• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA PENGEMBANGAN PRODUK TERHADAP KUALITAS PRODUK HEINEKEN (Studi Kasus Penerapan ISO 9001 : 2000 di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAHA PENGEMBANGAN PRODUK TERHADAP KUALITAS PRODUK HEINEKEN (Studi Kasus Penerapan ISO 9001 : 2000 di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA PENGEMBANGAN PRODUK TERHADAP KUALITAS PRODUK HEINEKEN (Studi Kasus Penerapan ISO 9001 : 2000 di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta)

Agus Priadi

Akademi Sekretari dan Manajemen Bina Sarana Informatika, Jakarta Jl. Kramat Raya 168 Jakarta Pusat

Email: agphotaja@yahoo.com

ABSTRACT

ISO 9001 nowadays is a standard of quality management system in the whole world. By applying ISO 9001 can be sure that a system or production process is able consistently fulfill the product standard which has been chosen in the first time. The ISO 9001 is applied to bridge the need and expectation of the customer with the need of the organization.

The objective of this research globally is to analyze the application of the system of quality management ISO 9001:2000 in the relations of the productivity and customer’s satisfaction. To give the alternative solutions towards the happening problems in the application process of ISO 9001:2000 in order to be consistent against the product quality being produced. Consistency is also reached due to the management being provided with the valuable data organizedly and is able to overview the advancement. This provides the mechanism to view the achievement against the objective and destination being fixed continuosly. It also helps the enhancement of the objectives during the plan of action program and to make a decision about the organization attempts due to recovery, planning and the procedure conduct of the process or evaluation. Which means, the procedure of data collection should be enhanced and efficiency to identify the need and potential problems escalated. When the needs identified, current destination can be arranged which is going to be broken detailly. Starting from there, it is better for us to think about the action of the program, carried out and evaluated. And if effective, it should be strengthened and if not, should be corrected.

Keywords : Product Development, Product Quality I. PENDAHULUAN

Era pasar bebas (global market) menjadikan kepedulian pelanggan terhadap kualitas semakin meningkat. Industri penghasil barang dan pelayanan modern dihadapkan dengan tantangan yang cukup berat. Tuntutan Konsumen akan kualitas sangat meningkat dan kecenderungan ini kiranya akan diperkuat oleh tekanan persaingan di masa mendatang. Teknologi baru telah memungkinkan produk memberikan fungsi lebih baik dan tingkat penampilan yang lebih tinggi. Sebagai akibat dari tuntutan konsumen yang meningkat akan kualitas dan pengembangan teknologi produk baru, banyak teknik dan praktik jaminan kualitas yang ada perlu diubah seperlunya. Dalam banyak bisnis, besar biaya kualitas sebanding dengan biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, atau biaya distribusi. Ada bahaya yang cukup besar bahwa biaya-biaya ini mungkin terlalu tinggi untuk perusahaan-perusahaan dalam memelihara dan meningkatkan posisi persaingan mereka. Untuk

itu suatu penjaminan kualitas sangat dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Sementara itu, quality assurance secara luas dijelaskan sebagai fungsi manajemen strategik yang berkaitan dengan berdirinya kebijakan, standar, dan sistem untuk pemeliharaan atau mempertahankan kualitas.

ISO 9001 pada saat ini merupakan suatu standar sistem manajemen kualitas di seluruh dunia. Dengan diterapkannya ISO 9001 dapat memastikan bahwa sistem atau proses produksi mampu secara konsisten memenuhi standar produk yang sudah dipilih lebih dahulu. ISO 9001 ini diterapkan untuk menjembatani kebutuhan dan harapan pelanggan dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam kaitanya dengan produktivitas dan kepuasan pelanggan. Memberikan alternatif perbaikan masalah yang terjadi dalam proses penerapan Manajemen Mutu

(2)

ISO 9001:2000 guna konsistensi terhadap kualitas produk yang dihasilkan.

Konsistensi juga perlu dicapai oleh manajemen, karena manajemen disediakan dengan data yang berharga secara teratur dan mampu melihat kemajuan atau kurangnya kemajuan ke arah tujuan dan mengambil tindakan yang tepat, sehingga meminimalkan ruang untuk kesalahan. Hal ini menyediakan mekanisme peninjauan kinerja terhadap tujuan dan sasaran yang ditetapkan secara terus-menerus, dan untuk mengambil tindakan yang tepat berdasarkan temuan evaluasi. Hal ini juga membantu meningkatkan objektivitas perusahaan dalam perencanaan program tindakan, dan kemudian untuk membuat keputusan tentang masalah organisasi karena perbaikan, perencanaan dan pelaksanaan prosedur penilaian / proses. Artinya, prosedur pengumpulan data ditingkatkan dan efisiensi mengidentifikasi kebutuhan dan masalah potensial meningkat. Ketika kebutuhan diidentifikasi, tujuan sekarang dapat diatur yang kemudian akan dipecah ke dalam tujuan yang lebih rinci. Dari sana, baik memikirkan program tindakan/intervensi yang dirumuskan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dan jika ditemukan efektif, ini adalah diperkuat, jika tidak, dikoreksi.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Produk

Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung dalam kemampuan mereka dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan dengan cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dan dapat diproduksi dengan biaya yang rendah. Hal ini menjadi masalah pengembangan produk yang mencangkup fungsi pemasaran, fungsi desain, fungsi manufaktur, dan fungsi-fungsi yang lain dalam perusahaan.

II. Pengertian Pengembangan Produk

Perusahaan yang berharap dapat mempertahankan atau membangun penjualannya, maka perusahaan tersebut sangat perlu memerlukan suatu usaha demi kelangsungan hidup perusahaan. Suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan salah satunya adalah dengan mengembangkan produknya untuk menciptakan suatu produk baru agar perusahaan selalu dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya

dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumennya yang terus berubah.

Assaury (2006) menyatakan bahwa “Pengembangan produk merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan suatu produk kearah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya guna dan daya pemuas yang lebih besar”.

Kotler dan Amstrong (2007) menyatakan bahwa “Pengembangan produk adalah pengembangan produk original, perbaikan produk, modifikasi produk dan merek baru yang perusahaan kembangkan, departemen riset dan pengembangannya sendiri”.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan produk merupakan proses informasi, dimana perusahaan dapat mengembangkan penampilan dengan cara menyesuaikan, mengubah, memperbesar, dan memperkecil serta merancang kembali penampilan yang sudah ada.

Usaha – usaha yang diperlukan untuk meningkatkan penjualan dengan cara menggembangkan produk yang lebih baik untuk pasar yang dikuasai sekarang, antara lain :

1. Mengembangkan penampilan atau isi produk melalui usaha merubah, memperbesar, memperkecil, mengganti, menyusun kembali penampilan yang telah ada.

2. Membuat produk yang beraneka ragam. 3. Mengembangkan model tambahan serta

pengembangan kualitas.

Pengembangan produk merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan suatu produk kearah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya guna yang lebih besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk adalah usaha untuk meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki produk yang telah ada atau membuat produk baru. Maka untuk mencapai suatu tujuan secara efektif harus ada perencanaan yang baik.

