• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

8

PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADAT DAN PUPUK ORGANIK CAIR

DENGAN PENGURANGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN JAGUNG (Zea mayz L)

Oleh :

Agustina E Marpaung

*) *) Peneliti Kebun Percobaan Berastagi, Jl. Raya Medan-Berastagi Km. 60 Berastagi, 22156

Email : agustinamarpaung@yahoo.com

Abstract

Used the chemical fertilizers excessive in agriculture can disturb the environment especially land. Therefore, the research was conducted “utilization of solid organic fertilizer and liquid organic fertilizer with inorganic fertilizer reduction on the growth of corn plants, with the aim to study the response of solid organic fertilizer and to compare the response rates between the liquid organic fertilizer and liquid inorganic fertilizer on maize. The study was conducted from March to April 2014 at the screen house with the use of bags. Experiments using a randomized block design (RBD) factorial with 3 replications. The first factor is the solid organic fertilizer ( B0 = without solid organic fertilizer and B1 = Addition of solid organic fertilizer ), while the second factor is ratio of liquid organic fertilizer and inorganic liquid ( P0 = No fertilizer ; P1 = 100 % liquid organic fertilizer ; P2 = 100 % inorganic liquid fertilizer; P3 = 75 % liquid organic fertilizer + 25 % liquid inorganic fertilizers ; P4 = 50 % liquid organic fertilizer + 50 % liquid inorganic fertilizer and P5 = 25 % organic fertilizer liquid + 75 % liquid inorganic fertilizer ) . The result showed that the giving of solid and liquid organic fertilizer was instrumental in the growth of plants. Inorganic fertilizer may damage the soil, requiring the addition of organic fertilizer that can help the absorption of nutrients by the plants. Reduced the inorganic fertilizer by 25 % and replaced with organic fertilizers is able to preserve the soil and can sustain plant growth.

Keywords : Zeamayz L, solid and liquid organic fertilizer, inorganik fertilizer liquid, growth

I. Pendahuluan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan untuk menambah dan/atau mempertahankan kesuburan anorganik tanah, dimana kesuburan anorganik tanah dinilai berdasarkan ketersedian unsur hara di dalam tanah, baik hara makro maupun hara mikro secara berkecukupan dan berimbang (Cooke, 1986).

Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan (tanah dan

iklim) di mana tanaman tersebut tumbuh. Tanah merupakan tempat tumbuh dan sebagai penyedia air, unsur hara dan oksigen bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara di dalam tanah untuk kebutuhan tanaman tergantung pada tingkat kesuburan tanah yang bersangkutan yakni kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman dalam jumlah yang berimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kesuburan tanah tidak saja dilihat dari kandungan unsur hara di dalam tanah yakni kesuburan anorganik, tetapi juga dari kesuburan fisik dan biologi tanah (Cooke,

(2)

9

1986). Untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, tanaman membutuhkan unsur hara esensial yakni unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif banyak dan unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Co, Cl, Si) yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif sedikit (Finck, 1981). Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda

antar tanaman. Jumlah unsur hara di dalam

tanah dapat dimanipulasi dengan mudah melalui pemupukan. Keseimbangan hara melalui pemupukan diperlukan untuk proses produksi tanaman dan sekaligus menjaga serta memperbaiki kesuburan tanah (Bratney 1997).

Dampak dari penggunaan pupuk anorganik menghasilkan peningkatan produkstivitas tanaman yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Indrakusuma, 2000). Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi, bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat (Hadisuwito, 2008). Pupuk organik disamping dapat menyuplai hara NPK, juga dapat menyediakan unsur hara mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang.

Penggunaan pupuk buatan (anorganik) secara terus-menerus juga dapat menipiskan ketersediaan unsur-unsur mikro seperti seng, besi, tembaga, mangan, magnesium, molibdenum, dan boron yang selanjutnya mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, produksinya menurun, dan rentan terhadap

hama/ penyakit, sehingga produktivitas

pemupukan menjadi berkurang. Oleh karena itu salah satu cara mengurangi dampak negatif dari penggunaan bahan kimia secara berlebihan adalah dengan memperbesar porsi penggunaan bahan-bahan organik.

