PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN
DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN
WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT
SKRIPSI
IRENA ASTRIA GINTING 081201017
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN
DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN
WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT
SKRIPSI
Oleh:
IRENA ASTRIA GINTING 081201017
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENILAIAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI OBJEK DAN
DAYA TARIK WISATA ALAM DI TAMAN
WISATA ALAM (TWA) SIBOLANGIT
SKRIPSI
Oleh:
IRENA ASTRIA GINTING 081201017/MANAJEMEN HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit
Nama : Irena Astria Ginting NIM : 081201017
Program Studi : Kehutanan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Pindi Patana, S.Hut., M.Sc. Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D.
Ketua Anggota
Mengetahui
ABSTRAK
IRENA ASTRIA GINTING: Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.
TWA Sibolangit merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata, namun pada kenyataannya lokasi ini sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi wisata yang ada didalamnya serta menemukan strategi yang bisa dilakukan terkait pengembangannya. Penilaian terhadap potensi wisata alam di lokasi ini menggunakan pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 yang telah dimodifikasi. Strategi pengembangannya diperoleh melalui identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman di lokasi wisata alam kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TWA Sibolangit memiliki potensi wisata alam yang layak untuk dikembangkan dan berada pada kuadran I analisis SWOT. Hal ini berarti bahwa TWA Sibolangit berada pada kondisi yang menguntungkan karena memiliki kekuatan dari segi internalnya dan peluang dari segi eksternalnya.
ABSTRACT
IRENA ASTRIA GINTING: Estimation and Development of Object and Ecotourism Potency at Sibolangit Ecotourism Park. Supervised by PINDI PATANA and RAHMAWATY.
Sibolangit Ecotourism Park is an ecotourism destination, in spite of actually this location is rarely visited of tourist. The purpose of this research is to estimate tourism potency which there are over there and to find the strategy could be done related to its development. The estimation of ecotourism in this place use guidance of ADO-ODTWA by Dirjen PHKA 2003 that has been modified. Development strategy is got by identification of strength, weakness, opportunity, and threatment at ecotourism area and then analyze by using SWOT matriks.
Result of this research show that Sibolangit Ecotourism Park has ecotourism potency proper to develop and present in the first quadran SWOT analyze. It means that Sibolangit Ecotourism Park exist in favorable condition because of having internal strength and external opportunity.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 10 April 1990. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Amos Ginting
dan Ibu Risda Purba.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 101842 Sibolangit pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Sibolangit pada
tahun 2005. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe diselesaikan pada tahun 2008. Dan pada tahun yang sama diterima sebagai
mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama di jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Sylva USU. Penulis juga aktif dalam organisasi ekstra kampus yaitu Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebagai Biro Kerohanian pada
periode 2009-2010 dan Bendahara periode 2010-2011. Penulis juga pernah menjabat sebagai anggota komisi bidang dalam Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Fakultas (MPMF) Pertanian USU. Selain itu, penulis juga pernah
mengikuti berbagai kepanitiaan yaitu Perayaan Natal Departemen Kehutanan pada tahun 2010, Pelatihan dan Pengkaderan Rimbawan (PDPR) pada tahun 2011,
Lomba Lintas Alam tahun 2011, dan Perayaan Natal Fakultas Pertanian pada tahun 2012.
Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Taman
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Amos Ginting dan Ibu Risda Purba atas kasih sayang, dukungan, arahan, dan nasihat yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Pindi Patana, S.Hut., M.Sc., dan Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D., selaku ketua dan anggota komisi pembimbing tugas akhir yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa disampaikan penulis kepada pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA)
Sumatera Utara yang telah memberi izin dan bantuan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan penelitian
ini, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan tugas akhir ini selanjutnya.
Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Medan, Desember 2012
DAFTAR ISI
Perencanaan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ... 7
Pengembangan Ekowisata dalam Kawasan Konservasi ... 11
Kondisi Taman Wisata Alam Sibolangit... 13
METODE PENELITIAN ... 16
Waktu dan Tempat ... 16
Alat dan Bahan ... 16
Metode Penelitian... 16
Pengumpulan Data ... 16
Analisis Strategi Pengembangan dengan matriks SWOT ... 21
Pembuatan Peta Potensi Wisata ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di TWA Sibolangit .... 29
Daya Tarik ... 31
Aksesibilitas ... 41
Akomodasi ... 42
Sarana dan Prasarana Penunjang... 43
Strategi Pengembangan TWA Sibolangit ... 44
Analisis Faktor Internal dan Eksternal ... 44
Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT ... 45
Pendekatan Kualitatif Matriks Analisis SWOT ... 50
KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
Kesimpulan ... 58
Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Peta lokasi penelitian ... 17
2. Bagan analisis SWOT ... 23
3. Tahapan pembuatan peta potensi wisata alam ... 25
4. Papan interpretasi yang menunjukkan jalur track ... 27
5. Bagan menunjukkan tujuan kunjungan wisatawan ... 28
6. Hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut pengunjung TWA Sibolangit ... 29
7. Peta potensi wisata di sepanjang jalur TWA Sibolangit ... 34
8. a. Shelter ... 35
b. Pemandangan desa Sembahe ... 35
c. Pemandangan bentang alam hutan Sibolangit ... 35
9. Camping ground di TWA Sibolangit ... 37
10. a. Pusat informasi dan aula ... 41
b. Kantor atau guest house ... 41
c. Salah satu papan interpretasi di jalur track ... 41
d. Tempat duduk di jalur track ... 41
e. Shelter yang bisa ditemukan di jalur track ... 41
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Data-data yang dikumpulkan ... 18
2. Kriteria penerimaan analisis SWOT ... 22
3. Skoring dan pembobotan faktor internal ... 22
4. Skoring dan pembobotan faktor eksternal ... 23
5. Perumusan strategi dengan matriks SWOT ... 24
6. Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam di TWA Sibolangit ... 30
7. Hasil penilaian terhadap komponen daya tarik di TWA Sibolangit ... 31
8. Hasil penilaian terhadap aksesibilitas menuju kawasan TWA Sibolangit 41 9. Hasil penilaian akomodasi sekitar TWA Sibolangit ... 43
10. Hasil penilaian terhadap sarana dan prasaran penunjang... 43
11. Faktor internal dan eksternal kawasan TWA Sibolangit ... 45
12. Bobot dan rating faktor internal ... 45
13. Bobot dan rating faktor eksternal ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Karakteristik pengunjung lokasi wisata TWA Sibolangit ... 64
2. Pedoman analisis daerah operasi objek dan daya tarik wisata alam ... 67
3. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam TWA Sibolangit ... 69
4. Potensi flora yang ada di kawasan TWA Sibolangit... 71
5. Daftar sarana dan prasarana yang ada di jalur tracking TWA Sibolangit 74
6. Daftar fauna yang ditemukan di jalur tracking ... 75
7. Kuesioner untuk analisis SWOT ... 77
8. Rekapitulasi faktor kekuatan ... 78
9. Rekapitulasi faktor kelemahan ... 81
10. Rekapitulasi faktor peluang ... 84
ABSTRAK
IRENA ASTRIA GINTING: Penilaian dan Pengembangan Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan RAHMAWATY.