Perencanaan akan berhasil bila dalam proses pengembangan produk sesuai dengan rencana perusahaan, yaitu menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan kualitas, kegunaan maupun kemasan yang menarik sesuai dengan selera konsumen. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil penjualan, dan perusahaan dapat mencapai profit yang optimal. Perusahaan dapat mengembangkan penampilan dengan cara menyesuaikan, mengubah, memperbesar dan

(3)

memperkecil serta merancang kembali penampilan yang sudah ada. Perusahaan dapat menciptakan produk dengan mutu yang berbeda dan menciptakan model tambahan dan ukuran yang berbeda pula.

III. Faktor Pendorong Pelaksanaan Pengembangan Produk

Empat faktor yang mendorong pelaksanaan pengembangan produk yaitu : (Kotler,2005) 1. Pengembangan teknologi

Pengembangan teknologi memungkinkan adanya penemuan baru dalam sarana produksi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam menyempurnakan atau menghasilkan produk baru.

2. Perubahan selera konsumen

Tingkat pendapatan dan pendidikan sangat berpengaruh terhadap selera dan kemampuan konsumen dalam menyeleksi suatu produk.

3. Faktor persaingan

Persaingan yang ketat diantara perusahaan sejenis yang menyebabkan perusahaan tersebut untuk lebih unggul dalam mengembangkan produknya daripada produk pesaing.

4. Daur hidup produk

Daur hidup produk yang pendek mendorong perusahaan untuk terus mengembangkan produknya dari produk pesaing.

IV. Faktor Penghambat Pengembangan Produk Tiga faktor penghambat pengembangan produk yaitu : (Kotler,2005)

1. Kekurangan ide-ide produk baru yang penting dalam hal tertentu

Pada saat ini, ide-ide yang timbul pada umumnya hanya bersifat perbaikan atau menyempurnaan produk yang telah ada, sedangkan ide-ide yang bermanfaat dan mempunyai nilai tinggi jarang ditemukan. 2. Batasan sosial dan peraturan pemerintah

Produk baru harus dapat memenuhi criteria publik seperti keselamatan konsumen dan melakukan pembaharuan terhadap produk serta memperngaruhi keputusan bidang periklanan.

3. Biaya yang tinggi dari proses pengembangan produk

Suatu perusahaan harus menghasilkan banyak ide produk baru untuk dapat menyelesaikan beberapa produk yang lebih baik. Dalam menghasilkan ide-ide baru

tersebut perusahaan menghadapi peningkatan biaya. Hal ini sering menjadi hambatan bagi perusahaan untuk melakukan pengembangan produk baru, terutama bagi perusahaan yang lemah dalam bidang permodalan.

V. Tahap-Tahap Pengembangan Produk

Tahap-tahap yang perlu diperhatikan perusahaan dalam melaksanakan pengembangan produk agar pengembangan produk yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut : (Kotler, Amstrong,2006)

1. Penciptaan ide

Pengembangan produk diawali dengan pencarian ide baru yang bersumber dari sumber intern, yaitu wiraniaga perusahaan dan sumber ekstern, yaitu pelanggan, pesaing, penyalur, dan penyuplai serta sumber lainnya.

2. Penyaringan ide

Dilakukan untuk menyaring ide produksi baru yang baik dan membuang ide yang buruk secepat mungkin.

3. Pengembangan dan Pengujian Konsep Ide harus dikembangkan menjadi konsep produksi. Membedakan ide produksi, konsep produksi dan citra produksi merupakan hal yang sangat penting. Suatu ide produksi mengenai prouksi yang mungkin dipandang oleh perusahaan dapat ditawarkan kepada masyarakat. Pengujian konsep berarti pengujian konsep produksi baru oleh kelompok konsumen sasaran untuk mencari tahu apakah konsepnya dapat menarik konsep yang kuat.

4. Tahap Pengembangan Strategi Pemasaran Perencanaan strategi pemasaran awal suatu produksi baru berdasarkan konsep produksi. 5. Tahapan Analisa Usaha

Tinjauan terhadap proyeksi penjualan biaya dan laba produksi baru untuk mencari tahu apakah faktor-faktor tersebut memenuhi tujuan perusahaan.

6. Tahap Pengembangan Produksi

Strategi untuk pertumbuhan perusahaan menawarkan produksi modifikasi atau produksi baru ke segmen pasar yang ada sekarang. Perkembangan konsep produksi menjadi fisik dalam upaya memastikan bahwa ide produksi bisa diubah menjadi produksi yang bisa diwujudkan secara efektif.

(4)

Tahap perkembangan produksi baru dimana produksi dan program pemasaran diuji di suasana pasar yang lebih realistis.

8. Komersialisasi

Memperkenalkan produk baru ke pasar. 2.2. Pengertian Manajemen Mutu (Quality

Management)

Gaspersz (2008) menyatakan bahwa “setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi / pertandingan dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh terhadap mutu”. Nasution (2005) menegaskan “hanya perusahaan yang dapat menghasilkan mutu barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pelanggan dapat memenangkan persaingan tersebut”. Cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global menurut Tjiptono dan Diana (2003) yaitu dengan “melakukan upaya / usaha perbaikan yang berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, serta lingkungan, melalui penerapan manajemen mutu”.

Berdasarkan hasil studi mengenai keberhasilan perusahaan-perusahaan industri kelas dunia yang berhasil mengembangkan konsep mutu dalam perusahaan, menurut Gaspersz (2008) “lahirlah apa yang disebut sebagai Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management, TQM)”.

Sedangkan Purnama (2006) mengemukakan “TQM (Management Mutu) ialah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang didesain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif para pekerja, dan perbaikan kualitas yang berkesinambungan yang menunjang tercapainya kepuasan konsumen secara total dan terus-menerus”. Gaspersz (2008) mengemukakan “TQM (Management Mutu) ialah pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktivitas, dan kinerja lain dari perusahaan”. A. Dimensi Kualitas Produk

Umar (2003) menyatakan bahwa untuk menentukan dimensi kualitas barang, dapat melalui delapan dimensi berikut ini:

1. Performance (keistimewaan) berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan

merupakan karakteristik Utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

2. Feature (kelebihan) yaitu aspek performance yang berguna untuk menambahkan fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

3. Reability (kehandalan) berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode tertentu.

4. Conformance (kesesuaian) berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketetapan antara karakteristik desain produk dan karakteristik standar yang telah ditetapkan.

5. Durability (daya tahan) yaitu refleksi ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pemakaian barang.

6. Servicability (daya guna) yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan perbaikan barang.

7. Aesthetics (keindahan) merupakan karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan perimbangan pribadi dan reflaksi dari preferensi individual.

8. Fit and finish (respon) sifat subjektif yang berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.

B. Biaya dan Pengukuran Kualitas

Yamit (2004) menyatakan bahwa biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau yang mungkin akan terjadi karena produk cacat atau kualitas jelek. Biaya tersebut akan berhubungan dengan desain, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Biaya dan kualitas merupakan salah satu kesatuan dan bukanlah suatu yang perlu dipertentangkan atau sesuatu yang berlawanan. Oleh karena itu, dalam pengertian ini tidak mungkin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah. Kualitas yang tinggi berarti memerlukan biaya yang tinggi pula, dengan kata lain peningkatan kualitas pasti berkaitan dengan peningkatan biaya.