Pada penelitian ini pupuk yang digunakan adalah pupuk organik padat yang memiliki kandungan 1-2,5%; P2O5 2,0%; K2O 1,0-2,0%; C-organik 15-30%, pupuk organik cair mengandung N 1-2%; P2O5 0,5-1,5%; K2O 1,5-2%; C-organik 4,5-5%; Zn 0,5-1% dan mikroba, sedangkan pupuk anorganik cair yaitu pupuk NPK 22-11-22.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon pemberian pupuk organik padat dan untuk mengetahui perbandingan tingkat respon antara pupuk organik cair dan pupuk anorganik cair pada tanaman jagung. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ialah ada interaksi yang positif antara pemberian pupuk organik padat dan perbandingan tingkat respon antara pupuk organik cair dan pupuk anorganik cair pada tanaman jagung.

II. Metoda Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai April 2014 di rumah kasa. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan. Sebagai faktor pertama adalah pupuk organik padat (B0 = Tanpa pupuk organik padat dan B1 = Penambahan pupuk organik padat), sedangkan faktor kedua perbandingan pupuk organik cair dan anorganik cair (P0 = Tanpa pupuk; P1 = Pupuk organik cair 100%; P2 = Pupuk anorganik cair 100%; P3 = Pupuk organik cair 75% + Pupuk anorganik cair 25%; P4 = Pupuk organik cair 50% + Pupuk anorganik cair 50% dan P5 = Pupuk organik cair 25% + Pupuk anorganik cair 75%). Prosedur yang dilakukan yaitu benih jagung ditanam dalam polibag dengan volume media 1 kg (tanah : pupuk kandang = 3 : 1, sesuai perlakuan yang diuji). Setelah berumur 1 minggu, diaplikasikan

(3)

10

pupuk cair organik dan anorganik sesuai dengan perlakuan yang diuji yang selanjutnya diberikan 1 x 1 minggu. Pupuk organik cair 50 ml dilarutkan dalam 1 liter air, sedangkan pupuk anorganik berupa pupuk berupa padatan yang dilarutkan 2 g/l air, dimana volume pemberian 20 ml untuk dosis 100%. Pemeliharaan berupa pemupukan susulan (sesuai perlakuan), Penyiraman dilakukan 1 x 1 hari dan penyiangan dilakukan 1 x 2 minggu. Peubah yang Diamati

a. Tinggi Tanaman, diamati pada umur 2, 4 dan 6 MST

b. Pertambahan Tinggi Tanaman, diamati pada umur 4 dan 6 MST

c. Pertambahan diameter batang, diamati pada umur 4 dan 6 MST

d. Lebar dan Jumlah Daun, diamati pada umur 6 MST

e. Bobot Kering tanaman dan akar, diamati pada umur 6 MST

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANNOVA (uji F) dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5% (Gomez and Gomez, 1976).

III. Hasil Dan Pembahasan

a. Tinggi Tanaman Umur 2, 4 dan 6 MST Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung pada umur 2, 4 dan 6 MST menghasilkan perlakuan pupuk organik padat dan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair memberi pengaruh yang nyata, namun interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 1).

Tabel 1. Tinggi Tanaman Umur 2, 4 dan 6 MST

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 4 MST 6 MST

Pupuk Organik Padat

B0. Tanpa pupuk organik padat 30.52 b 38.17 b 41.58 b

B1. Penambahan pupuk organik padat 32.93 a 46.69 a 51.84 a

Perbandingan pupuk organik dan anorganik cair P0. Kontrol

P1. Pupuk organik cair 100% P2. Pupuk anorganik cair 100%

P3. Pupuk organik cair 75% + Pupuk anorganik cair 25% P4. Pupuk organik cair 50% + Pupuk anorganik cair 50% P5. Pupuk organik cair 25% + Pupuk anorganik cair 75%

