BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Menurut PSAK no. 1 ayat 2 (2009) :
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian.
Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian penting dari setiap pelaporan keuangan. Beberapa informasi keuangan hanya dapat atau lebih baik disajikan melalui pelaporan keuangan, bukan melalui laporan keuangan formal. Contohnya meliputi surat presiden direktur atau skedul tambahan dalam laporan tahunan korporasi, laporan yang dikeluarkan kepada badan-badan pemerintah, siaran berita, prakiraan manajemen, dan deskripsi mengenai dampak sosial atau
lingkungan perusahaan. Informasi semacam itu mungkin wajib dikeluarkan karena adanya keputusan pemerintah, peraturan, atau hukum tak tertulis, ataupun manajemen dengan sukarela ingin mengungkapkannya.
2.1.1 Peran dan Tujuan
Laporan keuangan memiliki peran penting sebagai berikut :
a. Merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada para pemakai yang akan menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.
b. Untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan. c. Merupakan media untuk menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi, dan membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.
d. Merupakan laporan pertanggungjawaban pengurus dan manajemen mengenai kemampuan mereka dalam mengelola sumber daya organisasi yang diamanatkan.
Tujuan pelaporan keuangan pada perusahaan umum menurut PSAK no. 1 ayat 5 (2009) adalah :
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : (a) aset; (b) kewajiban; (c) ekuitas; (d) pendapatan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian; dan (e) arus kas.
Maka dari itu laporan keuangan sangat bermanfaat sebagai penyedia informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan didalamnya. Akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis, yaitu, arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal juga sebagai kegunaan keputusan (decision usefullness).
2.1.2 Karakteristik
Kriteria terpenting yang digunakan untuk menilai pilihan akuntansi adalah manfaat dari keputusan; yaitu, menyediakan informasi yang paling bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Agar informasi menjadi bermanfaat, harus ada kaitan antara para pengambil keputusan dengan keputusan yang mereka buat. Kaitan ini yaitu kemampuan memahami (understandability), adalah kualitas informasi yang memungkinkan pemakai merasakan signifikansi dari informasi tersebut. Relevansi dan reliabilitas merupakan dua kualitas primer, sementara komparabilitas dan konsistensi merupakan dua kualitas sekunder yang membuat informasi akuntansi bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Relevansi. Informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Kandungan relevansi antara lain :
Nilai prediktif. Informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Nilai umpan balik. Informasi yang dapat membantu pemakai mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu.
Ketepatan waktu. Informasi harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil.
Reliabilitas. Reliabilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi. Informasi dianggap handal jika :
Daya uji. Informasi keuangan dapat diverifikasi yang ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
Ketepatan penyajian, berarti bahwa angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi.
Netralitas, berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Jadi informasi yang disajikan harus faktual, benar, dan tidak bias.
Komparabilitas. Informasi dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukur dilaporkan dengan cara yang sama.
Komparabilitas memungkinkan pemakai mengindentifikasi persamaan dan perbedaaan riil dalam peristiwa ekonomi antarperusahaan.
Konsistensi. Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam mengunakan standar akuntansi. Itu tidak berarti perusahaan tidak boleh beralih dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya. Perusahaan dapat berganti metode, tetapi perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik dari metode yang sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh perubahan akuntansi, serta alasannya, harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. 2.1.3 Asumsi-asumsi Dasar
Empat asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi keuangan adalah : 1. Entitas ekonomi. Aktivitas ekonomi dapat di identifikasikan dengan unit
pertanggungjawaban tertentu.
2. Kelangsungan hidup. Berarti perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.
3. Unit moneter. Mengandung arti bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi.
4. Periodisitas. Aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat dipisahkan ke dalam periode waktu artifisial. Periode ini bervariasi, tetapi yang paling umum adalah secara bulanan, kuartalan, dan tahunan.
2.1.4 Prinsip-prinsip Dasar
Prinsip akuntansi adalah aturan-aturan umum yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan teknik-teknik akuntansi yang akan digunakan dalam memperlakukan suatu transaksi yang terjadi. Empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi adalah :
1. Biaya historis. GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) mewajibkan sebagian aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga beli atau harga akuisisi.
2. Pengakuan pendapatan. Sangat penting untuk menentukan kapankah pendapatan diakui, pendapatan umumnya diakui jika : (1) telah direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) telah dihasilkan.