(5)

2.3. Konsep Dasar Pengembangan Produk Terhadap Kualitas Produk

Gaspersz (2008) menyatakan bahwa ”setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi / pertandingan dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh terhadap mutu”. Nasution (2005) menegaskan “hanya perusahaan yang dapat menghasilkan mutu barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pelanggan dapat memenangkan persaingan tersebut”. Cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global menurut Tjiptono dan Diana (2003) yaitu dengan ”melakukan upaya / usaha perbaikan yang berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, serta lingkungan, melalui penerapan manajemen mutu”.

Produk yang dihasilkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk yang diberi brand Heineken ini mempunyai standar mutu yang baik, hal ini dikarenakan tuntutan pasar untuk menjaga loyalitas konsumen terhadap produk yang dikonsumsi. Dalam hal ini ISO 9001:2000 merupakan suatu alat yang membantu manajemen PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk untuk tetap menjaga dan mempertahankan kualitas produk Heineken dari standar mutu yang sudah ditetapkan oleh standar internasional. Sehingga produk yang dihasilkan memiliki standar mutu yang jelas dan tidak diragukan lagi keapsahannya. Dalam hal ini ISO 9001:2000 sangat memperhatikan standarisasi dalam penjagaan mutu, baik dalam segi produksi, pengemasan, pemasaran dan pendistribusian produk yang dihasilkan.

Produk yang sudah memiliki standar mutu internasional seperti produk Heineken haruslah mampu bertahan di pasaran, suatu produk memiliki daur hidup produk yang dimana di dalamnya tercangkup yaitu: pengenalan, pertumbuhan, peningkatan, dan penurunan produk. Oleh karena itu agar produk yang dihasilkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk tetap dapat bertahan di pasaran maka PT. Multi Bintang Indonesia Tbk harus mampu mempertahankan produk Heineken di pasar dengan cara mengembangkan produk heineken. Salah satunya dengan cara inovasi produk tersebut baik dalam peningkatan mutu produk ataupun dalam kemasan produk yang dihasilkan. Agar produk Heineken dapat tetap bertahan di pasaran tanpa mengurangi kualitas produknya.

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi dan wawancara. Metode survei (dalam hal ini wawancara) dilakukan terhadap para pengguna langsung dari produk Heineken sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan hubungan antara dua variabel bebas dengan satu variabel terikat. Fakta empiris ini diperoleh melalui survei lapangan terhadap para pelanggan setia produk Heineken di Jakarta .

Penelitian ini dilakukan di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta. Tempat penelitian ini dipilih karena terbatasnya waktu dan dana yang dimiliki penulis serta letaknyayang strategis dan membuat hasil penelitian ini lebih obyektif, terwakili seluruh responden, dan mudah untuk menjangkaunya.

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan-karyawati Populasi terjangkau adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yaitu para pelanggan tetap PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk Jakarta.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling ( teknik sampel acak sederhana).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengembangan Produk di PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk Jakarta.

1. Tahap-tahap dalam pengembangan Produk di PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk Jakarta. adalah:

a. Tahap Penyaringan

Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk telah tersedia. Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur, langganan, atau lembaga lain.

b. Tahap Analisa Bisnis

Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba. c. Tahap Pengembangan

Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena

(6)

ide-ide tersebut dianggap lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai dengan kemampuan perusahaan.

d. Tahap Pengujian

Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi:  Pengujian tentang konsep produk  Pengujian terhadap kesukaan

konsumen

 Penelitian laboratorium  Test penggunaan

 Operasi pabrik percontohan  Tahap Komersialisasi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pengembangan produk baru. Pada tahap ini semua fasilitas telah disiapkan baik itu fasilitas produksi maupun fasilitas pemasaran. Semua kegiatan harus saling bekerja sama meskipun mempunyai tujuan berbeda. 2. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengembangan produk di PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk Jakarta.

a. Tidak stabilnya posisi persaingan

Semakin banyaknya produk sejenis yang ditawarkan maka situasi persaingan semakin tajam, apalagi para pengusaha sejenis yang telah memperbaiki produk untuk lebih disesuaikan.

b. Munculnya persaingan

Barang yang terjual dengan baik di pasaran dan dapat menghasilkan keuntungan, akan mendorong pengusaha lain untuk memproduksi barang yang sedang laku tersebut bahkan dengan kualitas yang lebih baik. c. Banyaknya variasi penggunaan barang

Semakin banyaknya variasi penggunaan suatu produk maka hal ini akan mendorong perusahaan untuk mengembangkan hasil produksinya, sehingga produk tersebut akan mempunyai bermacam-macam kegunaan.

d. Pemanfaatan kapasitas produksi yang efektif

Faktor lain melaksanakan pengembangan produk adalah memanfaatkan kapasitas produksi, karena pada umumnya perusahaan

belum berproduksi pada kapasitas penuh.

3. Kemasan Botol Produk Heineken

Botol Heineken adalah bir botol yang paling dikenal di dunia. Kombinasi warna hijau, lekukan yang sangat khas pada bahu botol dan label berbentuk arena pacuan kuda dengan pita hitam, ditambah dengan karakteristik tulisan Heineken dan bintang merah, membuatnya menjadi botol yang paling dikenal di dunia. Meskipun unsur-unsur utama botol telah didesain lebih dari satu abad, rincian tersebut telah disempurnakan selama bertahun-tahun. Perbaikan fungsional, evolusi perlahan dari merek dan keinginan untuk menjaga botol terlihat segar dan selalu terkini adalah alasan untuk menyesuaikan desainnya dari waktu ke waktu. Biasanya, ini adalah langkah evolusi kecil untuk memastikan merek tidak pernah kehilangan keaslian dan karakter klasiknya yang abadi. Heineken adalah salah satu pembuat bir pertama yang mengekspor bir dalam botol. Kualitasnya sangat baik, sehingga walaupun harganya lebih mahal dibandingkan dengan bir-bir lokal, masyarakat tetap lebih memilih produk impor yang premium ini. Untuk memastikan konsumen segera melihat perbedaan antara bir domestik reguler dan Heineken kualitas premium, botolnya dibuat berwarna hijau, bukan warna coklat yang menjadi warna umum bir lainnya. Warna hijau dipilih karena memancarkan kesegaran, kealamian, kemurnian dan kualitas premium, seperti isinya, bir Heineken yang dingin dan nikmat. Setiap hari lebih dari 1 juta botol Heineken dinikmati di lebih dari 170 negara. Dan itu hanya untuk kemasan botol, Heineken juga memproduksi dalam kemasan kaleng dan bir draf (tabung). Selain itu Heineken juga meluncurkan kemasan terbaru di kemasan kaleng yaitu kemasan kaleng 500 ml yang diciptakan untuk memenuhi permintaan konsumen setia Heineken

4. Heineken Star Bottle

Heineken pemimpin pasar untuk kategori premium bir, meluncurkan botol aluminium baru dengan teknologi ultraviolet pertama di Indonesia sebagai sebuah inovasi dan bagian dari strategi pemasaran. STAR Bottle memiliki desain grafik yang sangat kuat dan menampilkan fitur bintang

(7)

