• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menguraikan tentang sejarah penangkaran buaya Asam Kumbang, potensi penangkaran buaya Asam Kumbang, upaya promosi penangkaran buaya Asam Kumbang, upaya peningkatan kebersihan, data kunjungan wisatawan di penangkaran buaya Asam Kumbang.

BAB V : PENUTUP

Meliputi Kesimpulan dari pembahasan yang telah di lakukan. DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Potensi Pariwisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian kata potensi adalah kemampuan, daya, kekuatan, kesanggupan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Sedangkan kata Pariwisata mempunyai arti segala yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Potensi Pariwisata adalah kemampuan atau daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik wisata.

2.2 Pariwisata Secara Umum

Pengembangan kepariwisataan dalam suatu negara dapat meningkatkan devisa bagi negara dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Seiring dengan adanya perkembangan pariwisata saat ini, setiap negara telah melakukan perubahan yang dapat meningkatkan produk pariwisata yang akan mereka pasarkan. Pernyataan tersebut didukung oleh teori, UU Nomor 9 Tahun 1969 (Dalam Yoeti, 1996 : 151) menyatakan : “…Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia merupakan suatu Industri Parirwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan kesejahteraan masyarakat dan negara”.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia, yaitu :

1. Menambah pendapatan (devisa) bagi negara pada umumnya, perluasan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

3. Meningkatkan tali persaudaraan dan persahabatan masyarakat nasional maupun internasional.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa tujuan pengembangan indutri pariwisata Indonesia adalah untuk meningkatkan devisa atau pendapatan negara. Jadi, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan parwisata dilakukan untuk meningkatkan devisa dan kesejahteraan masyarakat.

2.3 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut, sesuai dengan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

Dunia pariwisata berhubungan erat dengan masyarakat, terbukti dari adanya keterlibatan langsung masyarakat terhadap kemajuan pariwisata daerah sekitarnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut, dibutuhkan pembinaan mengenai pengertian dan istilah-istilah yang sering di gunakan dunia pariwisata. Hal tersebut sangat penting sebagai sarana untuk mendapat pelajaran dan menambah wawasan.

2.3.1 Ilmu Pariwisata

Pengertian-pengertian mengenai pariwisata yang menitikberatkan pada kegiatan berwisata yang bertujuan untuk bersenang-senang dan mendapatkan service

selama dalam perjalanan. Tetapi konsep dalam ilmu pariwisata seharusnya didasari atas moral sehingga tercipta suatu tata krama yang baik selama melakukan perjalanan ke suatu Negara atau wilayah. Pernyataan ini didukung oleh pengertian pariwisata sebagai berikut, Syafei (2009 : 15) menyatakan :

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata “pari” yang berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalananan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata itu menyuguhkan suatu kunjungan secara bertata krama dan berbudi.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pariwisata adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara suatu negara untuk menyuguhkan segala keperluan wisatawan yang akan berkunjung melihat keindahan pemandangan alam, sejarah bangsa dan menikmati seni dan budaya bangsa tersebut dengan bertata krama.

2.3.2 Industri Pariwisata Menurut Para Ahli

Industri pariwisata adalah salah satu sektor yang memiliki potensi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan pekerjaan dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara. Selain itu, sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga dapat membantu industri pendukung lainnya seperti transportasi, akomodasi dan cendramata.

Ada beberapa pengertian industri pariwisata menurut para ahli sebagai pendukung pengertian di atas. Industri pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk wisata yang akan digunakan wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung Damardjati (Dalam Yoeti, 1982 : 141) mengatakan : “… Industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk, jasa-jasa, layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan selama perlawatannya”.

Yoeti juga mengemukakan bahwa industri pariwisata merupakan gabungan dari keseluruhan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk baik berupa barang maupun jasa yang diperuntukkan untuk wisatawan selama melakukan perjalanan, Yoeti (1982 : 140) manyatakan : “…Industri Pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan produk barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya traveler pada umumnya selama dalam melakukan perjalannya”.

Pengertian Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan kegiatan dalam organisasi pemerintah maupun swasta yang berfungsi untuk memasarkan hasil produk wisata bagi wisatawan, Kusdianto (1996 : 11) mengatakan : “… Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, hampir memiliki kesamaan dalam pandangan mengenai pengertian pariwisata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Industri Pariwisata adalah suatu industri yang berusaha mengembangkan kualitas dari produk pariwisata (goods and service) baik dari aspek transportasi, akomodasi dan cendramata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan. Jadi, kepuasan wisatawan tergantung dari kuwalitas produk dan jasa yang dijual.

