• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENITIPAN HEWAN : Studi Tentang Konstruksi Hukum dalam Perjanjian Penitipan Hewan Di Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENITIPAN HEWAN : Studi Tentang Konstruksi Hukum dalam Perjanjian Penitipan Hewan Di Surakarta"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENITIPAN HEWAN :

Studi Tentang Konstruksi Hukum dalam Perjanjian Penitipan

Hewan Di Surakarta

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Oleh:

TRISAKTI HEMAS MARDIKAWATI C100140090

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

(2)
(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI PENITIPAN HEWAN :

Studi Tentang Konstruksi Hukum DalamPerjanjian Penitipan Hewan di Surakarta

Oleh:

TRISAKTI HEMAS MARDIKAWATI C. 100. 140. 090

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Jumat, 17 Mei 2019 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Kelik Wardiono, S.H., M.H. (...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Septarina Budiwati, S.H., M.H., CN. (...) (Anggota I Dewan Penguji)

3. Darsono, S.H., M.H. (...) (Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati, S.H.,M.Hum. NIK. 537 / NIDN. 0727085803

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Jumat 10 Mei 2019 Penulis

TRISAKTI HEMAS MARDIKAWATI C. 100. 140. 090

(5)

1

PENITIPAN HEWAN :

STUDI TENTANG KONSTRUKSI HUKUM DALAM PERJANJIAN PENITIPAN HEWAN DI SURAKARTA

Abstrak

Fasilitas klinik hewan Kawatan baik dari pelayanan tenaga medis, ruangan dan alat bantu kesehatan baik untuk ruangan sesuai dengan ketentuan pada Permenkes No. 9 Tahun 2014 Tentang KlinikPasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 baik mengenai ruang administrasi, pendaftaran, ICU, dapur, serta instalasi yang menunjang kinerja klinik hewan Kawatan. Hak dan kewajiban dokter dengan memberikan pelayanan dan konsumen selaku pemilik hewan memberikan bayaran sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha, diantaranya yaitu: Ayat (1)Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Kewajiban beritikad baik berarti produsen dan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya wajib melakukannya dengan itikad baik dengan berhati-hati, mematuhi aturan-aturan dengan penuh tanggungjawab.Dengan demikian terdapat perlindungan hukum dalam pengaturan tentang hak dan kewajiban dalam hubungan hukum perawatan hewan di Surakarta. Bila terjadi wanpresatsi dan overemacht dalam bentuk : membuat kesehatan hewan tambah parah dari sebelumnya maka akibat hukumnya adalah: Memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.Hal ini sesuai/ tidak sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha, diantaranya yaitu memberikan ganti rugi. Dengan demikian terdapat perlindungan hukum bila terjadi wanprestasi dalam hubungan hukum perawatan hewan di Surakarta.

Kata Kunci: pelayanan dokter hewan, perlindungan konsumen, penyelesaian hukum

Abstract

Kawatan animal clinic facilities both from medical services, rooms and health aids are good for rooms in accordance with the provisions of Permenkes No. 9 of 2014 concerning Clinics Article 6, Article 7, Article 8, Article 9 both regarding administrative space, registration, ICU, kitchen, and installations that support the performance of the Kawatan veterinary clinic. The rights and obligations of doctors by providing services and consumers as animal owners provide fees in accordance with Article 7 of Law No. 8 of 1999 concerning Consumer Protection describes the Obligations of business actors, including: Paragraph (1) Good intention in carrying out its business activities. The obligation to have good intentions means that the producer and business actor in carrying out their business must do so in good faith carefully, obey the rules with full responsibility. Thus there is legal protection in the regulation of rights and obligations in the legal relationship of animal care in Surakarta. If there is a failure and overemacht in the form of making animal health worse than before, the consequences of the

(6)

2

law are: Giving compensation, compensation and / or replacement if the goods and / or services received or utilized by consumers are not in accordance with the agreement.This is in accordance with Article 7 of Law No. 8 of 1999 concerning Consumer Protection describes the Obligations of business actors, including providing compensation. Thus there is legal protection if there is a default in the legal relationship of animal care in Surakarta.

