tahun.

Bagian atas tongkonan yang terbuat dari bambu itu ditumbuhi ilalang, namun Badan Pengurus sengaja tidak membersihkannya karena rumput ini bisa berguna untuk menahan tumpahan air.

Ke'te' Kesu' terletak di Desa Panta'nakan Lolo, Jl. Ke'te Kesu' 98A, Kecamatan Rantepao, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Destinasi liburan Ke'te Kesu' bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak dari kota Rantepao sekitar lima km dan memakan waktu sekitar 20 hingga 25 menit. Mengingat pembagian usaha gerak menurut Spille (1987), Ke'te' Kesu' mengkonsolidasikan usaha gerak untuk budaya dan alam yang merupakan tempat belajar adat serta tempat untuk mengunjungi bangunan dan benda-benda rekaman, peninggalan-peninggalan masa lalu dan berpartisipasi dalam adegan. tempat liburan bersama. dengan keadaan biasa tempat liburan Ke'te' Kesu' 2013, termasuk tidak terlalu diperhatikan.

35

Visi dan Misi Obyek Wisata Ke'te Kesu : Visi:

"Menjadi titik fokus tempat liburan yang berharga, terlindungi dan menyenangkan dengan menjaga adat dan budaya Toraja."

Misi:

1. Lakukan upacara peringatan sesuai adat Toraja

2. Bekerja pada pemeliharaan dan keamanan iklim, struktur dan benda-benda warisan sosial.

3. Membuat budaya perilaku.

4. menggunakan, mengawasi, dan menjatah aset reguler dengan menjalankan kerangka kerja penebangan tertentu.

2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara Sulawesi Selatan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Kabupaten Toraja Utara di bidang kebudayaan dan industri perjalanan sesuai dengan pedoman kemandirian daerah.

Dari tempat kerja dinas pariwisata dan budaya atau yang dikeluarkan dari Disparbud, selesailah berbagai urusan pemerintahan lingkungan yang terkait dengan industri perjalanan dan kawasan budaya. Usaha Disparbud adalah sebagai agen masalah pemerintah lingkungan di bidang industri perjalanan wisata dan pelestarian sosial di wilayah fungsinya. Kapasitas Disparbud adalah membentuk strategi di bidang industri perjalanan wisata, ekspresi, budaya dan film, koordinator industri perjalanan dan budaya, pelatihan dan bimbingan industri perjalanan dan penghibur sosial di wilayah

fungsinya, penyelenggara UPTD, hingga mengumumkan dan mengkoordinasikan industri perjalanan dan usaha sosial.

Berkaitan dengan kewajiban dan kapasitasnya, Disparbud disetujui untuk memberikan hibah di bidang industri perjalanan wisata termasuk Izin Usaha Pariwisata bagi perencana perjalanan dan lain-lain, mengatur Izin Usaha Tetap Pariwisata (ITUP), Tanda Daftar Usaha Pariwisata atau TDUP termasuk Tanda Daftar Usaha Jasa Perjalanan, Tanda Daftar Usaha Pariwisata Daftar Usaha Penyedia Akomodasi, Tanda Daftar Usaha Kawasan Pariwisata, dan lain-lain. Selain perizinan di bidang pariwisata, Disparbud juga memiliki posisi untuk memberikan hibah yang berkaitan dengan bidang sosial seperti kegiatan sosial, pemindahan elemen bangunan bersejarah dan lain-lain. Untuk data lainnya bisa mengunjungi kantor Disparbud terdekat, menghubungi telepon, atau mengakses situs otoritas Disparbud untuk data umum..

Berikut Kepala Dinas dan Sekretaris dari tahun 2010-sekarang : Tabel 4.1

Nama Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara 2020-2021 Yorry R. lesawengen,

AP.M.Tr.AP

Kepala Dinas

37

Yamarlin Mangiri, SE Sekretaris

2022-Sekarang

Matius Sampelalong, SE.