28.25 31.22 34.50 33.82 30.83 31.75 b ab a a ab ab 34.72 36.27 51.98 41.45 44.80 45.38 d cd a bc b b 37.55 37.93 58.33 44.92 50.87 50.65 b ab a ab ab ab KK (%) 9,48 10,06 8,55

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan.05

MST = Minggu Setelah Tanam

Data tinggi tanaman di atas pada umur 2, 4 dan 6 MST memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk organik padat memberi pengaruh pada tinggi tanaman, dimana perlakuan B1 (penambahan pupuk organik padat) nyata lebih tinggi dari perlakuan B0, yaitu masing-masing 32,93 cm; 46,69 cm dan 51,84 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk organik padat sangat dibutuhkan tanaman jagung dalam pertumbuhannya. Hal ini sesuai pendapat Yuwono (2005), pupuk organik padat tidak

hanya menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Perlakuan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair pada umur 2 MST memperlihatkan bahwa seluruh perlakuan pemupukan memiliki nilai yang lebih tinggi disbanding tanpa pemupukan, dimana dijumpai pertumbuhan tanaman pada perlakuan P3 (pemupukan anorganik cair 100%) nyata lebih tinggi dari perlakuan pemupukan lainnya, yaitu 34,50 cm. Demikian halnya pada umur 4 dan 6

(4)

11

MST, perlakuan P3 (pemupukan anorganik cair 100%) nyata lebih tinggi dari perlakuan pemupukan lainnya, yaitu masing-masing 51,98 cm dan 58,33 cm, namun pada umur 6 MST perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan lainnya. Pada umur 6 MST dapat dilihat bahwa pengurangan pupuk anorganik 25-50% dengan penambahan pupuk organik dapat mensuplai kebutuhan tanaman akan unsur hara sebagaimana halnya yang diberikan oleh pupuk kimia 100%.

b. Pertambahan Tinggi Tanaman Umur 4 dan 6 MST

Data dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tanaman jagung pada umur 4 dan 6 MST menghasilkan perlakuan pupuk organik padat dan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair memberi pengaruh yang nyata, namun interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 2).

Tabel 2. Pertambahan Tinggi Tanaman Umur 4 dan 6 MST Perlakuan

Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

4 MST 6 MST

Pupuk Organik Padat

B0. Tanpa pupuk organik padat 7.65 b 3.39 a

B1. Penambahan pupuk organik padat 13.76 a 5.14 a

Perbandingan pupuk organik dan anorganik cair P0. Kontrol

P1. Pupuk organik cair 100% P2. Pupuk anorganik cair 100%

P3. Pupuk organik cair 75% + Pupuk anorganik cair 25% P4. Pupuk organik cair 50% + Pupuk anorganik cair 50% P5. Pupuk organik cair 25% + Pupuk anorganik cair 75%

6.47 5.05 17.48 7.63 13.97 13.63 b b a b a a 2.83 1.63 6.35 3.47 6.07 5.25 d c a c a b KK (%) 27.74 29.84

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan.05

Data pertambahan tinggi tanaman pada tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik pada umur 4 dan 6 MST menghasilkan pertumbuhan tinggi tanamanyang lebih tinggi dibanding tanpa pemberian pupuk organik padat, yaitu masing-masing 13,76 cm dan 5,14 cm. Hal ini didukung pernyataan Anonim (1998) bahwa penggunaan pupuk organik bukanlah dimaksudkan untuk menggantikan penggunaan pupuk anorganik seluruhnya, melainkan untuk meningkatkan efisiensi serapan hara dari pupuk anorganik, sehingga pupuk anorganik yang diberikan dapat diserap seluruhnya sesuai kebutuhan tanaman dan pertumbuhan tanaman dapt maksimal.