2.3.3 Wisatawan

Wisatawan merupakan pelaku utama dalam dunia pariwisata. Pariwisata merupakan suatu pengalaman manusia yang menyenangkan dan membantu membuang rasa jenuh dari kehidupan sehari-hari yang besifat rutin dan membosankan.

Menurut instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 tentang Pedoman

Pengembangan Kepariwisawan Nasional disebutkan bahwa “Wisatawan (tourist)

adalah setiap orang yang berpergian dari tempat asalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”. Batasan atau definisi ini terlalu luas sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan penyusun statistik dan perancanaan dalam penyusunan kebutuhan akan fasilitas dan akomodasi bagi wisatawan. Dalam hal ini International of Official Travel Organization (IOTO) membuat penyeragaman tentang pengertian wisatawan. Istilah umum untuk wisatawan adalah setiap orang yang datang kesuatu negara selain tempat tinggalnya, dengan maksud tidak melakukan pekerjaan yang mendapat upah. Berdasarkan uraian di atas, pengunjung (visitor) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung sementara yang lama tinggalnya paling sedikit selama 24 Jam di Negara atau daerah yang dikunjunginya dan tujuan perjanannya dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Pesiar (leiser) seperti untuk keperluan rekreasi, hiburan, kesehatan studi, keagamaan dan olah raga.

b. Hubungan dagang (bisnis), keluarga, konfrensi, dan misi. 2. Pelancong (excursionist)

Yaitu pengunjung semantara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya termasuk pelancong dengan kapal pesiar. Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang dinamakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata dengan tujuan bersenang-senang, dimana pada saat melakukan perjalanan mendapat service atau jasa dari pelaku industri pariwisata dan akan kembali ke daerah asalnya.

2.4 Produk Industri Pariwisata

Menurut ilmu ekonomi Produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pegertian ini ditekankan bahwa hasil akhir dari suatu proses produksi adalah suatu barang yang dapat digunakan untuk beberapa tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.

Di dalam ilmu ekonomi, usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Production (Produksi) adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan suatu barang dan jasa dalam bentuk yang diiginkan

(Form Utility).

2. Marketing (Pemasaran) adalah kegiatan dalam rangka penciptaan yang

tidak hanya berhubungan dengan kegunaan tempat (Place Utility) dan kegunaan waktu, tetapi juga penciptaan kegunaan kepemilikan.

3. Consummption (Pemakai/Konsumen) adalah orang yang menggunakan

hasil produksi yaitu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Produk pariwisata adalah produk yang tidak nyata, tetapi berupa jasa. Terdiri atas rangkaian jasa yang bersifat ekonomis, sosial, psikologis, dan alamiah.

Jadi kesimpulanya, produk pariwisata merupakan rangakaian dari berbagai jasa yang saling terkait yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial dan psikologis), dan jasa alam, Suwantoro (1997 : 48) menyatakan :

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa transportasi, akomodasi, restoran (makanan dan minuman), jasa tour, hiburan dan sebagainya. b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain prasarana

pasilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, dan lain-lain. c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pengunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya. Produk pariwisata ini merupakan gabungan dari 3 (tiga) komponen berikut :

1. Antraksi yang terdapat di suatu daerah tujuan wisata. 2. Fasilitas yang tersedia.

3. Aksesibilitas dari dan ke daerah tujuan wisata.

Industri Pariwisata pada dasarnya sama dengan industri lain yang menghasilkan produk untuk dijual. Untuk lebih mengenal apa sebenarnya produk dari industri pariwisata, dapat dilihat dari ciri-ciri produk pariwisata tersebut. Ada beberapa ciri-ciri produk pariwisata, Sinaga (1997 : 41), menyatakan :

a. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipindahkan artinya dalam penjualannya produk pariwisata tidak dibawa langsung kepada konsumen akan tetapi, konsumen (wisatawan) yang harus datang untuk mengunjungi dan menikmati langsung produk tersebut setelah dia mengatahuinya melalui promosi yang dilakukan.

b. Produk dan jasa konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk atau jasa maka tidak akan terjadi produksi. c. Produk wisata tidak menggunkan standar ukuran fisik tetapi menggunakan

standar pelayanan yang berdasarkan suatu kriteria.

d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.

e. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin.

f. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.