Heineken yang ikonik. Desain baru ini sangat sesuai dengan identitas global Heineken. Nama STAR merupakan referensi terhadap lima sudut bintang Heineken yang merupakan fitur utama dan simbol brand Heineken dari masa ke masa. Material aluminium dari botol tersebut memiliki keunikan yang memungkinkan Heineken untuk terlihat outstanding di berbagai gerai premium. Teknologi dari botol star menempatkan Heineken pada posisi teratas dan sebagai yang terabadi kelasnya. Kemasan botol ini juga dapat memberikan cahaya di dalam kegelapan. 5. Heineken Bottle New

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta tidak berhenti melakukan pengembangan produk sampai disitu, mereka meluncurkan kemasan botol baru di tahun 2013. Adapun alasan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta meluncurkan botol terbaru adalah karna PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta tidak ingin mengecewakan konsumen yang sudah loyal terhadap produk Heineken dengan cara terus mengembangkan produk Heineken dengan cara inovasi di kemasannya. Di botol terbaru ini Heineken memiliki desain emboss (shape) sehingga terkesan lebih seksi. Konsumen dapat memegang botol lebih mudah, tidak licin saat di genggam. Desain emboss pada bagian leher dan belakang botol juga merefleksikan keterkaitan emosional antara Heineken dan konsumennya. Mereka dapat merasakan jejak logo Heineken dan simbol kualitas. Adapun fitur “thumb groove” pada bagian belakang botol mendorong konsumen memegang botol Heineken lebih mudah, bir menjadi tahan dingin dan fresh lebih lama karena panas tubuh yang dialirkan lebih sedikit. Jika sebelumnya label menggunakan kertas, saat ini menggunakan bahan plastik transparan. Bahan kertas jika direndam dalam air atau pun terkena dingin akan cepat rusak, sedangkan plastik lebih awet. Selain itu, yang istimewa dari botol baru ini adalah botol yang sudah dipakai tidak akan digunakan lagi alias tidak akan dipakai ulang, hanya sekali pakai. Hal ini untuk menghindari adanya cacat berupa goresan pada botol. Jadi kesannya benar-benar premium

Sumber: PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Gambar 1 : Desain belakang Heineken Botol New 6. Heineken Evaluation

Sumber : PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Gambar 2 : Heineken Lebel Evaluation Pada tahun 1929 logo yang dibentuk masih sangat sederhana dan kemudian pada tahun 1948 logo mulai berkembang dengan bentuk elips dan tertulis Pilsener di tengah logo awalnya. Yang ditonjolkan dari logo tersebut adalah lambang pilsenernya yaitu minuman birnya bukan brandnya yaitu Heineken. Terdapat penulisan Amseterdam-Rotterdam hal ini dimaksudnya pada mulanya pemasaran beer Heineken hanya sebatas kota Amsterdam dan Rotterdam saja. Kemudian di tahun 1966 terjadi perubahan logo kemabali dengan pergantian kota Amsterdam dan Rotterdam ke Brewed Holland dikarenakan pangsa pasar yang mulai berkembang dan mengalami kemajuan, selain mewakili negeri kincir angin yaitu Belanda, di logo yang baru ini

(8)

pun, tidak lagi Pilsener yang ditonjolkan tetapi brand nya sudah mulai kuat yaitu Heineken, terlihat dari digantinya tulisan Pilsener yang terletak di tengah diganti dengan tulisan Heineken yang awalnya di atas tetapi berganti posisi di tengah dan ukurunya jadi lebih besar.

Pada tahun 1974, Heineken kembali merubah logo brandnya, yang awalnya bentuknya elips menjadi agak lebih bujur sangkar akan tetapi untuk penulisan brand dan logo tidak mengalami peubahan yang cukup signifikan. Tidak bedanya dengan perubahan logo pada brand Heineken di tahun 1980 perubahan terhadap logo Heineken hanya sebatas dengan penambahan warna yang agak lebih gelap dengan logo di Tahun 1974. Sedangkan untuk tahun 1986 kembali Brand Heineken melakukan perubahan terhadap logo pada Brandnya kali ini perubahan pada logo dilakukan dengan menghilangkan tulisan yang mengisi kolom yang melingkari logo yang terdapat tulisan “Brewed Bottle in Holland” kemudian di Tahun 1986 ke tahun 1992 logo gambar bintang yang tadinya tidak full berwarna merah kemudian di tambah dengan full warna merah dan di Tahun 1998 kemudian terjadi perbuhan warna logo dari gambar yang lingkaran yang dibawah tulisan Heineken yang mulanya berwarna merah kini diganti menjadi putih.

Hingga saat ini perubahan logo untuk brand Heineken yang awalnya tertulis Brewed in Holland Kini berganti menjadi premium Quality, yang kini menganti imangenya menjadi mendunia tidak hanya mewakili Holland saja. Hingga sekarang logo tersebut masih menjadi label umtu produk bir Heineken namun perubahan hanya terjadi di kualitas kertas yang dipakai yang tadinya dari kertas kini menggunakan plastik bening sehingga logo atau lebel seakan melekat pada botol atau kemasan.

Sumber : PT. Multi Bintang Indonesia Gambar 3 : Heineken Botol Evaluation

Selain perubahan di label PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta juga mengembangkan bir Heineken dalam segi kemasan atau botolnya, hal ini dikarenakan untuk menjaga pangsa pasar yang sudah di raih oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta. pada awalnya botol atau kemasan bir Heineken berukuran kecil 250 ml dengan tutup botol yang menggunakan tangkai tutup botol. Setelah itu kemasan botol bir Heineken pun mengalami perusabahan namun perubahan ini tidak terlalu signifikan, perubahan terjadi hanya pada bentuk botol atau ukuran botol yang semula 250 ml menjadi 330ml, namun tidak sampai disitu perubahan yang dialami oleh kemasan bir Heineken kemasan ini pun mengganti bentuk atau struktur botol yang semula hanya biasa menjadi kemasan botol yang besar yaitu berbentuk besar di bagian bawah dan makin ke atas makin mengecil dan di bagian ini botol Heineken pun mengalami perubahan warna botol yang semula hijau menjadi coklat dan tutup botol pada kemasan ini pun berwarna merah dan tidak menggunakan tangkai pada tutupnya. Selanjutnya kemasan bir Heineken mengalami perubahan lagi namun tidak terlalu banyak perubahannya, perubahan itu terjadi hanya pada bentuk botol yang menjadi slim namun lebih meninggi disbanding botol sebelumnya, setelah itu botol Heineken mengalami perubahan pada warna botolnya dari warna botol yang sebelumnya coklat kembali menjadi warna hijau dan bentuk botol pun sedikit tinggi di banding dengan botol terdahulunya.

Setelah mengalami perubahan atau mengembangan pada kemasan hingga beberapa kali PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta meluncurkan botol baru Heineken yang dimana pada botol terbarunya PT. Multi bintang Indonesia Tbk Jakarta memberikan kemasan botol yang lebih baik. . Di botol terbaru ini Heineken memiliki desain emboss (shape) sehingga terkesan lebih seksi. Konsumen dapat memegang botol lebih mudah, tidak licin saat digenggam. alasan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta melakukan perubahan pada botol atau kemasan bir Heineken adalah karna PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta tidak ingin mengecewakan konsumen yang sudah loyal terhadap produk Heineken dengan cara terus mengembangkan produk Heineken dengan cara inovasi di kemasannya.