3. Penandingan. Beban diakui pada saat pekerjaan (jasa) atau produk memberi kontribusi aktual terhadap pendapatan.
4. Pengungkapan penuh. Perusahaan mengikuti praktek umum dengan menyediakan informasi yang memadai dan signifikan untuk mempengaruhi penilaian serta keputusan pemakai.
2.1.5 Kendala Pelaporan
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan merupakan keadaaan yang menyebabkan kondisi ideal untuk menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan dapat diandalkan tidak dapat dicapai. Keadaan-keadaaan yang bisa menjadi kendala dimaksud dapat berupa hal-hal berikut :
a. Pertimbangan manfaat dan biaya
Setiap upaya untuk menghasilkan informasi seharusnya selalu memperhitungkan manfaat yang akan diperoleh dan dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkannya. Manfaat yang diperoleh seharusnya melebihi biaya yang dikeluarkan.
b. Materialitas
Informasi dianggap material jika dengan tidak diungkapkannya informasi tersebut dapat mempengaruhi penggunaan laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk menentukan materialitas suatu pos maka besaran dan sifat unsur tersebut harus dianalisis dimana masing-masing dapat menjadi faktor penentu.
c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif
Tarik ulur antara berbagai karakteristik kualitatif di atas tidak jarang menimbulkan masalah dalam menghasilkan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, pengguna harus memepertimbangkan keseimbangan antara berbagai karakteristik kualitatif secara tepat terutama antara relevansi dan keandalan informasi. Ukuran yang bisa digunakan adalah
apa sebenarnya tujuan yang dikehendaki oleh pengguna dari informasi yang dihasilkan. Hal ini tentunya tidak bisa terlepas dari pertimbangan profesional.
(Sumber : Pedoman Akuntansi PKBL Kementerian BUMN,2007) 2.2 Pengertian PKBL
PT Perkebunan Nusantara VIII adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang pengelolaan perkebunan di wilayah Propinsi Jawa Barat dan Banten, disamping itu mempunyai kewajiban untuk mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat melalui penyaluran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Program kemitraan adalah program pemberian pinjaman modal kerja bagi usaha kecil dan Koperasi yang sudah berjalan dengan azas pemerataan pembangunan ekonomi kepada usaha kecil yang berada di lingkungan unit kerja PT Perkebunan Nusantara VIII yang mempunyai potensi padat karya dan prospek untuk berkembang sehingga kemudian hari menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Program Bina Lingkungan adalah program bantuan dalam rangka pemberdayaan kondisi sosial masyarakat yang berada di lingkungan unit kerja PT Perkebunan Nusantara VIII yang terbagi dalam berbagai sektor bantuan, mengingat luas wilayah dan sumber dana yang terbatas, bantuan didasarkan
kepada skala prioritas kondisi sosial lingkungan masyarakat yang ada sehingga diharapkan manfaat keberadaan perusahaan dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat.
2.2.1 Landasan Hukum
Pelaksanaan program kemitraan dengan usaha kecil dan bina lingkungan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007, tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan bina lingkungan, sedangkan pelaksanaan operasional berdasarkan surat keputusan Direksi No.SK/D.I/252/III/2009 tanggal 31 Maret 2009, tentang penyempurnaan struktur organisasi Urusan PKBL yang semula dibawah Bagian Pengembangan Usaha yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama menjadi dibawah Bagian Akuntansi yang bertanggungjawab kepada Direktur Keuangan.
2.2.2 Sumber Dana
Berdasarkan surat peraturan Kementerian BUMN No.PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007, sumber dana program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan sebagai berikut :
Program Kemitraan : dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 2%, hasil jasa administrasi dan hasil bunga bank dikurangi beban operasional. Program Bina Lingkungan : dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 2% dan hasil bunga bank setelah dikurangi beban operasional.
2.2.3 Laporan Keuangan PKBL
PT Perkebunan Nusantara VIII sebagai pelaksana kegiatan PKBL wajib melaporkan kinerja keuangan PKBL secara periodik, laporan keuangan PKBL disusun terpisah dari laporan keuangan perusahaan biasa, sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 pasal 21 perihal penyusunan dan pengesahan laporan PKBL.
2.2.3.1 Tujuan penyusunan
Tujuan penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Unit PKBL menurut Pedoman Akuntansi PKBL Kementerian BUMN adalah sebagai berikut :
1. Sebagai alat evaluasi kinerja, terutama kinerja keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti Usaha Kecil, pemerintah, dan lain-lain. 2. Menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomis yang dimiliki
Unit PKBL, kewajiban dan aktiva bersih Unit PKBL, dan mengetahui transaksi atau kejadian yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan aktiva bersih Unit PKBL, dalam suatu periode.