Keywords: veterinary services, consumer protection, legal settlement 1. PENDAHULUAN

Hewan peliharaan merupakan suatu objek beban tambahan bagi manusia. Beban yang dimaksudkan adalah beban secara materil,moril, dan waktu. Beban materil berupa biaya tambahan untuk pakan, minum, kandang, kesehatan dan kebutuhan lainnya.

Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 41 Tahun 2014 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menjelaskan definisi hewan yaitu binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air atau baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya. Pasal 1 angka 4 menjelaskan bahwa hewan peliharaan merupakan hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau seluruhnya bergantung pada manusia untuk maksud tertentu.

Pasal 27 Ayat (1) Undang-undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan kesayangan merupakan hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan olah raga, kesenangan dan keindahan.

Hewan sebagai makhluk hidup sama seperti manusia yang memerlukan suatu kondisi yang sehat. Kesehatan merupakan sebuah kondisi atau pencapaian yang sangat diidamkan oleh setiap makhluk hidup (Indrawanm, 2014). Tidak menjadi kemungkinan bahwa hewan juga seperti manusia yang terkadang bisa mengalami sakit.

Pasal 66 Ayat (2) Undang-undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menjelaskan bahwa undang-undang mewajibkan setiap orang untuk melakukanpemeliharaan, pengamanan, perawatan dan pengayoman hewan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan, dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan. Penganiayaan yang dimaksud disini adalah merupakan tindakan untuk memperolehkepuasan dan

(7)

3

keuntungan dari hewan dengan memperlakukan hewan diluar batas kemampuan biologis dan fisiologis hewan.

Kasus malpraktik hewan pernah terjadi pada bulan Februari 2018 oleh Klinik Di Surakarta. Malpraktik tersebut kepada jenis kucing Anggora yang di titipkan di klinik hewan, dimana pemiliknya hanya ingin melakukan check up berupa vitamin, kondisi tubuh kucing dan perawatan berupa kebersihan baik terhadap kutu maupun mandi. Akan tetapi setelah dari klinik hewan tersebut, kucing tersebut mengidap flu, batuk-batuk dan terasa lemah atau lemas. Hal ini membuat pemilik kucing tersebut melakukan protes keras terhadap dokter hewan. Dokter hewan tersebut atas nama kliniknya berupaya melakukan negosiasi berupa mediasi dengan harapan kecerobohan yang dilakukan dapat diselesaikan secara damai oleh pemilik kucing. Akan tetapi kucing tersebut pada akhirnya mati, sehingga pemilik kucing melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian untuk diproses hukum.

Beberapa pelayanaan kesehatan yang diberikan oleh klinik hewan merupakan tanggung jawab dari dokter. Hal ini dikarenakan kelalaian dalam mengurus hewan baik dalam hal diagnosa, pemberian obat kepada hewan serta tindakan teraupetik atau agnostik yang terikat dalam sumpah jabatan dan kode etik profesi. Dilihat dari hukum pidana bahwa dokter tersebut memenuhi unsur kesalahan (Helm, 2006).

Perbuatan malpraktik oleh dokter hewan dijelaskan Pasal 66A Undang-undang No. 41 Tahun 2014 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menjelaskan: 1) Setiap orang dilarang menganiaya dan atau menyalahgunakan hewan yang mengakibatkan cacat dan atau tidak produktif; 2) Setiap orang yang mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang.

Pasal 302 KUHP juga mengatur sanksi pidana malpraktik yang dilakukan oleh dokter hewan yaitu: 1) Diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah) karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan: Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas dengan sengaja menyakiti atau

(8)

4

melukai hewan atau merugikan kesehatannya; 1) Jikaperbuatan itu mngakibatkan sakit dari seminggu atau cacat atau menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 300,00 (tiga ratus rupiah) karena penganiyaan hewan.

Pasal 85 Undang-undang No. 41 Tahun 2014 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menjelaskan setiap orang yang melanggar kewajiban memiliki izin usaha di bidang pelayanan kesehatan hewan dari bupati/walikota dikenai sanksi administratif berupa: peringatan secara tertulis; pengenaan denda; penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran; pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan Obat Hewan, Pakan, alat dan mesin, atau Produk Hewan dari peredaran; atau pencabutan izin.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis melakukanpenelitian dengan judul skripsi: “Analisis Perjanjian Perawatan Hewan Pada Klinik Hewan Di Wilayah Surakarta”.