Perlakuan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair pada umur 4 MST memperlihatkan bahwa perlakuan P3, P4 dan P5 nyata lebih tinggi dari P0, P1 dan P2 pada

pertambahan tinggi tanaman. Namun yang tertinggi dijumpai pada perlakuan P3 (pemupukan anorganik cair 100%), yaitu 17,48 cm. Pada umur 6 MST perlakuan P3 nyata lebih tinggi pertambahan tinggi tanaman dibanding perlakuan lainnya, namun tidak nyata berbeda dengan perlakuan P4.

Hal ini diduga ketersedian dan penyerapan unsur hara dari pupuk dapat dengan cepat diserap oleh tanaman, dimana tanaman membutuhkan unsur hara untuk melakukan proses-proses metabolisme, terutama pada masa vegetatif yang digunakan untuk mendorong pembelahan sel dan pembentukan sel-sel baru guna membentuk organ tanaman seperti daun, batang dan akar yang lebih baik, sehingga dapat memperlancar proses fotosintesis (Nur et al. 2007).

(5)

12

c. Pertambahan Diameter Batang Umur 4 dan 6 MST

Hasil analisis sidik ragam pertambahan diameter batang jagung pada umur 4 MST menghasilkan perlakuan pupuk organik padat dan perbandingan pupuk organik dan

anorganik cair memberi pengaruh yang nyata, namun interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 3). Sedangkan pada mur 6 MST menghasilkan interaksi kedua perlakuan memberi pengaruh yang nyata (Tabel 4).

Tabel 3. Pertambahan Dimater Batang Umur 4 MST Perlakuan

Pertambahan Diameter Batang (cm)

4 MST Pupuk Organik Padat

B0. Tanpa pupuk organik padat 0.06 b

B1. Penambahan pupuk organik padat 0.11 a

Perbandingan pupuk organik dan anorganik cair P0. Kontrol

P1. Pupuk organik cair 100% P2 . Pupuk anorganik cair 100%

P3. Pupuk organik cair 75% + Pupuk anorganik cair 25% P4. Pupuk organik cair 50% + Pupuk anorganik cair 50% P5. Pupuk organik cair 25% + Pupuk anorganik cair 75%

0.04 0.08 0.17 0.06 0.08 0.09 c bc a bc bc b KK (%) 42,00

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan.05

Tabel 3 diatas memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik padat pada tanaman jagung menghasilkan pertambahan diameter batang yang nyata lebih tinggi dibanding tanpa penambahan pupuk organik. Dimana pertambahannya mencapai 45,45%. Hal ini menujukkan bahwa pemberian pupuk organik padat sangat berperan dalam peningkatan diameter batang jagung. Hal di atas dikarenakan pupuk organik bukan hanya berperan sebagai sumber hara tetapi berperan juga dalam perbaikan kimia, fisik dan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat, meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air

tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman.

Perlakuan perbandingan pupuk organik dan anorganik memperlihatkan bahwa perlakuan P3 (0,17 cm) nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya, kemudian disusul oleh perlakuan P5 (0,09 cm). Hal ini menujukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pertambahan diameter batang, namun pemberian pupuk anorganik terus-menerus tanpa adanya pemberian pupuk organik, maka akan menurunkan kemampuan tanah nantinya dalam penyerapan unsur hara, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

(6)

13

Tabel 4. Interaksi Perlakuan Pupuk Organik Padat dengan Perbandingan Pupuk Organik dan Anorganik Cair terhadap Pertambahan Diameter Batang Umur 6 MST

Pupuk Organik Perbandingan Pupuk Organik dan Anorganik Cair P0 P1 P2 P3 P4 P5

B0 0.00 b

A 0.02 b A 0.07 a A 0.02 b B 0.06 a A 0.05 ab B

B1 0.01 d

A 0.00 d A 0.03 cd B 0.05 bc A 0.06 ab A 0.09 a A

KK (%) 10,64

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan.05

Data pada tabel 4 menjelaskan bahwa pemberian pupuk nyata menghasilkan pertambahan diameter batang yang lebih tinggi dibanding tanpa pemupukan pada umur 6 MST. Interaksi antara perlakuan pemberian pupuk organik padat dan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair meghasilkan pertambahan diameter tertinggi pada perlakuan B1P5 (pemberian pupuk organik padat dan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair = 25% + 75%), yaitu sebesar 0,09 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan penyerapan

tanaman akan unsur hara dari pupuk anorganik meskipun dosis pupuk anorganik dikurangi sebanyak 25%.

d. Lebar dan Jumlah Daun

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam lebar dan jumlah daun menghasilkan perlakuan pupuk organik padat dan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair memberi pengaruh yang nyata, namun interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 5).