3. Sebagai bahan pertimbangan/analisis bagi manajemen guna mengambil suatu kebijakan/keputusan yang lebih baik dan menguntungkan.
4. Sebagai alat pertanggungjawaban keuangan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka laporan keuangan harus mampu menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, pendapatan
dan beban serta arus kas suatu Unit PKBL. Selain itu, setiap Unit PKBL mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan :
a. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada Unit PKBL dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen Unit PKBL
Membantu para pengguna (khususnya pengelola) untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dalam satu periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih.
c. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Unit PKBL.
2.2.3.2 Komponen
Laporan Keuangan Unit PKBL terdiri dari : 1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan Posisi Keuangan mencakup Unit PKBL secara keseluruhan dan harus menyajikan total aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih. Informasi yang disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan adalah mengenai Aktiva, Kewajiban, dan Aktiva Bersih Unit PKBL pada saat tertentu. Laporan Posisi Keuangan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan Posisi Keuangan minimal mencakup pos-pos berikut : Kas dan Setara Kas, Piutang, Investasi, Aktiva Tetap. Aktiva Lain-lain, Kewajiban Jangka Pendek, Kewajiban Jangka Panjang, dan Aktiva Bersih.
2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan ini adalah jumlah perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat, dan Aktiva Bersih terikat dalam suatu periode.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan laporan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan Arus Kas Unit PKBL disusun dengan hanya menggunakan metode langsung sebagaimana diatur dalam Pedoman Akuntansi PKBL.
Arus Kas yang disajikan sebagai aktivitas operasi adalah penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan aktivitas utama Unit PKBL. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi perubahan Aktiva Bersih Tidak Terikat. Termasuk dalam arus kas dari aktivitas operasi adalah penerimaan kas dan pelunasan piutang dalam rangka aktivitas Unit PKBL dan lain-lain.
Arus Kas yang disajikan dalam aktivitas investasi adalah penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan aktivitas penggunaan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Arus Kas yang disajikan sebagai aktivitas pendanaan adalah penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan aktivitas yang berupa klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok atau kreditur.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan Atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
2.2.3.3 Kebijakan Akuntansi Umum
Kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik yang diterapkan Unit PKBL dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan. Manajemen Unit PKBL memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi agar Laporan Keuangan memenuhi ketentuan dalam PSAK dan peraturan perundangan yang terkait dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Dikarenakan PKBL belum diatur dalam PSAK, maka menurut Pedoman Akuntansi yang dibuat khusus oleh Kementerian BUMN untuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan penyajian dan penyusunan laporan keuangan PKBL, manajemen Unit PKBL harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi :
(a) Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan.
(b) Dapat diandalkan, dengan pengertian :
(i) mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan Unit PKBL;
(ii) menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya;
(iii) netral yaitu bebas dari keberpihakan; (iv) mencerminkan kehati-hatian; dan (v) mencakup semua hal yang material.
Apabila belum terdapat pengaturan dalam PSAK, maka manajemen Unit PKBL menggunakan pertimbangan untuk menetapkan
kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Dalam melakukan pertimbangan tersebut manajemen Unit PKBL memperhatikan :
(a) persyaratan dan pedoman PSAK yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah terkait;
(b) Definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban, penghasilan, dan beban yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; dan
(c) Pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktik industri yang lazim sepanjang konsisten dengan huruf (a) dan (b).