Produk pariwisata adalah produk nyata (tangible product) dan produk tidak nyata (intangible product) yang merupakan sekelompok jasa dan memiliki sifat ekonomis, sosial, dan psikologis yang dapat di nikmati dan menjadi kebutuhan

wisatawan. Produk industri pariwisata terdiri dari berbagai macam produk, dikemukakan oleh Suwantoro (1997 : 39), antara lain :

1. Biro Perjalanan Wisata

Memberikan informasi tentang objek wisata di suatu daerah tujuan wisata, dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan, serta mengatur rencana perjalanan dan kegiatan pariwisata lainya.

2. Transportasi (darat, laut, dan udara)

Memberikan pelayanan kepada wisatawan sebagai alat transportasi yang membawanya kedaerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

3. Jasa akomodasi (perhotelan), restoran dan pasilitas lainya. 4. Jasa transportasi lokal (Bus, Taksi, Andong, dan lainnya)

Dalam melakukan city sight seeing atau excursion pada objek wisata dan antraksi wisata lainya.

5. Objek wisata (antraksi wisata).

Objek wisata atau antraksi wisata yang ada di daerah tujuan wisata sebagai daya tarik agar orang berkunjung kedaerah tujuan wisata tersebut.

6. Jasa souvenir shop dan handicraft dan shoping center.

Sebagi tempat wisatawan untuk belanja dan membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.

7. Perusahan pendukung lainnya

Seperti post card, perangko, money changer, bank dan lainnya. Menurut suwantoro (1997 : 41), produk industri pariwisata dibagi menjadi dua macam produk, yaitu :

1. Produk nyata (Tangible Product), yaitu :

a. Prasarana pariwisata atau infrastruktur seperti jalan, bandara, pelabuhan, telekomunikasi, dan lain-lainya.

b. Sarana pariwisata atau super struktur seperti hotel, restoran, alat transportasi dan sebagainya.

c. Objek dan daya tarik wisata seperti sumber daya alam, budaya, sejarah, beserta antraksi wisata lainya.

2. Produk tidak nyata (Intangible Product) yaitu :

a. Service atau pelayanan adalah sumber daya manusia yang memiliki

keahlian dalam teknik pelayanan.

b. Sapta pesona yang terdiri dari 7K (keamanan, ketertiban, kebersihan, kenyamanan, keindahan, kesejukan, keramah-tamahan, dan kenangan). Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat akan mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra atau image dan kesan perjalanan seseorang di suatau daerah pada dasarnya tergantung pada produk pariwisata yang tersedia. Untuk menigkatkan citra dan mutu produk serta pelayanan dalam pariwisata diperlukan tenaga-tenaga pegelola dan pelaksana yang ahli dan profesional baik dikalangan industri pariwisata, daerah-daerah tujuan wisata maupun instansi yang berkaitan dengan industri pariwisata.

2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata 2.5.1 Objek Wisata

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat perhatian khusus dari berbagi pihak, yaitu pihak

pemerintah, masyarakat dan lainnya guna menunjang perkembangan kepariwisataan. Menurut Undang-undang kepariwisataan No. 9 Tahun 1990 objek wisata dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia, yang berwujud seperti museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan taman konservasi.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : mendaki gunung, gua, berburu, tempat belanja, tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-lain.

Suatu daerah tidak dapat dikatakan menjadi daerah tujuan wisata apabila daerah itu tidak layak untuk di jual. Untuk menentukan sebuah daerah tujuan wisata, daerah itu harus memiliki kriteria yang berpotensi. Ada tiga kriteria yang menentukan sebuah objek wisata dapat diminati oleh wisatawan, Yoeti (1985 : 164 ) mengatakan :

1. Something To See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu

yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek wisata tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menarik minat wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tersebut.

2. Something To Do adalah objek wisata tersebut dapat memberikan suatu

kesempatan agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk perasaan senang, relax, dan bahagia berupa fasilitas baik arena permainan atau area makan terutama yang menyajikan makanan khas daerah tersebut sehingga terasa berbeda dari daerah wisata lainnya sehingga mampu membuat wisatawan lebih lama dan nyaman tinggal disana.