Tabel 5. Lebar dan Jumlah Daun

Perlakuan Lebar Daun (cm) Jumlah Daun (Helai)

Pupuk Organik Padat

B0. Tanpa pupuk organik padat 1.74 b 3.94 b

B1. Penambahan pupuk organik padat 2.07 a 4.22 a

Perbandingan pupuk organik dan anorganik cair P0. Kontrol

P1. Pupuk organik cair 100% P2. Pupuk anorganik cair 100%

P3. Pupuk organik cair 75% + Pupuk anorganik cair 25% P4. Pupuk organik cair 50% + Pupuk anorganik cair 50% P5. Pupuk organik cair 25% + Pupuk anorganik cair 75%

1.62 1.58 2.30 1.90 2.00 2.02 c c a b b b 3.67 3.67 5.00 3.50 4.33 4.67 b b a b b a KK (%) 9,35 9,59

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan.05

Data lebar dan jumlah daun di atas memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk organik padat memberi pengaruh yang nyata, dimana perlakuan B1 (penambahan pupuk organik padat) nyata lebih tinggi dari perlakuan B0, yaitu masing-masing 2,07 cm

dan 4,22 helai. Perlakuan perbandingan pupuk organik dan anorganik memperlihatkan bahwa perlakuan P3 (pupuk anorganik 100%) nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya terhadap lebar dan jumlah daun, masing-masing, 2,3 cm dan 5,00 helai. Dimana hal tersebut diatas

(7)

14

menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik padat berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman jagung, dimana dengan pemberian pupuk organik padat maka tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat diperbaiki sifat fisik, biologi dan kimianya, sehingga penyerapan unsur hara oleh tanaman semakin meningkat dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhannya dalam pembentukan daun (Nur et al. 2007).

e. Bobot Kering Tanaman dan Akar

Hasil analisis sidik ragam bobot kering tanaman dan akar menghasilkan perlakuan pupuk organik padat dan perbandingan pupuk organik dan anorganik cair memberi pengaruh yang nyata, namun interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh yang nyata (Tabel 6).

Tabel 6. Bobot Kering Tanaman dan Akar

Perlakuan Bobot Kering Tanaman (g) Bobot Kering Akar (g)

Pupuk Organik Padat

B0. Tanpa pupuk organik padat 0.480 b 0.276 b

B1. Penambahan pupuk organik padat 0.777 a 0.306 a

Perbandingan pupuk organik dan anorganik cair P0. Kontrol

P1. Pupuk organik cair 100% P2. Pupuk anorganik cair 100%

P3. Pupuk organik cair 75% + Pupuk anorganik cair 25% P4. Pupuk organik cair 50% + Pupuk anorganik cair 50% P5. Pupuk organik cair 25% + Pupuk anorganik cair 75%

0.383 0.375 1.021 0.560 0.705 0.727 d d a c b b 0.189 0.198 0.454 0.277 0.314 0.312 c c a bc b b KK (%) 17,29 19,96

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan.05

Data bobot kering tanaman dan akar pada tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan B1 (penambahan pupuk organik padat) nyata lebih tinggi dari perlakuan B0, yaitu masing-masing 0,777 g dan 0,306 g. Sedangkan perlakuan perbandingan pupuk organik dan anorganik memperlihatkan bahwa perlakuan P3 (pupuk anorganik 100%) nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya terhadap bobot kering tanaman dan akar, masing-masing, 1,021 g dan 0,454 g. Ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik, berpengaruh baik terhadap struktur tanah sebagai media tumbu tanaman, tanah menjadi lebih gembur, sehingga volume perakaran menjadi lebih luas dan serapan hara oleh tanaman menjadi lebih baik.