M.Si

Mudaril A. Rantetondok

Kepala Dinas Sekretaris

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara Tahun 2022 Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara adalah : Visi:

“Menjadikan Kabupaten Toraja Utara Sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan”

Misi:

1. Pemajuan atraksi industri perjalanan wisata. Misi ini menyimpulkan kebutuhan untuk bekerja pada sifat objek industri perjalanan lokal, membangun provinsi yang tak tertandingi industri perjalanan/wilayah ODTW, membuat teritorial item industri perjalanan lebih berfluktuasi, dan bekerja pada administrasi normal dan sosial provinsi industri perjalanan.

2. Peningkatan SDM dan perusahaan industri perjalanan. Misi ini menyarankan perlunya peningkatan partisipasi institusional, antara otoritas publik, area privat dan area lokal dalam teritorial kemajuan industri perjalanan.

3. Kemajuan ekonomi industri perjalanan. Misi ini menyimpulkan kebutuhan untuk meningkatkan teritorial latihan kemajuan industri perjalanan, serta untuk membuka ruang seluas mungkin bagi pendukung keuangan untuk tanpa henti menempatkan sumber daya ke dalam industri perjalanan, sehingga posisi baru dibuka.

4. Pelestarian adat dan budaya. Misi ini mengandung makna, kebutuhan untuk terus menciptakan dan melindungi tradisi dan budaya teritorial, serta upaya peningkatan untuk menumbuhkan kualitas sosial.

5. Kemajuan keanekaragaman dan kelimpahan sosial. Misi ini mengandung makna, yang terus-menerus dan tak henti-hentinya membina pengelolaan keanekaragaman sosial yang ada, serta mengusahakan pengelolaan kekayaan sosial teritorial.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui potensi objek wisata Ke’te Kesu sebagai unsur Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Toraja Utara yang dilihat dari pendapatan objek wisata Ke’te Kesu dari Tahun 2019-2021.

Hasil wawancara dan pengumpulan data dokumen pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara diperoleh hasil penelitian yaitu pengunjung wisata ke’te kesu di bagi menjadi empat yaitu ada Wisatawan Mancanegara, Wisatawan Nusantara, Pelajar dan Pemda.

1. Wawancara dengan Pemangku Adat Objek Wisata Ke’te Kesu

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Pemangku Adat yang bernama Layuk Sarunggallo pada objek wisata Ke’te Kesu’ pada tanggal 12 maret 2022 dengan pertanyaan Apakah ada kepercayaan atau aturan yang di anut atau berlaku di Objek Wisata Ke’te Kesu ? Pemangku Adat mengatakan bahwa :

“Pada objek wisata ke’te kesu masih terikat dengan norma yang disampaikan oleh nenek moyang yang masih menunjang hidup mereka seperti yang di atur dalam aluk dikenal dengan istilah 7777”.

Dalam pelajaran Aluk Sanda Pitunna/Aluk 7777 hanya 777 yang diubah menurut adat dan 7000 dikeluarkan. Wajar saja, standar sanda pitunna

39

memang tidak diragukan lagi, namun bagi masyarakat sekitar Tana Toraja, konsep standar ini memasukkan unsur kepercayaan dan persetujuan kepada pemberi kehidupan. Akibat dari pengabaian standar ini akan menimbulkan kedisiplinan bagi masyarakat Toraja, misalnya kekecewaan panen, peristiwa bencana dan kutukan bawaan. Sikap ini dapat disinggung sebagai kearifan local yang khas.

Ketika berkunjung ke objek wisata ke’te kesu kita harus mengikuti kebiasaan besar seperti perjalanan ke tempat pemakaman para pendahulu.

Karena menjaga sikap sangat berarti bagi masyarakat Toraja. Lokasi ini menjadi pemakaman para leluhur mereka, oleh karena itu kita harus menjaga sikap jika berkunjung kesini. Selain itu ketika para wisatawan melanggar aturan maka aka nada hukuman adat yang diberikan, hukum adat akan bervariasi tergantung dari pelanggaran yang dilakukan, mulai dari denda sebagai kontribusi makhluk yang disembelih, ke administrasi dan penahanan adat.