TWA Sibolangit merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata, namun pada kenyataannya lokasi ini sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi wisata yang ada didalamnya serta menemukan strategi yang bisa dilakukan terkait pengembangannya. Penilaian terhadap potensi wisata alam di lokasi ini menggunakan pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 yang telah dimodifikasi. Strategi pengembangannya diperoleh melalui identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman di lokasi wisata alam kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TWA Sibolangit memiliki potensi wisata alam yang layak untuk dikembangkan dan berada pada kuadran I analisis SWOT. Hal ini berarti bahwa TWA Sibolangit berada pada kondisi yang menguntungkan karena memiliki kekuatan dari segi internalnya dan peluang dari segi eksternalnya.
ABSTRACT
IRENA ASTRIA GINTING: Estimation and Development of Object and Ecotourism Potency at Sibolangit Ecotourism Park. Supervised by PINDI PATANA and RAHMAWATY.
Sibolangit Ecotourism Park is an ecotourism destination, in spite of actually this location is rarely visited of tourist. The purpose of this research is to estimate tourism potency which there are over there and to find the strategy could be done related to its development. The estimation of ecotourism in this place use guidance of ADO-ODTWA by Dirjen PHKA 2003 that has been modified. Development strategy is got by identification of strength, weakness, opportunity, and threatment at ecotourism area and then analyze by using SWOT matriks.
Result of this research show that Sibolangit Ecotourism Park has ecotourism potency proper to develop and present in the first quadran SWOT analyze. It means that Sibolangit Ecotourism Park exist in favorable condition because of having internal strength and external opportunity.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity yang memiliki begitu banyak keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya. Keanekaragaman hayati ini sangat berpotensi dijadikan sebagai obyek dan daya
tarik wisata alam (ODTWA).
Pariwisata sebagai green industry akan dapat menekan laju pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Green industry sangat sesuai dengan pariwisata yang berbasis alam terutama ekowisata. Ekowisata yang menciptakan pariwisata berkualitas memungkinkan akan dapat mempertahankan kualitas obyek dan daya
tarik alam dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dan kehidupan sosial masyarakat lokal. Namun demikian apabila tidak direncanakan dengan
konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan kerusakan lingkungan akan terjadi (Fandeli dan Nurdin, 2005).
ODTW adalah segala sesuatu baik berupa bentukan dan/atau aktivitas dan
fasilitas yang saling berhubungan dan memiliki daya tarik tersendiri sehingga dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk mengunjungi suatu
daerah/tempat tertentu. Sebagai produk yang dijual di pasar wisata, ODTW harus memiliki tiga komponen utama yaitu atraksi dari destinasi, fasilitas di destinasi dan juga aksesibilitas dari destinasi (Hadinoto, 1996).
Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi dan daya tarik sebagai salah satu objek
dan mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam
dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai ODTWA. Selain itu, komponen utama ODTW yaitu fasilitas dan juga potensi aksesibilitas yang baik sudah
dimiliki oleh TWA Sibolangit yang menjadikan TWA Sibolangit memiliki nilai jual di pasar wisata. Namun pada kenyataannya, fungsi TWA Sibolangit sebagai salah satu DTW sudah terlupakan oleh banyak kalangan sehingga lokasi tersebut
sepi pengunjung. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk menilai potensi-potensi yang tersedia di TWA Sibolangit untuk mengetahui kelayakannya sebagai
salah satu DTW dan juga strategi-strategi yang dapat dibuat terkait dengan perencanaan pengembangannya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menilai potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang ada di kawasan TWA
Sibolangit.
2. Menganalisis permasalahan dan strategi pengembangan wisata alam di kawasan TWA Sibolangit.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Obyek dan Daya Tarik Wisata
Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan
fasilitas yang berhubungan serta dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata - mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan belum
dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu (Marpaung, 2002). Sedangkan Hamid (1996) mendefenisikan obyek
wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan telah dikunjungi wisatawan sedangkan daya tarik adalah segala sesuatu yang menarik namun belum tentu dikunjungi. Daya tarik tersebut masih memerlukan pengelolaan dan
pengembangan sehingga menjadi obyek wisata yang mampu menarik kunjungan. Menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, objek
dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Objek dan daya tarik wisata terdiri atas :
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam, serta flora dan fauna;
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-objek baru
Suwantoro (1997) menyatakan bahwa objek wisata alam adalah sumber
daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan.
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.
Menurut Wiwoho (1990) daya tarik tersebut antara lain dapat berupa : 1. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah seperti iklim, pemandangan
alam, lingkungan hidup, fauna, flora, kawah, danau, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah dan gunung.
2. Sumber-sumber buatan manusia berupa sisa-sisa peradaban masa lampau,
monumen bersejarah, rumah peribadatan, museum, peralatan musik, tempat pemakaman dan lain-lain.
3. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi
melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya tarian, sandiwara, drama, upacara adat, upacara penguburan mayat, upacara
keagamaan, upacara perkawinan dan lain-lain.
Menurut MacKinnon et al. (1990), faktor-faktor yang membuat suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah :
1. Letaknya dekat, cukup dekat atau jauh dengan bandar udara internasional atau pusat wisata utama.
3. Kawasan tersebut memiliki atraksi yang menonjol misalnya satwa liar yang
menarik dan representatif untuk tempat tertentu. 4. Keberhasilan untuk melihat satwa terjamin.
5. Kawasan tersebut memiliki beberapa keistimewaan yang berbeda.
6. Memiliki tambahan budaya yang sangat menarik serta beberapa atraksi wisata.
7. Unik dalam penampilannya.
8. Memiliki fasilitas rekreasi pantai atau tepian danau, sungai, air terjun, kolam
renang atau tempat rekreasi lainnya.
9. Kawasan cukup dekat dengan lokasi lain yang menarik wisatawan sehingga menjadi bagian kegiatan wisatawan.
10. Sekitar kawasan tersebut memiliki pemandangan indah. 11. Keadaan makanan dan akomodasi tersedia.
Wisata Alam dan Ekowisata
Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary tahun 1811, yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang. Namun, konsepnya mungkin dapat dilacak balik dari budaya nenek moyang Yunani dan Romawi yang sering melakukan
perjalanan menuju negeri-negeri tertentu untuk mencari tempat-tempat indah di Eropa atau Mediterania (Hakim, 2004).
Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ke tempat-tempat
tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk menifestasi budaya masyarakat
yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini (Handayawati et al., 2010). Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
sumberdaya alam dan tata lingkungan. Kegiatan wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata (Suwantoro, 1997). Menurut PHPA (1996)
kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip
keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam.
Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata massal. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari wisata
massal adalah karakteristik produk dan pasar. Perbedaan ini tentu berimplikasi
pada kebutuhan perencanaan dan pengelolaan yang tipikal (Damanik dan Weber, 2006).
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003)
menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung
upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Berdasarkan segi pengelolaannya
ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat
upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih
alami. Bahkan dengan ekowisata pelestarian alam dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari padar eco-traveler (Fandeli, 2000). Handayati (2010) menyatakan bahwa ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan.
Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus.
Di dalam pemanfaatan areal hutan alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan
dengan menitikberatkan “pelestarian” dibanding pemanfaatan. Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat
setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal (Lindberg, 1991).