2. METODE

Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal, karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan, sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang. Hukum dipandang sebagai suatu lembaga yang otonom, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan, hanyalah ”terbatas” pada peraturan perundang-undangan (tertulis) yang terkait dengan objek yang ditelitiDari berbagai jenis metode pendekatan yuridis normatif yang dikenal, penulis memilih bentuk pendekatan normatif yang berupa, inventarisasi peraturan perundang-undangan dan penemuan hukum in-concreto.

Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas, tentang berbagai hal yang terkait dengan objek yang diteliti, yaitu Konstruksi Hubungan Hukum Dalam Perawataan Hewan Yang

(9)

5

Terjadi Di Surakarta dan Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Hewan Dalam Hubungan Hukum Perawatan Hewan Di Surakarta.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Konstruksi hubungan hukum dalam perawataan hewan yang terjadi di Surakarta

Perjanjian antara dokter hewan selaku penanggung jawab daripada pelayanan medis kepada hewan berupa pelayanan medis preventifuntuk menjaga kesehatan hewan peliharaan anda. terdiri atas pelayanan berupa (1) Pemeriksaan kesehatan rutin dan (2) Vaksinasi, Pelayanan Medis Kuratif dan Konsultasi, Pelayanan Bedah, Pelayanan Akupuntur Hewan, House call (Layanan Panggilan), merupakan bagian daripada ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 24 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran Praktik kedokteran adalah “rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan”. Bagian pelayanan medis adalah bagian dari klinik hewan pendidikan bertugas sebagai pelaksana pelayanan jasa medik vertiner yang terdiri atas dokter jaga dan tenaga teknis. Dokter jaga adalah dokter hewan yang ditugaskan oleh ketua program di klnik hewan yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada klien dan pasien yang membutuhkan jasa medik veteriner (Bayu, 2004).

Perjanjian berupa pelayanan medis yang diberikan oleh dokter hewan kepada hewan (pasien) merupakan; pertama adalah hubungan medis yang diatur oleh kaidah-kaidah medis dan; kedua adalah hubungan hukum yang diatur oleh kaidah-kaidah hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Hubungan hukum yang terjadi dalam pelayanan medis adalah berdasarkan perjanjian yang bertujuan untuk melakukan pelayanan dan pengobatan pasien demi kesembuhan pasien (Koeswadji, 1998).

Dokter pada klinik hewan maupun tenaga teknis dalam memberikan pelayanan kepada pasienk berdasarkan pada 2 hal yaitu perjanjian medis dan pertauran Undang-undang No. 24 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter hewan pada Klinik Kawatan

(10)

6

merupakan dokter hewan praktik bersama, merupakan dokter yang memberikan jasa pelayanan medik veteriner yang dijalankan oleh suatu manajemen dengan dipimpin oleh seorang dokter hewan penanggung jawab dan memiliki fasilitas pengamatan hewan yang mendapat gangguan kesehatan tertentu. Langkah medis yang dilakukan berupa registrasi, melakukan timbangan badan pasien yaitu hewan dan mencatatnya pada ambulatoir, membawa masuk pasien ke dalam ruang periksa, dokter jaga akan melakukan anamnesa, pemeriksaan umum dan mencatat hasilnya pada ambulatoir di dalam ruang periksa, tenaga teknis melakukan persiapan grooming yaitu kegiatan merawat kebersihan dan kerapian bagian tubuh tertentu anjing atau kucing, yaitu meliputi menyisir rambut, memotong kuku, membersihkan mata dan telinga (grooming kering), dan memandikan (grooming basah) yang meliputi memanaskan air, menyiapkan blower dan hair dryer, pengeringan bulu hewan dengan menggunakan blower dan hair dryer.

Pelayanan yang diberikan oleh Klinik Hewan Kawatan sudah sesuai dengan peraturan Pasal 1 angka 1 Permenkes No. 9 Tahun 2014 Tentang Klinik bahwa Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dan menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik, diselenggrakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh tenaga medis. Hal ini dibuktikan dengan struktur organisasi pada klinik hewan Kawatan dimana memiliki tenaga bantu dan memiliki tenaga administrasi.