(9)

4.2. Kualitas Produk Heineken

Secara garis besar tahapan proses pengolahan dan produksi bir di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta khususnya pada cabang Tangerang, dimulai dari :

1. Proses pengolahan bir di lantai produksi (Brewhouse), antara lain :

a. Penanganan raw material (bahan baku)  Malt (gandum).

 Hop atau bunga betina (berfungsi sebagai pemberi rasa pahit).

 Air, yaitu dearated water yang memiliki kandungan O2 rendah serta memenuhi syarat air minum.

 Ragi (yeast)

b. Proses-proses brewing yang meliputi proses pemasakan bahan baku sampai dihasilkannya extract zat gula (proses produksi wort) dan wort treatment, untuk kemudian ditransfer ke bagian Cellar dan difermentasikan. Adapun proses-proses brewing terdiri atas :  Malting

Pengolahan bir diawali dengan proses malting yaitu untuk memperoleh malt yang banyak mengandung enzim pemecah pati dan protein

 Mashing

Mashing adalah mrncampurkan grist (malt yang telah dihaluskan) dengan air panas menjadikan bentuk bubur (mash) yang akan dirubah oleh enzim malt alami menjadi gula  Pemasakan Wort

Ketel wort dipanaskan dengan air super panas yang dialirkan melalui pipa-pipa internal, dan pada tahap ini hops ditambahkan

 Pemisahan Wort

Setelah wort di panaskan maka wort yang sudah cair dipisahkan didalam boiling wort. Di dalam boiling wort terdapat pompaan yang kemudan menghasilkan gerakan putaran dengan kecepatan tinggi yang menimbulkan pusaran (vortex) larutan.

 Proses Pendinginan Wort

Wort didinginkan sebelum dialirkan kedalam vessel fermentation (tampungan tempat fermentasi)

 Fermentasi

Fermentasi biasanya berlangsung pada suhu dibawah 10 C. pada awal fermentasi dilakukan secara anaerobic sehingga dapat dihasilkan alcohol. Fermentasi akan dibiarkan berlangsung selama 8-20 hari.

Sumber: PT. Multi Bintang Indonesia Gambar 4 : Skema Pembuatan Bir 2. Proses pembotolan atau pengalengan di

Bottling Hall.

3. Utilities Department yang mendukung kelancaran proses pengolahan dan produksi bir di PT. Multi Bintang. Beberapa sub bagian dari Utilities Department yang berperan penting dan mendukung kelancaran proses serta keseluruhan lingkungan disekitar pabrik antara lain : a. Tempat pengolahan limbah Pengolahan

alkohol

b. Tempat penampungan dan pengolahan kembali gas CO2 yang terlepas ke udara bebas.

Beberapa tahap dalam proses produksi bir Heineken di PT. Multi Bintang Indonesia Tbk adalah :

1. Proses Pemasakan Bir

Dalam proses pembuatan dan pengolahan bir-bir pada umumnya, bahan-bahan yang digunakan adalah hampir sama, antara lain seperti :

(10)

a. Malt (gandum).

b. Steeping (direndam dengan air) Germinating (dikecambahkan)

c. Knilting (dikeringkan) cont. enzim.urai zat tepung gula (larut dalam air) enzim. d. urai protein (larut dalam air).

e. Hop atau bunga betina (berfungsi sebagai pemberi rasa pahit).

f. resin (damar), rasa pahit dalam kaleng berupa hop extract .

g. di Hop Cellar (dingin). h. Beras atau gula. i. Ragi (yeast).

j. Air, yaitu dearated water yang memiliki kandungan O2 rendah serta memenuhi syarat air minum.

Kebanyakan bahan baku tersebut diimpor dari Belanda, Australia, dan Amerika. Proses produksi dan pengolahan bir ini bertipe continuous flow, dimulai dari proses penerimaan bahan baku, pengolahan bahan baku sampai menjadi bir yang memenuhi standar produksi.

2. Proses Pengemasan Bir

Bottling-Hall merupakan tempat pengemasan produk-produk akhir berupa bir yang dihasilkan dilantai produksi atau Brewhouse. PT. MBI Tangerang memiliki beberapa lini produksi dalam pengemasan produknya, antara lain :

a. Canning-Line (Pengemasan bir ke dalam kaleng) Lini produksi ini khusus memproduksi produk-produk dalam kemasan kaleng yaitu kaleng dengan volume 330 ml, untuk lini produksi ini, semua produk Multi Bintang diproduksi (Heineken, Guinness, Bintang Pilsener, Bintang Zero, Green Sand).

b. Bottling-Line (Pengemasan bir ke dalam botolan) Lini produksi ini khusus memproduksi produk-produk dalam kemasan botol, dimana hampir keseluruhan jenis produk dikemas dalam botol dengan dimensi ukuran yang berbeda yaitu :

 Botol dengan volume 640 ml, 620 ml (Quart).

 Botol dengan volume 330 ml (Pint) .  Racking-Line (Pengemasan bir ke

dalam barrel) Lini ini memproduksi produk bir dalam kemasan barrel dimana 1 barrel = 30 liter. Produk yang diproduksi dengan kemasan ini

hanya Heineken (barrel 30 & 20 liter) dan Bintang (barrel 30 liter). Beberapa tahapan pekerjaan sebelum pengisian perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri-bakteri maupun zat-zat yang tidak diinginkan di dalam bir. Tahapan tersebut antara lain pembilasan saluran berupa pipa-pipa yang menghubungkan antara BBT (Bright Beer Tank) di Brewhouse dengan saluran pengisian bir pada mesin Filler di Bottling Hall, yaitu :

a. Dengan air panas 850 C, yang bertujuan untuk membunuh kuman/ bakteri ataupun zat-zat lain yang tidak diinginkan.

b. Pembilasan dengan bir.

c. Proses Pengemasan Bir dalam Botol (Bottling)

Proses pengemasan bir dalam botol (bottling) melalui beberapa tahapan proses seperti:

a. Depalletizer

Dari Empty Storage, botol-botol kosong yang berasal dari pasar (botol bekas) dan botol baru diperiksa terlebih dahulu. Botol-botol yang telah lulus pemilihan visual dimasukkan ke dalam krat-krat yang tersedia (sesuai ukuran krat) untuk kemudian dibawa ke conveyor unpacker.

b. Unpacking

Pada proses Unpacking, terdapat proses pengangkatan botol dengan alat gripper yang menggunakan media udara dengan system vaccum untuk mengangkat botol dan kemudian diletakkan di atas conveyor botol, dalam hal ini pengangkatan botol-botol kosong dari kratnya masih dilakukan secara manual dengan bantuan operator, sedangkan pada MBI Sampang Agung, Proses Unpacking dan Inpacking sudah menggunakan sistem otomasi terintegrasi pada lininya yang prosesnya disebut inkamatic.