Perencanaan Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam
Dewasa ini, ekowisata merupakan salah satu pendekatan untuk mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Ekowisata
and improves the welfare of local people. Sementara itu, menurut Hadinoto, ekowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keaslian lingkungan alam, dimana terjadi interaksi antara lingkungan alam dan aktivitas
rekreasi, konservasi dan pengembangan, serta antara penduduk dan wisatawan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekowisata mengintegrasikan kegiatan pariwisata, konservasi dan pemberdayaan masyarakat
lokal, sehingga masyarakat setempat dapat ikut serta menikmati keuntungan dari kegiatan wisata tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang
dimiliki (Mukaryanti et al., 2005).
Perencanaan merupakan proses pembuatan keputusan tentang apa yang harus dikerjakan dimasa depan dan bagaimana melakukannya. Perencanaan harus
memperhatikan keadaan sekarang secara realistis dan faktor potensial yang dapat dikembangkan. Perencanaan usaha harus dimulai dengan survei terperinci mengenai sifat dan bentuk pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal
sumberdaya yang dimiliki (Kusmayadi, 2004).
Page dan Ross (2002) dalam Romani (2006) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses dengan tujuan tertentu yang akan dicapai, menanggulangi dan memonitor perubahan yang akan terjadi untuk dapat menjaga/memelihara kelangsungan kawasan serta dapat meningkatkan pengalaman wisatawan terhadap
kawasan atau lokasi tersebut. Menurut Fandeli dan Nurdin (2005) suatu hal penting dalam membuat perencanaan adalah perlu mempertimbangkan faktor
Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut
Dimjati (1999) adalah :
1. Wisatawan (tourist) dengan melakukan penelitian tentang wisatawan sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang diharapkan datang. 2. Pengangkutan (transportasi) adalah bagaimana fasilitas transportasi yang
tersedia baik dari negara asal atau angkutan ke obyek wisata.
3. Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi.
4. Fasilitas pelayanan (service facilities).
5. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia.
Pembangunan obyek dan daya tarik wisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 dilakukan dengan memperhatikan :
1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya.
2. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta cara pandangan dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat.
3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
Menurut Suwantoro (1997), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang
menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur :
Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. 2. Prasarana wisata.
Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata.
3. Sarana wisata.
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. 4. Tata laksana/infrastruktur.
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana
wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan dibawah tanah.
5. Masyarakat/lingkungan.
Daerah tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan. Masyarakat di sekitar objek
wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para wisatawan.
Pembentukan kriteria untuk pengembangan pariwisata menurut
Khodyat (1997) dalam Romani (2006) adalah :
1. Pembuatan keputusan tentang bentuk wisata di beberapa tempat harusnya
2. Bagian yang layak mendapatkan keuntungan wisata harusnya kembali ke
masyarakat.
3. Wisata harus berdasarkan prinsip ekologi dan lingkungan, menjadi sensitif
bagi budaya lokal dan tradisi agama dan seharusnya tidak menempatkan masyarakat pada posisi yang rendah.
4. Jumlah kunjungan wisatawan di beberapa tempat seharusnya termasuk
jumlah penduduk lokal dan menyangkal kemungkinan bertemu masyarakat asli.
Pengembangan Ekowisata dalam Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi didefenisikan sebagai kawasan yang dilindungi karena ciri-ciri yang dimiliki kawasan tersebut. Ciri-ciri tersebut antara lain
(Mac Kinnon et al., 1993 dalam Sulthoni, 2000) adalah:
1. Keunikan ekosistemnya, misalnya terdapat sumberdaya faunistik yang khas
di Pulau Sulawesi antara garis abstrak Wallace dan Weber.
2. Adanya sumberdaya fauna yang telah terancam kepunahan, misalnya badak jawa bercula satu di Taman Nasional Ujung Kulon, banteng di Baluran dan
jalak di Bali Barat.
3. Keanekaragaman jenis baik flora maupun faunanya, misalnya kawasan
Gunung Gede Pangrango.
4. Panorama atau ciri geofisik yang memiliki nilai estetik, misalnya Gunung Bromo Tengger.
5. Karena fungsi hidro-orologi kawasan untuk pengaturan air, erosi dan kesuburan tanah, misalnya kawasan hutan lindung Plawangan Turgo
Persyaratan pertama mintakat pemanfaatan adalah bentang alam yang
stabil ekosistemnya dan resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya. Syarat yang kedua adalah aksesibilitasnya, sehingga
para pengunjung dengan mudah dapat menjangkau wilayah pemanfaatan untuk berwisata alam. Faktor aksesibilitas harus didukung oleh kemudahan untuk menjangkaunya, misalnya transportasi umum, kendaraan roda empat dengan tarif
yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. Faktor yang ketiga adalah kepuasan pengunjung selesai melakukan wisata di kawasan pelestarian tersebut
(Sulthoni, 2000).
Berwisata secara lengkap memerlukan dua unsur pendukung yang membentuk minat untuk berwisata yaitu daya tarik budaya dan daya tarik
alamnya. Oleh karena itu, wisata alam umumnya tidak dapat dilepaskan dari atraksi budaya masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata alam perlu memperhitungkan adanya hubungan dengan
objek wisata lain, baik objek seni budaya ataupun peninggalan sejarah masa lalu (Sulthoni, 2000).
Pariwisata alam di dalam kawasan konservasi bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati ekosistemnya dan memperoleh penghasilan untuk kepentingan kawasan, masyarakat lokal, pemerintah daerah dan pengelola.
Undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah khususnya dalam melakukan perencanaan kegiatan
sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan berupa pengembangan wisata
alam maupun ekowisata yang berbasis pada penguatan peran daerah dan masyarakat (Latupapua, 2008).
Kondisi Taman Wisata Alam Sibolangit
Kelompok hutan Sibolangit merupakan hutan dengan ekosistem hutan hujan tropis yang masih relatif utuh. Proses ekologi berjalan secara alami dan
tidak banyak mendapat tekanan masyarakat di sekitarnya. Pada awalnya, kawasan Cagar Alam Sibolangit merupakan Kebun Raya (Botanical Garden) Sibolangit yang bangun oleh Tuan J.A. Lorzing sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor. Selanjutnya pada tanggal 10 Maret 1938 dengan SK.Z.B. No.37/PK, Kebun Raya diubah statusnya menjadi Cagar Alam.Kelompok hutan Sibolangit ini merupakan
daerah tangkapan air dan menjadi sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi yang mensuplai
kebutuhan air bagi masyarakat kota Medan (BBKSDA, 2012).
Cagar Alam Sibolangit memiliki keindahan alam dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada yang berpotensi untuk menjadi tempat rekreasi.
Potensi ekosistem dari kawasan Sibolangit yaitu merupakan kawasan hutan hujan tropis dimana dari sejarah pembentukannya sebagai kawasan ekosistem buatan
hasil dari penanaman pohon pada awal abad 20 (tahun 1914) sejak Kebun Raya Sibolangit ini dirintis (Siswanda, 2006).
Mengingat Cagar Alam ini kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan
(flora) yang bukan hanya sekedar untuk koleksi, melainkan juga memberikan juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi keperluan ilmu pengetahuan dan
(rekreasi), maka pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No. 636/Kpts/Um/9/1980 sebagai Cagar Alam Sibolangit (seluas ± 24,85 Ha) dialih fungsikan menjadi kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit
(Adieska, 2008).
Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit secara administratif terletak di Desa Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Daerah Tingkat II Deli
Serdang Propinsi Sumatera Utara. Taman Wisata ini merupakan bagian dari kawasan Cagar Alam Sibolangit yang beralih fungsi sebagai hutan wisata. Luas
TWA Sibolangit adalah 24, 85 Ha, sedangkan luas Cagar Alam (CA) Sibolangit saat ini adalah 95,15 Ha. Menurut administratif kehutanan kawasan ini dikelola oleh Unit Konservasi Sumber Daya Alam (UKSDA) I Sumatera Utara.
(Rahmawaty, 2004).
TWA Sibolangit terbentang antara 98º36’36”- 98º36’56”Bujur Timur dan 3º17’50”-3º18’39” Lintang Utara, yang secara administraif berada di Desa
Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan peta geologi Sumatera Utara formasi geologi pada lahan TWA Sibolangit terbentuk
dari andesit dan bahan batuan vulkanik. Jenis tanah podsolik dan tekstur hablur sehingga mudah meresap air serta hanyut terbawa air. Memiliki topografi bergelombang dengan faktor kemiringan 5 – 10% sedangkan ketinggian berada
558 m di atas permukaan laut. Menurut pembagian iklim Schmidt dan Ferguson TWA Sibolangit termasuk dalam iklim tipe B dengan curah hujan 2.500-30.000
Flora yang tumbuh di kawasan ini sebagian merupakan jenis asli dan
sebagian lagi berasal dari luar negeri sebagai hasil penanaman yang dilakukan oleh J.A. Lorzing. Tanaman dari luar pada umumnya terdiri dari pohon yang besar
dengan diameter lebih dari 1 meter, diantaranya sono kembang (Dalbergia latifolia), angsana (Pterocarpus indicus), dan kelenjar (Samanea saman). Antara tahun 1914 dan 1924, J.A. Lorzing mencatat beberapa tanaman asli yang ada,
seperti meranti (Shorea sp.), 30 jenis Ficus, 20 jenis kecing (Quercus sp.), kenanga, kulit manis, manggis dan Artocarpus sp.
Selain itu di kawasan ini juga terdapat tumbuhan semak seperti Philodendron sp. Tanaman ini merupakan anggota dari genus Arthurium (Famili Araceae). Adanya tumbuhan ini dikarenakan jumlah curah hujan yang cukup tinggi (diperkirakan 3.000 sampai 4.000 mm per tahun). Jenis tumbuhan bawah lainnya yang dapat dijumpai dalam kawasan TWA Sibolangit ini adalah jenis paku-pakuan, talas hutan, berbagai jenis rumput, serta berbagai jenis jamur. Di
kawasan ini juga terdapat berbagai jenis anggrek hutan, palma dan pinang.
Jenis fauna yang sering terlihat di kawasan TWA Sibolangit yaitu monyet
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 di
TWA Sibolangit, Desa Sembahe dan Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah global positioning system (GPS) sebagai alat bantu dalam menentukan koordinat di lapangan, alat tulis-menulis, kamera digital, perangkat komputer dengan software Arcview 3.3 untuk mengolah koordinat yang sudah ditentukan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta administrasi kawasan konservasi CA/TWA Sibolangit dan Pedoman Analisis Daerah Operasi
Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003, dan kuesioner untuk pengunjung, masyarakat sekitar kawasan serta daftar pertanyaan untuk
instansi yang terkait dengan TWA Sibolangit yaitu BKSDA, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Conservation International (CI), Dinas Pariwisata Kabupaten Deli Serdang dan pemerintah desa Sembahe dan Sibolangit.
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Tabel 1. Data-data yang dikumpulkan 2. Kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman
4. Manajemen Pengelolaan TWA
Metode yang dilakukan adalah observasi langsung di sepanjang jalur
tracking TWA Sibolangit. Objek yang dianggap berpotensi dan memiliki daya tarik akan dicatat dan diambil titik koordinatnya dengan menggunakan GPS,
kemudian dinilai menggunakan Pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003. Komponen yang dicatat dan dinilai adalah:
1. Jenis flora dan fauna yang dijumpai di sekitar objek wisata.
2. Daya tarik meliputi keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, sumberdaya alam yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan, kenyamanan.
3. Aksesibilitas meliputi kondisi jalan, jarak, tipe jalan dan waktu tempuh dari kota.
4. Akomodasi meliputi jumlah akomodasi dan jumlah kamar. Yang diamati
5. Sarana dan prasarana penunjang yang ada dalam radius 15 km dari lokasi
wisata. Unsur yang dinilai meliputi kantor pos, jaringan telepon, puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, rumah makan, pusat perbelanjaan/pasar,
bank, toko cinderamata dan lain-lain.
b. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman TWA Sibolangit
Data ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada
pengunjung kawasan TWA Sibolangit dan masyarakat sekitar kawasan TWA Sibolangit.
Teknik penarikan sampel terhadap pengunjung dilakukan dengan metode random sampling (sampel acak), dimana setiap pengunjung yang datang ke lokasi penelitian dijadikan sebagai dijadikan sebagai responden. Namun responden yang
diwawancarai terbatas pada pengunjung yang berusia diatas tujuh belas tahun. Jumlah responden untuk pengunjung ditetapkan sebesar 20 responden. Demikian
halnya untuk masyarakat, pengambilan sampel juga dilakukan secara acak (random sampling). Jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 10% dari jumlah keseluruhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto (2002) bahwa
jumlah sampel ditetapkan sebanyak 10-15% dari jumlah keseluruhan populasi apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang. Di desa Sembahe ada sebanyak
381 KK maka diambil sampel sebanyak 38 KK dan di desa Sibolangit ada sebanyak 281 KK maka sampelnya sebesar 28 KK. Jumlah responden untuk masyarakat seluruhnya adalah 66 KK.
Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman TWA Sibolangit juga diperoleh dengan melakukan wawancara kepada instansi yang terkait dengan
mengadakan kerjasama dengan TWA Sibolangit yaitu YEL dan juga CI, Dinas
Pariwisata Kabupaten Deli Serdang, dan juga pemerintah Desa Sembahe dan juga Desa Sibolangit. Dari setiap instansi ditetapkan sebanyak satu orang responden
yang bersifat sebagai informan kunci yang mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan TWA Sibolangit.
2. Data Sekunder
a. Peta Kawasan CA dan TWA Sibolangit
Peta kawasan CA dan TWA Sibolangit diperoleh dari Badan Pemantapan
Kawasan Hutan (BPKH) Provinsi Sumatera Utara. Peta ini digunakan dalam pembuatan peta potensi wisata alam di TWA Sibolangit.
b. Manajemen Pengelolaan
Data terkait manajemen pengelolaan wisata di TWA Sibolangit meliputi kebijakan wisata, pengelolaan, fasilitas dan pelayanan, perencanaan wisata dan
permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan wisata alam di TWA Sibolangit. Data ini diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap pengelola TWA Sibolangit, yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara
(BKSDASU).
Analisis Data
1. Analisis Potensi Objek
Objek dan daya tarik (flora, fauna dan objek lainnya) yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman Analisis
sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah
nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan rumus: S = N x B
Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria
N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = bobot nilai
Dalam Pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003, kriteria daya tarik diberi 6 karena daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan
perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai penunjang
dalam kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut kemudian diuraikan secara deskriptif.
Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu
kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai kuat yaitu 5. Karsudi dkk ( 2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks
kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut:
- Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan
- Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak dikembangkan
- Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan
2. Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT
Responden akan diberi kuesioner untuk diisi (Lampiran 7). Jawaban
dan skor 0 untuk jawaban tidak. Kemudian setiap kriteria diseleksi dengan
penerimaan 60% untuk kemudian dianalisis dengan SWOT. Kriteria penerimaan faktor dalam analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria penerimaan analisis SWOT
Responden Jumlah responden Skor tertinggi Skor terendah
Pengunjung 20 20 0
Kriteria yang diterima kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan rating terhadap masing-masing kriteria. Bobot diberi nilai mulai dari 1 (sangat
penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis ini harus berjumlah 1. Kemudian untuk menghitung rating, untuk masing-masing faktor (peluang dan kekuatan) diberi skala mulai dari 4 (sangat baik), 3 (baik), 2
(tidak baik), dan 1 (sangat tidak baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap organisasi. Sementara untuk rating ancaman dan kelemahan diberi nilai
-4 sampai dengan -1. Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Skoring dan pembobotan faktor internal
Tabel 4. Skoring dan pembobotan faktor eksternal
Penskoringan dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi
TWA Sibolangit dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat pada bagan yang ada di Gambar 2.
III I
IV II
Gambar 2. Bagan analisis SWOT
Keterangan gambar:
1. Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). 2. Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi usaha (produk/pasar).
3. Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi
yang harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
4. Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Analisis SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi alternatif (Rangkuti, 1997) yang dapat kita lihat pada matriks perumusan strategi
analisis SWOT pada Tabel 5.
Tabel 5. Perumusan strategi dengan matriks SWOT Faktor Internal
Faktor Eskternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi SO
Ciptakan strategi yang
Ancaman (T) Strategi ST
3. Pembuatan Peta Potensi Wisata
Kegiatan ini diawali dengan melakukan digitasi on screen pada peta dasar yaitu peta tata batas kawasan hutan Sibolangit dengan menggunakan software Arcview 3.3 dan dihasilkan peta lokasi penelitian. Kemudian dilakukan overlay antara peta lokasi penelitian dengan peta Kecamatan Sibolangit serta titik koordinat objek yang tercatat sebagai potensi wisata alam. Dari kegiatan ini akan
diperoleh peta potensi wisata alam yang disertai atribut-atributnya. Tahapan pembuatan peta potensi wisata alam dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tahapan pembuatan peta potensi wisata alam Peta Lokasi
Penelitian
Peta Potensi Wisata Alam Peta Kec. Sibolangit
Digitasi Peta
Overlay Peta
•Titik Koordinat Potensi Wisata •Data Potensi
Wisata Peta Kawasan Hutan
HASIL DAN PEMBAHASAN
TWA Sibolangit secara administratif berada di desa Sibolangit, kecamatan Sibolangit, kabupaten Deli Serdang. Lokasi ini dapat diakses dengan
menggunakan angkutan umum dengan waktu tempuh sekitar satu hingga dua jam dari kota Medan. TWA yang berjarak sekitar 35-40 km dari Medan ini dapat diakses dengan mudah karena kondisi jalan yang baik dan juga angkutan umum
yang melewati lokasi tersebut cukup banyak. Lokasi ini juga berada di tepi jalan Medan-Berastagi sehingga memudahkan pengunjung untuk menemukan lokasi.
TWA Sibolangit pada awal didirikan merupakan Kebun Raya sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Sibolangit didirikan pada masa pemerintahan Belanda pada tahun 1914 oleh J.A. Lorzing atas prakarsa Dr. J.A.
Koningsberger, Direktur Kebun Raya Bogor saat itu (Sari dan Widodo, 2004). Menurut pengakuan orang tua di kalangan masyarakat setempat, kondisi Kebun
Raya Sibolangit pada saat itu masih mendapat perhatian yang cukup dari masyarakat dan merupakan objek wisata yang banyak diminati oleh wisatawan. Namun, perubahan status kawasan dari Kebun Raya menjadi Taman Wisata Alam
memberikan pengaruh besar terhadap peran dan kondisi TWA Sibolangit.
TWA Sibolangit memiliki tiga jalur tracking utama yaitu jalur Kayu Hujan, jalur Pinus dan juga jalur Duku. Khusus jalur Duku dan Kayu Hujan memiliki jalan masuk yang sama, namun akan bercabang setelah berjalan sekitar 20 meter dari pintu masuk jalur. Pada pintu masuk jalur tersebut ada sebuah papan
dimana pengunjung dapat menikmati pemandangan indah berupa bentangan alam
hutan Sibolangit dan kota Medan.
Gambar 4. Papan interpretasi yang menunjukkan jalur track
Karakteristik Pengunjung Lokasi Wisata TWA Sibolangit
Kegiatan wawancara terhadap pengunjung dilakukan selama satu bulan di
TWA Sibolangit dan pengunjung yang dijadikan sebagai responden adalah sebanyak 20 orang. Pengunjung yang diwawancarai adalah pengunjung yang datang ke TWA Sibolangit baik yang masuk menyusuri jalur track maupun mereka yang hanya sekedar singgah pada hari libur. Karakteristik pengunjung lokasi wisata TWA Sibolangit dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pada umumnya pengunjung yang datang ke lokasi datang secara berkelompok baik bersama teman maupun keluarga, dan 80% diantaranya datang bersama dengan teman mereka dengan waktu kunjungan mereka hanya satu hari
saja. Dari 20 orang responden, diketahui bahwa sebanyak 35% dari mereka datang ke TWA Sibolangit dengan tujuan untuk bisa menikmati suasana tenang dan
Gambar 5. Bagan menunjukkan tujuan kunjungan wisatawan
Kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung selama di lokasi pada umumnya adalah menikmati pemandangan alam yang ditawarkan oleh kawasan TWA
Sibolangit dan 85% dari mereka mengakui bahwa mereka menikmati kunjungan mereka ke lokasi karena udara yang sejuk dan juga bebas dari kebisingan,
sementara 15% diantaranya merasa tidak menyenangkan karena fasilitas yang kurang mendukung serta sarana dan prasarana yang kurang terawat.
Menurut pandangan pengunjung, hal-hal yang perlu dikembangkan di
kawasan ini untuk menambah daya tarik wisata alamnya adalah dengan menambah dan memperbaiki fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Ada juga
pengunjung yang berpendapat bahwa penambahan kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan juga perlu dilakukan, misalnya dengan membuat kegiatan outbond dan sejenisnya. Pelayanan juga merupakan hal yang penting dalam meningkatkan
daya tariknya. Ketika pengunjung merasa dilayani dengan baik, mereka akan mempertimbangkan untuk kembali melakukan kunjungan ke lokasi pada waktu
mendatang. Kegiatan promosi juga penting dilakukan agar semakin banyak khalayak ramai yang mengetahui keberadaan TWA Sibolangit dan berminat untuk mengunjunginya. Kegiatan promosi ini merupakan salah satu upaya strategi
pemasaran yang bisa dilakukan dalam pengembangan lokasi wisata TWA
Sibolangit. Hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut pengunjung dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menurut pengunjung TWA Sibolangit
Penilaian Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di TWA Sibolangit Pengamatan potensi objek dan daya tarik wisata alam dilakukan dengan
pengamatan secara langsung di sepanjang jalur tracking di TWA Sibolangit. Objek yang dianggap berpotensi sebagai daya tarik dicatat dan diambil titik koordinatnya dengan menggunakan GPS.