Perawatan yang diberikan oleh Klinik Hewan Kawatan kepada pasien dalam hal ini adalah hewan peliharaan berupa pelayanan kesehatan sudah sesuai dengan kewajibansebagaimana dijelaskan pada Pasal 35 Permenkes No. 9 Tahun 2014 Tentang Klinik menjelaskan Kewajiban klinik diantaranya yaitu:

a) Memberikan pelayanan aman, bermutu, mengutamakan kepentingan pasien, sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional; b) Memberikan pelayanan gawat darurat pada pasien sesuai kemampuan tanpa

meminta uang muka terlebih dahulu atau mengutamakan kepentigan pasien; c) Memperoleh persetujuan tindakan medis;

d) Menyelenggarakan rekam medis; e) Melaksanakan sistem rujukan

(11)

7

f) Menolak keinginan pasien yang tidak sesuai dengan standar profesi, etika dan peraturan perundang-undangan;

g) Menghormati hak pasien;

h) Melaksanakan kendali mutu dan biaya;

i) Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional; j) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan.

3.2 Perlindungan hukum bagi pemilik hewan dalam hubungan hukum perawatan hewan di Surakarta

Pelaksanaan isi perjanjian antara dokter hewan dengan pasien mengenai perawatan dan fasilitas yang diberikan berupa;

a) Promotif, merupakan langkah untuk meningkatkan daya tubuh hewan dengan memberi vitamin, suplemen dan aditif lainnya;

b) Preventif, yang merupakan perawatan yang diberikan secara intensif kepada hewan yang sakit berupa vaksinasi, ruang isolasi;

c) Kuratif, merupakan langkah penyembuhan yang dilakukan dokter hewan dengan staffnya terhadap hewan yang sakit;

d) Rehabilitasi dan; e) Pelayanan medik.

Semua langkah yang dilakukan oleh dokter hewan kepada pasien berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 24 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran Praktik kedokteran adalah “rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan”. Bagian pelayanan medis adalah bagian dari klinik hewan pendidikan bertugas sebagai pelaksana pelayanan jasa medik vertiner yang terdiri atas dokter jaga dan tenaga teknis. Dokter jaga adalah dokter hewan yang ditugaskan oleh ketua program di klnik hewan yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada klien dan pasien yang membutuhkan jasa medik veteriner (Bayu, 2004).

Pasal 7 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha, diantaranya yaitu: Ayat (1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Kewajiban beritikad baik

(12)

8

berarti produsen dan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya wajib melakukannya dengan itikad baik dengan berhati-hati, mematuhi aturan-aturan dengan penuh tanggungjawab.Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif (Miru & Sutarman, 2015). Melayani dengan cara yang sama dan tidak membeda-bedakan cara ataupun kualitas pelayanan secara diskriminatif.Memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian (Miru & Sutarman, 2015).

Perjanjian mengenai objek daripada perawatan hewan pada klinik kawatan berupa a) Promotif, merupakan langkah untuk meningkatkan daya tubuh hewan dengan memberi vitamin, suplemen dan aditif lainnya; b) Preventif, yang merupakan perwatan yang diberikan secara intensif kepada hewan yang sakit berupa vaksinasi, ruang isolasi; c) Kuratif, merupakan langkah penyembuhan yang dilakukan dokter hewan dengan staffnya terhadap hewan yang sakit; d) Rehabilitasi dan; e) Pelayanan medik sudah sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha, diantaranya yaitu: Ayat (1)Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Kewajiban beritikad baik berarti produsen dan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya wajib melakukannya dengan itikad baik dengan berhati-hati, mematuhi aturan-aturan dengan penuh tanggungjawab (Miru & Sutarman, 2015).

Langkah-langkah yang dilakukan oleh dokter hewan terhadap pasien yakni hewan serta pemilik hewan sudah sesuai dengan prosedur pada perjanjian yang disepakati dan berdasarkan undang-undang.Langkah mengenai Promotif, merupakan langkah untuk meningkatkan daya tubuh hewan dengan memberi vitamin, suplemen dan aditif lainnya. Preventif, yang merupakan perawatan yang diberikan secara intensif kepada hewan yang sakit berupa vaksinasi, ruang isolasi; Kuratif, merupakan langkah penyembuhan yang dilakukan dokter hewan dengan staffnya terhadap hewan yang sakit, Rehabilitasi dan Pelayanan medik merupakan wujud dari penerapan Pasal 7 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha,

(13)

9

diantaranya yaitu: Ayat (1)Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Kewajiban beritikad baik berarti produsen dan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya wajib melakukannya dengan itikad baik dengan berhati-hati, mematuhi aturan-aturan dengan penuh tanggungjawab.Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Melayani dengan cara yang sama dan tidak membeda-bedakan cara ataupun kualitas pelayanan secara diskriminatif (Miru & Sutarman, 2015). Memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.