3. Pencucian Botol dalam Washer

Botol-botol kosong disortir / diinspeksi secara manual terlebih dahulu sebelum masuk ke mesin pencuci dengan cara mengidentifikasi kecacatan pada body botol, dengan demikian maka botol yang

(11)

rusak / cacat secara fisik dapat langsung tersortir oleh operator. Botol-botol kemudian dijalankan ke mesin washer. Kemudian dengan bantuan infeed (pendorong), botol-botol tersebut yang telah berada di mulut mesin akan didorong masuk ke dalam pocket bottle yang berjumlah 46 ruang secara kontinu. Pencucian botol di mesin washer dilakukan selama ± 45 menit untuk botol bremer dan ± 30 menit untuk botol pint dengan tujuan untuk membebaskan botol dari bakteri, membersihkan dan melepaskan label yang masih menempel pada botol. Mesin washer terdiri dari 7 bak, dimana botol akan mengalami beberapa tahapan pencucian seperti:

a. Caustic Compartement :

Bak 1 dengan perlakuan campuran bahan additive seperti caustic soda dan Chlorinated water (larutan NaOH) dengan konsentrasi ± 1,2 – 2 %, bersuhu 720 C dan ultra-divo dengan steam supply pressure ± 3 bar.

b. Bak 2 yang berisi caustic soda dan larutan NaOH dengan konsentrasi 2 %,bersuhu 800 C.

c. Bak 3 yang berisi caustic soda dan larutan NaOH dengan konsentrasi 2 %,bersuhu 800 C.

d. Bak 4 yang berisi caustic soda dan larutan NaOH dengan konsentrasi 2 %,bersuhu 710 C.

e. Water Compartement (pada bak 5, 6) dengan perlakuan Hot Water spraying bersuhu 550 C.

f. Last Rinse Compartement (bak 7) yaitu dengan perlakuan Fresh Chlorinated g. Water Spraying.

Di dalam mesin washer ini, botol-botol akan melalui proses penyemprotan di setiap bak sehingga kotoran-kotoran yang terdapat dalam dinding botol akan dikeluarkan dengan proses penyiraman dan penyemprotan larutan NaOH. h. Empty Bottle Inspection (EBI)

Setelah botol masuk pada pencucian akan didorong ke conveyor untuk melewati EBI (suatu alat untuk mendeteksi botol kosong yang sudah dicuci). Deteksi botol ini bertujuan untuk memilih botol-botol yang sesuai dengan standar yang dipakai untuk pengisian bir. Standar yang dipakai antara lain: tebal tipisnya dinding botol,

diameter botol dan tinggi botol jika lolos dari deteksi, akan mengikuti jalannya conveyor ke bagian filler dan crowner. Kriteria botol yang di akan di reject pada EBI:

 Botol masih ada tutup  Botol sangat kotor  Botol dengan label hancur  Botol dengan sticker harga

 Botol dengan semen, tali, cat, botol gumpil

 Botol dengan karat  Botol berisi benda asing i. Pengisian Bir (Filling & Crowning)

Mesin filler dan crowner terdapat dalam satu rangkaian mesin yang melakukan pekerjaan secara kontinu. Dalam hal ini, Mesin filler berfungsi untuk mengisi bir ke dalam botol yang kemudian ditutup botol oleh mesin crowner. Mesin filler yang terdapat pada line 2 ini memiliki 70 filling point yang dapat mengisi 70 botol dalam satu putaran dan menggunakan CO2 sebagai counter pressure. Sedangkan mesin crowner memiliki 7 crowning point untuk proses penutupan botol. Pengisian dilakukan pada suhu rendah dari BBT, yaitu sekitar 10 C dengan tekanan ± 2 bar. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pengisian pada mesin filler antara lain :

 Botol-botol yang telah bersih dan keluar dari mesin Washer akan tersusun pada conveyor botol.

 Botol-Botol menuju ke Filling point dari mesin Filler untuk diisi dengan bir.

 Sebelum pengisian, botol dibebaskan dari udara yang terdapat didalam botol sehingga bir tidak teroksidasi nantinya.

 Selama pengisian tersebut, botol akan terangkat ke atas oleh piston dengan tekanan tertentu.

 Pengisian bir kedalam botol dilakukan dengan memperhatikan tekanan CO2 yang seimbang ke dalam botol sebagai counter pressure.

 Pengisian bir kedalam botol dilakukan dengan cara: pengisian bir melalui tepi dinding botol dengan

(12)

suatu pipa kecil yang dimasukkan kedalam botol tetapi tidak menyentuh dasar botol dan mencegah gas CO2 yang terkandung dalam bir keluar.

 Setelah keluar dari mesin Filler, botol ditransfer ke crowning machine untuk ditutup dengan crown cork untuk mencegah keluarnya gas CO2 yang terdapat pada bir dalam botol dan untuk mendapatkan volume pengisian yang diinginkan.

 Deteksi Filling Level (FLD Filler) Setelah keluar dari mesin Filler dan Crowner, botol-botol diinspeksi lagi secara visual dengan menggunakan Fill Level Detector (FLD) yang menggunakan sinar gamma dengan tujuan untuk:

 Memastikan botol-botol telah terisi oleh bir.

 Memastikan bahwa bir telah mencapai level bir/volume standar yang diinginkan (not underfilled).  Memastikan bahwa botol-botol telah

di tutup (di-crown) dengan benar. Jumlah pancaran sinar gamma yang ditangkap oleh tiap botol akan

berbeda-beda. Perbedaan penerimaan pancaran sinar gamma

disebabkan bila benda itu padat, kosong atau berisi. Kepekaan alat ukur diatur secara otomatis melalui display panel. Untuk botol yang telah terisi bir yang sudah sesuai dengan fill level akan lolos dari deteksi, tetapi jika volume bir tidak sesuai dengan fill level akan didorong keluar dari line conveyor secara otomatis karena statusnya underfill.

4. Pasteurising

Fungsi Pasteurisasi adalah untuk menonaktifkan bakteri-bakteri yang terdapat di dalam bir sehingga tidak dapat berkembang biak dengan proses pemanasan. Lamanya proses pasteurisasi adalah sekitar ± 45 menit terhitung mulai dari masuknya botol dari Bak I sampai Bak VIII. Dimana tekanan mesin pasteurisasi ± 6 bar dan pasteurization unit (PU) yang dihasilkan melalui pengukuran

laboratorium berkisar antara 12 – 25 PU (Bintang & Bintang Zero), 10-20 PU (Heineken), 12-30 PU (Guinness), 12-25 PU (Green Sands). Bila ternyata bir memiliki kadar PU yang > atau < dari standar yang ditentukan, maka akan dilakukan pemblokiran bir yang sudah dikemas dalam botol.

Botol-botol yang telah terisi masuk kedalam mesin Pasteur dan akan mengalami pemanasan secara bertahap dan kemudian mengalami pendinginan kembali secara bertahap hingga keluar dari mesin Pasteur. Pemanasan yang dilakukan juga bertahap untuk mencegah terjadinya shock temperature yang bisa menyebabkan pecahnya botol, dan untuk mencapai pemanasan yang sama diseluruh bagian botol. Mesin Pasteur terdiri dari 8 bak, sebagai berikut :

a. Bak I, 1st heating, berisi air panas dengan suhu 340 C.

b. Bak II, 2nd heating, berisi air panas dengan suhu 440 C.

c. Bak III, 3rd heating, berisi air panas dengan suhu 550 C.

d. Bak IV, super heating, berisi air panas dengan suhu 660 C.

e. Bak V, pasteurizing, berisi air panas dengan suhu 480 C.

f. Bak VI, 1st cooling, berisi air panas dengan suhu 560 C.

g. Bak VII, 2nd cooling, berisi air panas dengan suhu 450 C.

h. Bak VIII, 3rd cooling, berisi air panas dengan suhu 350 C.