Komponen yang dinilai dari TWA Sibolangit (lebih lengkap pada Lampiran 3) adalah daya tarik lokasi wisata tersebut, aksesibilitas untuk bisa
mencapai lokasi, akomodasi yang ada di sekitar lokasi wisata (radius 15 km dari lokasi), dan juga sarana dan prasarana penunjang yang mendukung perkembangan lokasi wisata (radius 15 km dari lokasi). Penilaian terhadap komponen-komponen
Tabel 6. Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam di TWA Sibolangit
Tingkat kelayakan 93,40
*Hasil penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata ** Perkalian antara bobot dengan nilai
*** Skor tertinggi untuk setiap kriteria
**** Indeks kelayakan: perbandingan skor dengan skor tertinggi dalam %
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa TWA Sibolangit layak dikembangkan sebagai salah suatu objek daerah tujuan wisata
dengan persentasi sebesar 93,40%. Untuk kriteria daya tarik kawasan ini sudah memiliki daya tarik yang bernilai tinggi sebesar 86,11%. Hal ini menunjukkan
bahwa daya tarik TWA Sibolangit tersebut sangat berpotensi dan layak untuk dikembangkan. Demikian halnya dengan kriteria aksesibilitas yang memiliki nilai sebesar 87,5%. Untuk kriteria akomodasi TWA Sibolangit bahkan mencapai nilai
100% yang berarti sangat besar peluang pengembangannya karena ketersediaan akomodasi ada dalam jumlah yang banyak dan berada tidak jauh dari lokasi
wisata. Untuk sarana dan prasarana penunjang yang ada di sekitar kawasan juga menjadikan lokasi ini layak dijadikan objek wisata alam dengan tingkat kelayakan sebesar 100%. Untuk prasarana penunjang sendiri seperti jaringan telepon,
puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, dan juga kantor pos sudah ada di desa sekitar lokasi wisata tersebut, demikian halnya dengan sarana penunjang
seperti rumah makan, pasar, bank, toko cinderamata dan juga transportasi sudah sangat mendukung adanya kunjungan ke lokasi wisata.
Dari hasil penilaian yang sudah dilakukan terhadap kawasan wisata alam
dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam karena memberi
penawaran yang baik dari kriteria yang telah dinilai yaitu daya tarik, aksesibilitas, akomodasi dan juga sarana dan prasarana penunjang kawasan wisata.
Daya Tarik
Adanya daya tarik yang ditawarkan suatu lokasi merupakan alasan utama pengunjung untuk datang ke lokasi tersebut untuk melakukan kegiatan wisata.
TWA Sibolangit memiliki begitu banyak daya tarik yang cukup kuat untuk bisa menarik minat wisatawan. Daya tarik tersebut dapat berupa sumber daya alam
yang menonjol misalnya flora ataupun fauna, gejala alam seperti batuan, kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi wisata misalnya kegiatan berkemah, olahraga dan lain-lain, daya tarik berupa kebersihan, keamanan dan juga kenyamanan lokasi
wisata. Setiap daya tarik tersebut memiliki nilai masing-masing dan nilai tersebut menunjukkan seberapa kuat suatu daya tarik bisa menarik minat pengunjung.
Penilaian terhadap komponen daya tarik dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil penilaian terhadap komponen daya tarik di TWA Sibolangit
Unsur/Sub Unsur Bobot Nilai Skor Total*
Keunikan SDA 6 15 90
Banyaknya SDA yang menonjol 6 20 120
Kegiatan wisata alam yang dapat dinikmati 6 30 180
Kebersihan lokasi objek wisata 6 30 180
Keamanan kawasan 6 30 180
Kenyamanan 6 30 180
Skor Total 155 930
*Hasil kali antara bobot dengan nilai
Dari tabel dapat dilihat bahwa keunikan sumberdaya alam memiliki skor total terendah yaitu 90. Hal ini dikarenakan dari beberapa pilihan yang termasuk
hasil yang bernilai 15. Sementara untuk banyaknya sumberdaya yang menonjol
terdapat tiga sub unsur yang ditemui yaitu flora, fauna dan juga gejala alam sehingga diperoleh nilai sebesar 20. Untuk kegiatan wisata yang bisa dilakukan,
kebersihan objek wisata, keamanan dan kenyamanan kawasan TWA Sibolangit mengandung sub unsur yang ada sehingga masing-masing unsur tersebut memiliki nilai sebesar 30. Berikut adalah penjelasan terhadap unsur dan sub unsur untuk
kriteria daya tarik yang ditawarkan TWA Sibolangit.
1. Keunikan dan Banyaknya Sumber Daya Alam yang Menonjol
Keunikan dan sumber daya alam yang menonjol adalah merupakan salah satu komponen daya tarik yang tidak bisa dilepaskan dari berminat atau tidak berminatnya wisatawan untuk mengunjungi lokasi. Semakin banyak sumber daya
alam yang menonjol dari suatu lokasi wisata dapat dipastikan akan semakin
banyak pengunjung yang datang mengunjungi lokasi wisata tersebut.
Suwantoro (1997) menyatakan bahwa objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan.
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu
daerah tujuan wisata.
TWA Sibolangit kaya akan sumberdaya alam baik flora maupun fauna. Di sepanjang jalur tracking pengunjung dapat menemui berbagai macam flora dari berbagai ukuran mulai dari tumbuhan bawah, tumbuhan merambat, hasil hutan bukan kayu dan tumbuhan berkayu. Tumbuhan yang ada di TWA Sibolangit pada
yang merupakan tanaman asli TWA itu sendiri. Potensi ini dapat dimanfaatkan
sebagai penambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan keanekaragaman flora di Indonesia. Sumber daya alam terkait flora di TWA Sibolangit dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Bunga bangkai merupakan salah satu flora yang paling menonjol dari TWA Sibolangit. Flora ini tumbuh pada jalur Pinus dan juga jalur utama Duku
dan Kayu Hujan. Pada jalur utama, ditemukan satu tunas bunga bangkai setinggi sekitar dua meter dan pada jalur Pinus ditemukan beberapa tunas dengan ukuran
yang lebih kecil. Bunga bangkai yang terdapat di TWA Sibolangit merupakan jenis Amorphophallus titanum. Bunga bangkai ini terakhir kali ditemukan mekar pada tahun 2005. Sebelum tahun 2005, bunga ini mekar setiap hampir empat
tahun sekali. Tidak dapat diketahui pasti apa penyebab bunga bangkai ini sudah tidak pernah mekar lagi sejak tahun 2005 tersebut. Gambar peta terkait dengan potensi wisata di TWA Sibolangit dapat dilihat pada Gambar 7.