3. Something To Buy adalah fasilitas yang disediakan khusus sebagai tempat

belanja bagi wisatawan yang pada umumnya adalah menjual benda yang ciri khas dan merupakan ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

Sebuah daerah objek wisata tidak dapat berkembang tanpa adanya dukungan dari faktor lain, seperti sarana dan prasarana sebagai pelengkap dalam pengembangan objek wisata tersebut. Yoeti (1985 : 181), mengatakan : “… Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.

Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan objek wisata. Prasarana menurut Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” (1985 : 182), mengatakan :

1. Perhubungan : jalan raya, rel kreta api, pelabuhan udara dan laut dan terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, dan lain-lain.

4. Pelayanan kesehatan, baik puskesmas atau rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan, baik pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan disekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan, baik berupa pusat informasi atau kantor pemandu wisata.

7. Pom bensin. 8. Dan lain-lain.

2.5.2 Daya Tarik Wisata

Menurut Undang-undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 mengatakan bahwa daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa unsur daya tarik sebuah objek wisata adalah :

a. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan.

b. Daya tarik wisata berupa alam, budaya, dan hasil karya manusia yang berseni tinggi dan dapat dijadikan menjadi suatu produk.

c. Sasaran utama produk pariwisata adalah wisatawan.

Daya tarik sebuah objek wisata harus di kemas dan dibangun semaksimal mungkin agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Membangun suatu objek wisata harus memiliki kriteria dan dirancang sedemikian rupa. Pada umumnya daya tarik suatu objek wisata mempunyai 6 (enam) kriteria, Suwantoro (1997 : 18) mengatakan :

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk mengunjunginya. c. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

d. Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang sedang melakukan perjalanan.

e. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan,, dan sebagainya.

f. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus dalam bentuk antraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam buah karya manusia masa lampau.

Dalam membangun suatu objek wisata harus dirancang sesuai dengan potensi daya tarik yang dimiliki. Suatu pengembangan daya tarik yang berhasil, harus memiliki kriteria kelayakan, Suwantoro (1997 : 20) mengatakan :

1. Kelayakan Financial

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pengembangan objek wisata tersebut. Dari awal perkiraan untung rugi harus sudah diperhitungkan.

2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun sebuah objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau berusaha, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti : pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Dalam hal ini, pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya secara luas.

3. Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksa diri untuk membangun objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata

4. Layak lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan objek wisata. Pembangunan suatu objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk karkebaikan manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.

2.6 Pariwisata Alam

2.6.1 Pengertian Wisata Alam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) alam adalah segala daya atau kekuatan yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan buatan manusia.

Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan taman wisata alam dikelola oleh pemerintah, swasta ataupun pribadi.

Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Ada beberapa kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata alam, Marpaung (2000 : 40) mengatakan :

1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik.

2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. 3. Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

4. Perlindungan dan pengamanan 5. Inventarisasi potensi kawasan.

6. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi. 7. Pembinaan habitat dan populasi satwa.

Kawasan wisata alam memiliki banyak fungsi, yang dapat dimanfaatkan baik secara ekonomi dan untuk kebutuhan sosial. Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat di kelompokkan dalam empat kelompok, Marpaung (2000 : 42) mengatakan :

1. Pariwisata alam dan rekreasi

2. Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut)

3. Pendidikan

4. Kegiatan penunjang budaya.

Ada beberapa alasan mengapa alam menarik bagi wisatawan untuk dikunjungi, Marpaung ( 2000 : 45) mengatakan :

1. Banyak wisatawan yang tertarik dengan kegiatan-kegiatan terbuka, seperti bertualang ke gua-gua, mendaki gunung, arum jeram, dan sebagainya. 2. Mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya nyaman, suasananya

tentram da pemandangan yang bagus dan terbuka.

3. Wisatawan yang tertarik dan menyukai suatu tempat tertentu, setiap ada kesempatan dia akan pergi dan mereka akan kembali ke tempat tersebut. Seperti hutan, pegunungan, daerah pantai dan sebagainya.

4. Alam dapat dijadikan sebagai bahan studi untuk wisatawan budaya, khususnya dalam widya wisata. Untuk keperluan ini yang penting adalah daerah dengan flora dan fauna yang langka dan khas.

Wisata alam dapat dibagi menjadi beberapa bagian, dikemukakan oleh Marpaung (2000 : 50 ) yaitu :

1. Konservasi

Konservasi adalah kawasan yang didirikan karena adanya keinginan untuk mengembangbiakkan dan menghindari kepunahan flora dan fauna yang sudah langka atau mulai punah.

2. Cagar Alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya

Dokumen terkait