IV. Kesimpulan

1. Pemberian pupuk organik padat maupun cair sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman

2. Pemberian pupuk anorganik secara terus menerus dapat merusak tanah, sehingga dibutuhkan penambahan pupuk organik yang dapat membantu penyerapan hara oleh tanaman

3. Pengurangan pupuk aorganik sebesar 25% dan digantikan dengan pupuk organik mampu menjaga kelestarian tanah dan dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman.

Daftar Pustaka

Anonim. 1998. Penemuan Teknis Bioteknologi Perkebunan untuk Praktek Pemberdayaan Bioteknologi Perkebunan untuk Peningkatan Efisiensi

Usaha Perkebunan. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan. Bogor. p. 71. Bratney, Mc., A.B., and M.J. Pringle, 1997.

(8)

15

for Precision Agriculture in – J.V. Stafford (ed) Precision Agriculture 1997. Bioss Scientific Publ.Ltd.Oxford, United Kingdom. Vol. I. p.3-31

Cooke, G.W. 1986. Nutrient Balances and the Need for Potassium in Humic Tropical Regions. Proceedings of 13th

IPI-Congress. International Potash Institute. p. 13 – 35.

Finck, A. 1981. Fertilizers and Fertilization. Introduction and Practical Guide to Crop Fertilization. Verlag Chemie. Gomez, K.A and Gomez, A.A. 1976.

Statistical Procedures for Agricultural Research with Emphasis on Rice, IRRI. Los Banos, Philippines.

Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 50 hal.

Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari. PT Surya Pratama Alam. Yogyakarta

Nur, F.R., E. Ambarwati dan N.W. Yuwono. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (1):43-53.

Yuwono D. 2005. Kompas. Penebar swadaya. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Tinggi Tanaman Umur 2, 4 dan 6 MST  Perlakuan
Tabel 2. Pertambahan Tinggi Tanaman Umur 4 dan 6 MST  Perlakuan
Tabel 3. Pertambahan Dimater Batang Umur 4 MST  Perlakuan
Tabel 5. Lebar dan Jumlah Daun
+2

Referensi

Dokumen terkait

mengkonsumsi ransum (Harmono dan Andoko, 2005; Setyanto et al., 2012). Dengan kandungan bioaktif yang dimiliki diharapkan mampu meningkatkan kualitas telur

Abstrak —Turbin angin Savonius adalah turbin angin yang dapat beroperasi pada kecepatan angin yang rendah, turbin jenis ini sangat tepat digunakan untuk beberapa tempat

Respon dalam studi ini merupakan skor pengetahuan siswa mengenai efek dari penggunaan rokok dan kesehatan (skor THKS). Skor THKS dari siswa didefinisikan sebagai total jawaban

Gisela Nina Sevani, dalam penelitiannya yang berjudul Aplikasi Reminder Pengobatan Pasien Berbasis SMS Gateway Aplikasi berbasis Web yang dibuat dengan MySQL sebagai media

Penulisan tugas akhir ini diawali dengan analisa perilaku struktur guyed tower yang dikenai beban gelombang reguler dengan menggunakan teori-teori ya n g telah

Tingkat kematangan baik kematangan inti dan sitoplasma oosit dipengaruhi oleh maturation promoting factor (MPF) dan mitogen activating protein kinase. 8 perkembangan

Langkah awal yang dilakukan oleh para pemberontak adalah melakukan kudeta terhadap penguasa pribumi, karena mereka menjadi kepanjangan tangan dari pemerintahan yang ka r

Proses Pengembangan Masyarakat pada dasarnya mencakup tiga tahapan utama: (a) Memahami komponen-komponen penting yang akan dikenai perubahan sosial, yaitu masalah,