Selain kaya akan jenis flora, TWA Sibolangit juga menyimpan kekayaan berupa satwa liar yang hidup di dalamnya. Satwa yang ditemukan di TWA
Sibolangit pada saat melakukan pengamatan adalah dari jenis primata dan juga beberapa jenis burung. Jenis-jenis fauna yang dapat ditemukan di jalur track di TWA Sibolangit dapat dilihat pada Lampiran 6.
2. Kegiatan Wisata Alam yang Dapat Dilakukan
Kawasan TWA Sibolangit menawarkan berbagai macam kegiatan yang
kegiatan untuk menikmati keindahan alam, melihat flora dan fauna, tracking, penelitian dan pendidikan, berkemah dan kegiatan olahraga.
a. Menikmati Keindahan Alam
Kegiatan ini bisa dilakukan pada shelter yang berada pada pertengahan jalur track. Shelter ini berada pada koordinat 30 20' 08,2''LU dan 980 35’ 18,6’’ BT. Dari shelter ini pengunjung dapat menikmati pemandangan bentangan hutan alam Sibolangit, pemandangan Desa Sembahe, dan ketika hari cerah pengunjung juga dapat menikmati pemandangan kota Medan. Shelter dan juga pemandangan tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.
a b
c
b. Melihat Flora dan Fauna
TWA Sibolangit kaya akan sumber daya alam yang beranekaragam jenis terutama untuk jenis floranya. Mulai dari tumbuhan bawah, tumbuhan menjalar,
tanaman kayu hingga tanaman non kayu. Dengan berjalan di sepanjang jalur track, pengunjung dapat menikmati keindahan alam sambil belajar mengenai flora yang mungkin tidak bisa ditemukan di sembarang tempat. Banyaknya flora yang
tumbuh di TWA Sibolangit ini juga membuat lokasi ini sangat nyaman dan sejuk. Daftar flora yang bisa dinikmati di sepanjang jalur tracking bisa dilihat pada Lampiran. Fauna yang mungkin bisa ditemui di kawasan ini adalah kedih atau sejenis monyet yang memiliki bulu berwarna hitam pada tubuhnya dan sedikit warna putih pada bagian wajah dan kepalanya. Masyarakat setempat menyebut
monyet ini dengan nama kulikap. Fauna ini akan ditemukan jika pengunjung melakukan kegiatan track di pagi hari. Fauna lain yang banyak ditemukan adalah jenis burung. Jika beruntung, pengunjung dapat melihat secara langsung burung
yang ada di TWA, namun bisa juga menikmatinya melalui suara-suara yang dihasilkan oleh masing-masing burung tersebut.
c. Tracking
Terdapat tiga jalur track utama di TWA Sibolangit, yaitu jalur Kayu Hujan, jalur Duku, dan jalur Pinus. Penamaan ini sesuai dengan tumbuhan yang menonjol pada masing-masing jalur. Pada jalur Kayu Hujan, terdapat kayu hujan yang sangat besar. Sementara pada jalur Pinus terdapat kumpulan pohon pinus
yang berada di sebelah kanan jalur saat kita menyusurinya. Jalur track yang disediakan merupakan jalan setapak namun sudah diberi batako pada jalur Kayu
Namun kondisi jalur track ini kurang diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sampah-sampah daun pohon yang berjatuhan di sepanjang jalur dan tidak dibersihkan.
d. Penelitian dan Pendidikan
TWA Sibolangit kaya akan sumber daya alam hayati yang berpotensi dijadikan sebagai sumber pengetahuan akan keanekaragaman hayati Indonesia.
Para pelajar dan mahasiswa dapat melakukan penelitian terkait flora, fauna maupun kondisi tanah di kawasan TWA. Kawasan ini juga berpotensi untuk
dijadikan salah satu sarana pendidikan konservasi bagi para pelajar.
e. Berkemah
Lokasi ini cukup nyaman untuk dijadikan sebagai lokasi untuk berkemah.
Selain lokasinya yang nyaman dan asri, juga tidak jauh dari jalan dan juga pemukiman penduduk. Terdapat tiga titik koordinat pada jalur track yang dapat dijadikan sebagai lokasi untuk berkemah yaitu pada titik 30 20' 07,0'' LU dan 980 34’ 84,5’’ BT, 30 19' 99,2'' LU dan 980 35’ 05,5’’ BT serta 30 19' 99,9'' LU dan 980 35’ 04,3’’ BT. Salah satu camping ground yang ada di TWA Sibolangit dapat dilihat pada Gambar 9. Selain lokasi berkemah yang ada di jalur track, terdapat juga camping ground yang berada dekat dengan guest house yang berada di dekat gerbang masuk TWA Sibolangit.
3. Kebersihan Lokasi Objek Wisata
Sarana untuk menjaga kebersihan lokasi TWA Sibolangit sudah disediakan oleh pihak pengelola berupa tempat sampah yang dibuat di jalur track. Terdapat dua tempat sampah yang disediakan yaitu pada jalur Pinus satu buah dan pada shelter panorama satu buah. Kondisi tempat sampah sebenarnya baik dan masih utuh, namun tidak dibersihkan dari semak-semak yang tumbuh dan
akhirnya menjalar ke dalam bak sampah. Adanya tempat sampah yang disediakan oleh pihak pengelola tidak menjamin lokasi bebas dari sampah. Di jalur track masih ditemukan banyak sampah berserakan yang tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya kesadaran dari pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya.
Selain sampah, hal lain yang mengganggu kebersihan lokasi wisata tersebut adalah adanya coret-coretan pada shelter yang disediakan oleh pihak pengelolan di jalur tracking. Pada beberapa shelter terdapat tulisan-tulisan pada dinding, tiang hingga atap shelter. Hal ini tentunya akan mengurangi nilai kebersihan lokasi TWA Sibolangit sebagai salah satu objek tujuan wisata.
Kawasan TWA Sibolangit juga bebas dari pengaruh industri karena memang tidak ada industri besar yang terdapat di sekitar kawasan tersebut. Meskipun TWA Sibolangit berada dekat dengan jalan raya, namun kawasan
tersebut tidak terlalu dipengaruhi olehnya. TWA Sibolangit berada dekat dengan pemukiman penduduk yaitu penduduk desa Sibolangit dan juga penduduk desa
dalam kawasan TWA Sibolangit dengan alasan tidak ada manfaat langsung yang
diterima oleh mereka jika mereka melakukan kunjungan.
4. Keamanan Kawasan
Ketika mengunjungi suatu lokasi wisata, tentunya pengunjung mengharapkan keamanan selama berada di kawasan. Ketika pengunjung merasa lokasi wisata aman, maka pengunjung akan betah di lokasi dan akan ada
kemungkinan untuk kembali lagi mengunjungi lokasi. Suatu kawasan wisata dikatakan aman ketika tidak ada perambahan ataupun penebangan liar dan
pencurian di dalam kawasan, tidak adanya longsor, tidak adanya kepercayaan yang mengganggu serta penyakit menular.