Adapun wawancara lain dengan pemangku adat yang bernama Layuk Sarungallo pada tanggal 12 Maret 2022 dengan pertanyaan bagaimana komiten masyarakat dalam merawat peninggalan warisan terdahulu ? Pemangku Adat mengatakan bahwa :

“Komiteman masyarakat merawat peninggalan nenek moyang sama dengan mereka tetap hidp berdampingan dengan almarhum nenek moyang maupun orang tua. Serta keterlibatan masyarakat dalam pengembangan wisata Ke’te kesu seperti dalam bentuk tenaga, bentuk harta benda, keterampilan dan kemahiran serta partisipasi social.”

Ke’te kesu memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh objek wisata yang lain. Beberapa keunikan yang berada di objek wisata ke’te kesu seperti rumah adat tongkonan, kuburan toraja, ukiran khas toraja, kuburan

batu, peti kayu kepala kerbau dan tengkorak, patung leluhur serta ada gua yang dimana di dalam gua hanya ada terdapat satu kuburan, di dalam goa ada batu berbentuk kepala buaya, jari tangan, bentuk hidung manusia, tulang belakang dan mengkilap.

Keunikan di atas menjadi daya Tarik para wisatawan berkunjung ke objek wisata ke’te kesu. Selain keunikan yang telah di sebutkan objek wisata ke’te kesu memiliki galeri yang berisi berbagai macam barang kuno Toraja konvensional. Seperti ukiran, senjata tajam, tembikar dan bendera merah putih yang pertamakali di kibarkan di Toraja. Selain itu ke’te kesu merupakan cagar budaya dan pusat berbagai upacara adat Toraja, seperti Rambu Solo dan Rambu Tuka.

Pada wawancara yang dilakukan dengan pemangku adat yang bernama Layuk Sarungallo dengan pertanyaan Bagaimana atau apa yang menjadi potensi objek wisata ke’te kesu untuk menarik para wisatawan berkunjung sehingga dapat menjadi unsur PAD ? Pemangku Adat mengatakan bahwa :

“Hal yang paling menonjol di objek wisata ke’te kesu adalah upacara rambu solo atau biasa di sebut dengan upacara kematian. Pada daerah ini keseriusan mereka terhadap kematian dapat dilihat dari ritual maupun upacara adat yang mewah, kuburan yang mewah, kuburan yang menggantung dan situs pemakaman yang penuh dekorasi.”

Selain itu yang menjadi potensi objek wisata ke’te kesu yaitu terdapat suatu tanduk hewan, dimana semakin banyak maka semakin tinggi status social seseorang. Serta pengelolaan yang ada pada objek wisata ke’te kesu yang menunjang banyaknya wisatawan karena merasa nyaman ketika berkunjung kesana.

Dari hasil penelitian yang diperoleh adalah objek wisata ke’te kesu dengan segala keunikan yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh daerah lain

41

dikelola dan dikembangkan oleh pemilik notaris dan non yayasan objek wisata ke’te kesu atau kepala adat. Walaupun ada beberapa masyarakat yang ikut berpartisipasi menjaga dan merawat lingkungan sekitar objek wisata ke’te kesu tetapi objek wisata ke’te kesu dikelolah oleh Pemanngku Adat. Adapun peran pemerintah hanya mengawasi kegiatan yang ada di objek wisata ke’te kesu.

2. Wawancara dengan Wisatawan

Hasil wawancara dengan beberapa wisatawan yang dapat di simpulkan dan hampir semua hasil wawancara wisatawan sama mengatakan bahwa mereka tertarik berkunjung ke ke’te kesu karena tertarik dengan keunikan dan ingin melihat langsung dan mendapatkan informasi langsung dari pemandu objek wisata ke’te kesu. Seperti hasil wawancara oleh salah satu wisatawan Risma pada tanggal 12 Maret 2020 dengan pertanyaan Apa yang menjadi daya Tarik objek wisata ke’te kesu ? Risma mengatakan bahwa :

“Saya tertarik berkunjung ke objek wisata ke’te kesu karena keunikan yang dimiliki seperti rumah adat tongkonan dan upacara penguburannya.”

Mereka dapat menggali informasi mengenai keunikan dan nilai yang masih melekat di objek wisata ke’te kesu atau biasa di sebut kearifan lokal yang melekat disana. Mereka beranggapan bahwa banyak nilai yang masih melekat atau biasa di sebut kearifan lokal yang ada di ke’te kesu. Serta pada objek wisata ini fasilitas ibadah sangat menunjang seperti mushallah dan fasilitas yang lain seperti wc.