Praktik dari dokter hewan di Klinik Kawatan merupakan bagian pelayanan medis adalah bagian dari klinik hewan pendidikan bertugas sebagai pelaksana pelayanan jasa medik vertiner yang terdiri atas dokter jaga dan tenaga teknis. Dokter jaga adalah dokter hewan yang ditugaskan oleh ketua program di klnik hewan yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada klien dan pasien yang membutuhkan jasa medik veteriner.

Perjanjian antara klinik hewan Kawatan dengan pasien dan pemilik hewan sesuai dengan ketentuan pada Pasal 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha, diantaranya yaitu: a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan perbaikan dan pemeliharaan; c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d) Menjamin mutu barang dan atau jasa yang di produksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku; e) Memberi kesempatan kepada klien untuk menguji dan atau mencoba barang dan atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atau barang yang dibuat dan atau diperdagangkan; f) Memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.

(14)

10 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Konstruksi Hubungan Hukum Dalam Perawataan Hewan Yang Terjadi Di Surakarta

Hubungan hukum dalam perawataan hewan di Surakarta, dapat di konstruksi sebagai perjanjian timbal-balik dan Perjanjian Konsensual dimana Klinik Hewan Kawatan dalam implementasinya sesuai dengan pada Pasal 35Permenkes No. 9 Tahun 2014 Tentang Klinik mengenai mutu pelayanan diantaranya Pelayanan berupa Pendiagnosaan, pencegahan, pengendalian, pemberantasan dan pengobatan penyakit menular pada hewan dan penyakit.

Fasilitas klinik hewan Kawatan baik dari pelayanan tenaga medis, ruangan dan alat bantu kesehatan baik untuk ruangan sesuai dengan ketentuan pada Permenkes No. 9 Tahun 2014 Tentang KlinikPasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 baik mengenai ruang administrasi, pendaftaran, ICU, dapus, serta instalasi yang menunjang kinerja klinik hewan Kawatan. 4.1.2 Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Hewan Dalam Hubungan Hukum

Perawatan Hewan Di Surakarta

1) Hak dan kewajiban dokter dengan memberikan pelayanan dan konsumen selaku pemilik hewan memberikan bayaran sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha, diantaranya yaitu: Ayat (1)Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. Kewajiban beritikad baik berarti produsen dan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya wajib melakukannya dengan itikad baik dengan berhati-hati, mematuhi aturan-aturan dengan penuh tanggungjawab.Dengan demikian terdapat perlindungan hukum dalam pengaturan tentang hak dan kewajiban dalam hubungan hukum perawatan hewan di Surakarta.

2) Bila terjadi wanpresatsi dan overemacht dalam bentuk : membuat kesehatan hewan tambah parah dari sebelumnya maka akibat

(15)

11

hukumnya adalah: Memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian apabila barang dan atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian. Hal ini sesuai/tidak sesuai dengan Pasal 7 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang Kewajiban pelaku usaha, diantaranya yaitu memberikan ganti rugi. Dengan demikian terdapat perlindungan hukum bila terjadi wanprestasi dalam hubungan hukum perawatan hewan di Surakarta.

4.2 Saran

Diharapkan kedepannya pemerintah baik pusat maupun daerah memberikan dorongan baik secara materi maupun moril mengenai layanan kesehatan hewan, sehingga profesi dokter hewan mendapatkan motivasi untuk menjalankan profesinya.

Diharapkan kedepannya dokter hewan meningkatkan fasilitas pada klinik hewan, sehingga konsumen merasa nyaman dan senang dengan pelayanan yang diberikan.

