• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 di TWA Sibolangit, Desa Sembahe dan Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah global positioning system (GPS) sebagai alat bantu dalam menentukan koordinat di lapangan, alat tulis-menulis, kamera digital, perangkat komputer dengan software Arcview 3.3 untuk mengolah koordinat yang sudah ditentukan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta administrasi kawasan konservasi CA/TWA Sibolangit dan Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003, dan kuesioner untuk pengunjung, masyarakat sekitar kawasan serta daftar pertanyaan untuk instansi yang terkait dengan TWA Sibolangit yaitu BKSDA, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Conservation International (CI), Dinas Pariwisata Kabupaten Deli Serdang dan pemerintah desa Sembahe dan Sibolangit.

Metode Penelitian Pengumpulan Data

Data-data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data-data yang dikumpulkan

No Data Jenis Data Sumber Keterangan

1. Nilai ODTW Primer TWA

Sibolangit Diperoleh dengan menggunakan Pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 2. Kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman TWA Sibolangit Primer Masyarakat, pengunjung, dan instansi terkait Diperoleh dengan melakukan wawancara dan pembagian kuesioner 3. Peta kawasan CA dan

TWA Sibolangit

Sekunder BPKH

4. Manajemen Pengelolaan TWA

Sekunder BKSDA

5. Citra Landsat Sekunder

Metode Pelaksanaan 1. Data Primer

a. Nilai ODTW

Metode yang dilakukan adalah observasi langsung di sepanjang jalur tracking TWA Sibolangit. Objek yang dianggap berpotensi dan memiliki daya tarik akan dicatat dan diambil titik koordinatnya dengan menggunakan GPS, kemudian dinilai menggunakan Pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003.

Komponen yang dicatat dan dinilai adalah:

1. Jenis flora dan fauna yang dijumpai di sekitar objek wisata.

2. Daya tarik meliputi keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, sumberdaya alam yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan, kenyamanan.

3. Aksesibilitas meliputi kondisi jalan, jarak, tipe jalan dan waktu tempuh dari kota.

4. Akomodasi meliputi jumlah akomodasi dan jumlah kamar. Yang diamati adalah penginapan dalam radius 15 km dari objek wisata.

5. Sarana dan prasarana penunjang yang ada dalam radius 15 km dari lokasi wisata. Unsur yang dinilai meliputi kantor pos, jaringan telepon, puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, rumah makan, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko cinderamata dan lain-lain.

b. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman TWA Sibolangit

Data ini diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada pengunjung kawasan TWA Sibolangit dan masyarakat sekitar kawasan TWA Sibolangit.

Teknik penarikan sampel terhadap pengunjung dilakukan dengan metode random sampling (sampel acak), dimana setiap pengunjung yang datang ke lokasi penelitian dijadikan sebagai dijadikan sebagai responden. Namun responden yang diwawancarai terbatas pada pengunjung yang berusia diatas tujuh belas tahun. Jumlah responden untuk pengunjung ditetapkan sebesar 20 responden. Demikian halnya untuk masyarakat, pengambilan sampel juga dilakukan secara acak (random sampling). Jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 10% dari jumlah keseluruhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arikunto (2002) bahwa jumlah sampel ditetapkan sebanyak 10-15% dari jumlah keseluruhan populasi apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang. Di desa Sembahe ada sebanyak 381 KK maka diambil sampel sebanyak 38 KK dan di desa Sibolangit ada sebanyak 281 KK maka sampelnya sebesar 28 KK. Jumlah responden untuk masyarakat seluruhnya adalah 66 KK.

Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman TWA Sibolangit juga diperoleh dengan melakukan wawancara kepada instansi yang terkait dengan TWA Sibolangit. Instansi-instansi tersebut adalah BKSDA, lembaga yang pernah

mengadakan kerjasama dengan TWA Sibolangit yaitu YEL dan juga CI, Dinas Pariwisata Kabupaten Deli Serdang, dan juga pemerintah Desa Sembahe dan juga Desa Sibolangit. Dari setiap instansi ditetapkan sebanyak satu orang responden yang bersifat sebagai informan kunci yang mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan TWA Sibolangit.