Kebijakan-kebijakan akuntansi umum yang akan mendasari setiap proses pencatatan dan pelaporan kegiatan Unit PKBL menjadi penting untuk ditetapkan agar dapat memberikan jaminan konsistensi dalam pengakuan, pengukuran, dan pelaporannya. Kebijakan-kebijakan akuntansi dimaksud tentu harus sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.2.3.4 Format Laporan Keuangan PKBL
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai perbandingan perkembangan dan tingkat efisiensi Unit PKBL dari waktu ke waktu maka diperlukan format Laporan Keuangan standar yang menjadi acuan Unit PKBL dalam menyajikan Laporan Keuangan, yang mana Pedoman Akuntansi yang digunakan adalah pedoman akuntansi yang khusus dibuat oleh Kementerian BUMN. Format standar Laporan Keuangan Unit PKBL adalah sebagai berikut :
Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT XXX LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per 31 Desember 20XB dan 20XA (Dalam Satuan Rupiah)
Catatan 20XB 20XA Aktiva
Aktiva Lancar
Kas dan Setara Kas
Kas xxx xxx Bank xxx xxx Deposito xxx xxx Persediaan xxx xxx Piutang
Piutang Penyisihan Laba Kpd BUMN xxx xxx Pembina
Piutang Penyaluran Kepada BUMN xxx xxx Pembina Lain/Lembaga Penyalur
Piutang Sewa Beli Syariah xxx xxx
Alokasi Penyisihan Piutang Sewa (xxx)
(xxx)
Beli Syariah
xxx xxx Piutang Pendapatan Bagi hasil xxx xxx Piutang Pinjaman Khusus xxx xxx
Alokasi Penyisihan Piutang Pinjaman (xxx)
(xxx)
Khusus
xxx xxx Piutang Pinjaman Mitra Binaan xxx xxx
Alokasi Penyisihan Piutang Pinjaman (xxx)
(xxx) Mitra Binaan xxx xxx Piutang Lain-lain xxx xxx Investasi xxx xxx Beban Dibayar Dimuka xxx xxx Pembiayaan Bagi Hasil xxx xxx Pajak Dibayar Dimuka xxx
xxx
Jumlah Aktiva Lancar xxx xxx Aktiva Tetap
Inventaris dan Peralatan xxx xxx
Akum. Penyusutan Inventaris dan Peralatan (xxx) (xxx)
xxx xxx Kendaraan xxx xxx
Akum. Penyusutan Kendaraan (xxx) (xxx)
Bangunan xxx xxx
Akum. Penyusutan Bangunan (xxx) (xxx)
xxx xxx Tanah xxx
xxx Jumlah Aktiva Tetap xxx xxx Aktiva Lain-lain
Kas/Bank Yang Dibatasi Penggunaannya xxx xxx Aktiva Tetap Tidak Berfungsi xxx xxx Dana Penjamin KUM-LTA xxx xxx Piutang Bermasalah xxx xxx
Alokasi Penyisihan Piutang Bermasalah (xxx) (xxx)
xxx
xxx
Jumlah Aktiva Lain-lain xxx xxx Jumlah Aktiva xxxx xxxx Kewajiban dan Aktiva Bersih
Kewajiban
Kewajiban Jangka Pendek
Hutang Jangka Pendek xxx xxx Biaya Yang masih Harus Dibayar xxx xxx Hutang Pajak xxx xxx Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang xxx xxx Kepada BUMN Pembina Lain xxx xxx Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang xxx xxx Kelebihan Pembayaran Angsuran xxx xxx Angsuran Belum Teridentifikasi xxx
xxx Jumlah Kewajiban Jangka Pendek xxx xxx Kewajiban Jangka Panjang
Hutang Sewa Guna Usaha xxx xxx Hutang Jangka Panjang Kepada BUMN xxx xxx Pembina Lain
Hutang Jangka Panjang Lainnya xxx
xxx Jumlah Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx Jumlah Kewajiban xxx xxx Aktiva Bersih
Aktiva Bersih Tidak Terikat xxx xxx Aktiva Bersih Terikat xxx
xxx
Jumlah Aktiva Bersih xxx xxx Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih xxxx xxxx
Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT XXX LAPORAN AKTIVITAS
Untuk Periode yang Berakhir Tgl 31 Desember 20XB dan 20XA (Dalam Satuan Rupiah)
Catatan 20XB 20XA Penerimaan, Pendapatan, dan Penyisihan
Penerimaan
Alokasi Bagian Laba dari BUMN Pembina xxx xxx Penerimaan Pelimpahan Dana dari Unit PKBL Lain xxx xxx Penggantian Beban Operasional xxx xxx Sumbangan xxx
xxx Jumlah Penerimaan xxx xxx Pendapatan
Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman xxx xxx Pendapatan Bagi Hasil xxx xxx Pendapatan Sewa beli Syariah xxx xxx Pendapatan Bunga xxx xxx Pendapatan Lain-lain xxx
xxx Jumlah Pendapatan xxx xxx Penyisihan
Alokasi Dana BUMN Peduli xxx xxx ABT-Berakhir Pemenuhan Program xxx xxx ABT-Berakhir Waktu xxx
xxx Jumlah Penyisihan xxx xxx Jumlah Penerimaan, Pendapatan, dan Penyisihan (1) xxxx xxxx Penyaluran, Beban, dan Pengeluaran
Penyaluran
Dana Pembinaan Kemitraan xxx xxx Penyaluran Bina Lingkungan xxx xxx Pelimpahan Dana ke Unit PKBL Lain xxx
xxx Jumlah Penyaluran xxx xxx Beban dan Pengeluaran
Beban Pembinaan xxx xxx Beban Upah Tenaga Harian xxx xxx Beban Administrasi dan Umum xxx xxx Beban Pemeliharaan xxx xxx
Beban Sewa xxx xxx Beban Penyusutan Aktiva Tetap xxx xxx Beban Penyisihan Piutang xxx xxx Beban Pajak xxx xxx Beban dan Pengeluaran Lainnya xxx