Pada bak 1-4 merupakan bak untuk mengadaptasikan temperatur botol agar pada saat melewati bak 5 sampai 6 terjadi pemanasan sesuai dengan tujuan pasteurisasi yaitu menonaktifkan sisa mikroorganisme yang ada di dalam botol tanpa merusak komponen yang ada. Pada bak IV sudah dimulai proses pasteurisasi dan berdasarkan hasil PU (Pasteurization Unit) harus diperhatikan bahwa maksimum temperatur bir dalam botol 400 C, dimana temperatur maksimum pasteurisasi adalah 620 C.

5. Labelling & Ink jet Coding

Botol-botol yang telah keluar dari mesin pasteurisasi akan masuk ke mesin labelling melalui 2 lintasan conveyor botol untuk

(13)

proses labelling pada dinding luar botol. Mesin Labelling ini terdiri atas :

a. Bagian botol masuk (bottle infeed) b. Bagian pelabelan dan pengeleman

(labeling station)

c. Bagian botol keluar (bottle discharge) Langkah-langkah proses pada mesin labelling adalah sebagai berikut :  Melalui conveyor, botol akan masuk

satu persatu ke dalam bottle infeed dan dipegang oleh gripper cylinder.  Gripper cyilinder juga berfungsi

untuk mengambil label untuk dipindahkan ke botol.

 Pada bagian pelabelan dan pengeleman, label yang dijepit oleh gripper cylinder satu persatu dipindahkan ke botol dan dilem ke dinding botol.

 Glue pump akan memompa lem dari tangki lem ke Glue roller dengan pemompa pneumatic yang digerakkan oleh udara.

 Botol yang sudah berlabel akan keluar dari labeling machine untuk kemudian terlebih dahulu diberi kode produksi (ink jet coding) pada bagian label tersebut untuk kemudian selanjutnya ditransfer ke bagian inpack melalui conveyor. 6. Deteksi Volume, Label & Leakage (FLD

Labeller)

Pada bagian pengeluaran dari mesin labeller, dipasang sensor untuk mendeteksi apakah botol sudah berlabel atau belum, dan level isinya sudah sesuai dengan volume standard atau belum ataukah terjadi kebocoran pada botol. Jika tidak sesuai maka detektor akan mengeluarkan botol yang tidak berlabel/yang volumenya dibawah normal (underfill).

7. Inpacking

Setelah botol keluar dari Labelling Machine, botol-botol akan dipindahkan oleh conveyor botol untuk ditransfer ke bagian pengepakan (inpack). Bagian pengepakan terdiri atas :

a. Meja conveyor untuk botol b. Meja coveyor untuk karton/ krat Langkah-langkah pengerjaan :

a. Karton/ krat disusun rapi dan diletakkan di meja conveyor karton/ krat.

b. Botol-botol yang terdapat pada meja conveyor diambil oleh masing-masing operator pengepakan (kira-kira 6-8 botol/ orang).

c. Botol-botol disusun kedalam karton yang telah tersedia (untuk karton kapasitasnya @ 24 botol)

d. Setelah penuh, karton ditransfer ke bagian pengeleman karton untuk di lem dengan bantuan Gluing Machine dan Tapping Machine yang berfungsi untuk mengelem dan mengisolasi tutup karton sisi bagian bawah dan sisi bagian atas yang telah terisi botol-botol dengan seal tape. Kemudian Finish produk di dalam karton diberi kode produksi dengan melewati Ink Jet Coding Carton yang sudah menggunakan sistem sensor. Setelah itu karton siap masuk ke dalam Full Store.

Hasil Wawancara Tentang Kualitas Heineken dari Pemimpin PT. MBI Heineken adalah satu-satunya bir premium yang selama bertahun-tahun tidak dapat di gantikan posisinya baik dalam segi kemasan ataupun rasa / kualitasnya yang membuat para konsumen tidak dapat berpaling ke produk lain. Kualitas Heineken sendiri sudah tidak diragukan lagi dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2000 dari organisasi internasional, hal tersebut diperkuat dengan volume penjualan yang di peroleh dari hasil penjualan produk Heineken yang terus mengalami peningkatan ditiap bulannya. Hal lain yang membuktikan Heineken tetap menjadi bir premium yang sangat diminati oleh konsumen adalah Heineken tetap menjadi pilihan meskipun harganya yang tinggi, dan Heineken memang bir premium yang dimana saat orang meminumnya dapat memberikan kepercayaan atau gengsi yang baik karena Heineken merupakan bir premium terbaik. 1. Kualitas Heineken Dari Karyawan PT.MBI 2. Faizal Burhan (Divisi Sales GT) Heineken

adalah produk bir yang sangat mengedepankan kualitas produknya. Hal ini di dukung oleh rutinnya audit internal yang dilakukan oleh perusahaan, yang diadakan setiap 6 bulan sekali.

3. Bambang Yama (Divisi Sales Modern OFF) yang menjadikan Heineken bir premium yang berkualitas tinggi adalah bahan baku yang langsung dikirim dari Negara asli

(14)

pembuat Heineken yaitu belanda. Selain itu proses yang membutuhkan dimensi yang panjang yang menjadikan rasa dari bir Heineken ini menjadi berbeda dari bir-bir yang lain. Karena itulah kualitas Heineken tidak dapat digantikan oleh bir manapun 4. Randi Rinaldi(Divisi Sales Modern ON)

Jika mendengar kata itu pasti konsumen sudah terorientasi pada kualitasnya yang baik, rasanya yang enak, bir premium yang begitu bergengsi dan harganya yang mahal. Itulah gambaran Heineken

5. Kuesioner dari Pelanggan / Konsumen

Tabel 1 : Hasil Kuesioner Dari Konsumen

NO PERNYATAAN SETUJU TIDAK SETUJU

K1 K2 K3 K1 K2 K3 1 Heineken Merupakan bir Premium di Indonesia √ √ √ 2 Kualitas Heineken Sudah Tidak Diragukan Lagi √ √ √ 3 Saya Sangat Puas Dengan Kualitas Produk

Heineken √ √ √

4 Kualitas Heineken Tidak Pernah Mengecewakan √ √ √ 5 Kualitas Heineken Adalah Kualitas bir Terbaik

dibanding bir yang lain √ √ √ 6 Heineken memililiki kualitas yang tidak dimiliki

oleh produk bir lain √ √ √

7 Rasa yang diberikan oleh bir Heineken sangat enak √ √ √ 8 Heineken bir premium bergengsi √ √ √ Sumber : data olahan penulis

Berdasarkan kuesioner yang disebar oleh penulis semua konsumen menyatakan setuju akan kualitas bir Heineken yang baik dan memiliki cita rasa yang enak dan layak diberi label bir premium. Menurut mereka harga bukanlah Kendala bagi mereka untuk merasakan sensasi minuman berkelas seperti Heineken.