2. Data Sekunder

a. Peta Kawasan CA dan TWA Sibolangit

Peta kawasan CA dan TWA Sibolangit diperoleh dari Badan Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Provinsi Sumatera Utara. Peta ini digunakan dalam pembuatan peta potensi wisata alam di TWA Sibolangit.

b. Manajemen Pengelolaan

Data terkait manajemen pengelolaan wisata di TWA Sibolangit meliputi kebijakan wisata, pengelolaan, fasilitas dan pelayanan, perencanaan wisata dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan wisata alam di TWA Sibolangit. Data ini diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap pengelola TWA Sibolangit, yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara (BKSDASU).

Analisis Data

1. Analisis Potensi Objek

Objek dan daya tarik (flora, fauna dan objek lainnya) yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003

sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan rumus:

S = N x B

Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria

N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = bobot nilai

Dalam Pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003, kriteria daya tarik diberi 6 karena daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Hasil pengolahan data tersebut kemudian diuraikan secara deskriptif.

Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai kuat yaitu 5. Karsudi dkk ( 2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut:

- Tingkat kelayakan > 66,6% : layak dikembangkan - Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak dikembangkan - Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak dikembangkan

2. Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT

Responden akan diberi kuesioner untuk diisi (Lampiran 7). Jawaban pertanyaan yang digunakan dalam analisis SWOT adalah skor 1 untuk jawaban ya

dan skor 0 untuk jawaban tidak. Kemudian setiap kriteria diseleksi dengan penerimaan 60% untuk kemudian dianalisis dengan SWOT. Kriteria penerimaan faktor dalam analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria penerimaan analisis SWOT

Responden Jumlah responden Skor tertinggi Skor terendah

Pengunjung 20 20 0 Masyarakat 66 66 0 Ahli 6 6 0 Jumlah 92 92 0 Keterangan : 0-59% kriteria ditolak 60-100% kriteria diterima

Kriteria yang diterima kemudian dianalisis dengan memberikan bobot dan rating terhadap masing-masing kriteria. Bobot diberi nilai mulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis ini harus berjumlah 1. Kemudian untuk menghitung rating, untuk masing-masing faktor (peluang dan kekuatan) diberi skala mulai dari 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (tidak baik), dan 1 (sangat tidak baik) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap organisasi. Sementara untuk rating ancaman dan kelemahan diberi nilai -4 sampai dengan -1. Bentuk skoring dan pembobotan faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Skoring dan pembobotan faktor internal

No Kekuatan (strength) Bobot Rating Skor

1 2 dst Total kekuatan No Kelemahan (weakness) 1 2 dst Total kelemahan

Tabel 4. Skoring dan pembobotan faktor eksternal

No Peluang (oppotunity) Bobot Rating Skor

1 2 dst Total Peluang No Ancaman (threat) 1 2 dst Total ancaman

Total peluang – total ancaman = O – T

Penskoringan dan pembobotan ini dilakukan untuk mendapatkan posisi TWA Sibolangit dalam diagram analisis SWOT. Diagram SWOT dapat dilihat pada bagan yang ada di Gambar 2.

III I

IV II

Gambar 2. Bagan analisis SWOT

Keterangan gambar:

1. Kuadran I: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan

Peluang Ancaman Kelemahan Internal Kekuatan internal

peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). 2. Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi usaha (produk/pasar).

3. Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, akan tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Strategi yang harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

4. Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Analisis SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi alternatif (Rangkuti, 1997) yang dapat kita lihat pada matriks perumusan strategi analisis SWOT pada Tabel 5.

Tabel 5. Perumusan strategi dengan matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eskternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

Ciptakan strategi yang memakai kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Ancaman (T) Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

3. Pembuatan Peta Potensi Wisata

Kegiatan ini diawali dengan melakukan digitasi on screen pada peta dasar yaitu peta tata batas kawasan hutan Sibolangit dengan menggunakan software Arcview 3.3 dan dihasilkan peta lokasi penelitian. Kemudian dilakukan overlay antara peta lokasi penelitian dengan peta Kecamatan Sibolangit serta titik koordinat objek yang tercatat sebagai potensi wisata alam. Dari kegiatan ini akan diperoleh peta potensi wisata alam yang disertai atribut-atributnya. Tahapan pembuatan peta potensi wisata alam dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahapan pembuatan peta potensi wisata alam Peta Lokasi

Penelitian

Peta Potensi Wisata Alam Peta Kec. Sibolangit

Digitasi Peta Overlay Peta Titik Koordinat Potensi Wisata Data Potensi Wisata Peta Kawasan Hutan

Dokumen terkait