PERSANTUNAN

Naskah Publikasi ini, penulis persembahkan kepada kedua orangtuaku tercinta atas doa dan dukungan moril maupun materil yang tiada tara. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku tersayang atas doa dan dukungannya selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Endang Kusuma, 2009, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan

Medis Di Rumah Sakit, Bandung: Citra Aditya Bakti

Ariyani, Evi, 2013, Hukum Perjanjian, Yogyakarta: Ombak

Bayu, R. Susetyo, 2004, Panduan Memelihara Kucing Persia, Jakarta: PT. Argo Media Pustaka

Budiana, 2008, Anjing Trah Kecil, Depok: Penebar Swadaya

Darus, Mariam, 2005, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan dengan

(16)

12

Erawaty, Elly dan Badudu, J.S., 1996, Kamus Hukum Ekonomi, Jakarta: Elips

Fuady, Munir, 20305, Sunpah Hipocrates Asoek Hukum Malpraktik Dokter, Bandung: Citra Aditya Bakti

Helm, Ann, 2006, Malpraktik Keperawatan, BukuKedokteran, Jakarta

Husni, M., 2009, Tinjauan Umum Mengenai Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika

Isyafandyarie, Anny, 2006, Tanggung Jawab Hukum Keperawatan dalam Upaya

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit, Jakarta: PT. Grafindo Persada

Indar, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Makassar : Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin (Lephas)

Janus, Sidabalok, 2006, Hukum Perlinduntgan Konsumen Di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Koeswadji, Hermien Hediati, 1998, Hukum Kedokteran, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Lunenta, Benyamin, 1989, Pasien, Citra, Peran dan Perilaku, Kanisius

Muhammad, Abdul Kadir, 1982, Hukum Perikatan, Bandung: Alumni

Mertokusumo, Sudikno, 1999, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberty

Muljadi, Kartini & Widjaja, Gunawan, 2003, Perikatan yang Lahir dari

Perjanjian, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Muljadi, Kartini & Widjaja, Gunawan, 2005, Hak Tanggungan, Jakarta: Prenada Media

Muhammad, Abdulkadir, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti

M.S, Salim, 2008, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Swinar Grafika

Miru, Ahmad & Yodo, Sutarman, 2015, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta Gafindo Persada

(17)

13

Rahardjo, Handri, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustitia

Setiawan, 1979, Pokok-pokok Hukum perikatan, Bandung: Alumni

Subekti, 1990, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa

Satrio, J., 1992, Hukum Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti

Santoso, Djohari &Ali, Achmad, 1992, Hukum Perjanjian Indonesia, Yogyakarta

Satrrio, J., 1999, Hukum Perikatan pada Umumnya, Bandung: Alumni

Subekti, R., 2001, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa

Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa

Syahmin, 2006, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: Raja Grafindo

Soehadji, DR., 2010, 100 Tahun Dokter Hewan Indonesia, Jakarta: Yayasan Hemera Zoa

Syahrini, Riduan, 2010. Seluk-Beluk Asas-asaa Hukum Pedata, Bandung: Alumni

Triwibowo, Cecep, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta: Nuha Medika

Jurnal

Indrawan, Wery et.all, Rumah Sakit Hewan Di Pontianak, Jurnal Online: Volume 2 Nomor 1 Maret 2014

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan tindak pidana penangkapan ikan telah memberikan banyak kerugian bagi Negara sehingga pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan

Orangtua yang ingin mendaftarkan anaknya disekolah tersebut cenderung tidak mengkhawatirkan dikarenakan lembaga Al-Mufidah mengelolah anak dengan praktek serta

Selain daripada ibu bapa para, pendidik juga merupakan warga yang bertanggungjawab menggalas amanah mendidik anak bangsa supaya menjadi insan kamil, berjasa kepada ibu

Sucofindo (Persero) Surabaya harus mengikuti perkembangan teknologi, sehingga diperlukan kemampuan para manajer yang semakin tinggi untuk memprediksi lingkungan disekitar

bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Biaya Operasional Dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

koleksi tanpa harus menunggu pengembalian dari siswa lain. Dari hasil penelitian mengenai kondisi perpustakaan dalam kondisi ruangan perpustakaan di sekolah ini kurang

Pada percakapan di atas terdapat sikap perawat Gina dan Rohmat yang menggunakan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk kesembuhan pasien, sedangkan perawat Lele

PENJELASAN PASAL