Setelah dilakukan penilaian, kawasan TWA Sibolangit termasuk dalam
kategori aman dari segala ancaman seperti arus berbahaya, penyakit berbahaya dan juga kepercayaan-kepercayaan yang mengganggu. Mayoritas masyarakat
sekitar kawasan juga sudah menyadari arti penting suatu kawasan hutan bagi kehidupan mereka sehingga di kawasan TWA Sibolangit sangat jarang ditemukan perambahan dan penebangan liar serta pencurian. Namun, kawasan TWA
Sibolangit sangat rawan terhadap longsor. Terlebih pada saat musim penghujan. Biasanya ketika hujan deras, maka besar kemungkinan akan terjadi longsor di
5. Kenyamanan Kawasan
Rasa nyaman yang ditawarkan lokasi wisata akan menambah minat wisatawan untuk datang kembali ke lokasi tersebut. Rasa nyaman ini dapat
terbentuk dari kebersihan dan keasrian lokasi wisata, lokasi wisata yang bebas dari kebisingan dan juga bau, pelayanan selama berwisata yang diterima oleh wisatawan juga sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak pengelola wisata
di lokasi.
Kawasan TWA Sibolangit merupakan lokasi yang nyaman dengan udara
yang asri dan sejuk, bebas dari kebisingan dan tidak lalu lintas yang mengganggu selama pengunjung berada di lokasi. Namun, kebersihan lokasi masih kurang diperhatikan. Di sepanjang jalur tracking masih ditemukan sampah yang tidak berada pada tempatnya padahal tempat sampah sudah ada disediakan.
Untuk pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola sudah baik. Ketika pengunjung tiba di lokasi akan ada petugas yang datang dan menawarkan bantuan
apabila pengunjung membutuhkan guide untuk melakukan penyusuran jalur track. Sarana dan prasarana yang ada di dalam TWA Sibolangit dapat dikatakan sudah
a b
c d e
Gambar 10. Pusat informasi dan aula (a); kantor atau guset hosue (b); salah satu papan interpretasi di jalur track (c); tempat duduk di jalur track (d); shelter yang bisa ditemukan di jalur track (e)
Aksesibilitas
Perjalanan dari Medan ke kawasan TWA Sibolangit dapat ditempuh dalam
waktu sekitar satu jam dengan menggunakan angkutan umum yang menuju ke Berastagi dengan ongkos perjalanan sebesar Rp. 8.000,-. Tipe jalan menuju
kawasan adalah jalan aspal dengan lebar lebih dari tiga meter. Kondisi jalannya yang baik dengan jarak sekitar 15 km dari kota Medan membuat akses ke kawasan ini tidak begitu sulit. Penilaian untuk aksesibilitas menuju kawasan
TWA Sibolangit dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil penilaian terhadap aksesibilitas menuju kawasan TWA Sibolangit
No Unsur/Sub Unsur Bobot Nilai Skor Total*
1 Kondisi jalan 5 30 150
2 Jarak dari kota 5 15 75
3 Tipe jalan 5 30 150
4 Waktu tempuh dari kota 5 30 150
*Hasil kali antara bobot dengan nilai
MacKinnon et al. (1990), menyatakan bahwa dua diantara beberapa faktor yang membuat suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah letaknya yang
dekat, cukup dekat atau jauh dengan bandar udara internasional atau pusat wisata utama atau pusat kota dan juga perjalanan ke kawasan tersebut apakah mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha, sulit atau berbahaya. Aksesibilitas menuju kawasan
TWA Sibolangit sudah bisa dikatakan sangat baik karena memiliki kondisi jalan yang baik, dengan tipe jalan aspal dengan lebar lebih dari tiga meter. Kondisi
yang kurang mendukung untuk aksesibilitas ini adalah jarak lokasi tersebut dari pusat kota Medan yang tergolong dalam kategori buruk dengan jarak lebih dari 15 kilometer. Namun, jarak tersebut sebenarnya tidak terlalu menghambat jika ingin
melakukan kegiatan wisata ke lokasi tersebut karena adanya kondisi jalan yang baik membuat waktu tempuh dari pusat kota menuju lokasi tidak lebih dari 2 jam perjalanan. Hal ini juga didukung adanya sarana transportasi yang memadai
menuju lokasi wisata TWA Sibolangit.
Akomodasi
MacKinnon et al. (1990) juga menyatakan bahwa akomodasi merupakan salah satu faktor yang membuat pengunjung tertarik untuk melakukan suatu
kunjungan wisata. Ketersediaan akomodasi dalam lokasi wisata sangat membantu pengunjung ketika pengunjung ingin menginap di lokasi yang dikunjunginya. Namun apabila tidak terdapat akomodasi dalam lokasi wisata, pengunjung dapat
mencari akomodasi yang ada tidak jauh dari lokasi wisata.
yang berada dekat dengan guest house dan juga pada beberapa titik di jalur tracking. Namun jika pengunjung tidak ingin menginap di lokasi, dapat juga mencari akomodasi di sekitar kawasan yang bisa ditemukan di desa Sembahe dan
desa Bandar Baru.
Penilaian untuk akomodasi di sekitar kawasan TWA Sibolangit dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil penilaian akomodasi sekitar TWA Sibolangit
No Unsur/Sub Unsur Bobot Nilai Skor Total*
1 Jumlah akomodasi 3 30 90
2 Jumlah kamar 3 30 90
Skor Akomodasi 60 180
*Hasil kali antara bobot dengan nilai
Sarana dan Prasarana Penunjang
Selain sarana dan prasarana yang ada di dalam kawasan, sarana dan
prasarana penunjang yang ada di sekitar kawasan juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan suatu objek wisata. Dari pengamatan yang dilakukan, prasarana penunjang yang ada di sekitar kawasan TWA Sibolangit adalah kantor pos
sebanyak satu buah yang berada di desa Bandar Baru, jaringan telepon, jaringan listrik, jaringan air minum, dan puskesmas di desa Sibolangit dan Bandar Baru.
Penilaian terhadap sarana dan prasarana penunjang dalam perkembangan kawasan TWA Sibolangit sebagai salah satu daerah tujuan wisata dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil penilaian terhadap sarana dan prasarana penunjang
Unsur/Sub Unsur Bobot Nilai Skor Total*
Prasarana 3 50 150
Sarana penunjang 3 50 150
Skor Sarana dan Prasarana Penunjang 100 300
Strategi Pengembangan TWA Sibolangit
Strategi pengembangan lokasi wisata TWA Sibolangit diperoleh dengan menggunakan Analisis SWOT dimana digunakan untuk mengidentifikasi
relasi-relasi sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya yang lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumberdaya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Agak berbeda dengan studi kelayakan, analisis sumberdaya ekowisata sudah harus menghasilkan
sintesis yang akan dijadikan basis proyek. Bahkan hasil analisis ini merupakan produk akhir untuk menyimpulkan apakah proyek ekowisata dapat dilakukan atau
tidak. Oleh karena itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal, perlu mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan objek wisata tersebut (Damanik dan Weber, 2006).
Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, pengunjung, LSM YEL,
CI, pihak TWA Sibolangit, Dinas Pariwisata dan juga kepala desa Sembahe dan Sibolangit (kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 7) dan juga berdasarkan pengamatan di lapangan maka didapat faktor internal dan juga eksternal yang
mempengaruhi perkembangan lokasi objek wisata TWA Sibolangit. Adapun yang menjadi faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan dari kawasan, dan yang
menjadi faktor eksternal adalah peluang yang ada dan juga hal-hal yang menjadi ancaman keberadaan TWA Sibolangit. Pada Tabel 11 disajikan faktor-faktor internal yaitu kekuatan dan juga kelemahan serta faktor eksternal yaitu peluang