Banyaknya keunikan yang dimiliki objek wisata ke’te kesu menarik wisatawan berkunjung ke objek wisata ke’te kesu. Selain itu fasilitas dan pengolaan objek wisata ini sangat bagus serta enaknya di pandang ketika

memasuki lokasi objek wisata ke’te kesu. Rasa penasaran yang tinggi juga yang di lihat dari dunia maya seperti informasi yang ada di google, intagram dan facebook yang membuat ingin menggali sendiri informasi dan melihat secara langsung keunikan dan potensi-potensi yang dimiliki objek wisata ke’te kesu.

3. Wawancara dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara

Berdasarkan wawancara dengan kepala dinas kebudayaan dan pariwisata Toraja Utara Bapak Matius Sampelalong,SE.M.Si pada tanggal 09 Maret 2022 dengan pertanyaan Apakah objek wisata ke’’te kesu memberikan kontrubisi terhadap PAD Kabupaten Toraja Utara ?? Kepala Dinas mengatakan bahwa :

“Objek wisata Ke’te Kesu memberikan kontribusi kepada PAD, terutama wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantaranya, seperti yang dikatakan bahwa objek wisata ke’te kesu selalu memberikan kontribusi sebesar 40% dari hasil keseluruhan pendapatan.”

Objek wisata ke’te kesu selalu ramai di kunjungi karena objek wisata ke’te kesu memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh daeraah lain.

Kemudian cara pengelolaan objek wisata ke’te kesu sehingga dapat memberikan kontribusi adalah memberikan pelayanan khusus kepada wisatawan yang berkunjung sehingga wisatawan nyaman ketika berada di lingkungan objek wisata. Dan objek wisata ke’te kesu memberikan pengaruh atau dampak positif kepada PAD.

Pendapatan 40% yang dilaporkan kepada Pemda diperoleh dari hasil penjualan tiket kepada para wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ke’te kesu. Dimana setiap wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ke’te kesu memiliki tarif yang berbeda-beda.

43

Pendapatan dari objek wisata ke’te kesu dilaporkan kepada bendahara penerima pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tana Toraja. Hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Dinas Bapak Matius Sampelalong,SE.,M.Si dengan pertanyaan Apakah ada pengakuan pencatatan untuk penerimaan dari objek wisata ke’te kesu ? Kepala Dinas mengatakan bahwa :

“Pencatatan pendapatan yang diperoleh dari objek wisata ke’te kesu di laporkan kepada bendahara penerima dan di catat pada buku pencatatan pemasukan yang di catat setiap hari kemudian di rekapitulasi setiap bulannya.”

Berdasarkan informasi dan pengumpulan data dari Dinas Pariwsata dan Kebudayaan Toraja Utara bahwa pada kemitraan pemerintah, masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan pariwisata Toraja Utara merupakan salah satu cara yang sangat strategis dalam penyediaan infrastuktur dan pelayanan publik. Sektor pariwisata juga memberikan dampak perekonomian yang baik kepada masyarakat. Tetapi hasil dari Objek Wisata Ke’te Kesu tidak semunya dilaporkan ke Pemda, sebagian dibagi berdasarkan hasil pungutan retribusi yang di atur dalam Peraturan Bupati No. 47 Tahun 2019 tentang tata cara pemungutan retribus tempat rekreasi dan olahraga, untuk teknis pembagian retribusi sebagai berikut :

Tabel 4.2

Teknis Pembagian Retribusi Objek Wisata Ke’te Kesu

NO Pengelolah Objek Wisata Pembagian Hasil

1 Yayasan (Akte Notaris)

60% untuk Yayasan 40% untuk Pemda

2 Non Yayasan (Keluarga/Petani)

60% untuk Objek Wisata 40% untuk Pemda Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Toraja Utara Tahun 2022