xxx Jumlah Beban dan Pengeluaran xxx xxx Jumlah Penyaluran, Beban, dan Pengeluaran (2) xxxx xxxx Pos Luar Biasa
Keuntungan (Kerugian) Penjualan/Penghapusan xxx xxx Aktiva Tetap xxx xxx Pendapatan Luar Biasa xxx xxx Beban Luar Biasa xxx
xxx Jumlah Pos Luar Biasa (3) xxx xxx Kenaikan/(Penurunan) Aktiva Bersih Tidak Terikat xxxx xxxx
(1) (2) + (3) = (4) Penyisihan BUMN Peduli
Aktiva Bersih Terikat Penyisihan BUMN Peduli xxx xxx Aktiva Bersih Terikat Terbebaskan xxx
xxx Kenaikan/(Penurunan) Aktiva Bersih Terikat (5) xxx xxx Kenaikan/(Penurunan) Aktiva Bersih xxxx xxxx (4) + (5) = (6)
Aktiva Bersih Pada Awal Periode (7) xxxx
xxxx
Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT XXX LAPORAN ARUS KAS
Untuk Periode yang Berakhir Tgl 31 Desember 20XB dan 20XA (Dalam Satuan Rupiah)
Catatan 20XB 20XA Aliran Kas Dari Aktivitas Operasi
Kas Diterima Dari
Penerimaan Dana BUMN Pembina xxx xxx Pengembalian Pinjaman Mitra Binaan xxx xxx Pengembalian Pinjaman Khusus xxx xxx Penerimaan Pokok Sewa Beli Syariah xxx xxx Penggantian Beban Operasional xxx xxx Kelebihan Pembayaran Angsuran xxx xxx Angsuran Belum Teridentifikasi xxx xxx Pendapatan Jasa Administrasi Pinjaman xxx xxx Pendapatan Sewa Beli Syariah xxx xxx Pendapatan Bunga Deposito xxx xxx Pendapatan Lain-lain xxx
xxx
Subjumlah xxx xxx Kas Dikeluarkan Untuk
Penyaluran Pinjaman Kemitraan xxx xxx Penyaluran Pinjaman Khusus xxx xxx Dana Pembinaan Kemitraan xxx xxx Penyaluran Bina Lingkungan xxx xxx Pembayaran Dana Penjamin KUM-LTA xxx xxx Pembelian Persediaan xxx xxx Pembayaran Hutang jangka Pendek xxx xxx Pembayaran Beban Dibayar Dimuka xxx xxx Beban Pembinaan xxx xxx Beban Upah Tenaga Harian xxx xxx Beban Administrasi dan Umum xxx xxx Pembayaran Beban Pemeliharaan xxx xxx Pembayaran Beban Sewa xxx xxx Pembayaran Pajak xxx xxx Pembayaran Beban dan Pengeluaran Lainnya xxx
xxx
Subjumlah xxx xxx Kas Bersih yang Diterima dan Dikeluarkan Untuk xxxx xxxx Aktivitas Operasi (1)
Aliran Kas dari Aktivitas Investasi Kas Diterima Dari :
Penerimaan Pokok Bagi Hasil xxx xxx Penjualan Aktiva Tetap xxx xxx Penerimaan Kembali Investasi xxx xxx Pendapatan Bagi Hasil xxx xxx Pendapatan Luar Biasa xxx
xxx Subjumlah xxx xxx Kas Dikeluarkan Untuk
Pembiayaan Bagi Hasil xxx xxx Pembelian Aktiva Tetap xxx xxx Penempatan Investasi xxx xxx Pembayaran Beban Luar Biasa xxx
xxx
Subjumlah xxx xxx Kas Bersih Yang Diterima (Dikeluarkan) Untuk xxxx xxxx Aktivitas Investasi (2)
Aliran Kas Dari Aktivitas Pendanaan Kas Diterima Dari
Pengembalian Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx Pelimpahan Dana Dari unit PKBL Lain xxx xxx Aktiva Bersih Terikat Berakhir Pembatasannya xxx xxx Sumbangan xxx
xxx Subjumlah xxx xxx Kas Dikeluarkan untuk
Program Penyisihan BUMN Peduli xxx xxx Penyaluran Program BUMN Peduli xxx xxx Pembayaran Hutang Jangka Panjang xxx xxx Pelimpahan ke Unit PKBL Lain xxx xxx Penyaluran Melalui BUMN Pembina xxx xxx Lain/Lembaga Penyalur xxx
xxx
Subjumlah xxx xxx Kas Bersih Yang Diterima (Dikeluarkan) Untuk xxxx xxxx Aktivitas Pendanaan (3)
Kenaikan (Penurunan) Bersih Dalam Kas dan xxxx xxxx Setara Kas (1) + (2) + (3) = (4)
Kas dan Setara Kas Pada Akhir Periode (5) xxxx xxxx Kas dan Setara Kas Pada Akhir Periode xxxx xxxx (4) + (5) = (6)
2.3 Konsep dan Pengertian Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
Bila diperhatikan sekilas, memang PKBL terlihat sama seperti CSR, tetapi sesungguhnya PKBL dan CSR ini sangat berbeda sebagaimana yang tertulis dalam SK Menteri BUMN No. S-11/MBU/2010 poin 3 :
Untuk perusahaan yang bergerak dibidang Sumber Daya Alam yang diwajibkan melaksanakan CSR sesuai amanat UU PT Nomor 40/2008 pasal 79 tetap mempunyai kewajiban melaksanakan PKBL sesuai amanat UU nomor 19/2003 pasal 88 karena fokus dari PKBL adalah untuk pengembangan UKM sedangkan CSR untuk perbaikan lingkungan.
PKBL hanya dilakukan oleh BUMN-BUMN dan telah dilakukan jauh sebelum munculnya CSR di Indonesia.
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Implementasi CSR merupakan perwujudan komitmen yang dibangun oleh perusahaan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Adanya
CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan . Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan .
Saat ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaan manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan investasi mereka, sebuah praktek yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially responsible
investing).
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh
Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik dimata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama
triple bottom line (profit, people, planet), perusahaan mendapatkan kerangka baru
dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR adalah bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. Seperti yang telah diungkapkan oleh Dr. David C. Korten seorang penulis buku laris berjudul When Corporations Rule the World :
dunia bisnis, selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa diatas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat manapun harus mengambil tanggung jawab untuk
kepentingan bersama .setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab
tersebut.
Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yaitu suatu suatu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang "pembangunan berkelanjutan" (sustainable development) yang menyatakan bahwa:
" CSR adalah merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya."
2.3.1 Manfaat Corporate Social Responsibility Bagi Perusahaan
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dipandang sebagai aset
strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. CSR dapat memberi banyak keuntungan yaitu :
a. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program CSR menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham.
b. Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar, karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan,
dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang terkait.
c. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai
social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian
dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building).
A.B. Susanto (2007) mengemukakan bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam) manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR. Pertama, mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan CSR secara konsisten akan mendapat dukungan luas dari komunitas yang merasakan manfaat dari aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mengangkat citra perusahaan, yang dalam rentang waktu yang panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Kedua, CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Ketiga, keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Keempat, CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu
memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para
stakeholdersnya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Kelima, meningkatnya penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang secara konsisten menjalankan CSRnya sehingga memiliki reputasi yang baik. Keenam, insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Menurut Y. Wibisono sebagaimana dikemukakan Ronny Irawan (2008), perusahaan memperoleh beberapa keuntungan karena menerapkan tanggungjawab sosialnya antara lain : untuk mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan; layak mendapatkan ijin untuk beroperasi (social license to operate), mereduksi risiko bisnis perusahaan; melebarkan akses ke sumber daya; membentangkan akses menuju market; mereduksi biaya; memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator; dan meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
2.3.2 Model atau Pola Corporate Social Responsibility
Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia menurut Priyanto Susiloadi (2008) adalah sebagai berikut :
1. CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan bisa menugaskan
salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair
manager atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development atau public relations.
2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau group-nya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah perusahaan atau group-nya yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke CEO atau ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama atau bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersama-sama menjalankan CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.