4.3. Analisis Pengembangan Produk Terhadap Kualitas Produk.

Penulis menganalis bahwa adanya pengembangan produk yang dilakukan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta dalam produk heineken, hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara gambar 1 dan gambar 3, yang mana pada gambar tersebut terlihat jelas bahwa produk heineken mengalami pengembangan produk dalam segi kemasan botol. Yang pertama pada gambar 1 adalah kemasan lama baru heineken sedangkan pada gambar 3 adalah bentuk pengembangan produk heineken yang dilakukan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta untuk memenuhi permintaan konsumen. Kemasan botol ini diberi nama Star Bottle yang mana kemasan botol ini dapat bercahaya di dalam kegelapan Botol ini hanya diperuntukan untuk pangsa pasar modern yaitu pangsa pasar seperti Club, Restaurant, dan Hotel. Selain itu, PT. Multi Bintang Indonesia

Tbk Jakarta tidak hanya berhenti melakukan pengembangan produk pada Heineken, baru-baru ini tepatnya pada tanggal 31 Mei 2013 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta memperkenalkan botol atau kemasan terbaru Heineken. Yang dimana pada kemasan terbaru ini Heineken benar-benar mengalami pengembangan yang begitu banyak dari segi bentuk botolnya, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3. Di botol terbaru ini Heineken memiliki desain emboss (shape) sehingga terkesan lebih seksi. Konsumen dapat memegang botol lebih mudah, tidak licin saat digenggam. Desain emboss pada bagian leher dan belakang botol juga merefleksikan keterkaitan emosional antara Heineken dan konsumennya. Mereka dapat merasakan jejak logo Heineken dan simbol kualitas. Adapun fitur “thumb groove” pada bagian belakang botol mendorong konsumen memegang botol Heineken lebih mudah, jika sebelumnya label pada kemasan botol lama masih menggunakan kertas, maka pada botol terbaru ini menggunakan bahan plastik transparan. Selain itu yang istimewa dari botol baru ini adalah botol yang sudah dipakai tidak akan digunakan lagi atau tidak akan dipakai ulang, hanya sekali pakai. Jadi kesan botol benar-benar premium.

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta juga tetap menjaga kualitas dari produk Heineken tersebut, hal tersebut dibuktikan

(15)

dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001:2000 yang dimana sertifikat tersebut menjamin mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang sudah menjalani masa uji coba kelayakan kualitas dari organisasi internasional Dalam proses produksi yang melalui banyak dimensi serta pengawasan yang ketat hal tersebut yakni untuk tetap terjaganya kualitas Heineken, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4 yaitu proses atau skema pembuatan bir yang mengalami beberapa dimensi, serta bahan baku yang digunakan adalah bahan-bahan baku yang dipilih terbaik yang dikirim langsung dari negeri kincir angin Belanda, hal tersebut membuktikan bahwa PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan agar konsumen tetap loyal terhadap produk tersebut. Kualitas Heineken diakui oleh konsumen sebagai kualitas bir terbaik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dimana penulis menyebar kuesioner ke 3 segmen berbeda dan mendapatkan hasil bahwa kualitas Heineken sangat dipercaya oleh konsumen.

Membuat suatu produk dapat bertahan di pasaran adalah dengan melakukan inovasi atau melakukan pengembangan produk tanpa harus merubah kualitas produk. Karena suatu produk memiliki daur hidup produk atau masa dimana produk tersebut akan mengalami penurunan. Oleh karena itu pengembangan produk sangat perlu untuk produk, agar suatu produk tetap bisa bertahan atau bersaing dengan produk pendatang baru di pasaran. Salah satunya dengan inovasi dalam segi kemasan namun disamping itu perusahaan juga harus mampu mempertahankan kualitas yang dimiliki atau bahkan meningkatkan kualitas produk agar menjadi lebih baik, karena jika pengembangan produk tidak diimbangi dengan kualitas produk maka sia-sialah usaha pengembangan produk yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta membuktikan itu dalam produk mereka Heineken yang masih dapat bertahan dan bersaing dengan produk pendatang baru yang sekarang banyak permunculan. Bahkan Heineken masih menjadi satu-satunya bir premium yang menempati peringkat pertama di hati para

konsumen baik dalam segi inovasi ataupun kualitas. PT. multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta ingin membuktikan kepada pesaing mereka bahwa mereka juga tetap dapat berinovasi tanpa harus mengesampingkan kualitas dari produk tersebut. Karena bagi PT. multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta kualitas suatu produk adalah hal yang sangat penting untuk kelangsungan perusahaan ataupun bagi produk itu sendiri.

V. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Setelah di terapkannya ISO 9001:2000 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta mengalami peningkatan yang cukup baik tiap tahunnya dalam segi kualitas produk Heineken ataupun produktifitas kerja.

2. Setelah melakukan pengembangan produk Heineken PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Jakarta dapat tetap menjaga pangsa pasar yang sudah mereka raih dan bir Heineken tetap dapat bersaing dengan produk pesaing.

3. PT. Multi Bintang Indonesia sangat menjaga kualitas produk yang dihasilkan, salah satunya dengan adanya jaminan atau sertifikat ISO 9001:2000 yang di dapatkan oleh perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Assaury, Sofyan. 2006. Manajemen Pemasaran (Konsep Dasar dan Strategi). Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada.

Gasperz, V. 2008. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas (terjemahan). Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Kotler, Philip. 2005.Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kesebelas. Jakarta. PT. Indeks Kelompok Gramedia

(16)

Kotler & Amstrong. 2006. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1. Jakarta. PT. Indeks Kotler & Amstrong 2007. Prinsip-Prinsip

Pemasaran. Jakarta. Erlangga

Nasution,M. Nur. 2005. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor. Ghalia Indonesia

Purnama, Nursya’bani.2006. Manajemen Kualitas, Perspektif Global. Yogyakarta. Ekonisia.

Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2003.Total Quality Management (TQM). Yogyakarta. Andi Offset.

Umar, Husein. 2003.Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yamit, Zulian. 2004. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta. Ekonisia

Gambar

Gambar 2 : Heineken Lebel Evaluation  Pada tahun 1929 logo yang dibentuk masih  sangat sederhana dan kemudian pada tahun 1948  logo mulai berkembang dengan bentuk elips dan  tertulis Pilsener di tengah logo awalnya
Tabel 1 : Hasil Kuesioner Dari Konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut. 1) Bentuk lingual yang terdapat pada register pada tabloid Gaul dan Asian Plus ditemukan berupa kata,

Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan gambaran tingkat kepuasan pasien jampersal terhadap kualitas pelayanan ditinjau dari lima dimensi servqual (reliability,

Hasil uji t pada hipotesis pertama menunjukkan Lingkungan Kerja Fisik memiliki nilai t hitung &gt; t tabel (3,661 &gt; 1,984) serta dengan nilai Sig yaitu 0,000 &lt; 0,05, maka

(2) Seksi Perikanan Tangkap mempunyai tugas pokok; memberikan pengawasan, pembinaan dan penyuluhan dalam bidang kegiatan penangkapan, pendataan hasil produksi

Dari 72,95 persen tersebut, kontribusi terbesar untuk impor bahan baku/penolong adalah bahan baku olahan untuk industri dengan kontribusi sebesar 30,10 persen terhadap total

Sistem panas bumi yang terdapat di Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi dicirikan oleh pemunculan tiga lokasi manifestasi panas bumi berupa mata air panas,

Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi lateks kebun klon campuran, asam-asam organik (asam sitrat dan asam oksalat), garam- garam anorganik (kalsium klorida,

Beberapa kondisi ini menjadi latar belakang bagi Tim untuk mengimplementasikan sebuah sistem informasi yang dapat membantu Mahasiswa, Dosen, serta Staff Jurusan