Adapun data pengunjung dan jumlah pendapatan objek wisata Ke’te kesu pada tahun 2019-2020 yaitu :

a. Data pengunjung dan jumlah pendapatan objek wisata Ke’te Kesu pada tahun 2019

Pada Tahun 2019 pemasukan terbanyak dari Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Objek Wisata Ke’te Kesu, kemudian Wisatawan Nusantara kemudian Pelajar. Pada Tahun 2019 tidak ada pemasukan dari pengunjung Pemda. Pada tahun 2019 pemasukan yang di dapatkan sebanyak Rp 553.750.000 dari jumlah pengunjung keseluruhan 35.050 orang yang dimana dari hasil pemasukan di alokasikan ke Pengelola dan di berikan kepada Pemda. Hasil yang di setorkan ke Pengelola sebesar 60% dari hasil pendapatan keseluruhan yaitu sebanyak Rp.332.250.000 sedangkan yang di setorkan ke Pemda sebesar 40% dari hasil keseluruhan yaitu sebanyak Rp 221.500.000., (Lihat Lampiran Tabel 4.1)

b. Data pengunjung dan jumlah pendapatan objek wisata Ke’te Kesu pada tahun 2020

Pada Tahun 2020 pemasukan terbanyak dari wisatawan nusantara, kemudian wisatawan mancanegara. Pada tahun 2020 tidak ada pemasukan dari Pemda dan pelajar. Pada tahun 2020 jumlah pemasukan yang di dapatkan sebanyak Rp. 237.000.000 dari jumlah wisatawan sebanyak 15.350 orang. Dimana dari hasil pemasukan di alokasikan ke Pengelola dan di berikan ke Pemda. Hasil yang di setorkan ke Pengelola sebesar 60% dari hasil pendapatan keseluruhan yaitu sebanyak Rp.

142.200.000 sedangkan yang di setorkan ke Pemda sebesar 40% dari

45

hasil keseluruhan yaitu sebanyak Rp 94.800.000. (Lihat Lampiran Tabel 4.2)

c. Data pengunjung dan jumlah pendapatan objek wisata Ke’te Kesu pada tahun 2021

Pada Tahun 2021 pemasukan terbanyak dari wisatawan nusantara, kemudian Pelajar dan terakhir wisatawan mancanegara. Pada tahun 2021 tidak ada pemasukan dari Pemda. Pada tahun 2021 jumlah pemasukan yang di dapatkan sebanyak Rp. 587.750.000 dari jumlah wisatawan sebanyak 39.600 orang. Dimana dari hasil pemasukan di alokasikan ke Pengelola dan di berikan ke Pemda. Hasil yang di setorkan ke Pengelola sebesar 60% dari hasil pendapatan keseluruhan yaitu sebanyak Rp.

352.650.000 sedangkan yang di setorkan ke Pemda sebesar 40% dari hasil keseluruhan yaitu sebanyak Rp 235.100.000. (Lihat Lampiran Tabel 4.3)

C. Pembahasan

Objek wisata ke’te kesu yang terkenal dengan adat dan nilai yang masih melekat membuat para wisatawan banyak tertarik berkunjung kesana. Pada objek wisata ke’te kesu ada norma yang masih terikat yang disampaikan oleh nenek moyang yang masih menunjang hidup mereka, seperti yang di atur dalam aluk dikenal dengann istilah 7777. Dalam pelajaran Aluk Sanda Pitunna/Aluk 7777 hanya 777 yang diubah menurut adat dan 7000 dikeluarkan.

Wajar saja, standar sanda pitunna memang tidak diragukan lagi, namun bagi masyarakat sekitar Tana Toraja, konsep standar ini memasukkan unsur kepercayaan dan persetujuan kepada pemberi kehidupan. Akibat dari pengabaian standar ini akan menimbulkan kedisiplinan bagi masyarakat

Toraja, misalnya kekecewaan panen, peristiwa bencana dan kutukan bawaan.

Sikap ini dapat disinggung sebagai kearifan local yang khas. Para pengunjung yang berada di objek wisata ke’te kesu harus menjaga sopan santun layaknya

Sikap ini dapat disinggung sebagai kearifan local yang khas. Para pengunjung yang berada di objek wisata ke’te kesu harus menjaga sopan santun layaknya

Dokumen terkait